Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK USIA 3-8 TAHUN DI

RUANG BAJI MINASA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

DISUSUN OLEH

LA HARYADI NUR ANGGIA PUTRI

RIKA MARJIANA ROSNENI

MARIA KRISTIANI MUTAWAPPIKA

LA ANDRIAWAN NURHASMILA

CI INSTITUSI CI LAHAN

(Akbar Asfar, S.Kep, Ns.,M.Kes) (Hj. Asmawati Sima, S.Kep,Ns)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi
Bermain pada Anak Usia 3-8 tahun di Ruang Baji Minasa “ Makalah ini berisikan
tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada anak
usia 3-8 tahun di ruang Baji Minasa.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
mewarnai, menyusun gambar (puzzle) dan tebak gmbar/ warna. Kami menyadari
bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
proposal ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 21 November 2022

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2012).
Berdasarkan pengamatan kami di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang
Baji di ruangan perawatan anak didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5
tahun) sebanyak 4 orang anak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan
tangannya yaitu dengan menyelesaikan susunan gambar bisa melatih kecerdasan
otak anak dan berpikir secara logis untuk mewarnai gambar yang bisa menjadi
sesuatu yang menarik seperi binatang atau orang.
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan
anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal.
Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar,
disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang telah
dibongkar.
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif
terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b) Mengekspresikan perasaannya selama menjalani perawatan.
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d) Beradaptasi dengan lingkungan
e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Terapi Bermain


Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan
setiap hari secara sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media
yang baik bagi anak-anak untuk belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan
untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan sosial anak (Nursalam, 2015).

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak


secara optimal. Oleh karena itu dalam memilih alat bermain hendaknya
disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia anak. Sehingga dapat merangsang
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di
rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap perlu dilaksanakan disesuaikan dengan
kondisi anak.

Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang bermanfaat untuk


mengurangi rasa stress anak, yaitu:

1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang


yaitu bermain bemain spontan yang tidak terstruktur.
2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas
untuk tujuan tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan
3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan
meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan
intervensi yang sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk
memberikan pengalaman pada anak menyelesaiakan konflik
internal, dan tipe ini merupakan komponen penting pendekatan
psikososial untuk merawat anak.
B. Fungsi Bermain

Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik,


perkembangan intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain
sebagai terapi.

1. Perkembangan sensorik-motorik merupakan komponen terbesar yang


digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk perkembangan
pengobatan.
2. Perkembangan intelektual anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada dilingkungan sekitar.
3. Perkembangan sosial anak akan memberi dan menerima serta
mengembangkan hubungan sesuai dengan belajar memecahkan masalah
dan hubungan sulit.
4. Perkembangan kreatifitas anak belajar merealisasikan diri.
5. Perkembangan kesadaran diri, anak belajar mengenal kemampuan dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya
terhadap orang lain.
6. Perkembangan moral, anak akan belajar mengenai nilai dan moral dan etika
belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta belajar
bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan.
7. Bermain sebagai terapi, anak akan mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya dan relaksasi melalui kesenangannya bermain.

C. Tujuan Bermain

1. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di
rumah sakit.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.
3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.
4. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat
sakit, pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

1. Status kesehatan

Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotorik/ kognitif terganggu.


Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permainannya dan ada
saat-saat anak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermaian.

2. Jenis kelamin

Pada saat usia sekolah biasanya anak laki-laki engan bermain dengan anak
perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunikasi sendiri, dimana
anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama laki-
laki. Tipe dan alat permainan pun akan berbeda, misalnya anak laki-laki
suka bermain bola, pada anak permpuan suka main boneka.

3. Lingkungan

Lokasi dimana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan anak. Di


kota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan. Paling
mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah
lapang/lapangan untuk bermain, berbeda dengan yang masih terdapat tanah-
tanah kosong.

4. Alat permainan yang cocok

Disesuaikan dengan tahap perkembangan sehingga anak menjadi senang


untuk menggunakannya.
E. Prinsip-Prinsip Dalam Aktivitas Bermain

Menurut Soetjiningsih (2011), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal,


maka diperlukan hal-hal seperti:

a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil
kemungkinan untuk melakukan permainan.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal.
c. Alat permainan
Untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak.
d. Ruang untuk bermain
Bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman,
bahkan di tempat tidur.
e. Pengetahuan cara bermain
Dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan
pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat
permainan tersebut.
f. Teman bermain
Teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak
dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan
dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan
anak menjadi lebih akrab.
F. Klasifikasi Bermain

1. Berdasarkan isi permainan


a. Sosial Affective Play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan
mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang
menyenangkan dengan orang tuanya atau orang lain.

b. Sense of Pleasure Play


Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang
pada anak. Misalnya, bermain dengan pasir.

c. Skill Play
Permainan ini meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik
kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-benda
kecil, anak akan terampil bermain sepeda.

d. Games atau Permainan


Jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan atau skor. Misalnya, ular tangga, puzzle,.

e. Unoccupied Behaviour
Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum,
tertawa, memainkan kursi, meja atau apa yang ada di sekelilingnya. Jadi,
sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan situasi
atau obyek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat
permainan. Anak tampak senang dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya tersebut.

f. Dramatic Play
Dalam permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Misalnya, anak memerankan sebagai ibu guru, ayahnya
atau ibunya.
2. Ditinjau dari karakter

a. Social anlooker play

Anak hanya akan mengamati temannya yang sedang bermain tanpa ada
inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan.

b. Solitary play

Pada pemainan ini anak tampak berada dalam kelompok permaian, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya yang
berbeda dengan teman yang lain, tidak ada kerja sama atau komunikasi
dengan teman sepermainannya.

c. Paralel play

Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara anak
satu dengan anak yang lain tidak terjadi kontak. Biasanya permainan ini
dilakukan pada usia toddler.

d. Associative play

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak yang lain tetapi tidak terorganisir, tidak ada pemimpin dan tujuan
permainan tidak jelas. Misalnya, bermain boneka atau masak-masakan.

e. Cooperative play

Aturan permaian dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan


jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Misalnya, bermain sepak
bola.

G. Tahap Perkembangan Bermain

1. Tahap eksplorasi
Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3. Tahap bermin sungguhan
Anak sudah ikut dalam perminan.

4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

H. Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


1. Usia 0 – 12 bulan
Tujuannya adalah :
a) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap,
b) menggenggam.
c) Melatih kerjasama mata dan tangan.
d) Melatih kerjasama mata dan telinga.
e) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
f) Melatih mengenal sumber asal suara.
g) Melatih kepekaan perabaan.
h) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
b) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e) Alat permainan berupa selimut dan boneka (Fadilah, M.,2016)
2. Usia 13 – 24 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b) Memperkenalkan sumber suara.
c) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d) Melatih imajinasinya.
e) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
a) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-
balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-
coret, krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan
Tujuannya adalah :
a) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
a) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
b) Melatih motorik halus dan kasar.
c) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
d) Melatih kerjasama mata dan tangan.
e) Melatih daya imajinansi.
f) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
Alat permainan yang dianjurkan :
a) Alat-alat untuk menggambar.
b) Lilin yang dapat dibentuk
c) Pasel (puzzel) sederhana.
d) Manik-manik ukuran besar.
e) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
f) Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan
Tujuannya adalah :
a) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
d) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-
pura (sandiwara).
e) Membedakan benda dengan permukaan.
f) Menumbuhkan sportivitas.
g) Mengembangkan kepercayaan diri.
h) Mengembangkan kreativitas.
i) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari,
dll).
j) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan
kasar.
k) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
l) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal
: pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :


a) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-
anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air,
dll.
b) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

I. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1) Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2) Status kesehatan, anak sakit : perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3) Jenis kelamin
4) Lingkungan : lokasi, negara, kultur
5) Alat permainan : senang dapat menggunakan
6) Intelegensia dan status sosial ekonomi
J. Prinsip Bermain Di Rumah Sakit
1) Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
2) Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
3) Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
4) Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
5) Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
6) Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

K. Hambatan Yang Mungkin Muncul


1) Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
2) Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
3) Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

L. Antisipasi hambatan
1) Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
2) Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
3) Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
4) Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
5) Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Ruang Baji Minasa


Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-8 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari/Tanggal : Selasa, 22 November 2022
Jam / Durasi : Pkl. 11.00 sd selesai
Tempat Bermain : Ruang Perawatan Baji Minasa
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien
yang memenuhi kriteria sbb :
a) Anak usia 3 – 8 tahun
b) Tidak mempunyai keterbatasan fisik
c) Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
d) Pasien kooperatif
e) Peserta terdiri dari :
f) Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 2-
3 orang didampingi keluarga

Target : 2-3 orang


Sarana dan Media
1. Sarana:
- Ruangan tempat bermain
- Tikar untuk duduk
2. Media:
- Gambar yang belum disusun (Puzzle)
- Kertas Bergambar untuk Mewarnai
- Pensil Warna
- Kertas warna
- Kertas bergambar untuk tebakan
Pengorganisasian

Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 5 orang dan 1 orang observer
dengan susunan sebagai berikut:

Leader : La Haryadi
Co leader : La Andriawan
Observer : Mutawapikka
Fasilitator : Maria Kristiani Kilu
Nur Anggia Putri
Rosneni
Rika Marjiana
Nur Hasmila
Pembagian Tugas :
1) Peran Leader
a) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan
menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi
untuk mengekspresikan perasaannya
b) Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau
mendominasi
c) Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan
dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam
kegiatan
2) Peran Co Leader
a) Mengidentifikasi issue penting dalam proses
b) Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok
yang akan dating
d) Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3) Peran Fasilitator
a) Mempertahankan kehadiran peserta
b) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c) Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar
maupun dari dalam kelompok
4) Peran Observer
a) Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy
b) Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c) Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy
d) Menilai performa dari setiap tim terapis dalam memberikan terapi

Setting Tempat

Keterangan

Keterangan

Penguji Co leader anak Orang tua

Leader observer Fasilitator


Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 menit Pembukaan :
 Co-Leader membuka dan  Menjawab salam
mengucapkan salam  Mendengarkan
 Memperkenalkan diri terap  Mendengarkan
 Memperkenalkan
pembimbing
 Memperkenalkan anak satu  Mendengarkan
persatu dan anak saling dan saling berkenalan
berkenalan dengan
temannya  Mendengarkan
 Kontrak waktu dengan anak  Mendengarkan
 Mempersilahkan Leader
2 30 menit Kegiatan bermain :
 Leader menjelaskan cara  Mendengarkan
permainan
 Menanyakan pada anak,  Menjawabpertanyaan
anak mau bermain atau
tidak  Menerima permainan
 Menbagikan permainan  Bermain
(Puzzle, mewarnai, terbak  Bermain
gambar dan warna)
 Leader ,co-leader, dan
Fasilitator memotivasi anak
 Fasilitator mengobservasi
anak
 Menanyakan perasaan anak
 Mengungkapkan
perasaan
3 5 menit Penutup :
 Leader Menghentikan  Selesai bermain
permainan
 Menanyakan perasaan anak  Mengungkapkan
 Menyampaikan hasil perasaan
permainan  Mendengarkan
 Memberikan hadiah pada  Senang
anak yang cepat  Senang
menyelesaikan gambarnya
dan bagus  Mengungkapkan
 Membagikan souvenir/ perasaan
kenang-kenangan pada  Mendengarkan
semua anak yang bermain  Menjawab salam
 Menanyakan perasaan anak
 Co-leader menutup acara
 Mengucapkan salam

Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung
b) Anak merasa senang dan tidak takut dengan perawat
c) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

NAMA PESERTA TERAPI BERMAIN

NO NAMA PESERTA UMUR


DAFTAR PUSTAKA

Fadilah, M. (2016). Bermain dan Permainan Anak Usia Bermain dan Permainan
Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana.

Nursalam, dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan

bidan). Jakarta:Salemba Medika

Soetjiningsih, dkk. 2011. Anak Sakit Wajib Bermain di Rumah Sakit. Ponorogo.
FORIKES.

Wong, L.D., Eaton, H.M,. Wilson., Winkelstein, L.M dan Schwart, P (2012). Buku
Ajar Keperawatan Anak. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai