Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SATUAN ACARA TERAPI BERMAIN

OLEH :

Novia safitry (2102008)

Maria sensidia sanur (2102007)

Wahdania (2102015)

Alfito (2102018)

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

1
TAHUN 2023

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak


secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada
saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.

Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak


karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk
itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan.

Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat


melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal, mengembangkan
kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat
penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau
anak di rumah sakit (Wong, 2009).

2
1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum

Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya, mengembangkan


aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif
terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

2. Tujuan Khusus

a) Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:

b) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya

c) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.

d) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan

e) Beradaptasi dengan lingkungan

f) Mempererat hubungan antara perawat dan anak

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Bermain Masak-masakan

Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau


mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,
2009)

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa


mempergunakan alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi
kesenangan maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).

Bermain masak-masakan yang sering dilakukan anak usia dini terutama


anak perempuan merupakan salah satu stimulasi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.seringkali kita dan lingkungan sekitar menganggap permainan
masak-masakan ini akan membuat rumah kotor serta sebuah permainan yang biasa
saja.

2.2 Tujuan Bermain

Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun


mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan

4
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas dan
penuh inovatif.

2.3 Fungsi Bermain

Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensorismotorik,


perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

▪ Perkembangan Sensoris – Motorik

Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan


komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk
perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang digunakan untuk bayi
yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk
anak usia toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan aktivitas
motorik baik kasar maupun halus.

▪ Perkembangan Intelektual

Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap


segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,
bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan
melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan,
kemudian bannya terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai
kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal
mungkin. Semakin sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin
terlatih kemampuan intelektualnya.

▪ Perkembangan Social

5
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan
hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada
saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman,
memahami bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada
kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan remaja.
Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah tahapan awal bagi
anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya dilingkungan keluarga.

▪ Perkembangan Kreativitas

Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan


mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang dilakukannya.
Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba untuk merealisasikan
ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan memasang satu alat permainan
akan merangsang kreativitasnya untuk semakin berkembang.

▪ Perkembangan Kesadaran Diri

Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur


mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya dan
membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan
mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang
lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya
menangis, anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan
etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain

▪ Perkembangan Moral

Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan

6
kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang
ada dalam lingkungannya.

Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika,
belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya,
merebut mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggungjawab
terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan
kognitifnya, bagi anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang
efektif untuk mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan
nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak
melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah.

2.4 Manfaat Bermain Masak-masakan

1. Meningkatkan Bonding

Permainan ini dapat dilakukan bersama-sama dengan ananda akan


meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak. Membersamainya itu yang
terpenting bukan hanya menemani saja. Ananda akan mengingat bahwa dia bermain
dengan siapa, bukan bermain dengan mainan apa. Terus tingkatkan bonding dengan
ananda dengan mengajaknya bermain bersama.

2. Imajinasi

Bermain masak-masakan ini dapat meningkatkan imajinasi ananda. Sudah


pasti ananda akan berimajinasi memasak apa, menggoreng apa dan bahkan
membuat minuman apa. Hal ini sangat menstimulasi imajinasinya. Untuk anak usia
dini hal ini harus distimulus agar

7
3. Kecerdasan Bahasa

Selama bermain masak-masakan pasti akan banyak sekali obrolan sehingga


bisa meningkatkan kecerdasan bahasa dan memperbanyak kosakata.

Secara tidak langsung kecerdasan bahasa akan meningkat. Kecerdasan ini bisa
distimulasi dari bermain peran.

4. Bermain Peran

Dari permainan ini ananda akan belajar bermain peran. Menjadi penjual
ataupun pembeli dengan belajar karakter. Dari bermain peran pula akan
menstimulasi kecerdasan bahasa.

5. Kecerdasan Matematika

Ananda dapat pula belajar matematika dari permainan ini. Memasak sambil
belajar menakar bahan. Biasanya ananda memainkannya dengan menggunakan
timbangan. Dari sini ananda juga bisa belajar berhitung.

6. Motorik Halus

Bermain masak-masakan pasti akan melibatkan tangan, koordinasi mata dan


tangan untuk memegang, menyendok, mengiris serta menuang. Kegiatan ini bisa
mengasah motorik halusnya untuk menguatkan otot-otot jarinya sebagai dasar
untuk menulis nantinya.

7. Sensori

Beragam alat dan bahan untuk memasak akan menstimulasi sensori ananda.
Dengan memegangnya maka ananda dapat merasakan tekstur bahanbahan tersebut
apakah kasar atau halus bahkan tekstur yang lain. Bermain sensori memang sangat
menyenangkan.

8. Menumbuhkan Rasa Suka Memasak

8
Sebagai seorang perempuan, maka memasak merupakan salah satu keahlian
yang harus dimilikinya. Terutama nanti jika sudah menikah dan memiliki anak.
Seorang perempuan diwajibkan untuk bisa memasak dan memberikan gizi yang
baik untuk keluarganya.

Dengan bermain masak-masakan ini diharapkan sedari kecil akan


menumbuhkan rasa suka memasak yang nantinya akan menjadi bekal masa
depannya.

9. Kecerdasan Interpersonal

Bermain masak-masakan pastilah lebih banyak akan berinteraksi dengan


orang lain, yaitu dengan temannya yang diajak bermain. Kecerdasan interpersonal
merupakan kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain
sehingga dapat pula memahami emosi, motivasi dan perasaan orang lain.

2.5 Katagori Bermain

Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain


aktif dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif
kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan
bermain pasif kesenangan didapatkan dari orang lain.

a) Bermain aktif
▪ Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)

Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok-ngocok apakah ada
bunyi mencuim, meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.

▪ Bermain konstruksi (construction play)

Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok menjadi


rumahrumahan.

9
▪ Bermain drama (dramatik play)

Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan saudarasaudaranya


atau dengan teman-temannya.

▪ Bermain bola, tali, dan sebagainya b) Bermain pasif

Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan mendengar.
Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah bermain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya.

Contohnya:

a) Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah

b) Mendengarkan cerita atau musik

c) Menonton televisi

d) dan lain-lain

2.6 Hal-hal yang Harus Diperhatikan

1) Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.


2) Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3) Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
4) Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

10
2.7 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia

a. Usia 0 – 12 bulan

Tujuannya adalah :

➢ Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya


mengisap, menggenggam.
➢ Melatih kerjasama mata dan tangan.
➢ Melatih kerjasama mata dan telinga.
➢ Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
➢ Melatih mengenal sumber asal suara.
➢ Melatih kepekaan perabaan.
➢ Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan :

➢ Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.


➢ Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
➢ Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
➢ Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
➢ Alat permainan berupa selimut dan boneka.

b. Usia 13 – 24 bulan

Tujuannya adalah :

➢ Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.


➢ Memperkenalkan sumber suara.
➢ Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
➢ Melatih imajinasinya.
➢ Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik

11
Alat permainan yang dianjurkan:

➢ Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.


➢ Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
➢ Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir
yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air),
balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas
untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

c. Usia 25 – 36 bulan

Tujuannya adalah ;

➢ Menyalurkan emosi atau perasaan anak.


➢ Mengembangkan keterampilan berbahasa.
➢ Melatih motorik halus dan kasar.
➢ Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
➢ Melatih kerjasama mata dan tangan.
➢ Melatih daya imajinansi.
➢ Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan :

➢ Alat-alat untuk menggambar.


➢ Lilin yang dapat dibentuk ➢ Pasel (puzzel) sederhana.
➢ Manik-manik ukuran besar.
➢ Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
➢ Bola.

d. Usia 32 – 72 bulan

12
Tujuannya adalah :

➢ Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.


➢ Mengembangkan kemampuan berbahasa.
➢ Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
➢ Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara).
➢ Membedakan benda dengan permukaan.
➢ Menumbuhkan sportivitas.
➢ Mengembangkan kepercayaan diri.
➢ Mengembangkan kreativitas.
➢ Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,
lari, dll).
➢ Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus
dan kasar.
➢ Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang
diluar rumahnya.
➢ Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
➢ Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :

➢ Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah


anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,
gunting, air, dll.
➢ Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar
rumah.

2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain

a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan

13
b. Status kesehatan, anak sakit perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.9 Tahap Perkembangan Bermain

a. Tahap eksplorasi : Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara


bermain
b. Tahap permainan : Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam
tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan : Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
e. Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

2.10 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit

a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana


b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

2.11 Hambatan Yang Mungkin Muncul

a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia


b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan

14
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.

2.12 Antisipasi Hambatan

a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama


b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

2.13 Cara Bermain Masak-masakan

a. Sediakan alat permainan masak-masakan


b. Lalu mulai menata peralatan masak-masakan seperti kompor, piring,
sendok, pisau, dll
c. Pasien duduk di sekitar area permainan
d. Lalu anak diajak bermain oleh perawat

BAB III

SAP TERAPI BERMAIN


Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

15
Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun

Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak

Hari / Tanggal : Jumat / 23 November 2018

Jam / Durasi : Pkl. 09.00 sd selesai

Tempat Bermain : Ruang rawat

Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di


Ruang anak yang memenuhi kriteria :

o Anak usia 3 – 5 tahun o Tidak mempunyai


keterbatasan fisik o Dapat berinteraksi dengan
perawat dan keluarga o Pasien kooperatif
a. Peserta terdiri dari :

· Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 2 orang didampingi keluarga

Target : 2 orang

b. Sarana dan Media Sarana:

- Ruangan tempat bermain

- Tikar untuk duduk Media:

Peralatan Masak-masakan

c. Pengorganisasian

Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 1 orang dan 1 orang


observer dengan susunan sebagai berikut:

Co leader : Wardah Khasanah

Fasilitator : 1. Offyyanti

16
2. Sakila Fina d.

Pembagian Tugas :

1. Peran Leader o Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi


dengan jalan menciptakan situasi dan suasana yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaannya
o Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah
atau mendominasi
o Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian
tujuan dengan cara memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan
2. Peran Co Leader o Mengidentifikasi issue penting dalam proses o
Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader o Mencatat modifikasi
strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan dating
o Memprediksi respon anggota kelompok pada sesion berikutnya
3. Peran Fasilitator o Mempertahankan kehadiran peserta o Mempertahankan
dan meningkatkan motivasi peserta o Mencegah gangguan atau hambatan
terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam kelompok

4. Peran Observer o Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy o


Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan o Memperhatikan
ketepatan waktu jalannya kegiatan play therapy o Menilai performa dari
setiap tim terapis dalam memberikan terapi

e. Setting Tempat

Karpet

17
f. Keterangan

= Pembimbing = Peserta

= Co Leader = Fasilitator

g. Susunan Kegiatan
No Waktu Terapy Anak Ket

18
1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka Menjawab
dan mengucapkan salam
salam
2. Memperkenalkan Mendengarkan
diri
3. Memperkenalkan Mendengarkan
pembimbing Mendengarkan
4. Memperkenalkan dan saling
anak satu persatu dan berkenalan
anak saling Mendengarkan
berkenalan dengan
temannya
5. Kontrak waktu Mendengarkan
dengan anak

2 20 Kegiatan bermain : Mendengarkan


menit 1.Leader menjelaskan
cara permainan Menjawabperta
2.Menanyakan pada nyaan
anak, anak mau
bermain atau tidak Menerima
3.Menbagikan permainan
Bermain
permainan
4.Leader ,co-leader,
dan Fasilitator
memotivasi anak

19
5.Fasilitator Bermain
mengobservasi anak
6.Menanyakan Mengungkapka
perasaan anak n perasaan

3 5 menit Penutup : Selesai bermain


1. Leader Menghentikan
permainan Mengungkapka
2. Menanyakan perasaan n perasaan
anak Mendengarkan
3. Menyampaikan hasil
permainan Senang
4. Menanyakan perasaan
anak Mendengarkan
5. Co-leader menutup acara
6. Mengucapkan salam Menjawab
salam

h. Evaluasi

1. Evaluasi struktur yang diharapkan

o Alat-alat yang digunakan lengkap o Kegiatan


yang direncanakan dapat terlaksana

20
2. Evaluasi proses yang diharapkan

o Terapi dapat berjalan dengan lancar o Anak dapat mengikuti


terapi bermain dengan baik o Tidak adanya hambatan saat
melakukan terapi o Semua anggota kelompok dapat bekerja sama
dan bekerja sesuai tugasnya

3. Evaluasi hasil yang diharapkan

o Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan


koordnasi mata dan tangan seperti
menyendok,memotong
o Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik o Anak
merasa senang o Anak tidak takut lagi dengan perawat

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang


mencerminkan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut,
Salah satunya adalah masak-masakan.

Bermain masak-masakan yang sering dilakukan anak usia dini terutama


anak perempuan merupakan salah satu stimulasi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.seringkali kita dan lingkungan sekitar menganggap permainan
masak-masakan ini akan membuat rumah kotor serta sebuah permainan yang biasa
saja.

4.2 Saran

1. Orang tua

Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat menjadi
poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut.
Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.

2. Rumah Sakit

22
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat meminimalkan
trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan menyediakan ruangan
khusus untuk melakukan tindakan.

3. Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi dampak


hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang
anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak dapat terus melanjutkan
tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

23
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

https://www.google.co.id/amp/s/suciryzkyaputri.wordpress.com/2018/01/31/manf
aat-bermain-masak-masakan-untuk-menstimulasi-perkembangan-anak-
usiadini/amp/ Diunduh pada Kamis, 22 November 2018

24

Anda mungkin juga menyukai