Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL TERAPI BERMAIN PUZZLE

PADA ANAK USIA PRESCHOOL ( 4-6 TAHUN)


DI RUANG CEMPAKA III RSUP SANGLAH DENPASAR
PADA TANGGAL 5 MEI 2018

OLEH
KELOMPOK XV

1. LUH PUTU SHINTYA ANDRIANI (P07120016034)


2. NI PUTU PRASTIWI FATMA SARI (P07120016035)
3. NI KADEK AYU PUTRI UTAMI (P07120016036)
4. NI LUH PUTU IKA SANJI RAHMAWATI (P07120016074)
5. NI LUH ANIK CAHYANI (P07120016075)
6. NI PUTU HENDRIANI HALUNA (P07120016114)
7. NI PUTU YESI ERDIANA YANTI (P07120016115)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2018
Proposal Terapi Bermain
Pada Anak Usia Preschool 4 -6 Tahun
Di Ruang Cempaka III RSUP Sanglah Denpasar
Pada Tanggal 05 Mei 2018

A. Latar Belakang
Anak yang masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering
menimbulkan pengalaman traumatic pada anak, yakni ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress inihan dengan orang tua,
kehilangan control dan perlakuan akibat tindakan invasive yang menimbulkan
rasa nyeri. Akibatnya apada anak akan menimbulkan berbagai reaksi seperti
menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak, tindakan tidak
kooperatif terhadap aktivitas sehari-hari serta menolak tindakan keperawatan
yang diberikan.
RSUP Sanglah merupakan rumah sakit rujukan memfasilitasi pemeriksaan
lebih modern dan beragam jenisnya juga merupakan penyebab stress bagi
anak, orang tua atau pengasuh anak yang mendampinginya untuk dilakukan
pemeriksaan. Dalam hal ini rumas sakit juga memfasilitasi dan berupaya
kearah positif sehingga anak mersa nyaman, dapat beradaptasi dengan
lingkungan rumah sakit, begitu juga orang tua atau pengasuh yang
medampingi anak. Upaya yang dilakukan adalah meminimalkan pengaruh
negative hospitalisasi yaitu melakukan kegiatan “Play Theraphy Program”.
Manfaat play therahy program dalam penanganan anak yang dirawat di rumah
sakit maka akan memudahkan anak menyatakan rasa kecemasan dan
ketakutan lewat permainan, mempercepat proses adaptasi sehingga
terasaterisolir, anak mudah diajak bekerja sama dengan metode pendekatan
proses keperawatan di rumah sakit.
Karena pentingnya manfaat terapi bermain dalam penanganan anak yang
mengalami hospitalisasi maka dalam hal ini perawat melaksanakan program
terapi bermain pada anak-anak yang sedang dirawat di Ruang Cempaka III
RSUP Sanglah Denpasar.

1) Pengertian Terapi Bermain


Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak
baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak
mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang
mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang
masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 2004).
Terapi bermain, tersusun atas dua kata dasar, yaitu terapi dan bermain.
Terapi menurut kamus Bahasa Indonesia adalah usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, atau perawatan
penyakit (Mashito, 2017).
Sedangkan bermain berasal dari kata main yang berarti perbuatan untuk
menyenangkan hati (yang dilakukan dengan alat-alat kesenangan atau tidak)
misalnya bola, gundu, layang-layang dan lain-lain. Sedangkan bermain dalam
kamus bahasa Indonesia berarti melakukan sesuatu dengan alat dan
sebagainya untuk bersenang-senang(Mashito, 2017).
Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada
paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada
usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh.
International Assosiation for Play Theraphy dalam Mashito (2017)
menyebutkan bahwa terapi bermain adalah penggunaan secara sistematik dari
model teoritis untuk memantapkan proses interpersonal dimana terapis
bermain menggunakan kekuatan teraupetik permainan untuk membantu
konseli mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesuliatan psikososial dan
mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah
kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat
dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan
suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting
untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
Terapi bermain yang akan dilakukan adalah permainan ular tangga.
Alasan memilih permainan ular tangga yaitu untuk mengembangkan motorik
halus, ketrampilan kognitif dan kemampuan untuk berinterkasi sesama
temannya. Permainan ular tangga membutuhkan kesabaran dalam menghadapi
suatu rintangan kecil dan menaati peraturan yang ada.
a) Kategori bermain
Macam-macam bermain
1. Bermain aktif
Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh
dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :
a. Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut, memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada
bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-kadang berusaha
membongkar.
b. Bermain konstruksi (Construction Play)
Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi
rumah-rumahan.
c. Bermain drama (Dramatic Play)
Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-
rumahan dengan teman-temannya.
d. Bermain fisik
Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain
aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai
keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti
dibawah ini :
a) Kesehatan anak menurun.
b) Tidak ada variasi dari alat permainan.
c) Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d) Tidak mempunyai teman bermain.

b) Fungsi Bermain
a. Perkembangan sensoris-motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain
aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot.
b. Perkembangan intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenai warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan
masalah.
c. Perkembangan social
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan
membantu anak untuk mengembangkan hubungan social damn
belajar memecahkan masalah dari hubunga tersebut.
d. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
e. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya
dalam mengatur tingkah laku.
f. Perkembangan moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-
nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat
menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya.
g. Bermain sebagai terapi
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut,
cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
c) Prinsip Bermain
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aktivitas bermain
pada anak, yaitu:
1. Ekstraenergi
Untuk bermain, anak memerlukan energi yang lebih banyak. Anak
yang sakit mempunyai lebih sedikit keinginan untuk bermain
dibandingkan dengan anak yang sehat.
2. Waktu
Anak harus memiliki cukup banyak waktu untuk bermain.
3. Alat permainan
Untuk bermain, anak memerlukan alat permainan yang sesuai dengan
umur dan tahap perkembangannya.
4. Ruangan untuk bermain
Ruangan untuk bermain bagi anak tidak perlu terlalu luas. Anak dapat
bermain dimana saja, misalnya diruang tamu, halaman rumah, bahkan
di ruang tidurnya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-
temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir
adalah cara yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya
dalam menggunakan alat permainannya dan anak-anak akan mendapat
keuntungan lain yang lebih banyak.
6. Teman bermain
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia
memerlukan, baik itu saudaranya, orang tua atau temannya. Jika anak
bermain sendiri, anak akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-
temannya. Tetapi jika anak terlalu banyak bermain dengan anak lain,
maka akan mengurangi kesempatannya untuk menghibur diri sendiri
dan menemukan kebutuhannya sendiri. Jika anak bermain bersama
orang tuanya, maka hubungan anak dengan orang tuanya akan menjadi
akrab dan memudahkan orang tua mengetahui setiap kelainan yang
terjadi pada anak mereka secara dini.

d) Klasifikasi Bermain
Berdasarkan isi dan karakter sosial, bermain dibagi menjadi (Suherman,
2000):
1) Bermain berdasarkan isi permainan
a. Social affective play
Permainan yang membuat anak belajar berhubungan dengan
orang lain.
b. Sense pleasure play
Permainan yang memberikan kesenangan pada anak.
c. Skill play
Permainan yang bersifat membina keterampilan anak.
d. Dramatic role play
Permainan yang menggunakan simbol-simbol.
2) Bermain berdasarkan karakteristik sosial
a. Solitary play
Bermain sendiri.
b. Pararel play
Bermain dengan teman tetapi tidak berinteraksi. Anak tampak
ingin berteman tetapi sosialnya belum adekuat sehingga mereka
tidak membentuk kelompok.
c. Assosiative play
Bermain bersama temannya dan masing-masing anak bermain
sesuai keinginannya, tetapi tidak ada tujuan kelompok.
d. Cooperative play
Bermain dalam kelompok, berdiskusi dan merencanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan juga
memperoleh tujuan kompetisi.
2) Konsep Permainan Puzzle
a) Pengertian Media Puzzle
Kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka teki atau bongkar
pasang, puzzle adalah media yang dimainkan dengan cara bongkar pasang.
b) Fungsi Puzzle
Umumnya sisi edukasi permainan puzzle ini berfungsi untuk :
 Melatih konsentrasi, ketelitian , dan kesabaran
 Melatih koordinasi mata dan tangan.
 Melatih logika
 Memperkuat daya ingat
 Mengenalkan anak pada konsep hubungan
 Dengan memilih gambar/bentuk, dapat melatih berfikir matematis
(menggunakan otak kiri0
c) Macam-macam puzzle
 Puzzle karakter/gambar
 Puzzle kontruksi
 Puzzle batang (stick)
 Puzzle lantai
 Puzzle angka
 Puzzle transportasi
 Puzzle logika
 Puzzle geometri
 Puzzle penjumlahan dan pengurangan.

B. Tujuan Terapi Bermain


a. Tujuan Umum
Tujuan terapi bermain secara umum adalah dapat merangsang
perkembangan sensorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri,
moral, dan bermain dengan terapi bermain.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus terapi bermain puzzel pada anak usia 4-6 tahun yaitu :
1. Untuk mengurangi kejenuhan anak pada saat menjalani perawatan.
2. Untuk meningkatkan adaptasi efektif pada anak terhadap stress
karena penyakit dan dirawat
3. Untuk meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat
4. Untuk meningkatkan kerjasama antara pasien dengan perawat
5. Untuk meningkatkan kemampuan daya tangkap atau konsentrasi
anak.
6. Untuk meningkatkan koping yang efektif untuk mempercepat
penyembuhan.

C. Tempat
Ruang Bermain Cempaka III RSUP Sanglah Denpasar.

D. Waktu
Hari/tanggal : Sabtu, 05 Mei 2018
Waktu/durasi : pukul 11.00 – 11.30 Wita, durasi 30 menit

E. Sasaran
1. Anak usia 4 – 6 tahun yang dirawat di Ruang Cempaka III RSUP Sanglah
Denpasar
2. Jumlah peserta minimal 3 orang anak dan didampingi oleh orang tua
3. Keadaan umum mulai membaik
4. Pasien dapat duduk
5. Pasien kooperatif

F. Metode
Metode pelaksanaan yaitu dengan praktik bermain langsung dengan
menggunakan puzzle dengan berbagai motif gambar berbagai tokoh kartun.
Setiap anak diberikan 1 set puzzel motif berbagai tokoh kartun, kemudian
leader memimpin jalannya permainan dengan menginstruksikan pada anak
anak untuk menyusun puzzle yang telah disediakan. Fasilitator ikut berperan
dalam pendampingan anak ketika mulai bermain, kemudian, observer menilai
jalannya permainan.

G. Media
Media yang digunakan adalah puzzle.

H. Pengorganisasian
Perangkat
1) Leader
Nama : Ni Putu Hendriani Haluna
Tugas :
- Membuka acara
- Menjelaskan tujuan terapi bermain
- Menjelaskan aturan terapi permainan
2) Co leader
Nama : Ni Putu Yesi Erdiana Yanti
Tugas : Menambah penjelasan dari leader
3) Observer
Nama : Ni Putu Prastiwi Fatma Sari
Tugas : Mengevaluasi jalannya kegiatan
4) Fasilitator
Nama :
- Luh Putu Shintya Andriani
- Ni Kadek Ayu Putri Utami
- Ni Luh Putu Ika Sanji R
- Ni Luh Anik Cahyani
Tugas :
- Memfasilitasi kegiatan yang diharapkan
- Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
- Sebagai role model dalam kegiatan

I. Kegiatan
1) Rencana Kegiatan
No Waktu Terapi Anak Ket
1 10 menit Mengatur posisi
Pembukaan:
a. Co-Leader membuka Menjawab salam
dan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri Mendengarkan
terapis
c. Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing
d. Memperkenalkan anak Mendengarkan dan saling
satu persatu dan anak berkenalan
saling berkenalan
dengan temannya
e. Kontrak waktu dengan
anak Mendengarkan
f. Mempersilahkan
Leader Mendengarkan

2 15 menit Kegiatan Bermain:


a. Leader menjelaskan Mendengarkan
cara permainan
b. Membagikan Menerima permainan
permainan
c. Leader ,co-leader, dan Bermain
Fasilitator memotivasi
anak
d. Fasilitator Bermain
mengobservasi anak
e. Menanyakan perasaan Mengungkapkan perasaan
anak
3 5 menit Penutup:
a. Leader menghentikan Selesai bermain
permainan
b. Menanyakan perasaan
anak Mengungkapkan perasaan
c. Memperlihatkan hasil Menunjukkan hasil
permainan permainan
d. Membagikan Senang
souvenir/kenang-
kenangan pada semua
anak yang bermain
e. Menanyakan perasaan
anak Mengungkapkan perasaan
f. Co-leader menutup Mendengarkan
acara
g. Mengucapkan salam Menjawab salam

2) Alur Permainan
1. Leader membagikan puzzel kepada anak
2. Minta anak untuk mulai menyusun puzzel yang sudah disiapkan
dengan sedemikian rupa
3. Berikan waktu 15 menit untuk menyusun puzzel
4. Setelah 15 menit, puzzel yang sudah selesai disusun dikumpulkan
kepada Leader
J. Setting Tempat

O L C

F F

F F

Keterangan :

a. : Leader
L

b. : Co-Leader
C

c. : Observer
O

d. : Fasilitator
F

e. : Anak

f. : Orang Tua
K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Sarana yang sudah disiapkan sebelum acara di mulai yaitu 3 buah alat
puzzel.
 Media yang akan dipakai sudah disiapkan 1 hari sebelum proses
pelaksanaan kegiatan dilaksanankan.
 Struktur peran sudah ditentukan yaitu Ni Putu Hendriani Haluna sebagai
Leader, Ni Putu Yesi Erdiana Yanti sebagai Co-Leader, Ni Putu
Prastiwi Fatma Sari Sebagai Observer, Luh Putu Shintya Andriani, Ni
Kadek Ayu Putri Utami, Ni Luh Putu Ika Sanji, Ni Luh Anik Cahyani
sebagai Fasilitator.
 Kontrak waktu dengan keluarga sudah dilakukan satu hari sebelum
terapi bermain yaitu tanggal 04 Mei 2018.
2. Evaluasi Proses
 Leader sudah memandu jalannya permainan dari permainan dimulai
hingga selesai.
 Anak-anak dapat merespon dengan baik apa yang diberikan leader saat
bermain.
 Anak-Anak dapat meyusun puzzle sesuai dengan tepat.
 Kegiatan bermain puzzle dapat berjalan dengan lancar.
 Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan perannya.
3. Evaluasi Hasil
 Jangka Pendek
Anak mampu mengikuti kegiatan terapi bermain serta tidak adanya anak
yang menangis ataupun ingin meninggalkan kegiatan terapi bermain
sebelum selesai.
 Jangka Panjang
Anak dapat meningkatkan kreatifitas, imajinasi dan keterampilannya
dalam merangkai puzzel yang telah disediakan.
LAMPIRAN

No Evaluasi Non Verbal Hasil


HALAMAN PENGESAHAN
Denpasar, Mei 2018
Mahasiswa,
Ketua Kelompok

Ni Luh Pt Ika Sanji Rahmawati


NIM. P07120016074

Mengetahui,
Nama Pembimbing/CI Nama pembimbing/CT

Ns NLK Ari S. Kumarawati,S.Kep. Ida Erni Sipahutar,S.Kep.,M.Kep


NIP. 19700414199302201 NIP. 196712261990032002
DAFTAR NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN

NO NAMA PESERTA UMUR

Mengetahui,

Nama Pembimbing/CI Nama Pembimbing/CT

Ns NLK Ari S. Kumarawati,S.Kep. Ida Erni Sipahutar,S.Kep.,M.Kep


NIP. 19700414199302201 NIP. 196712261990032002
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Ilmiah Informatika Vol.2 No.3.Fakultas Psikologi Universitas AKI
Mashito. 2017. Pengertian Terapi Bermain. Termuat dalam:
digilib.uinsby.ac.id/15165/8/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 28
Februari 2018

Muzamil, Misbach. 2010. Pengertian Media Puzzle, (Online).


Dikutipdariwww.academia.edu.Diaksestanggal1 Maret 2018.
Riyadi, Sujono dan Sukarmin.2009.Asuhan Keperawatan Anak.Yogyakarta: Graha
Ilmu
Sudono,Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo.
Wong, Donna L, et al.2001.Wong’s essential of Pediatric Nursing Sixth
Edition.St.Louis.Mosby Company
Zellawati, Alice.2006.Terapi Bermain untuk Mengatasi Permasalahan Pada Anak.
Majalah

Anda mungkin juga menyukai