KEPERAWATAN ANAK
MENYUSUN PUZZLE
Oleh :
Hermin Wiratwati : 21221150
Muhammad Ichwan Affandi Hadi : 21221144
Monica Angeleina : 21221135
Pramesti Widya Ningtya : 21221161
Tuti Ningsih : 21221119
Utami Putuwijayanti : 21221140
Yuneika Arifani : 21221127
Yuni Dwi Sartika : 21221153
STIKES PERTAMEDIKA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberi rahmat dan karunia-Nya.
Sholawat serta salam kita sanjungkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, penutup siklus
kenabian pembawa syariat islam yang mengajarkan kita dari alam gelap gulita dan alam terang
benderang. Laporan pendahuluan ini ditulis dengan tujuan dapat memberikan gambaran mengenai
kegiatan mahasiswa yang sedang menjalani TAB keperawatan Gerontik. Untuk mempersiapkan
kegiatan TAB di Ruang Aster Rumah Sakit Pertamina Balikpapan. Kami menyadari bahwa laporan
pendahuluan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini. Maka kami
sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini
dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamin.
Balikpapan,………… 2022
Mahasiswa
LEMBAR INFORMASI KEGIATAN TERAPI BERMAIN
Lembar informasi ini menjelaskan manfaat dan prosedur mengikuti kegiatan terapi bermain.
Lembar ini berisi tentang hak putra/putri Bapak/Ibu dan tanggung jawab perawat selama
pelaksanaan kegiatan terapi bermain.
1. Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kecemasan hospitalisasi pada anak di ruang Aster Rumah Sakit Pertamina Balikpapan.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi atau menilai tingkat kecemasan
hospitalisasi yang dimiliki oleh putra/putri Bapak/Ibu.
2. Bila putra/putri Bapak/Ibu merasa kurang nyaman karena mengganggu jam istirahat maka
perawat akan memberi waktu dan akan datang kembali jika sudah siap untuk dilakukkan
terapi bermain.
3. Bila putra/putri Bapak/Ibu merasa kelelahan dalam mengikuti tindakan pemberian terapi
bermain maka perawat akan memberikan waktu istirahat terlebih dahulu. Perawat juga
tidak akan melakukan tindakan ekploitasi kepada putra/putri Bapak/Ibu.
4. Apabila Bapak/Ibu menyetujui dan mengijinkan putra/putrinya ikut serta menjadi peserta
kegiatan ini, silahkan Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan menjadi responden
penelitian (informed consent).
Demikian informasi ini, atas persetujuan dan kerjasama Bapak/Ibu saya mengucapkan terima
kasih.
Balikpapan,……………2022
Perawat
LEMBAR PERSETUJUAN
Inisial Anak :
Dengan ini saya sebagai wali dari anak saya bersedia mengikuti kegiatan terapi bermain.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada paksaan dari
pihak manapun.
Balikpapan,................. 2022
(.............................)
PROPOSAL TERAPI BERMAIN
MENYUSUN PUZZLE
Waktu : 35 menit
A. TUJUAN
B. Terapi Bermain
1. Definisi Bermain
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak akan
berkata- kata , menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu , jarak,serta suara (Oktiawati, Khodijah,
Setyaningrum, & Dewi, 2017).
Bermain merupakan kegiatan atua simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain
dapat meningkatkan daya piker anak untuk mendayagunakan aspek emosional,
social, serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dsan
pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Dunia anak adalah dunia bermain,
dalam kehidupan anak-anak sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktifitas
bermain (Adriana, 2020).
Bermain merupakan bentuk infantil dari kemapuan orang dewasa untuk menghadap
berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan model situasi tertentu dan
berusaha untuk mengusainya melalui eksperimen dan perencanaan. Dengan
demikian bermain pada anak dapat disamakan dengan bekerja apada orang dewasa,
karena keduanya sama-sama melakukan suatu aktivitas menurut (Nursalam, 2015).
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai
ancaman perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak
akan mendapat kegembiraan dan kepuasan (Astarani, 2017).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan
menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan bersenang-senang yang
memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa frustasi.
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku
anak- anak karena responsive terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam
perkembangan mereka. Anak- anak tidak seperti orang dewasa yang dapat
berkomunikasi secara alami melalui kata- kata mereka lebih alami mengekspresikan
diri melalui bermain dan beraktifitas (Astarani, 2017)
Terapi bermain merupakan media bagi anak untuk mengeskpresikan perasaan,
relaksasi, dan distraksi perasaan yang tidak nyaman (Supartini, 2012). Hal ini sejalan
dengan Asosiasi Terapi Bermain (2011 dalam Astarani 2017) terapi bermain
didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk membangun proses
antar pribadi untuk membantu seseorang mencegah atau mengatasi kesulitan
psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Terapi
bermain adalah cara yang dilakukan kepada anak dengan menghormati tingkat
perkembangan yang unik dan mencari cara untuk membantu sesuai dengan dunia
anak (Oktiawati, Khodijah, Setyaningrum & Dewi, 2017).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain merupakan
salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat yang paling efektif
untuk mengatasi stres anak Ketika dirawat dirumah sakit.
2. Kategori Bermain
Anak memerlukan alat permainan yang bervariasi sehingga bila bosan permainan yang
satu dia akan dapat memilih permainan yang lainnya. Bermain harus seimbang yang
artinya harus ada keseimbangan bermain aktif dan pasif (Adriana, 2020).
a. Bermain Aktif
1) Bermain mengamati atau menyelidiki ( explatory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok- ngocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, dan kadang- kadang berusaha membongkar.
2) Bermain konstruktif ( construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumah- rumahan.
3) Bermain drama
Misalnya main sandiwara boneka, dan dokter- dokteran dengan temannya.
4) Bermain bola, tali daan sebagainya.
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengarkan.
Bermain pasif ini adalah ideal apabila anak sudah lelah bermain dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatsi kebosanan dan keletihannya. Contoh
bermainpasif adalah sebagai berikut:
1) Melihat gambar- gambar dibuku atau majalah.
2) Mendengarkan cerita atau music
3) Menonton televisi dan lai- lain.
3. Fungsi Bermain
Menurut Adriana (2020), fungsi bermain bagi anak adalah
a. Perkembangan seensorimotor, meliputi : memperbaiki keterampilan motorik
kasar dan halus serta koordinasi, meningkatkan perkembangan semua indra,
mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia.
b. Perkembangan intelektual, untuk mempelajari bentuk, ukuran, tekstur dan
warna, pengalaman dengan angka, kesempatan untuk mempraktekkan dan
memperluas kemampuan bahasa, membantu anak memahami dunia dimana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realitas.
c. Perkembangan sosial dan moral, yaitu : mendorong anak berinteraksi dan
berfikir positif terhadap orang lain.
d. Kreatifitas, yaitu meningkatkan perkembangan bakat dan minat anak.
e. Kesadaran diri, memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana prilaku
sendiri dapat mempengaruhi orang lain.
f. Nilai terapeutik, memberikan pelepasan stress dan ketegangan, memungkinkan
anak mengekspresikan emosinya.
5. Karakteristik Bermain
Karakteristik bermain (Zaviera, 2015), yaitu:
a. Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang
positif bagi anak.
b. Bermain didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi, anak melakukan
kegiatan tersebut atas kemauan sendiri.
c. Bermain sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak
merasa bebas memilih apasaja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan
bermainnya.
d. Bermain senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secaara fisik
maupun mental
e. Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang
bukan bermain. Seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalh, kemampuan
berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.
Karakteristik bermain sesuai tahap perkambangannya (Astarani, 2017):
a. Bayi prematur
1) Memungkinkan tidur yang tidak terganggu.
2) Memberi sentuhsn lembut dengan telapak tangan yang hangat.
3) Memberi periode istirahat jika bayi menunjukan tanda stres ( penuruna O 2,
peningkatan denyut jantung, dan laju pernafasan)
b. Bayi Baru Lahir
1) Meningkatkan perlekatan terhadap orang tua atau pemberi asuhan.
2) Menunjukan dan medorong posisi kontak mata atau wajah yang dekat.
3) Memberi music lembut yang menenangkan.
c. Bayi Muda
1) Mainan yang bergerak digantung diatas bayi.
2) Bayi menikmati warna kontras, seperti hitam dan putih.
3) Permainan dengan cermin mempertahankan perhatian bayi.
4) Bayi mungkin memerlukan istirahat jangan member stimulasi berlebihan
d. Bayi lebih Tua.
1) Memberi aktifitas yang meningkatkan perkembangan genggaman
mencengkram yang kasar pada usia 8-10 bulan.
2) Menantang bayi untuk mengambil barang guna menlanjutkan
perkembangan genggaman mencengkram pada usia 11 bulan.
3) Menikmati membanting benda dan membuat suara.
4) Bermain petak umpet untuk mendorong perkembangan ketetapan benda
5) Bermain bola dengan menggulingkannya kedepan dan belakang.
6) Menikmati memasukkan balokkecil kedalam balok yang lebih besar,
tantangan menyususn.
7) Memainkan mainan berukuran besar yang membunyikan musik, variasi
musik.
8) Mendorong anak untuk memegang mainan.
e. Toddler
1) Permainan berpakaian menyedikan kesempatan untuk berlatih
menggunakan atau melepaskan pakaina.
2) Permainan tarik-tekan, tempat meluncur yang rendah meningkatkan
perkembangan keterampilan motorik.
3) Toddler menikmati telepon mainann, buku bergambar, sekop dan ember,
permainan air yang aman, dan menyusun balok.
f. Anak Prasekolah.
1) Bermain dengan peralatan dapur, lemari peralatan dokter dan suster, dan
pekerjaan yang diketahui memfasilitasi anak untuk berpura-pura memainkan
peran individu dewasa.
2) Sepeda roda tiga, kereta, truk, mobil, puzzle, menggambar, mewarnai
gambar dan segala macam keterampilan tangan.
g. Anak usia Sekolah.
1) Permaiana tim, membuat permainan baru dengan peraturan.
2) Klub rahasia.
3) Permainan papan, permainan kartu, permainan atau teknologi komputer.
h. Remaja.
1) Aktifitas yang menunjukan prilaku dewasa, mempelajari manual pelatihan
mengemudi.
2) Menulis jurnal, seni, dan keahlian yang menantang.
3) Klub sosial, dansa, bioskop
4) Aktifitas yang mencegah seks dini dan penggunaan tembakau, alkohol, dan
obat.
b. Faktor Pendukung.
Faktor pendukung merupakan sesuatu yang memfasilitasi seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti kondisi lingkungan,
ada atau tidaknya sarana atau fasilitas kesehatan dan kemampuan sumber-
sumber masyarakat serta program-program yang mendukung untuk
terbentuknya suatu tindakan.
c. Faktor Pendorong.
Faktor pendorong merupakan akibat dari tindakan yang dilakukan seseorang
atau kelompok untuk menerima umpan balik yang positif atau negatif yang
meliputi support social, pengaruh teman, nasehat dan umpan balik oleh
pemberi pelayanan kesehatan atau pembuat keputusan, adanya keuntungan
sosial seperti penghargaan, keuntungam fisik seperti kenyamanan, hadiah yang
nyata , pemberian pujian kepada seseorang yang mendemontrasi tindakannya.
Sumber pendorong tergantung pada objek, tipe program dan tempat. Dirumah
sakit , faktor pendorong berasal dari perawat, dokter dan keluarga.
Perawat memerlukan faktor pendorong untuk melaksanakan tindakannya yang
berasal dari sikap atasannya, apakah atasannya memberikan dorongan terhadap
tindakan yang telah dilakukannya, misalnya memberikan reward, insentif atau
nilai angka kredit, prngaruh teman, adanya dorongan atau ajakan dari perawat
lain akan memberikan dorongan kepada perawat untuk melakukan terapi
bermain secara bersama-sama atau bergantian.
9. Tipe Permainan
Beberapa tipe permainan yang ditinjau dari karakter social (Astarani, 2017), yaitu :
a. Permainan pengamat
Tipe permainan pengamat adalah anak memperhatikan apa yang dilakukan anak
lain, tetapi tidak berusaha untuk terlibat dalam aktivitas bermain tersebut. Anak
memiliki keinginan dalam memperhatikan interaksi dengan nak lain, tetapi tidak
bergerak untuk berpatisipasi. Anak bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Permainan tunggal
Tipe permainan tunggal adalah anak bermain sendiri dengan mainan yang
bebeda dengan mainan yang digunakan oleh anak lain di tempat yang sama.
Anak menikmati adanya anak lain tetapi tidak berusaha mendekati mereka.
Keinginan anak dipusatkan pada aktivitas mereka sendiri, yang mereka lakukan
tanpa terkait dengan aktivitas anak lain.
c. Permainan paralel
Tipe permainan parallel adalah anak bermain secara mandiri tetapi diantara
anak-anak lain. Mereka bermaindengan mainan yang sama seperti mainan yang
digunakan anak lain disekitarnya, tetapi ketika anak tampak berinteraksi mereka
tidak saling mempengaruhi. Masing-masing anak bermain berdampingan, tetapi
tidak bermain bersama-sama.
d. Permaiana asosiatif
Tipe permainan asosiatif adalah bermain bersama dan mengerjakan aktifitas
serupa atau bahkan sama, tetapi tidak ada organisasi , pembagian kerja,
penetapan kepemimpinan atau tujuan bersama. Anak saling pinjam meminjam
mainannya, saling mengikutu, bertindak sesuai dengan harapannya sendiri dan
tidak ada tujuan kelompok. Terdapat pengaruh prilaku yang sangat besar ketika
satu anak memulai aktivitas, seluruh kelompok mengikuti.
e. Permainan kooperatif
Permainan kooperatif adalah permainan bersifat teratur, dan ada nanak bermain
dalam kelompokdengan anak lain. Anak akan berdiskusi dan merencanakan
aktifitas untuk tujuan pencapaian akhir. Kelompok terbentuk secara renggang,
tetapi terdapat rasa memiliki atau tidak memiliki yang nyata. Aktifitas
permainan ini dikontrol oleh satu atau dua anggota yang memerankan peran dan
mengarahkan aktifitas orang lain.
1. Bermain puzzle
Puzzle merupakan permainan yang banyak digemari anak-anak, yaitu anak bertugas
menyusun kepingan gambar-gambar yang terpisah-pisah, adapun kepingan gambar
yang memiliki berbagai bentuk, gambar, warna, yang nantinya disusun menjadi
sebuah gambar dan memebentuk gambar yang utuh (Hairuddin, 2014).
Jika bermain dengan anak yang lain, maka anak akan berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya sehingga anak belajar bersosialisasi
dan berinteraksi dengan yang lain.
f. Menumbuhkan rasa percaya diri
3. Indikasi
Meja
Keterangan
= Peneliti
= Keluarga
= Pasien anak
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Persiapan : 5 menit
a) Menyiapkan ruangan
b) Menyiapkan alat
c) Menyiapkan Peserta
2. Pembukaan : 5 menit
a) Perkenalan perawat dengan anak dan keluarga
b) Anak yang akan bermain saling berkenalan
c) Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Kegiatan : 20 menit
a) Perawat membagikan puzzle setiap anak
b) Perawat menjelaskan tatacara menyusun puzzle kepada anak
c) Kemudian perawat membuka puzzle, dan meletakkan dimeja
d) Anak diberikan kesempatan untuk memasang puzzle sesuai waktu yang diberikan
e) Kegiatan memasang puzzle didampingi oleh orang tua anak
f) Setelah waktu selasai, perawat mengumpulkan puzzle setiap anak
g) Perawat memberikan pujian terhadap anak yang mampu menyusun sampai selesai
4. Penutup : 5 menit
F. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
H. EVALUASI
1. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan berhasil Menyusun puzzle
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang dan dapat mengungkapkan rasa gembiranya
4. Anak terlihat rileks
5. Anak dapat mengembngkan imajinasi dan kreatifitasnya
6. Anak tidak takut lagi dengan perawat
7. Anak akan kooperatif terhadap perawatan dan pengobatannya
8. Orang tua dapat mendampingi anak sampai selesai
9. Orang tua dapat mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain.
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR
TERAPI BERMAIN
TERAPI BERMAIN
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Usaha mengubah tigkah laku bermasalah dengan
menempatkan anak dalam situasi bermain ( Adriana,
2020)
TUJUAN 1. Meminimalisir tindakan peratan yang traumatis.
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan
2) Tahap Orientasi
a) Memberikan salam kepada pasien dan
menanyakan nama pasien
b) Memperkenalkan diri antara petugas dan anak
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
d) Menayakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum kegiatan dilakukan.
3) Tahap Kerja
a) Memberikan petunjuk pada anak cara bermain
b) Mempersilahkan anak untuk melakukan
permainan sendiri atau dibantu
c) Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
d) Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
e) Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal
dan psikomotor anak saat bermain
f) Meminta anak menceritakan apa yang
dilakukan/dibuatnya.
g) Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga
tentang permainan.
4) Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
b) Berpamitan dengan pasien
c) Membereskan dan mengembalikan alat ketempat
semula
d) Mencuci tangan
e) Mencatat jenis permainan dan respon pasien
serta keluarga kegiatan dalamlembar catatan
keperawatan dan kesimpulan hasil bermain
meliputi emosional, hubungan interpersonal,
psikomotor, dan anjuran untuk anak dan
keluarga.