By :
CI INSTITUSI
Faktor predisposisi
disebabkan oleh organisme streptococcus hemolitik B group A
yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati
Faktor individu
(genetic dan jenis kelamin)
Faktor lingkungan
PATOFISIOLOGI
Hubungan yang pasti antara infeksi streptococcus dan
demam reumatik akut tidak diketahui. Cedera jantung
bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang
di tunjukan oleh hasil kultur streptococcus yang negatif
pada bagian jantung yang terkena (Ngastiyah, 2019).
Fakta berikut ini menunjukan bahwa hubungan tersebut
terjadi akibat hipersensitifimunologi yang belum
terbukti terhadap antigen antigen streptococcus :
a.Demam reumatik akut terjadi 2-3 minggu setelah
Riwayat penyakit dahulu : Tidak pernah mengalami penyakit yang sama, Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat
hanyademam biasa mempengaruhi status nutrisi berubah
Pemeriksaan fisik Head to Toe:
Riwayat penyakit sekarang : Kardiomegali, bunyi jantung muffled dan
perubahan EKG Kepala :Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera
Riwayat kesehatan keluarga
anemis, terdapat napas cuping hidung, membran mukosa mulut
Riwayat kesehatan lingkungan
pucat.
Keadaan sosial ekonomi yang buruk Kulit :Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu
Iklim dan geografi tubuh sampai 39ᴼC.
Cuaca Jantung
Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat murmur, gallop
Abdomen
Inspeksi perut simetris
Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
Perkusi tympani
Auskultasi bising usus normal
Genetalia : Tidak ada kelainan
Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara sistolik,
celcius namun tidak terpola. perubahan suarah jantung, perubahan Elektrokardiogram (EKG), nyeri
Adanya riwayat infeksi saluran napas. prekornial, leokositosis, peningkatan Laju endap darah (LED),
peningkatan Anti Streptolisin (ASTO).
Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar- debar.
Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada sendi
Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
Kelemahan otot.
Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak dan
Akral dingin.
bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya langsung
Mungkin adanya sesak.
diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor persendian.
Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan cepat,
emosi labil, kelemahan otot.
Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan
telapak tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi, tidak parmanen,
eritema bersifat non-pruritus (Aspiani, 2020).
Diagnosis Keperawatan
T:
6. Posisikan pasien semi Fowler atau
fowler
7.Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
E:
8.Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi
T:
9.Kolaborasi pemberian Obat
DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera Seteleh dilakukan intervensi selam 3 x 24 jam Intervensi : Manajemen nyeri
biologis. diharpakan : O:
Tingkat Nyeri Menurun dengan kriteria hasil : 1. identifikasi lokasi, karakteristi, durasi, frekuensi,
-Keluhan nyeri menurun kualitas dan intensitas nyeri
-Meringis menurun 2. identifikasi skala nyeri
-Frekuensi nadi membaik T:
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
E:
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
K:
5. Kolaborasi pemberian analgetik
DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI
Hipertermia berhubungan dengan proses Seteleh dilakukan intervensi selama 3 x 24 Intervensi : Maanajemen Hipertermia
penyakit. jam diharpakan : O:
Termoregulasi 1. Identifikasi penyebab hipertermia
-Suhu tubuh membaik 2. Monitor suhu tubuh
-Tekanan darah membaik T:
-Kulit merah menurun 1. Longgarkan atau lepaskan pakaian
2. Berikan cairan oral
E
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
DIAGNOSIS TUJUAN INTERVENSI
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Seteleh dilakukan intervensi selama 3 x 24 jam Intervensi : Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan anoreksia diharpakan : Status Nutrisi membaik dengan kriteria Obesrevasi :
hasil : Identifikasi status nutrisi
Berat badan membaik Monitor asupan makanan
IMT membaik Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Frekuensi Makan membaik Terapeutik :
Nafsu makan membaik Berikan makanan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian obat