Anda di halaman 1dari 15

FRAKTUR FEMUR

DISUSUN OLEH :

NAMA NIM
Aira Nazais Prameswari 02026002

Dosen Pengampu :

Ns. Leo Rulino,M.Kep

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA KARYA JAYA


TAHUN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas segala rahmat dan
HidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “FRAKTUR FEMUR” untuk
memenuhi nilai mata kuliah kegawatdaruratan
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu saya menerima segala saran dan
kritik agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan dapat memberikan
inspirasi terhadap pembaca
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................


DAFTAR ISI......................................................................................................................................
BAB I ................................................................................................................................................
PENDAHULUAN .............................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG ...............................................................................................................
B. TUJUAN PENULISAN ............................................................................................................
BAB II................................................................................................................................................
TINJAUAN TEORI ...........................................................................................................................
Konsep Dasar Medis ......................................................................................................................
1. Definisi ..........................................................................................................................
2. Anatomi Fisiologi ...........................................................................................................
3. Etiologi. ..........................................................................................................................
4. Patofisiologi ....................................................................................................................
5. Patofisiologi Diagram .....................................................................................................
6. Tanda dan Gejala ............................................................................................................
7. Pemeriksaan penunjang ..................................................................................................
8. Penatalaksanaan ..............................................................................................................
9. Komplikasi .....................................................................................................................
BAB III ..............................................................................................................................................
PENUTUP..........................................................................................................................................
Kesimpulan.....................................................................................................................................
Saran ...............................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang
diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan
dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang atau osteoporosis.

Menurut jenisnya fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan terbuka, fraktur
tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih
utuh.sedangkan fraktur terbuka adalah fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan
ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang
(Mansjoer, 2000)

B. TUJUAN PENULISAN

Tujuan Umum :
Mampu mengetahui dan memahami konsep dasar fraktur, konsep dasar asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur, dan penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan
fraktur.
Tujuan Khusus :
- Mengetahui pengertian fraktur femur
- Mengetahui patofisiologi fraktur femur
- Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien fraktur femur
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian.
Fraktur Femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal
paha yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu,
seperti degenerasi tulang atau osteoporosis.

2. ANATOMI FISIOLOGI

a. Anatomi Tulang
Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan menjadi
tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan tubuh. Tulang dlh jaringan
terstruktur dengan baik dan mempunyai 5 fungsi utama:
1) Membentuk rangka badan
2) Sebagi pengumpil dan tempat melekat otot
3) Sebagai bagian dari tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alt
dalam (otot, sumsum tulang belakang, jantung, dan paru-paru)
4) Sebagai tempat mengatur dan deposit kalsium, fosfat, magnesium dan
garam.
5) Ruang ditengah tulang tertentu sebagai organ yang mempunyai fungsi
tambahan lain, yaitu sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel
darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Komponen utama jaringan tulang adalah mineral dan jaringan organik (kolagen dan
proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu kristal garam (hidroksiapatit),
yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Matriks organik tulang juga
disebut osteosid. Sekitar 70% dari osteosid adalah kolagen tipe I yang kaku dan
memberi tinggi pada tulang. Materi organik lain yang juga menyusun tulang berupa
proteoglikan.

Secara garis besar, tulang dibagi menjadi 6;

1) Tulang panjang (long bone): femur, tibia, fibula, ulna, humerus.


2) Tulang pendek (short bone): tulang-tulang karpal
3) Tulang pipih (flat bone): tulang parietal, iga, skapula, dan pelvis.
4) Tulanmg tak beraturan (irregular bone): tulang vertebra
5) Tulang Sesmoid: tulang patella
6) Tulang Sutura: atap tengkorak

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luarnya yang disebut
dengan korteks dan bagian luarnya dilapisi periosteum.

b. Fisiologi tulang
Tulang terdiri dari 3 jenis sel:
1) Osteoblast
Membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan
sebagai matriks tulang atau jaringan osteosid melalui suatu proses yangh
disebut osifikasi.
2) Osteosit
Adalah sel tulang dewasa yng bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Adalh sel besar yang berinti banyak yang memungkinkan mineral dan
matriks tulang dapat di absorbsi. Sel ini menghasilkan enzim proteolitik,
yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutklan mineral tulang
sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah.
c. Os Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar yang terhubung dengan asetabulum
membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris. Disebelah atas dan bawah
kolumna femoris terdapat taju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor.
Di bagian ujung membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang
disebut kondilus medialis dan kondilus lateralis. Di antara kedua kondilus ini
terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patela) yang disebut
dengan fosa kondilus.
Os tibialis dan fibularis merupakan tulang pip yng terbesar sesudah tulang paha
yang membentuk persendian dengan os femur. Pda bagian ujungnya terdapat
tonjolan yang disebut maleolus lateralis atau mata kaki luar. Os tibia bentuknya
lebih kecil, pada pangklal melekat os fibula, pada bagian ujung membentuk
persendian dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os maleolus
medialis.

3. ETIOLOGI
a) Cedera Traumatic Cedera traumatic dapat disebabkan oleh:
1. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang patah secara sepontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
2. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
b) Fraktur Patologik Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
berikut :

Tumor tulang (jinak atau ganas) : Pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.

2. Infeksi seperti osteomyelitis :

Dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang
progresif, lambat dan sakit nyeri. Rakhitis:L suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh
defisiensi Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

3.Tumor tulang (jinak atau ganas) :

Pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progresif.

4.Infeksi seperti osteomyelitis :

Dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang
progresif, lambat dan sakit nyeri.

4. PATOFISIOLOGI

Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan kulit. Sewaktu tulang
patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang
tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya terjadi
hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan
aliran darah ke tempat tersebut, aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur
yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati. Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang
berkaitan dengan pembengkakan yang tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke
ekstremitas dan mengakinatkan kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan
mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia
mengakibatkan rusaknya serabut syaraf maupun jaringan otot.

5. PATOFISIOLOGI DIAGRAM

6. TANDA DAN GEJALA


a. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
dimobilisasi.Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah
yang dirncang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak alamiah
bukannya tetap rigid seperti normalnya.
c. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas dan
dibawah tempat fraktur.
d. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah
beberapa jam atau hari.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. 1.Foto Rontgen
a. Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung.
b. Mengetahui tempat dan tipe fraktur.
c. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan
secara periodic.
2. Scan Tulang, Tomography, CT-Scan, MRI Dapat digunakan untuk
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram
Dilakukan bila dicurigai ada kerusakan vaskuler.
4. CCT
Dilakukan bila banyak kerusakan otot.
5. Hitung Darah Lengkap
HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi
fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah SDP adalah respon
stress normal setelah trauma
6. Kreatinin
Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal.
7. Profil Koagulasi
Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfuse multiple atau cedera hati
8. PENATALAKSANAAN
a. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt untuk
mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera pada
pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen

Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit mungkin


penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieklsisi dengan hati-hati. Luka
akibat penetrasi fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan dan dieksisi, terapi
yang cukup dengan debridemen terbatas saja.

3) Stabilisasi

Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.

4) Penundaan tertutup
5) Penundaan rehabilitasi

b. Fraktur Femur Tertutup


Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam melakukan
asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis, perawat dapat mengenal
impliksi pada setiap tindakan medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
a) Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan dengan gips
pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif pelaksanaan pada klien usia
muda.
b) Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan dengan
memergunakan plate dan screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
a) Terapi konserfativ
b) Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi
definitif untuk mengurangi spasme otot.
c) Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut. Indikasi
traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan segmental.
d) Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur secara klinis

3) Terapi Operasi
a) Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal femur
b) Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi tertutup
maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah farktur diafisis.
c) Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif, infected
pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang
hebat.
4) Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
a) Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
b) Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phorc dare screw
dengan berbagai tipe yang tersedia.

9. KOMPLIKASI
a. Fraktur leher femur
Komplikasi bergantung pada beberapa faktor. Komplikasi yang bersifat umum
adalah trombosis vena, emboli paru, pneumonias, dan dekubitus. Nekrosis
avaskular terjadi pada 30% klien fraktur femur yang disertai pergeseran dan 10%
fraktur tanpa pergeseran. Apabila lokasi fraktur lrbih ke proksimal, kemungklinan
terjadi nekrosis avaskular lebih besar.
b. Fraktur diafisis femur
1) Komplikasi dini
a) Syok. Terjadi perdarahan sebanyak 1-2 liter walapun fraktur bersift tertutup.
b) Emboli lemak. Sering didapatkan pada penderita muda dengan fraktur
femur. Klien perlu menjalani pemeriksaan gas darah.
c) Trauma pembuluh darah besar. Ujung fragmen tulang menembus jaringan
lunak dan merusak arteri femoralis sehingga menmyebakan kontusi dan
oklusi atau terpotong sama sekali.
d) Trauma saraf. Trauma pada pembuluh darah akibat tusukan fragmen dapat
disertai kerusakan saraf yang berfariasi dari neuropraksia sampai ke
aksonotemesis. Trauma saraf dapat terjadi pada nervus iskiadikus atau pada
cabangnya, yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
e) Trombo emboli. Klien yag mengalami tirah baring lama, misalnya distraksi
di tempat tidur, dapat mengalami komplikasi trombo-emboli.
f) Infeksi. Infeksi terjadi pada fraktur terbuka akibat luka yang terkontaminasi.
Infeklsi dapat pula terjadi setelah dilakukan operasi.
2) Komplikasi lanjut
Komplikasi yang sering terjadi pada klien dengan fraktur diafisis femur adalah
sebagai berikut:
a) Delayed Union. Fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam
empat bulan.
b) Non union. Apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik, perawat
perlu mencurigai adanya non union. Oleh karena itu, diperlukan fiksasi
internal dan bone graft.
c) Mal union. Bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, diperlukan
pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi lebih sering
ditemukan. Mal union juga mnyebabkan pemendekan tungkai sehingga
dipelukan koreksi berupa osteotomi.
d) Kaku sendi lutut. Setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan
pada sendi lutut. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan
sistematis dilakukan lebih awal.
e) Refraktur. Terjadi pada mobilisasi dilakukan sebelum union yang solid.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada tulang femur dapat
menimbulkan perdarahan cukup banyak serta mengakibatkan penderita mengalami syok.
Penyebab dari fraktur dapat terjadi akibat adanya Cedera Traumatic, Fraktur Patologik ,Secara
Spontan. Lebih dari 1/3 klien fraktur leher femur tidak dapat mengalami union terutama pada
fraktur yang bergeser.
Komplikasi lebih sering terjadi pada fraktur dengan lokasi lebih ke proksimal. Pada batang
femur fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan kulit. Komplikasi setelah fraktur
adalah syok yang berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat
terjadi dalam jam atau lebih, dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi
ekstremitas permanent jika tidak ditangani segera. Tujuan utama dalam penanganan awal fraktur
adalah untuk mempertahankan kehidupan pasien dan mempertahankan baik anatomi maupun
fungsi ekstremitas seperti semula

B. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

➢ Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan keperawatan.

➢ Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan sesuai prosedur
yang ada

➢ Saran yang dapat saya berikan yaitu bagi penderita fraktur femur agar melakukan
pemeriksaan selalu guna mengetahui sejauh mana kondisi dan seberapa parah penyakit nya
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, & Suddarth. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (8 ed., Vol. Vol. 2).
Jakarta: EGC.
Desiartama, A., & Aryana, I. W. (2017). GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN
FRAKTUR FEMUR AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS PADA ORANG DEWASA DI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2013. E-JURNAL
MEDIKA , VOL.6, NO.5.
Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran (3 ed.). Jakarta: Medika Aesculapius.
Mansjoer, A. (2002).Kapita Selekta Kedokteran (3 ed., Vol. Jilid 1). Jakarta: Medika
Aesculapius FKUI.
Muttaqin, A. (2008).Buku Ajar: ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL. (P. E. Karyuni, Ed.) Jakarta: EGC.
Muttaqin, A. (2011).BUKU SAKU GANGGUAN MUSKULOSKELETAL: APLIKASI PADA
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN. (P. E. Karyuni, & M. Ester, Eds.) Jakarta: EGC.
Noor, Z. (2016).Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal (2 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Parahita, P. S., & Kurniyanta, P. (n.d.). PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
PADA CEDERA FRAKTUR EKSTREMITAS.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (1995).Buku 1 Patofisiologi "Konsep Klinis Proses- Proses
Penyakit" (8 ed.). Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat. (2004).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai