Anda di halaman 1dari 21

TERAPI AKTIFITAS BERMAIN (TAB)

KEPERAWATAN ANAK

MENYUSUN PUZZLE

Oleh :
Hermin Wiratwati : 21221150
Muhammad Ichwan Affandi Hadi : 21221144
Monica Angeleina : 21221135
Pramesti Widya Ningtya : 21221161
Tuti Ningsih : 21221119
Utami Putuwijayanti : 21221140
Yuneika Arifani : 21221127
Yuni Dwi Sartika : 21221153

PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN

STIKES PERTAMEDIKA

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa memberi rahmat dan karunia-Nya.

Sholawat serta salam kita sanjungkan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW, penutup siklus

kenabian pembawa syariat islam yang mengajarkan kita dari alam gelap gulita dan alam terang

benderang. Laporan pendahuluan ini ditulis dengan tujuan dapat memberikan gambaran mengenai

kegiatan mahasiswa yang sedang menjalani TAB keperawatan Gerontik. Untuk mempersiapkan

kegiatan TAB di Ruang Aster Rumah Sakit Pertamina Balikpapan. Kami menyadari bahwa laporan

pendahuluan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang

bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan pendahuluan ini. Maka kami

sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan proposal ini

dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamin.

Balikpapan,………… 2022

Mahasiswa
LEMBAR INFORMASI KEGIATAN TERAPI BERMAIN

Lembar informasi ini menjelaskan manfaat dan prosedur mengikuti kegiatan terapi bermain.
Lembar ini berisi tentang hak putra/putri Bapak/Ibu dan tanggung jawab perawat selama
pelaksanaan kegiatan terapi bermain.

Mengharapkan kesediaan putra/putri bapak/ibu untuk menjadi peserta terapi bermain.


Bersama ini kami menjelaskan beberapa hal terkait dengan kegiatan yang akan lakukan,
yaitu:

1. Tujuan kegiatan ini adalah mengetahui pengaruh terapi bermain terhadap tingkat
kecemasan hospitalisasi pada anak di ruang Aster Rumah Sakit Pertamina Balikpapan.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi atau menilai tingkat kecemasan
hospitalisasi yang dimiliki oleh putra/putri Bapak/Ibu.
2. Bila putra/putri Bapak/Ibu merasa kurang nyaman karena mengganggu jam istirahat maka
perawat akan memberi waktu dan akan datang kembali jika sudah siap untuk dilakukkan
terapi bermain.
3. Bila putra/putri Bapak/Ibu merasa kelelahan dalam mengikuti tindakan pemberian terapi
bermain maka perawat akan memberikan waktu istirahat terlebih dahulu. Perawat juga
tidak akan melakukan tindakan ekploitasi kepada putra/putri Bapak/Ibu.
4. Apabila Bapak/Ibu menyetujui dan mengijinkan putra/putrinya ikut serta menjadi peserta
kegiatan ini, silahkan Bapak/Ibu menandatangani lembar persetujuan menjadi responden
penelitian (informed consent).
Demikian informasi ini, atas persetujuan dan kerjasama Bapak/Ibu saya mengucapkan terima
kasih.

Balikpapan,……………2022

Perawat
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

Inisial Orang Tua / Wali :

Inisial Anak :

Tempat tanggal lahir Anak :

Dengan ini saya sebagai wali dari anak saya bersedia mengikuti kegiatan terapi bermain.

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tidak ada paksaan dari
pihak manapun.

Balikpapan,................. 2022

Yang Membuat Pernyataan

(.............................)
PROPOSAL TERAPI BERMAIN

MENYUSUN PUZZLE

Topik : Terapi Bermain

Sub Topik : Menyusun Puzzle

Sasaran : Anak Usia Prasekolah

Tempat : Ruang Aster Rumah Sakit Pertamina Balikpapan

Waktu : 35 menit

A. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diajak bermain diharapkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan
kreativitas melaui bermain dan beradaptasi efektif terhadap stres karena penyakit dan
dirawat dirumah sakit.
2. Tjuan Instruksional Khusus
Setelah diajak bermain selama 35 menit. Anak diharapkan :
a) Dapat berinteraksi dengan sesama pasien dan perawat
b) Dapat mengembangkan imajinasinya
c) Dapat mengembangkan motorik halusnya
d) Dapat meningkatkan kreatifitasnya
e) Dapat mengungkapkan kegembiraan atau rasa sayang
f) Terlibat lebih rileks
g) Kooperatif dalam perawatan dan pengobatan.

B. Terapi Bermain
1. Definisi Bermain
Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak akan
berkata- kata , menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu , jarak,serta suara (Oktiawati, Khodijah,
Setyaningrum, & Dewi, 2017).
Bermain merupakan kegiatan atua simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain
dapat meningkatkan daya piker anak untuk mendayagunakan aspek emosional,
social, serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dsan
pengetahuan serta keseimbangan mental anak. Dunia anak adalah dunia bermain,
dalam kehidupan anak-anak sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktifitas
bermain (Adriana, 2020).
Bermain merupakan bentuk infantil dari kemapuan orang dewasa untuk menghadap
berbagai macam pengalaman dengan cara menciptakan model situasi tertentu dan
berusaha untuk mengusainya melalui eksperimen dan perencanaan. Dengan
demikian bermain pada anak dapat disamakan dengan bekerja apada orang dewasa,
karena keduanya sama-sama melakukan suatu aktivitas menurut (Nursalam, 2015).
Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai
ancaman perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Dengan bermain anak
akan mendapat kegembiraan dan kepuasan (Astarani, 2017).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan
menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan bersenang-senang yang
memungkinkan seorang anak dapat melepaskan rasa frustasi.
Terapi bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku
anak- anak karena responsive terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam
perkembangan mereka. Anak- anak tidak seperti orang dewasa yang dapat
berkomunikasi secara alami melalui kata- kata mereka lebih alami mengekspresikan
diri melalui bermain dan beraktifitas (Astarani, 2017)
Terapi bermain merupakan media bagi anak untuk mengeskpresikan perasaan,
relaksasi, dan distraksi perasaan yang tidak nyaman (Supartini, 2012). Hal ini sejalan
dengan Asosiasi Terapi Bermain (2011 dalam Astarani 2017) terapi bermain
didefinisikan sebagai penggunaan sistematis model teoritis untuk membangun proses
antar pribadi untuk membantu seseorang mencegah atau mengatasi kesulitan
psikososial serta mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Terapi
bermain adalah cara yang dilakukan kepada anak dengan menghormati tingkat
perkembangan yang unik dan mencari cara untuk membantu sesuai dengan dunia
anak (Oktiawati, Khodijah, Setyaningrum & Dewi, 2017).
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi bermain merupakan
salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat yang paling efektif
untuk mengatasi stres anak Ketika dirawat dirumah sakit.
2. Kategori Bermain
Anak memerlukan alat permainan yang bervariasi sehingga bila bosan permainan yang
satu dia akan dapat memilih permainan yang lainnya. Bermain harus seimbang yang
artinya harus ada keseimbangan bermain aktif dan pasif (Adriana, 2020).
a. Bermain Aktif
1) Bermain mengamati atau menyelidiki ( explatory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok- ngocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, dan kadang- kadang berusaha membongkar.
2) Bermain konstruktif ( construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya menyusun balok menjadi rumah- rumahan.
3) Bermain drama
Misalnya main sandiwara boneka, dan dokter- dokteran dengan temannya.
4) Bermain bola, tali daan sebagainya.

b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengarkan.
Bermain pasif ini adalah ideal apabila anak sudah lelah bermain dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatsi kebosanan dan keletihannya. Contoh
bermainpasif adalah sebagai berikut:
1) Melihat gambar- gambar dibuku atau majalah.
2) Mendengarkan cerita atau music
3) Menonton televisi dan lai- lain.

3. Fungsi Bermain
Menurut Adriana (2020), fungsi bermain bagi anak adalah
a. Perkembangan seensorimotor, meliputi : memperbaiki keterampilan motorik
kasar dan halus serta koordinasi, meningkatkan perkembangan semua indra,
mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia.
b. Perkembangan intelektual, untuk mempelajari bentuk, ukuran, tekstur dan
warna, pengalaman dengan angka, kesempatan untuk mempraktekkan dan
memperluas kemampuan bahasa, membantu anak memahami dunia dimana
mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realitas.
c. Perkembangan sosial dan moral, yaitu : mendorong anak berinteraksi dan
berfikir positif terhadap orang lain.
d. Kreatifitas, yaitu meningkatkan perkembangan bakat dan minat anak.
e. Kesadaran diri, memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana prilaku
sendiri dapat mempengaruhi orang lain.
f. Nilai terapeutik, memberikan pelepasan stress dan ketegangan, memungkinkan
anak mengekspresikan emosinya.

4. Fungsi Bermain di Rumah Sakit


Fungsi bermain dirumah saki (Adriana, 2020), sebagai berikut:
a. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing.
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol.
c. Membantu mengurangi stres terhadap perpisahan.
d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian- bagian tubuh dan
penyakit.
e. Memperbaiki konsep- konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan serta prosedur medis.
f. Memberi peralihan ( distraksi) dan relaksasi
g. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing
h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi perasaan.
i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap- sikap yang
positifterhadap orang lain.
j. Memberi cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
k. Memberi cara untuk mencapai tujuan terapeutik

5. Karakteristik Bermain
Karakteristik bermain (Zaviera, 2015), yaitu:
a. Bermain merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang
positif bagi anak.
b. Bermain didasari motivasi yang muncul dari dalam. Jadi, anak melakukan
kegiatan tersebut atas kemauan sendiri.
c. Bermain sifatnya spontan dan sukarela, bukan merupakan kewajiban. Anak
merasa bebas memilih apasaja yang ingin dijadikan alternatif bagi kegiatan
bermainnya.
d. Bermain senantiasa melibatkan peran aktif dari anak, baik secaara fisik
maupun mental
e. Bermain memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang
bukan bermain. Seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalh, kemampuan
berbahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin dan sebagainya.
Karakteristik bermain sesuai tahap perkambangannya (Astarani, 2017):
a. Bayi prematur
1) Memungkinkan tidur yang tidak terganggu.
2) Memberi sentuhsn lembut dengan telapak tangan yang hangat.
3) Memberi periode istirahat jika bayi menunjukan tanda stres ( penuruna O 2,
peningkatan denyut jantung, dan laju pernafasan)
b. Bayi Baru Lahir
1) Meningkatkan perlekatan terhadap orang tua atau pemberi asuhan.
2) Menunjukan dan medorong posisi kontak mata atau wajah yang dekat.
3) Memberi music lembut yang menenangkan.
c. Bayi Muda
1) Mainan yang bergerak digantung diatas bayi.
2) Bayi menikmati warna kontras, seperti hitam dan putih.
3) Permainan dengan cermin mempertahankan perhatian bayi.
4) Bayi mungkin memerlukan istirahat jangan member stimulasi berlebihan
d. Bayi lebih Tua.
1) Memberi aktifitas yang meningkatkan perkembangan genggaman
mencengkram yang kasar pada usia 8-10 bulan.
2) Menantang bayi untuk mengambil barang guna menlanjutkan
perkembangan genggaman mencengkram pada usia 11 bulan.
3) Menikmati membanting benda dan membuat suara.
4) Bermain petak umpet untuk mendorong perkembangan ketetapan benda
5) Bermain bola dengan menggulingkannya kedepan dan belakang.
6) Menikmati memasukkan balokkecil kedalam balok yang lebih besar,
tantangan menyususn.
7) Memainkan mainan berukuran besar yang membunyikan musik, variasi
musik.
8) Mendorong anak untuk memegang mainan.
e. Toddler
1) Permainan berpakaian menyedikan kesempatan untuk berlatih
menggunakan atau melepaskan pakaina.
2) Permainan tarik-tekan, tempat meluncur yang rendah meningkatkan
perkembangan keterampilan motorik.
3) Toddler menikmati telepon mainann, buku bergambar, sekop dan ember,
permainan air yang aman, dan menyusun balok.
f. Anak Prasekolah.
1) Bermain dengan peralatan dapur, lemari peralatan dokter dan suster, dan
pekerjaan yang diketahui memfasilitasi anak untuk berpura-pura memainkan
peran individu dewasa.
2) Sepeda roda tiga, kereta, truk, mobil, puzzle, menggambar, mewarnai
gambar dan segala macam keterampilan tangan.
g. Anak usia Sekolah.
1) Permaiana tim, membuat permainan baru dengan peraturan.
2) Klub rahasia.
3) Permainan papan, permainan kartu, permainan atau teknologi komputer.
h. Remaja.
1) Aktifitas yang menunjukan prilaku dewasa, mempelajari manual pelatihan
mengemudi.
2) Menulis jurnal, seni, dan keahlian yang menantang.
3) Klub sosial, dansa, bioskop
4) Aktifitas yang mencegah seks dini dan penggunaan tembakau, alkohol, dan
obat.

6. Tujuan Terapi Bermain


Tujuan dari terapi bermain (Supartini, 2012), antara lain :

a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat


sakit, anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangannya,
walaupun demikian selama anak dirawat di rumah sakit, kegiatan stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk
menjaga kesinambungannya.
b. Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya pada saat
anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami berbagai perasaan
yang sanagt tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat
mengekspresikannya secara verbal, permainan adalah media yang sangat
eektif untuk mengekspresikannya.

c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,


permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk
menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di
rumah sakit.
7. Prinsip Terapi Bermain di Rumah Sakit
Prinsip-prindip dalam terapi bermain (Adriana, 2020), sebagai berikut:
a. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat
untuk menghindari kelelahan dan alat alat permaiannya sederhana. Waktu yang
dibutuhkan untuk terapi bermain 30-35 menit yang terdiri dari tahap persiapan
5 menit, tahap pembukaan 5 menit, tahap kegiatan 20 menit dan tahap
penutupan 5 menit.
b. Mainan harus relative aman dan terhindar dari infeksi silang, permainan harus
memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan
yakin terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk
anak untuk memberikan rasa nyaman dan di bawa ke tempat tidur dimalam
hari.
c. Sesuai dengan kelompok usia. Pada rumah sakit yang mempunyai tempat
bermain, hendaknya perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia
karena kebutuhan bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dengan
yang lebih tinggi.
d. Tidak bertentangan dengan terapi.
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak, bila program terapi
mengharuskan anak harus istirahat, maka aktifitas bermain hendaknya di
lakukan di tempat tidur. Permainan tidak boleh bertentangan dengan
pengobatan yang sedang dijalankan anak.
e. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga.
Keterlibatan orang tua dalam terapi adalah sangat penting, hal ini disebabkan
karena orang tua mempunyai kewajiban untuk melaksanakan kewajiban unyuk
tetap melangsungkan stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang
dirawat di rumah sakit. Keterlibatan orang tua dan anggota keluarga tidak
hanya mendorong perkembangan dsn keterampilan sosial anak, namun juga
akan memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif, kepribadian
yang adequate serta kepedulian terhadap orang lain.
Terapi bermain dengan keterlibatan orang tua dapat meberikan perasaan tenang,
nyaman, merasa disayang dan diperhatikan bagi anak, sehingga anak lebih
dapat mengelola emosinya dan memeungkinkan anak berespon lebih efektif
terhadap situasi selama hospitalisasi.

8. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Bermain di Rumah Sakit.


Factor yang mempengaruhi pelaksanaan terapi bermain dirumah sakit (Astarani,
2017), yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah hal-hal yang menjadi rasional atau motivasi
berprilaku antaranya.
1) Pengetahuan (Cognitif)
Aktifitas bermain yang dilakukan oleh perawat di ruangan untuk
meminimalkan dampak hospitalisasi dimulai dari domain koqnitif. Semakin
tinggi tingkat pengetahuan perawat tentang aktifitas bermain pada anak
maka akan semakin optimal pula perawat dalam melaksanakan tindakan
yang diberikannya tersebut.
2) Sikap ( Attitude)
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan yang mendukung atau memihak pada
objek tersebut. Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif, respon hanya
akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang
menghendaki adanya reaksi individual. Di antara berbagai factor yang
mempengaruhi sikap ialah sikap perawat, pengalaman pribadi, kebudayaan,
orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi serta factor emosi
dalam diri individu. Suatu sikap yang positif belum terwujud dalam suatu
tindakan.

b. Faktor Pendukung.
Faktor pendukung merupakan sesuatu yang memfasilitasi seseorang atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan seperti kondisi lingkungan,
ada atau tidaknya sarana atau fasilitas kesehatan dan kemampuan sumber-
sumber masyarakat serta program-program yang mendukung untuk
terbentuknya suatu tindakan.
c. Faktor Pendorong.
Faktor pendorong merupakan akibat dari tindakan yang dilakukan seseorang
atau kelompok untuk menerima umpan balik yang positif atau negatif yang
meliputi support social, pengaruh teman, nasehat dan umpan balik oleh
pemberi pelayanan kesehatan atau pembuat keputusan, adanya keuntungan
sosial seperti penghargaan, keuntungam fisik seperti kenyamanan, hadiah yang
nyata , pemberian pujian kepada seseorang yang mendemontrasi tindakannya.
Sumber pendorong tergantung pada objek, tipe program dan tempat. Dirumah
sakit , faktor pendorong berasal dari perawat, dokter dan keluarga.
Perawat memerlukan faktor pendorong untuk melaksanakan tindakannya yang
berasal dari sikap atasannya, apakah atasannya memberikan dorongan terhadap
tindakan yang telah dilakukannya, misalnya memberikan reward, insentif atau
nilai angka kredit, prngaruh teman, adanya dorongan atau ajakan dari perawat
lain akan memberikan dorongan kepada perawat untuk melakukan terapi
bermain secara bersama-sama atau bergantian.

9. Tipe Permainan
Beberapa tipe permainan yang ditinjau dari karakter social (Astarani, 2017), yaitu :
a. Permainan pengamat
Tipe permainan pengamat adalah anak memperhatikan apa yang dilakukan anak
lain, tetapi tidak berusaha untuk terlibat dalam aktivitas bermain tersebut. Anak
memiliki keinginan dalam memperhatikan interaksi dengan nak lain, tetapi tidak
bergerak untuk berpatisipasi. Anak bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan
terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.
b. Permainan tunggal
Tipe permainan tunggal adalah anak bermain sendiri dengan mainan yang
bebeda dengan mainan yang digunakan oleh anak lain di tempat yang sama.
Anak menikmati adanya anak lain tetapi tidak berusaha mendekati mereka.
Keinginan anak dipusatkan pada aktivitas mereka sendiri, yang mereka lakukan
tanpa terkait dengan aktivitas anak lain.
c. Permainan paralel
Tipe permainan parallel adalah anak bermain secara mandiri tetapi diantara
anak-anak lain. Mereka bermaindengan mainan yang sama seperti mainan yang
digunakan anak lain disekitarnya, tetapi ketika anak tampak berinteraksi mereka
tidak saling mempengaruhi. Masing-masing anak bermain berdampingan, tetapi
tidak bermain bersama-sama.
d. Permaiana asosiatif
Tipe permainan asosiatif adalah bermain bersama dan mengerjakan aktifitas
serupa atau bahkan sama, tetapi tidak ada organisasi , pembagian kerja,
penetapan kepemimpinan atau tujuan bersama. Anak saling pinjam meminjam
mainannya, saling mengikutu, bertindak sesuai dengan harapannya sendiri dan
tidak ada tujuan kelompok. Terdapat pengaruh prilaku yang sangat besar ketika
satu anak memulai aktivitas, seluruh kelompok mengikuti.
e. Permainan kooperatif
Permainan kooperatif adalah permainan bersifat teratur, dan ada nanak bermain
dalam kelompokdengan anak lain. Anak akan berdiskusi dan merencanakan
aktifitas untuk tujuan pencapaian akhir. Kelompok terbentuk secara renggang,
tetapi terdapat rasa memiliki atau tidak memiliki yang nyata. Aktifitas
permainan ini dikontrol oleh satu atau dua anggota yang memerankan peran dan
mengarahkan aktifitas orang lain.

C. Terapi Memasang Puzzle

1. Bermain puzzle
Puzzle merupakan permainan yang banyak digemari anak-anak, yaitu anak bertugas
menyusun kepingan gambar-gambar yang terpisah-pisah, adapun kepingan gambar
yang memiliki berbagai bentuk, gambar, warna, yang nantinya disusun menjadi
sebuah gambar dan memebentuk gambar yang utuh (Hairuddin, 2014).

2. Manfaat bermain puzzle


Manfaat bermain puzzle antara lain Hairuddin (2014) :
a. Belajar mengenal konsep
Mengetahui berbagai macam bentuk, warna, dan panjang pendek
serta kanan dan kiri.
b. Merangsang kreativitas dan konsep
Anak mampu berimajinasi sesuai dengan kemampuannya sehingga menimbulkan
suatu bentuk kreativitas.
c. Melatih kesabaran
d. Anak dilatih untuk sabar dalam menyusun puzzle sehingga menghasilkan apa
yang ada di pikirannya
e. Bersosialisasi

Jika bermain dengan anak yang lain, maka anak akan berinteraksi
dengan lingkungan sekitarnya sehingga anak belajar bersosialisasi
dan berinteraksi dengan yang lain.
f. Menumbuhkan rasa percaya diri

3. Indikasi

Indikasi dilakukan terapi bermain puzzle adalah anak prasekolah


dengan umur 3-6 tahun, anak dengan tingkat kesadaran yang baik, dan
mampu Menyusun puzzle dengan kooperatif.
4. Kontraindikasi
a. Anak dengan bedrest total
b. Anak dengan gangguan perkembangan sensorik dan motorik
D. PERENCANAAN
1. Jenis Program Bermain
Menyusun puzzle
2. Karakteristik Bermain
a) Melatih kemampuan motorik halus
b) Melatih anak berkonsentrasi
c) Melatih kesabaran dan ketelitian
d) Mengurangi kejenuhan anak akibat dirawat di Rumah Sakit
3. Karakteristik Peserta
a) Usia 3- 6 tahun
b) Jumlah peserta 2-5 anak didampingi orang tua
c) Keadaan umum anak mulai membaik
d) Klien (anak) dapat duduk
e) Peserta dapat diajak komunikasi
4. Metode
Metode yang digunakan adalah demonstrasi
5. Alat-alat yang digunakan (media)
a) Puzzle
6. Tata letak

Meja

Keterangan
= Peneliti

= Keluarga

= Pasien anak
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Persiapan : 5 menit
a) Menyiapkan ruangan
b) Menyiapkan alat
c) Menyiapkan Peserta
2. Pembukaan : 5 menit
a) Perkenalan perawat dengan anak dan keluarga
b) Anak yang akan bermain saling berkenalan
c) Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Kegiatan : 20 menit
a) Perawat membagikan puzzle setiap anak
b) Perawat menjelaskan tatacara menyusun puzzle kepada anak
c) Kemudian perawat membuka puzzle, dan meletakkan dimeja
d) Anak diberikan kesempatan untuk memasang puzzle sesuai waktu yang diberikan
e) Kegiatan memasang puzzle didampingi oleh orang tua anak
f) Setelah waktu selasai, perawat mengumpulkan puzzle setiap anak
g) Perawat memberikan pujian terhadap anak yang mampu menyusun sampai selesai
4. Penutup : 5 menit

a) Melakukan evaluasi pengalaman bermain menyusun puzzle


b) Mengidentifikasi kejadian yang berkesan selama bermain
c) Menganalisis kesan yang didapat oleh anak
d) Menyimpulkan kegiatan
e) Memberikan penghargaan pada anak atas hasil karyaanya.

