Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN

BERMAIN BONGKAR PASANG (SKILL PLAY)

Disusun Oleh :

Aira Nazais Prameswari (02026002)

Abdul Rochim Sidik (01925001)

Andri (02026030)

Fidiyah Hair (02026007)

Itmam Maulidi (02026011)

Nabila Suci Ariestya (02026018)

Satya Indah Pramesti (02026022)

Siti Fauziah Azuhrah (02026025)

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA


TAHUN 2021/202
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kepuasan.
Aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, meskipun hal
tersebut tidak meghasilkan komoditas tertentu.

Bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak secara optimal. Anak
bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan lainnya sehingga hal
tersebut memberikan kebebasan bermain untuk anak sehingga orang tua dapat mengetahui
suasana hati si anak. Oleh karena itu dalam memilih alat bermain hendaknya disesuaikan dengan
jenis kelamin dan usia anak. Sehingga dapat merangsang perkembangan anak secara optimal.
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktifitas bermain ini tetap perlu
dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi anak.

B. Tujuan

Terapi Bermain

I. Tujuan Umum

Merangsang perkembangan sensorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral, dan
bermain dengan terapi.

II. Tujuan Khusus

- Meningkatkan kemampuan dan kreatifitas.

- Meningkatkan keterampilan anak.

- Mengidentifikasi anak terhadap keterampilan tertentu.

- Memberikan kesenangan dan kepuasan.

III. Manfaat Terapi Bermain

- Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan kejenuhan
terhadap suasana rumah sakit.

- Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat bermain.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari secara
sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-anak untuk
belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan
sosial anak.

Bermain adalah dunia anak-anak sebagai bahasa yang paling universal, meskipun tidak pernah
dimasukkan sebagai salah satu dari ribuan bahasa yang ada di dunia. Melalui bermain, anak-anak
dapat mengekspresikan apapun yang mereka inginkan. Menurut Groos (Schaefer et al, 1991)
bermain dipandang sebagai ekspresi insting untuk berlatih peran di masa mendatang yang
penting untuk bertahan hidup (Nuryanti, 2007).

Bermain juga menjadi media terapi yang baik bagi anak-anak bermasalah selain berguna untuk
mengembangkan potensi anak. Menurut Nasution (cit Martin, 2008), bermain adalah pekerjaan
atau aktivitas anak yang sangat penting. Melalui bermain akan semakin mengembangkan
kemampuan dan keterampilan motorik anak, kemampuan kognitifnya, melalui kontak dengan
dunia nyata, menjadi eksis di lingkungannya, menjadi percaya diri, dan masih banyak lagi
manfaat lainnya (Martin, 2008). Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,
emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan
bermain, anak akan berkata-kata, belajar memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan
apa yang dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000). Bermain adalah
kegiatan yang dilakukan sesaui dgn keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan. (Foster,
1989).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah: “Kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan kerja pada orang
dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar berkomunikasi dengan lingkungan,
menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan
mental serta sosial anak.”
B. Fungsi Bermain

Fungsi bermain adalah merangsang perkembangan sensorik-motorik, perkembangan


intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral dan bermain sebagai terapi.

1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik

Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang di
bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2. Membantu Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak
bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan
kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan Sosialisasi Anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi anak
akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang

4. Meningkatkan Kreatifitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini,
seperti bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
5. Meningkatkan Kesadaran Diri

Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

6. Mempunyai Nilai Terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak
sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi
dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus
dilakukan tidak boleh dilanggar.

C. Tujuan Bermain

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit, pada saat
sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

3. Pengembangan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah.

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah sakit.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Bermain

1. Tahap perkembangan

2. Jenis kelamin anak

3. Status kesehatan anak

4. Lingkungan yang tidak mendukung

5. Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai dengan anak

E. Prinsip-Prinsip Dalam Aktifitas Bermain


1. Perlu energi ekstra

2. Waktu yang cukup

3. Alat permainan

4. Ruang untuk bermain

5. Pengetahuan cara bermain

6. Teman bermain

F. Klasifikasi Bermain

1. Bermain aktif

Pada permainan ini anak berperan secara aktif, kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat
oleh mereka sendiri. Bermain aktif meliputi :

a) Bermain mengamati/menyelidiki (Exploratory Play)

Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan tersebut,
memperhatikan, mengocok-ocok apakah ada bunyi, mencium, meraba, menekan dan kadang-
kadang berusaha membongkar.

b) Bermain konstruksi (Construction Play)

Pada anak umur 3 tahun dapat menyusun balok-balok menjadi rumah-rumahan.

c) Bermain drama (Dramatic Play)

Misalnya adalah bermain sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan teman-temannya.

d) Bermain fisik

Misalnya bermain bola, bermain tali dan lain-lain.

2. Bermain pasif

Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan mendengar. Permainan
ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi
kebosanan dan keletihannya. Contoh ; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau
musik,menonton televisi dsb.

Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila
terdapat hal-hal seperti dibawah ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk aktif bermain.

b. Tidak ada variasi dari alat permainan.

c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.

d. Tidak mempunyai teman bermain.

G. Pelaksanaan Terapi Bermain

1. Pengorganisasian

a. Leader : Aira Nazais Prameswari

Tugas :

- Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapi

- Menjelaskan tujuan terapi bermain

- Menjelaskan aturan terapi permainan

b. Co. Leader : Satia Indah Pramesti

Tugas :

- Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan

- Menyampaikan jalannya kegiatan

- Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya.

c. Observer : Nabila Suci Ariestya

Tugas :

- Mengevaluasi jalannya kegiatan

d. Fasilitator : Andri,Abdul Rochim Sidik,Fidyah Hair,Itmam Maulidi,Siti Fauziah Azuhrah

Tugas :

- Memfasilitator kegiatan yang diharapkan

- Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan

- Sebagai Role Model selama kegiatan


H. Jenis Permainan Yang Cocok

1. Dramatic Play

Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain. Contoh: Anak memerankan
sebagai ayah atau ibu.

2. Skill Play

Pada permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak khususnya motorik kasar dan halus.
Contoh : Bermain bongkar pasang.

3. Assosiative Play

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan yang lain, tetapi tidak
terorganisir. Tidak ada pemimpin yang memimpin permainan dan tujuan yang tidak jelas.
Contoh: anak-anak bernyanyi sesuai selera masing-masing.

4. Cooperative Play

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas tetapi tujuan dan pimpinan permainan
jelas. Contoh : anak-anak bernyanyi bersama-sama dengan satu orang menjadi pemimpin.

I. Tahap Kerja Terapi Bermain

1. Stimulasi Sosial

Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh: bermain pasir bersama-
sama.

2. Stimulasi Keterampilan

Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat mengetahui bakat
anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.
3. Stimulasi Kerjasama

Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain menyusun puzzle,
bermain bola.

J. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Jumlah dan nama anak

Hari, tanggal : Jumat, 05 November 2021

Waktu : Pukul 18.30 – 19.00

Tempat : Rumah Satya

Jumlah dan nama anak :

Anak yang mengikuti kegiatan berjumlah 5 orang,adapun nama anak yang akan mengikuti
TAB adalah : An.Apis,An.Arkan,An.Erzi,An.Gava,An.Selin.

Permainan :

- Permainan Bongkar Pasang:

Meningkatkan keterampilan anak mengenai motorik kasar dan halus.

Cara Bermain :

Letakkan keping-keping puzzel disamping papan secara acak. Ajaklah si anak untuk mencari
pasangannya dengan meletakkan keping yang sesuai dengan pola gambar di papan. Lanjutkan
dengan keping berikutnya sampai semua keping mendapat pasangannya. Minta anak untuk
menebak apa gambar yang terdapat di papan. Beri reinforcement positif.

- Lomba Mewarnai

Menumbuhkan kreatifitas, sportifitas dan meningkatkan semangat untuk berkompetisi dalam


lomba.

Cara Bermain :

Leader membagikan gambar dan pensil warna

Minta anak untuk mewarnai sesuai dengan seleranya


K. Sasaran

Sasaran terapi bermain ini untuk anak usia 4-5 tahun.

L. Metode

Demonstrasi

M. Kriteria Penilaian

1. Evaluasi Struktur

Peralatan bermain seperti puzzle, buku gambar dan pensil berwarna sudah tersedia

Lingkungan yang cukup memadai untuk syarat bermain

Waktu pelaksanaan terapi bermain dimulai tepat waktu

Jumlah terapis 5 orang.

2. Evaluasi Proses

Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib dan teratur.

Co. Leader dapat membantu tugas Leader dengan baik.

Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan.

80 % anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai akhir.

3. Evaluasi Hasil

100 % anak dapat mengungkapkan perasaannya setelah mengikuti kegiatan

75 % mampu mengikuti kegiatan yang dilakukan

25 % anak dapat menyatakan perasaan senang


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bermain tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak, karena bagi anak bermain sama saja
bekerja bagi orang dewasa. Bermain pada anak mempunyai fungsi yaitu untuk perkembangan
sensorik, motorik, intelektual, sosial, kreatifitas, kesadaran diri, moral sekaligus terapi anak saat
sakit.

Tujuan bermain adalah melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal,


mengekspresikan dan mengalihkan keinginan fantasi. Dan idenya mengembangkan kreatifitas
dan kemampuan memecahkan masalah dan membantu anak untuk beradaptasi secara efektif
terhadap stress karena sakit dan di rawat di Rumah Sakit.

B. Saran

Terapi bermain dapat menjadi obat bagi anak-anak yang sakit. Jadi sebaiknya di RS juga
disediakan fasilitas bermain bagi anak-anak yang di rawat di rumah sakit. Mensosialisasikan
terapi bermain pada orang tua sehingga orang tua dapat menerapkan terapi di rumah dan di rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai