Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TERAPI BERMAIN MENGHIAS PENSIL PADA ANAK

USIA PRA SEKOLAH DI RUANG GALILEA III ANAK


RS BETHESDA YOGYAKARTA

Disusun Oleh:
Kelompok I

1. Arya Suka Bhawa (1804030)


2. Inkarizki Sellodella (1804044)
3. Jariaman Puay (1804046)
4. Lidya Chrisnawati (1804049)
5. Mega Agape Timisela (1804056)
6. Yosefin Nesti Widiastuti (1804080)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES BETHESDA YAKKUM
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Terapi Bermain Menghias Pensil pada Anak Usia Pra Sekolah di Ruang
Galilea III Anak RS Bethesda Yogyakarta telah diperiksa dan disetujui oleh
Preseptor Akademik dan Preseptor Klinik.

Yogyakarta, 15 April 2019

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS.) (Lestari Sri Hastuti, A.Md.Kep.)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan dan
kasih karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal terapi bermain
dalam rangka memenuhi tugas di Stase Keperawatan Anak.
Dalam proses penyusunan proposal ini kami telah dibantu oleh berbagai pihak,
untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda
Yakkum Yogyakarta.
2. Bapak dr. Sugianto, Sp.S., M.Kes., Ph.D., selaku Direktur Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta.
3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep., Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi
Ners STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta dan pembimbing akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan proposal ini.
4. Ibu Lestari Sri Hastuti, A.Md.Kep., selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan bimbingan serta saran dalam penyusunan proposal ini.
5. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal ini, yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi meningkatkan
kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat sebagaimana
mestinya. Tuhan memberkati.

Yogyakarta, 15 April 2019

Kelompok I

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan (UU RI No. 35 Tahun 2014).
Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan
membutuhkan hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya.
Kondisi anak-anak tentu berbeda, mereka bukanlah orang dewasa kecil.
Anak-anak dapat berbeda dari segi usia, ukuran tubuh dan tahap
perkembangannya.
Kebutuhan anak yang menjalani hospitalisasi dapat terpenuhi apabila perawat
anak dapat memiliki cara yang kooperatif terhadap pengobatan yang
diberikan yaitu dengan terapi bermain. Terapi bermain dapat meminimalkan
atau menurunkan stres pada anak selama dirawat. Bermain merupakan
seluruh aktifitas anak termasuk bekerja, kesenangannya, dan merupakan
metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar mengisi
waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makan, perawatan,
cinta kasih dan lain-lain. Anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk
kesehataan fisik, mental dan perkembangan emosinya (Adriana, 2011).
Terapi bermain tidak hanya menstimulasi pertumbuhan otot-otot anak, tetapi
lebih dari itu. Anak tidak hanya sekedar melompat, melempar atau berlari.
Anak dapat menggunakan seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya.
Bermain bukan merupakan membuang-buang waktu, juga bukan berarti
membuat anak menjadi sibuk sementara orang tuanya mengerjakan
pekerjaannya sendiri, tetapi melalui bermain mereka mendapatkan
pengalaman hidup yang nyata. Bermain pada anak akan menemukan
kekuatan serta kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-
tugas dalam bermain dan lain-lain (Adriana, 2011).

1
2

Berdasarkan pentingnya dilakukan terapi bermain pada anak di rumah sakit,


perlunya mahasiswa keperawatan untuk mengetahui terapi bermain pada anak
sesuai usia. Maka dari itu, secara khusus penyusun akan menjelaskan dan
mempraktikkan Terapi Bermain pada Anak Usia Pra Sekolah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bermain?
2. Apa tujuan bermain?
3. Apa fungsi bermain?
4. Apa kategori bermain?
5. Apa keuntungan bermain?
6. Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain?
7. Sebutkan klasifikasi bermain?
8. Apa prinsip terapi bermain?
9. Bagaimana fungsi bermain di rumah sakit?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui kebutuhan bermain untuk anak dan meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam konsep bermain.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian bermain
b. Mengetahui tujuan bermain
c. Mengetahui fungsi bermain
d. Mengetahui kategori bermain
e. Memahami keuntungan bermain
f. Memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain
g. Mengetahui klasifikasi bermain
h. Mengetahui prinsip terapi bermain
i. Mengetahui fungsi bermain di rumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Bermain
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut
sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk
mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping
dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional
dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan
bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit
(Wong, 2009).
Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku bermasalah, dengan
menempatkan anak dalam situasi bermain dalan ruangan khusus ysng telah
diatur sedemikian rupa sehingga anak merasa lebih santai dan dapat
mengekspresikan segala perasaan dengan bebas (Adriana, 2011).

B. Tujuan bermain
Menurut Soetjiningsih (2013) anak bermain pada dasarnya agar memperoleh
kesenangan, sehingga ia tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar
mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan,
perawatan dan cinta kasih.
Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar anak dapat melanjutkan
fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak,
sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress (Saputro,
2017).

3
4

C. Fungsi bermain
Menurut Saputro (2017), bermain pada anak mempunyai fungsi-fungsi
sebagai berikut:
1. Perkembangan sensoris-motorik
Aktivitas sensoris-motorik merupakan komponen terbesar yang
digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembanga
fungsi otot.
2. Perkembangan intelektual
Anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk,
ukuran, tekstur, dan membedakan objek.
3. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi
dan menerima.
4. Perkembangan kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang
dilakukannya.
5. Perkembangan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.
6. Bermain sebagai terapi
Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai
perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah, takut, cemas,
sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi
yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
5

anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi).

D. Kategori Bermain
Menurut Adriana (2011) ada dua kategori bermain, sebagai berikut:
1. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan. Anak
bisa mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri
kegiatannya.
2. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan dipandu oleh orang dewasa.
Kategori ini membatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Kedua kategori bermain ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara
seimbang akan memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak.

E. Keuntungan Bermain
Menurut Adriana (2011) keuntungan bermain adalah:
1. Membuang energi ekstra
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang,
otot dan organ-organ
3. Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak
4. Anak belajar mengontrol diri
5. Berkembangnya berbagai ketrampilan yang akan berguna sepanjang
hidupnya
6. Meningkatkan daya kreativitasnya
7. Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda
yang ada disekitar anak
8. Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati dan kedukaan
9. Kesempatan untuk bergaul dengan orang atau anak lainnya
10. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan
6

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain


1. Energi ekstra
Bermain memerlukan energi tambahan, anak yang sakit memiliki
keinginan yang kecil untuk bermain.
2. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain
3. Alat permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur
dan taraf perkembangan
4. Ruang untuk bermain
Ruangan tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain dihalaman
atau ditempat tidur
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru-niru
teman-temannya atau diberi tahu caranya. Cara yang terakhir adalah
yang terbaik
6. Teman bermain
Anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain. Kalau ia main
sendiri, makan ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-
temannya
7. Reward
Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil
melakukan sebuah permainan
7

G. Klasifikasi Bermain
Ada beberapa jenis permainan menurut Hatiningsih (2013), ditinjau dari isi
permainan maupun karakter sosialnya. Berdasarkan isi permainan, ada
sosial affectif play, sense-pleasure play, skill play, games, unoccopied
behavior dan dramatic play
1. Berdasarkan isi permainan
a. Sosial Affetif Play
Inti permainan ini adalah permainan hubungan interpersonal
yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya,
permainan “cliuk ba”, berbicara sambil tersenyum atau tertawa,
memberikan tangan kepada bayi untuk menggenggamnya. Bayi
akan mencoba berespon terhadap tingkah laku orang tuannya
atau orang dewasa tersebut dengan tersenyum, tertawa, dan
mengoceh.
b. Sense-Pleasure Play
Permainan ini mengguanakan alat permainan yang
menyenangkan dan mengasyikkan pada anak. Misalnya dengan
mengguankan air, anak akan memindah-mindahkan air ke botol,
bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan
semakin lama semakain asyik bersentuhan dengan alat
permaianan ini sehingga susah untuk berhenti.
c. Skill Play
Permainan ini meningkatkan ketrampilan anak, khususnya
motorik kasar dan halus. Ketrampilan tersebut diproleh melalui
pengulangan kegiatan perrmain yang dilakukan. Semakin sering
melakukan kegiatan, anak akan semakin trampil. Misalnya, bayi
akan trampil memegang benda-benda kecil, memndahkan benda
dari satu tempat ke tempat lain.
8

d. Game
Game atau permainan adalah jenis peraianan yang
mengguanalan alat tertentu, yang mengguanakan perhitungan
atau skor
e. Unoccopied Behavior
Anak tidak memainkan permainan tertentu, namun anak terlihat
mondar-mandie, tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan
kursi atau apa saja yang ada disekelilingnya. Anak akan tampak
senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta lingkungannya.
f. Dramatic Play
Pada permainan ini anak memainkan perasn sebagai orang lain
melalui peraianannya. Apabila anak bermain dengan temannya,
akan terjadi percakapan diantara mereka tentang peran orang
yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses
indentifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan karakter sosial
a. Sosial Onlockery Play
Pada permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang
sedang bermaian, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisiasi
dalam permainan.
b. Solitary Play
Pada permainan ini, akan tampak dalam kelompok permainan,
tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang
dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat
permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerjasama,
ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
c. Parallel Play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan permainan yang
sama, tetapi antara satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi
kontak satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh
anak usia toddler.
9

d. Associative Play
Pada permainan ini, terjadi komunikasi antara anak satu dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin
permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh bermain
boneka, masak-masakan, hujan-hujanan.
e. Copperative Play
Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam kelompok,
tujuan dan pemimpin permainan. Pemimpin mengatur dan
mengarahkan anggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan Dalam permainan.
Misalnya bermain bola.
3. Berdasarkan kelompok usia
a. Anak usia bayi
1) Bayi usia 0 – 3 bulan
Permainan bagi usia bayi adalah adanya interaksi sosial
yang menyenangkan antara bayi dengan orang tua atau
dengan orang di sekitarnya.
2) Bayi usia 4 – 6 bulan
Dapat dilakukan permainan seperti mengajak bayi
menonton televisi, memberi mainan yang mudah dipegang
dan berwarna terang.
3) Bayi usia 7 – 9 bulan
Dapat dilakukan dengan memberikan mainan yang
berwarna terang atau memberikan kertas dan alat tulis,
biarkan ia mencoret – coret sesuai keinginannya.
b. Anak usia toddler (>1 – 3 tahun)
Pada usia ini karakteristik yang khas, yaitu : banyak bergerak,
tidak bisa diam dan mulai mengembangkan otonomi dan
kemampuannya untuk dapat mandiri. Jenis permainan yang
dapat dipilih adalah solitary play dan parallel play.
10

c. Anak usia pra sekolah (>3-6 tahun)


Anak usia pra sekolah mempunyai kemampuan motorik kasar
dan halus yang lebih matang daripada usia toddler. Anak sudah
lebih aktif, kreatif, dan imajinatif. Oleh karena itu, jenis
permainan yang sesuai adalah associative play, dramatic play,
dan skill play.
d. Anak usia sekolah (6-12 tahun)
Kemampuan anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka
lebih mampu bekerjasama dengan teman sepermainannya.
Dengan demikian permainan pada usia anak sekolah tidak hanya
meningkatkan keterampilan fisik tetapi intelektualnya juga.
e. Anak usia remaja (13-18 tahun)
Anak remaja berada pada suatu fase peralihan, yaitu dari satu
sisi akan meninggalkan fase anak – anak, dan di sisi lain masuk
usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu
anak remaja akan mengalami krisis identitas. Prinsipnya
kegiatan bermain bagi anak usia remaja tidak hanya sekedar
mencari kesenangan dan meningkatkan fisioemosional, tetapi
juga lebih ke arah menyalurkan minat dan bakat.

H. Prinsip terapi bermain


Menurut Saputro (2017), agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di
rumah sakit, perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih
singkat untuk menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih
sederhana. Adriana (2011) menyatakan bahwa waktu untuk terapi
bermain 30-35 menit yang terdiri dari tahap persiapan 5 menit, tahap
pembukaan 5 menit, tahap kegiatan 20 menit, dan tahap penutup 5
menit.
11

2. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.


Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak
kecil perlu rasa nyaman dan yakin terhadap benda-benda yang
dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa
nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari, mainan tidak
membuat anak tersedak, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak
tajam, tidak membuat anak terjatuh, kuat dan tahan lama serta
ukurannya menyesuaikan usia dan kekuatan anak.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
Pada rumah sakit yang mempunyai tempat bermain, hendaknya perlu
dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan
bermain berlainan antara usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi.
4. Tidak bertentangan dengan terapi
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Bila program
terapi mengharuskan anak harus istirahat, maka aktivitas bermain
hendaknya dilakukan ditempat tidur.
5. Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga
Banyak teori yang mengemukakan tentang terapi bermain, namun
menurut Wong (2009), keterlibatan orangtua dalam terapi adalah
sangat penting, hal ini disebabkan karena orangtua mempunyai
kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh
kembang pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit.

I. Fungsi bermain di RS
Menurut Adriana (2011) fungsi bermain di Rumah Sakit adalah sebagai
berikut:
1. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol
3. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh,
fungsinya, dan penyakit
12

5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan


tujuan peralatan serta prosedur medis
6. Memberi peralihan (distraksi) dan relaksasi
7. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
8. Memberi cara untuk mencapai tujuan terapeutik
BAB III
SAP BERMAIN

A. Topik : Terapi Bermain


B. Sub Topik : Menghias Pensil
C. Hari/ Tanggal : Selasa, 16 April 2019
D. Waktu : 35 menit
E. Sasaran : Anak Usia Pra Sekolah (>3-6 tahun)
F. Tempat : Ruang Galilea III Anak
G. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti terapi bermain, diharapkan anak dapat
mengembangkan aktivitas melalui pengalaman bermain, dapat
beradaptasi efektif terhadap stres karena penyakit dan dirawat di rumah
sakit serta dapat meningkatkan optimis pada dirinya untuk sembuh agar
pengobatan dapat berjalan dengan baik.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti terapi bermain selama 35 menit, anak diharapkan:
a. Dapat berinteraksi dengan sesama pasien dan dengan perawat.
b. Gerakan motorik halusnya lebih terarah.
c. Berkembang kognitifnya.
d. Dapat melatih kreativitas dalam menghias pensil.
e. Dapat kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan.
H. Perencanaan
1. Jenis Program Bermain
Menghias pensil dengan alat dan bahan yang telah disediakan.
2. Karakteristik Bermain
a. Melatih motorik halus
b. Mengembangkan kreativitas
c. Melatih kesabaran dan ketelitian

13
14

3. Karakteristik Peserta
a. Usia 3-6 tahun
b. Peserta berjumlah 2-4 anak dan didampingi orang tua.
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Klien (anak) dapat duduk
e. Peserta kooperatif
4. Metode:
Demonstrasi
5. Alat-alat yang digunakan (Media)
Pensil, kertas kokoru, lem, pita, gunting, mata boneka
6. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
a. Leader: Lidya
1) Membuka acara permainan
2) Mengatur jalannya permainan mulai dari pembukaan sampai
selesai
3) Mengarahkan permainan
4) Memandu proses permainan
b. Co-Leader: Arya
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktifitas klien
2) Membantu leader mengatur jalannya permainan
3) Membantu memberi motivasi pada peserta bersama leader
c. Fasilitator: Yosefin, Inka, Mega
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2) Membimbing anak dalam bermain
3) Memberi motivasi dan semangat pada anak dalam bermain
4) Memperhatikan respon anak saat bermain
5) Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan perawat dan
keluarganya
d. Observer: Jariaman
1) Mengobservasi jalannya proses bermain
15

2) Mencatat proses kegiatan dari awal hingga akhir permainan


3) Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain
4) Menilai hasil permainan
I. Strategi Pelaksanaan

No Kegiatan Bermain Kegiatan Perserta Waktu


1. Persiapan: Orang tua dan anak 5 menit
a. Menyiapkan ruangan menyanggupi pelaksanaan
b. Menyiapkan alat permainan terapi dan bersedia
c. Menyiapkan peserta menempati ruang bermain
d. Membina hubungan saling
percaya dengan orang tua dan
anak.
2. Pembukaan: 5 menit
a. Leader membuka kegiatan a. Menjawab salam
dengan mengucapkan salam
b. Memperkenalkan nama b. Mendengarkan
mahasiswa kepada anak dan penjelasan leader
keluarga c. Memperhatikan
c. Menjelaskan maksud dan tujuan
dari permainan d. Memperhatikan
d. Kontrak waktu permainan
3. Pelaksanaan: 20
a. Leader dibantu oleh co-leader a. Berpindah posisi menit
dan fasilitator untuk mengajak
anak untuk memulai terapi
bermain
b. Fasilitator membagi alat dan b. Menerima alat dan
bahan untuk menghias pensil bahan untuk menghias
c. Leader dan co-leader memberi c. Menghias pensil
semangat pada anak selama
proses menghias pensil
d. Setelah anak selesai menghias d. Mengungkapkan hasil
pensil, fasilitator mengajak dan menghias pensil
memotivasi anak untuk
mengungkapkan bentuk hiasan
pensil
e. Apabila anak tidak mau aktif,
fasilitator melibatkan orang
tua/pendamping untuk
membantu anak dalam
menghias pensil
16

No Kegiatan Bermain Kegiatan Perserta Waktu


4. Penutup : 5 menit
a. Observer menanyakan respon a. Mendengarkan
menyimpulkan hasil terapi
bermain dan memberikan
pesan-pesan.
b. Leader memberi pujian dan b. Menjawab salam
menutup acara permainan

J. Setting Ruangan
U Keterangan:
: Leader
: Co-Leader
: Peserta
: Orang tua peserta
: Fasilitator
: Observer

K. Evaluasi yang diharapkan


1. Proses
Selama proses terapi bermain, diharapkan:
a. Anak dapat menghias pensil sesuai kreativitasnya
b. Anak dapat melatih kesabaran dan ketelitiannya
c. Anak dapat mengungkapkan nama bentuk hiasan pensil
2. Hasil
a. Anak dapat berinteraksi dengan sesama pasien dan dengan
perawat
b. Anak gerakan motorik halusnya lebih terarah
c. Anak berkembang kognitifnya
d. Anak dapat melatih kreativitas dalam menghias pensil
e. Anak dapat kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan
BAB IV
PELAKSANAAN

A. Kegiatan
1. Pelaksanaan terapi bermain dilaksanakan di tempat bermain ruang G
III Anak Rumah Sakit Bethesda tanggal 26 April 2019 jam 10.00 WIB
2. Persiapan terapi bermain dilakukan jam 09.25 WIB dan persiapan
selesai jam 09.40 WIB.
3. Petugas yang berperan sebagai fasilitator menjemput pasien ke kamar
perawatan jam 09.45 WIB
4. Jam 09.50 peserta sudah siap di tempat bermain untuk mengikuti terapi
bermain
B. Peserta
1. Nama peserta : An. Y
Tanggal lahir : 20 – 01 - 2013
Usia : 6 tahun 3 bulan 6 hari
Diagnosa medis : Dengue Fever hari ke 7
Pendamping : Ibu E
Evaluasi :
An. Y mengikiuti terapi bermain dari awal sampai akhir kegiatan.
Selama kegiatan berlangsung An. Y tidak rewel, tidak menangis dan
tidak mengganggu peserta lain.
a. Kemampuan kemandirian dan bersosialisasi
An. Y mampu bersosialisasi dengan peserta lain dan perawat. An.Y
terkadang meminta bantuan fasilitator untuk memotong dan
memberikan lem perekat pada kertas kokoro yang digunakan untuk
menghias pensil.
b. Kemampuan gerak halus
An.y diawal acara tampak memperhatikan leader. An.Y
menyelesaikan menghias pensil dengan bantuan fasilitator.

19
18

c. Bahasa
An.Y selalu meminta tolong dengan berbicara sepontan, seperti
meminta tolong memberikan lem perekat.
d. Kemampuan gerak kasar
Ketika diminta untuk memperlihatkan hasil dari menghias pensil,
an.Y dengan spontan berdiri dan memperlihatkan hasil yang di
buatnya.

2. Nama peserta : An. B


Tanggal lahir : 11 Februari 2013
Usia : 6 tahun 2 bulan 15 hari
Diagnosa medis : Febris hari ke 5
Pendamping : kakak. M
Evaluasi
An. B mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir. Peserta kooperatif,
memperhatikan penjelasan leader, tidak rewel, tidak menangis dan
tidak mengganggu peserta lain.
a. Kemampuan kemandirian dan bersosialisasi
An. B mengajak peserta lain untuk berkenalan. An. B
menyelesaikan menghias pensil dengan bantuan kakak dan
fasilitator.
b. Kemampuan gerak halus
An. B membutuhkan beberapa kali bantuan fasilitator untuk
menempelkan kertas kokoro ke pensil.
c. Bahasa
Bicara An. B dapat dimengerti dengan jelas, an.B memperkenalkan
dirinya dengan baik.
d. Kemampuan gerak kasar
Setelah menyelesaikan menghias pensil, An. B mengajak fasilitator
untuk bermain. An. B berjalan dan mengumpulkan puzzle huruf
yang berada di ruang bermain G III
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil terapi bermain pada anak usia 3-6 tahun yang dilakukan
oleh penyusun, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang
mencerminkan kemampuan fisik intelektual, emosional dan sosial anak yang
dapat memberikan kesenangan. Aspek perkembangan anak dapat
ditumbuhkan secara optimal dan maksimal melalui kegiatan bermain. Salah
satu terapi bermain pada anak usia 3-6 tahun yaitu menghias pensil. Dari
permainan tersebut maka diharapkan:
1. Anak dapat berinteraksi dengan sesama pasien dan dengan perawat
2. Anak gerakan motorik halusnya lebih terarah
3. Anak berkembang kognitifnya
4. Anak dapat melatih kreativitas dalam menghias pensil
5. Anak dapat kooperatif terhadap perawatan dan pengobatan

B. Saran
1. Bagi Orang Tua/Pendamping Peserta
Diharapkan orang tua/pendamping peserta dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kesembuhan klien dengan menggunakan terapi bermain
seperti menghias pensil.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan terapi bermain usia 3-6 tahun tentang menghias pensil dapat
diterapkan bagi pasien lain sesuai kriteria yang diharapkan.
3. Bagi Institusi
Diharapkan proposal ini dapat menjadi pedoman penyusunan proposal
terapi bermain pada anak usia 3-6 tahun.

19
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak.
Jakarta: Salemba Medika.
Hatiningsih, Nuligar. (2013). Play Therapy untuk Meningkatkan Konsentrasi pada
Anak Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal ilmiah
psikologi terapan 1-2. 324.
Saputro, Heri. (2017). Anak sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit. Ponorogo:
FORIKES.
Soetjiningsih, 2013. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.
UU RI No. 35 Tahun 2014.
Wong. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Lampiran

DOKUMENTASI KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai