Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL TERAPI BERMAIN

TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM DENGAN BERMAIN MENIUP BALING-


BALING UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA ANAK POST
PERAWATAN LUKA OPERASI DI RUANG KEMUNING BAWAH RSU KABUPATEN
TANGERANG

Disusun oleh Kelompok 2:

Nadira
Nida Fauziyah
Noviyanti
Nurfika Mustika Dewi
Nurfitri Annisa
Ovi Wijayanti

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-
obatan sederhana, namun terapi tersebut dapat menjadi suatu trauma bagi anak (Potter dan
Perry 2006). Anestesi maupun tindakan pembedahan akan menimbulkan keluhan seperti
nyeri, demam, takikardi, sesak napas, mual, muntah dan memburuknya keadaan umum.
Nyeri merupakan salah satu gejala yang sering timbul akibat dari pengalaman sensoris dan
emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan (Betz &
Sowden, 2002). Tingkat nyeri pembedahan bervariasi. Sekitar 20% anak pernah mengalami
pengalaman nyeri, 40% mengalami nyeri sedang dan 40-70% mengalami nyeri berat serta
50% klien mengalami nyeri pasca bedah walaupun sudah diberikan obat analgetik (Damanik,
2008).

Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan manajemen nyeri baik secara


farmakologi, non farmakologi maupun kombinasi keduanya. Secara non farmakologi dapat
berupa relaksasi napas dalam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007)
terhadap pengaruh teknik distraksi dan relaksasi dalam menurunkan nyeri pada pasien fraktur
ekstremitas bawah didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan yang signifikan terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah di ruang UGD Rumah Sakit
Militer di Malang. Dengan demikian teknik distraksi dan relaksasi merupakan salah satu cara
yang efektif untuk menurunkan nyeri sebelum menggunakan metode farmakologi dengan
obat-obatan (Basuki, 2007).

Pada anak-anak yang mengalami nyeri teknik napas dalam dilakukan sambil bermain.
Kegiatan bermain sebagai media yang paling efektif untuk mengmengekspresikan perasaan
nyeri anak. Anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya dengan
melakukan permainan karena anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya
(distraksi) dan relaksasi diperoleh dari kesenangannya melakukan permainan (Erfandi, 2009).
Teknik napas dalam pada anak-anak biasanya sulit dilakukan dengan mengikuti
instruksi dari perawat atau orang tua. Oleh karena itu, untuk mendapatkan efek nafas dalam
pada anak yang mengalami nyeri dapat dilakukan dengan kegiatan bermain yaitu permainan
yang berkaitan dengan pernafasan seperti meniup baling-baling.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan anak merasa tenang dan senang
selama berada di instalasi keperawatan anak (Kemuning bawah), dapat bersosialisasi
dengan teman dan juga dapat mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan.

b. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

1) Anak dapat melakukan teknik napas dalam saat nyeri dirasakan untuk mengurangi
tingkat nyeri

2) Anak dapat

C. Sasaran
Anak-anak yangberada di instalasi keperawatan anak (Kemuning bawah) RSU
Kabupaten Tangerang dengan masalah keperawatan nyeri akibat prosedur operasi yang telah
dilakukan.
BAB II

DESKRIPSI KASUS

A. Prinsip Bermain
1) Pengertian Bermain
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan
bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak akan
berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara ( Supartini, 2014).
2) Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun mengembangkan
imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus dalam kemampuan
keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau mengenal dunia, maupun
mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak
tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif (Supartini, 2011).
3) Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain menurut (Wong, 2009) adalah merangsang perkembangan
sensoris-motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai
terapi.
 Perkembangan Sensoris – Motorik  Pada saat melakukan permainan, aktivitas
sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan
bermain aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat
permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan
sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang
banyak membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
 Perkembangan Intelektual  Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan
manipulasi terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat
bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak
bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering
anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
 Perkembangan Sosial  Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang
nilai sosial yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia
sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan
keluarga.
 Perkembangan Kreativitas  Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan
sesuatu dan mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk
merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu
alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.
 Perkembangan Kesadaran Diri  Melalui bermain, anak mengembangkan
kemampuannya dalam mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar
mengenal kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui
dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil
mainan temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar
mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini penting
peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika, terutama dalam
kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak positif dan negatif dari
perilakunya terhadap orang lain
 Perkembangan Moral  Anak mempelajari nilai benar dan salah dari
lingkungannya, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai
tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri
dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana
yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman merupakan
perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan sesudah bermain
adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap tindakan serta
barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia
toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh
karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah.
4) Kategori Bermain
Menurut (Saputro, 2017) Bermain itu harus seimbang, artinya harus ada
keseimbangan antara bermain aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam
bermain aktif kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri,
sedangkan bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.
a. Bermain aktif  Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play).
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
b. Bermain konstruksi (construction play)  Pada anak umur 3 tahun, misalnya
dengan menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan Dll.
c. Bermain drama (dramatik play)  Misalnya main sandiwara boneka, main
rumah-rumahan dengan saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny atau
bermain bola, tali, dan sebagainya
d. Bermain pasif  Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat
dan mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.
Contohnya: melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah, mendengarkan
cerita atau musik, menonton televise.

5) Hal-hal yang Harus Diperhatikan


a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain. Jangan
memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

3) Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


a. Tahap perkembangan anak, aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus
sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya
permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
b. Status kesehatan anak, untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan
berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit.
c. Jenis kelamin anak, semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan
kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk
membantu anak mengenal identitas diri.
d. Lingkungan yang mendukung, dapat menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas
anak dalam bermain.
e. Alat dan jenis permainan yang cocok, harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak.
7) Tahap Perkembangan Bermain
a. Tahap eksplorasi  Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan  Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap
permainan
c. Tahap bermain sungguhan  Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun  Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

8) Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

B. Konsep Bermain
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Deskripsi Bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu cara
paling efektif untuk mendistraksi adanya stimulus nyeri yang timbul akibat proses dari
pembedahan. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau dirumah sakit.
Terapi bermain yang akan diberikan ialah teknik relaksasi napas dalam dengan
mengguanakan permainan meniup baling-baling. Dalam permainanya anak akan membuat
baling-baling terlebih dahulu kemudian setelah selesai semuanya anak diminta bersama-
sama untuk meniup baling-baling.

B. Tujuan Permainan

C. Ketrampilan yang Diperlukan


Kognitif dan motoric halus : membuat dan meniup baling-baling

D. Jenis Permainan
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan membuat dan meniup baling-baling
merupakan jenis bermain aktif. Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang
dilakukan anak (seperti kesenangan bermain alat). Dalam permainan ini anak diajak untuk
membuat baling-baling lalu meniupnya dengan waktu yang talah ditentukan untuk
mengurangi tingkat nyeri.
Sedangkan menurut klasifikasi bermain, permainan ini merupakan permainan
ketrampilan (skill play). Permainan ini akan menimbulkan ketrampilan anak, khususnya
kognitif dan motoric halus. Misalkan anak akan terampil dalam memegang benda-benda,
menyusunnya menjadi baling-baling. Jadi ketrampilan tersebut diperoleh melalui
pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Pada permianan ini tidak membutuhkan
energy ekstra sehingga dapat dilakukan oleh anak dengan kondisi sakit.
E. Alat Bermain
1. Gunting
2. Aqua Gelas
3. Lem
4. Sumpit

F. Proses Bermain
No Waktu Terapis Subjek Terapi
1 5 menit Pembukaan:
1. Co leader membuka dan mengucapkan Menjawab salam
salam
2. Memperkenalkan diri
Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing
4. Memperkenalkan anak satu persatu Mendengarkan
dan anak saling berkenalan dengan Mendengarkan dan saling
temannya berkenalan
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan leader
Mendengarkan
Mendengarkan
2 20 menit Kegiatan bermain:
1. Leader menjelaskan cara bermain Mendengarkan
2. Menanyakan pada anak, anak mau
Menjawab pertanyaan
bermain atau tidak
3. Membagikan peralatan permainan
4. Peserta dibantu fasilitator membuat Menerima permainan
baling-baling Bermain
5. Lomba meniup baling-baling

