BERMAIN ORIGAMI
DI RUANG (............) RSUD TIDAR MAGELANG
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak
DISUSUN OLEH :
A. LATAR BELAKANG
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa saja yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih di dalam kandungan, yang
berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan terhadap anak sudah
dimulai sejak anak tersebut berada di dalam kandungan hingga berusia 18 tahun
(Priastana & Artikel, 2020).
Anak merupakan individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang, yang
mempunyai kebutuhan spesifik (fisik, psikologis, social, dan spiritual) yang
berbedadengan orang dewasa. Kebutuhan fisik/biologis anak mencangkup makan,
minum, udara, eliminasi, tempat berteduh dan kehangatan. Secara psikologis anak
membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau bebas dari ancaman. Anak
yang sakit dapat menimbulkan suatu stress bagi anak itu sendiri maupun keluarga
(Boyoh & Magdalena, 2018).
Hospitalisasi pada anak merupakan suatu proses karena alasan berencana
atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani
terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan
masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Imam, 2008).
Hospitalisasi juga dapatdiartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat
menjadi sebab anak dirawat di rumah sakit. Bermain adalah cara alamiah bagi anak
mengungkapkankonflik dalam dirinya yang tidak disadari. Selama menjalani masa
perawatan di
rumah sakit, seorang anak mempunyai tugas perkembangan yang harus
diselesaikan sesuai dengan usia perkembangannya (Priastana & Artikel, 2020).
Untuk itu, diperlukan suatu intervensi untuk mengatasi permasalahan akibat
hospitalisasi pada anak, salah satunya adalah dengan terapi bermain. Terapi bermain
diharapkan mampu menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, stress, frustasi,
merubah tingkah laku pada anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan anak yang telah mengikuti terapi bermain akan mudah diajak kerjasama
selama perawatan. Selain itu juga tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya
adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga berhenti pada saat anak
sakit atau anak di rumah sakit (Hartini et al., 2018).
Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu dengan bermain origami
menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Bermain origami dapat menjadi salah
satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Terapi bermain origami cocok digunakan pada anak yang sedang menjalani
perawatan di Rumah Sakit karena bisa dilakukan di atas tempat tidur dan tidak
mengganggu proses penyembuhan anak.
rumah sakit, seorang anak mempunyai tugas perkembangan yang harus
diselesaikan sesuai dengan usia perkembangannya (Priastana & Artikel, 2020).
Untuk itu, diperlukan suatu intervensi untuk mengatasi permasalahan akibat
hospitalisasi pada anak, salah satunya adalah dengan terapi bermain. Terapi bermain
diharapkan mampu menghilangkan batasan, hambatan dalam diri, stress, frustasi,
merubah tingkah laku pada anak yang tidak sesuai menjadi tingkah laku yang
diharapkan anak yang telah mengikuti terapi bermain akan mudah diajak kerjasama
selama perawatan. Selain itu juga tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya
adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga berhenti pada saat anak
sakit atau anak di rumah sakit (Hartini et al., 2018).
Anak-anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya
serta senang bermain dengan warna, oleh karena itu dengan bermain origami
menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat menurunkan
tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Bermain origami dapat menjadi salah
satu media bagi perawat untuk mampu mengenali tingkat perkembangan anak.
Terapi bermain origami cocok digunakan pada anak yang sedang menjalani
perawatan di Rumah Sakit karena bisa dilakukan di atas tempat tidur dan tidak
mengganggu proses penyembuhan anak.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
kreativitas dan seni yang dimiliki melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi terhadap permasalahan akibat hospitalisasi serta dapat meningkatkan
kemampuan motorik halusnya
b. Tujuan khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak mampu :
1. Mengembangkan seni, kreativitas dan keterampilannya
2. Melatih motorik halus yang dimiliki
3. Mengurangi perasaan cemas, takut dan marah efek hospitalisasi
4. Mempererat hubungan antara anak dengan tenaga kesehatan (khususnya
perawat)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. KLASIFIKASI BERMAIN
1. Klasifikasi beramain menurut isi :
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
b. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu objek yang ada di sekitarnya,
dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat, misalnya bermain
air atau pasir.
c. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
d. Dramatika play roleplay
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau
ibu.
2. Klasifikasi bermain menurut karakteristik sosial
a. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita
Toddler.
b. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan
oleh anak pre school.Contoh : bermain balok.
c. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas yang
sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas,
anak bermain sesukanya.
d. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi
dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah Adolesen.
C. KATEGORI BERMAIN
- Bermain aktif : anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak
sendiri. Contoh: bermain sepak bola.
- Bermain pasif : energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan
aktivitas (hanya melihat).
Contoh: memberikan support.
A. KARAKTERISTIK PESERTA
Kegiatan bermain ini diikuti peserta dengan kriteria sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
- Anak yang kooperatif
- Anak yang berusia 3-6 tahun
2. Kriteria ekslusi
- Anak yang menolak untuk diajak bermain
- Anak yang tidak diijinkan orang tua
- Anak yang mengalami keterbatasan fisik/bedrest
- Anak yang tidak terpasang alat-alat invasive seperti NGT, kateter dll
B. ANALISIS KASUS
Berdasarkan hasil observasi selama praktik di Ruang Anak (...........) RSUD
Tidar Magelang sebagian besar anak merasa takut, cemas, jenuh dan bosan
selama menjalani perawatan di rumah sakit. Anak yang baru menjalani
perawatan lebih terlihat cemas dan rewel saat dilakukan tindakan keperawatan,
sedangkan anak yang sudah sering menjalani rawat inap mengeluh bosan dan
sangat jenuh berada di rumah sakit. Hal tersebut mengakibatkan anak tidak
kooperatif dan pada akhirnya akan mempengaruhi lama perawatan. Oleh karena
itu perawat perlu memberikan terapi bermain untuk mengurangi kecemasan dan
kejenuhan pada anak yang mengalami hospilatisasi.
C. JUDUL PERMAINAN
“ Terapi Bemain Dengan Origami “
D. DESKRIPSI PERMAINAN
Kegiatan bermain yang dilakukan adalah bermain origami, perawat akan
menjelaskan kepada pasien teknis bermain origami. Selanjutnya anak dapat
melipat kertas, membentuk origami menjadi bentuk benda, binatang, orang dan
sebagainya sesuai kreasi dan imajinasi anak. Terapi bermain origami dianggap
sesuai untuk diberikan kepada anak usia prasekolah yang menjalani perawatan
dirumah sakit karena tidak membutuhkan energi banyak, singkat, sederhana dan
aman. Origami bermanfaat untuk melatih motorik halus, serta membutuhkan
motivasi, kreativitas, keterampilan serta ketekunan, selain itu latihan origami
dapat membantu anak-anak memahami ukuran yang relatif lebih lengkap dengan
menggunakan strategi yang lebih efektif untuk perbandingan ukuran.
Pada penelitian Hilmansyah and Rofiqoh 2022 didapatkan ada pengaruh
terapi bermain origami terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah
yang mengalami hospitalisasi dengan p-value <0,001.
Pada penelitian ini, kertas origami yang diberikan pada anak berupa kertas
lipat berwarna-warni dengan tujuan anak bisa mengenal berbagai macam warna
dan mengalihkan perhatian anak ketika sedang rewel atau cemas. Selain itu,
supaya anak lebih kooperatif terhadap tindakan yang diberikan. Permainan
origami dilakukan di tempat tidur yang melibatkan orang tua dengan didampingi
peneliti. Proses awal kecemasan sedang dan ringan. mengalami penurunan pada
tingkat kecemasan anak bervariasi dan diberikan terapi bermain origami rata-rata
bahkan berat sekali. Tetapi setelah berada pada tingkat kecemasan berat
kecemasan anak bervariasi dan kebanyakan origami, nilai total skor dari tingkat
bermain. Sebelum diberikan terapi bermain anak sampai anak ada kemauan dan
kesabaran dalam membina trust pada anak yang cukup membutuhkan waktu
(Nengsih 2020).
E. TUJUAN PERMAINAN
Tujuan dilakukan program terapi bermain pada pasien anak adalah :
1. Mengurangi dampak psikologis dari hospitalisasi anak seperti rasa cemas,
takut, marah bosan dan lain sebagainya.
2. Merangsang kreatifitas anak dan meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
3. Meningkatkan koordinasi kerja sama antara otak dan tangan.
G. JENIS PERMAINAN
Kegiatan terapi bermain yang diberikan kepada pasien adalah terapi bermain
dengan bermain origami (kertas lipat)
H. MEDIA
Kertas Lipat Origami
I. WAKTU PELAKSANAAN
J. PROSES BERMAIN
No Waktu Tahap Perawat Pasien
1. 5 menit Pembukaan Memperkenalkan diri Mendengarkan,
Melakukan validasi memperhatikan,
nama, tempat tanggal menjawab
lahir dan apakah klien
sudah pernah
diberikan terapi
bermain sebelumnya
2. 20 menit Kegiatan Membagikan alat Menerima alat
bermain permainan permainan dan
Menjelaskan cara bertanya tentang
bermain kejelasan cara
Menjawab bermain
pertanyaan pasien
Memotivasi peran
aktif
Memberikan
pujian
3. 5 menit Penutup Memvalidasi Menjawab
perasaan klien pertanyaan
terhadap
permainan yang
telah dilakukan
Memvalidasi
respon orang tua
3. Ruangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak untuk
bermain.
4. Efisiensi waktu, waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak.
Anak yang sedang sakit cendrung memilih untuk beristirahat daripada
bermain, tingkat konsentrasi anak ketika bermain 10-15 menit.
M. PENGORGANISASIAN
Leader :
Co Leader :
Fasilitator :
Fasilitator :
Observer :
Keterangan
L C.L
F F
N. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kontrak waktu dengan klien dan orang tua klien telah disepakati sebelum
pelaksanaan kegiatan
b. Persetujuan telah didapatkan dari klien dan orang tua klien sebelum
pelaksanaan kegiatan
c. Tempat dan media yang akan digunakan telah siap sebelum pelaksanaan
kegiatan
2. Evaluasi Proses
Melakukan evaluasi terhadap respond dan feedback klien dan orang tua klien
selama dilakukan kegiatan. Kriteria keberhasilan :
a. Klien di harapkan kooperatif selama pelaksanaan kegiatan
b. Klien diharapkan mampu mengikuti program terapi bermain
c. Klien diharapkan menjadi senang dan tidak bosan
d. Klien diharapkan dapat berinteraksi dengan lingkugan sekitar
e. Diharapakan klien dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar
3. Evaluasi Hasil
Keefektifan pelaksanaan kegiatan terapi bermain di evaluasi dengan metode
observasi dan wawancara terhadap klien :
b. Orang tua diharapkan menerapkan terapi bermain saat anaknya mulai bosan
selama menjalani pengobatan di rumah sakit
c. Orang tua diharapkan dapat memodifikasi terapi bermain sesuai dengan kebutuhan
klien
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Priastana, A., & Artikel, I. (2020). Pengaruh Terapi Bermain Tebak Gambar Untuk
Menurunkan Kecemasan Pada Pasien Anak Usia Toddler Akibat Hospitalisasi Di
Rumah Sakit the Effect of Image Playing Therapy To Reduce Hospitalization Anxiety
in Toddler Age Patients At Hospital. JPP) Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang,
15(2), 2654–3427. https://doi.org/10.36086/jpp.v15i1.564
Wowiling, F., Ismanto, A., & Babakal, A. (2014). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai
Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat
Hospitalisasi Di Ruangan Irina E Blu Rsup. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal
Keperawatan UNSRAT, 2(2), 105672.
Dewi Permata Dyah Ayu. Darsini. Ita Ni'matuz Zuhroh. (2018). Pengaruh Terapi Bermain
Terhadap Penurunan Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Prasekolah (3-
6 Tahun) (Di Paviliun Seruni RSUD Jombang)
Hilmansyah, Mohammad Aqsal, and Siti Rofiqoh. 2022. “Literature Review : Terapi Bermain
Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah yang Mengalami
Hospitalisasi.” Prosiding Seminar Nasional Kesehatan 1: 2326–31.
Nengsih, Neneng Aria. 2020. “Origami Sebagai Tindakan Adjuvant Atraumatic Care
Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rsud 45
Kuningan.” Journal of Nursing Practice and Education 1(1): 11–20.