F. PENGORGANISASIAN KELOMPOK

Leader : Yuneika Arifani


Co Leader : Pramesti Widya Ningtya
Fasilitator : Hermin Wiratwati
Muhammad Ichwan Affandi Hadi
Monica Angeleina
Observer : Tuti Ningsih
Utami Putuwijayanti
Yuni Dwi Sartika

G. Perilaku pemimpin/terapis yang diharapkan :


1. Perilaku yang ditampilkan oleh leader (peran leader) :
a) Memimpin kegiatan TAB dari awal sampai akhir
b) Mengatur jalannya kegiatan TAB sampai selesai
c) Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
d) Sebagai role model
e) Menutup kegiatan TAB
2. Perilaku yang ditampilkan oleh Co-leader (peran Co-Leader) :
a) Membantu leader untuk mengorganisasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader tentang waktu
c) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
d) Menjadi role model bersama leader
e) Membantu memimpin jalannya kegiatan
3. Perilaku yang ditampilkan oleh observer (peran observer) :
a) Mampu mengobservasi jalannya kegiatan
b) Mengobservasi setiap respon anak (verbal/nonverbal)
c) Mencatat semua proses yang terjadi
d) Mencatat penyimpangan acara terapi aktifitas bermain
4. Perilaku yang ditampilkan oleh fasilisator (peran fasilisator) :
a) Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan dilakukan
b) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
c) Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam
permainan yang akan dilakukan.
d) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
e) Membimbing kelompok selama permainan

H. EVALUASI
1. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan berhasil Menyusun puzzle
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang dan dapat mengungkapkan rasa gembiranya
4. Anak terlihat rileks
5. Anak dapat mengembngkan imajinasi dan kreatifitasnya
6. Anak tidak takut lagi dengan perawat
7. Anak akan kooperatif terhadap perawatan dan pengobatannya
8. Orang tua dapat mendampingi anak sampai selesai
9. Orang tua dapat mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas bermain.
STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR

TERAPI BERMAIN

TERAPI BERMAIN

STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENGERTIAN Usaha mengubah tigkah laku bermasalah dengan
menempatkan anak dalam situasi bermain ( Adriana,
2020)
TUJUAN 1. Meminimalisir tindakan peratan yang traumatis.
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery
6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan

KEBIJAKAN Dilakukan di ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang,


Poli rawat jalan.
PETUGAS Peneliti

PERALATAN 1. Rancangan program bermain yang sistematis dan


lengkap.
2. Alat bermain sesuai dengan Umur/jenis kelamin dan
tujuan.
PROSEDUR 1) Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAAN a) Melakukan kontrak waktu
b) Mengecek kesiapan anak ( tidak mengantuk,
tidak rewel, keadaan umum membaik?kondisi
yang memungkinkan)
c) Menyiapkan alat

2) Tahap Orientasi
a) Memberikan salam kepada pasien dan
menanyakan nama pasien
b) Memperkenalkan diri antara petugas dan anak
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
d) Menayakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum kegiatan dilakukan.

3) Tahap Kerja
a) Memberikan petunjuk pada anak cara bermain
b) Mempersilahkan anak untuk melakukan
permainan sendiri atau dibantu
c) Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
d) Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
e) Mengobservasi emosi, hubungan interpersonal
dan psikomotor anak saat bermain
f) Meminta anak menceritakan apa yang
dilakukan/dibuatnya.
g) Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga
tentang permainan.

4) Tahap Terminasi
a) Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
b) Berpamitan dengan pasien
c) Membereskan dan mengembalikan alat ketempat
semula
d) Mencuci tangan
e) Mencatat jenis permainan dan respon pasien
serta keluarga kegiatan dalamlembar catatan
keperawatan dan kesimpulan hasil bermain
meliputi emosional, hubungan interpersonal,
psikomotor, dan anjuran untuk anak dan
keluarga.

Anda mungkin juga menyukai