Bermain

3 5 menit Penutup:
1. Leader menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak
Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan
4. Memberikan hadiah pada anak yang Mendengarkan
yang bermain
Senang
5. Co leader menutup acara
6. Mengucapkan salam
Senang
Mengungkapkan perasaan
Mendengarkan
Menjawab salam

G. Waktu Pelaksanan
Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Instalasi Keperawatan Anak
(Kemuning Bawah)
Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak dengan Masalah Nyeri akibat prosedur
operasi
Judul Terapi Bermain : Terapi Relaksasi Napas Dalam Dengan Meniup Baling-baling
Tempat : Ruang Kemuning Bawah
Hari, tanggal : Sabtu, 01 Februari 2020
Waktu : 13.30 – 14.10 WIB

H. Hal-hal Yang Perlu Di Waspadai


a) Anak lelah, rewel atau menangis
b) Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c) Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang bersamaan.

I. Antisipasi Meminimalkan Hambatan


a) Melibatkan orang tua dalam proses terapi bermain
b) Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
c) Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
d) Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan lainnya.

J. Perorganisasian
a) Peran Leader : Nida Fauziah
1. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi bermain dari awal hingga berakhirnya terapi
3. Membuat suasana bermain agar lebih tenang dan kondusif.
b) Co Leader : Nurfika Mustika
1. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
2. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
3. Membantu memimpin jalannya kegiatan
4. Menggantikan leader jika terhalang tugas
c) Fasilitator : Nadira, Nurfitri Annisa, Ovi Wijayanti
1. Memotivasi anak agar dapat kooperatif dalam permainan yang akan
dilakukan
2. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3. Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi anak agar dapat kooperatif
dalam permainan yang akan dilakukan.
4. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
5. Membimbing kelompok selama permainan
d) Observer : Noviyanti
1. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
2. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan
evaluasi kelompok

K. Sistem Evaluasi
a) Evaluasi Struktur
Yang diharapkan:
1. Alat-alat yang digunakan lengkap

2. Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksan

b) Evaluasi Proses
Yang diharapkan:
1. Terapi dapat berjalan dengan baik
2. Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
3. Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi

4. Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya

c) Evaluasi Hasil
Yang diharapkan:
1. Anak dapat mempraktekkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi
nyeri
2. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
3. Anak merasa senang
4. Anak tidak takut lagi dengan perawat
5. Orang tua dapat mendamping kegiatan anak sampai selesai
6. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan terapi bermain

BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
rumah sakit (Wong, 2009).

Bermain memiliki beberapa fungsi yaitu, meningkatkan perkembangan sensoris-motorik,


sebagai terapi, meningkatkan perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan
kesadaran diri, perkembangan moral, dan perkembangan intelektual (kognitif).
Berdasarkan kategori bermain jenis permainan membuat dan meniup baling-baling
merupakan bermain aktif. Pada permainan ini anak akan di ajak bermain untuk membuat
baling-baling kemudian berlomba meniupnya. Terapi relaksasi napas dalam dengan meniup
baling-baling ini merupakan suatu kegiatan positif yang dapat memberikan rasa aman dan
bahagia bagi anak serta cara ini juga efektif untuk melupakan sejenak nyeri pada anak atau
mengistirahatkan pikiran dengan cara menyalurkan kelebihan energy atau ketegangan (psikis)
anak melalui suatu kegiatan yang menyenangkan dan dapat menurunkan tingkat nyeri yang
dirasakan.

Setelah dilakukan tindakan terapi bermaian ini diharapkan anak dapat melanjutkan
tumbuh kembang yang normal pada saat sakit, mengekspresikan perasaan, keinginan dan
fantasi serta ide-idenya, mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,
dapat beradaptasi secara efektif terhadap rasa nyeri yang ditimbulkan akibat dari pembedahan.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai