PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Teori
Dalam kedokteran sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk tanda-tanda vital pasien adalah:
1.
2.
Pemeriksaan pernafasan
3.
Tanda vital merupakan tanda yang sangat penting dalam perawatan pasien. karena
mempunyai nilai akurasi yang sangat tinggi. Perubahan dari tanda vital tersebut berarti
menandakan terjadi gangguan fungsi dari tubuh atau perubahan dari kondisi pasien, hal ini perlu
mendapat perhatian dengan seksama dan perlu penanganan segera. Tiap individu mempunyai
variasi tanda vital yang berbeda, seperti adanya perubahan cuaca, umur, keadaan emosional,
olahraga, makan, dsb.
Olahraga
Shivering atau kontraksi otot skelet
Peningkatan produksi hormon tiroksin (meningkatkan metabolisme seluler)
2. Aktivitas Tubuh
3
Aktivitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada pagi hari
jam 04.00 06.00 suhu tubuh paling rendah, sedangkan sore hari sekitar jam 16.00
20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar antara 1.1 1.6 C (2 3 F).
3. Jenis Kelamin
wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh dari pada pria, hal ini
disebabkan karena hormon estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak. Meningkatnya
progesteron selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita sekitar 0.3 0.5 C (0.5 1
F), sedangan estrogen dan testoteron dapat meningkatkan Basal Metabolic Rate.
4. Perubahan emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh sehingga
metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.
5. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca, Iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, radiasi, konveksi,
konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh.
6. Makanan, minuman, rokok, dan lavemen
Makanan, minuman dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum air es dapat
menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan mengukur suhu oral
sekitar 30 menit setelah makan, minum atau merokok, sedangkan temperatur rectal
diukur setelah 15 menit melakukan lavemen/ enema.
Pemeriksaan Pernafasan
4
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui fungsi system
pernapasan yang terdiri dari mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam
paru dan pengaturan keseimbangan asam basa. (sumber: www.wikipedia.org)
Nilai tekanan darah merupakan indicator untuk menilai system kardiovas kular
bersamaan dengan pemeriksaan nadi, dapat diukur dengan 2 metode :
5
2. Gerakan memompa oleh jantung. Semakin banyak darah yang dipompa ke dalam
arteria menyebabkan arteria akan lebih menggelembung dan mengakibatkan
bertambahnya tekanan darah. Begutu juga sebaliknya.
3. Volume darah. Bertambahnya darah menyebabkan besarnya tekanan pada arteria.
4. Kekentalan darah. Kekentalan darah ini tergantung dari perbandingan sel darah
dengan plasma.
Penilaian denyut nadi yang lain adalah takikardia sinus yang ditandai dengan variasi 10
15 denyutan dari menit ke menit dan takikardia supraventrikuler paroksimal ditandai dengan
nadi sulit dihitung karena terlalu cepat (lebih dari 200 kali per menit). Bradikardia merupakan
frekuensi denyut jantung lebih lambat dari normal. Pemeriksaaan nadi yang lain adalah
iramanya, normal atau tidak. Disritmia (aritmia) sinus adalah ketidakteraturan nadi, denyut nadi
lebih cepat saat inspirasi dan lambat. Frekuensi nadi akan meningkatkan bila kerja jantung
meningkat. Bila kita berlatih, maka dengan sendirinya frekuensi denyut nadi akan semakin cepat
sampai batas tertentu sesuai dengan beratnya latihan yang dilakukan. Setelah latihan selesai,
frekuensi nadi akan turun lagi. Orang yang terlatih, nadi istirahatnya lebih lambat dibandingkan
dengan orang yang tidak terlatih.
Sebaiknya semakin besar compliance sistem arteri, makin sedikit kenaikan tekanan
untuk suatu volume darah secukupnya tertentu yang dipompakan ke dalam arteri.
Hal hal yang dapat diperiksa pada denyut nadi :
a. Frekuensinya (berapa denyut per menit)
b. Iramanya (teratur/tidak teratur)
Pengaruh Posisi tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
Pada saat berdiri, duduk maupun berbaring akan menunjukan hasil pemeriksaan denyut
nadi dan tekanan darah yang berbeda. Denyut nadi & tekanan darah berubah seiring adanya
perubahan posisi tubuh. Hal ini disebabkan karena :
Fungsi baroreseptor selama perubahan posisi tubuh
Kemampuan baroreseptor untuk menjaga bangkit berdiri setelah ia berbaring. Segera
setelah seseorang itu berdiri, tekanan arteri di kepala dan tubuh bagian atas cenderung
menurun, dan berkurang tekanan yang nyata ini dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Penurunan tekanan pada baroreseptor akan menghasilkan refleks segera, yang
menimbulkan rangsangan simpatis kuat di seluruh tubuh dan hal ini akan memperkecil
penurunan tekanan di kepala dan tubuh bagian atas.
Penyakit gravitasi / Hidrastatik Selama Perubahan Sikap Tubuh
Gaya garvitasi pada saat berbaring menyebabkan tinggi darah pada pembuluh darah
relative sama sehingga baroreseptor cenderung tidak mengalami rangsangan atau
regangan. Sedangkan pada waktu duduk atau berdiri darah relative tertarik oleh gravitasi
bumi ( ke arah ekstremitas ) sehingga darah pada pembuluh darah bagian superior
menurun jumlahnya. Penurunan volume darah akan mengurangi tegangan pada pembuluh
darah yang akan merangsang baroreseptor. Baroreseptor akan mengurangi impuls ke
pusat vasomotor sehingga timbul vasokonstriksi pembuluh darah. Impuls baroreseptor ini
akan mempengaruhi saraf simpatis sehingga timbul pacuan jantung yang mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah dan denyut nadi. (sumber: Sherwood)
Pengaruh Latihan Fisik terhadap denyut Nadi dan Tekanan Darah
Latihan fisik sangat berpengaruh terhadap peningkatan denyut nadi dan tekanan darah.
Hal ini disebabkan oleh gerak badan dan efek metabolisme. Dengan melakukan kegiatan Step
Up Test seperti yang telah kita lakukan pada percobaan ini berarti konsumsi oksigen meningkat,
menyebabkan jantung akan meningkatkan tekanan darah, selain ini akan terjadi penurunan netto
9
resistansi perifer total akibat vasodilatasi dalam otot otot yang berolahraga. Curah jantung
berkontraksi dengan lebih kuat dan menyorot volume sistolik, akhirnya saraf simpatis ke jantung,
aktivitas dicetuskan oleh rangsangan psiksis, yaitu melalui olahraga naik turun bangku. Setelah
olahraga selesai (setelah beberapa menit kemudian) maka tekanan darah akan kembali ke tingkat
praolahraga, kecepatan denyut janyung kembali ke normal.
1.2 Permasalahan
Adapun pokok permasalahan dalam praktikum Pemeriksaan Denyut Nadi
dan Tekanan Darah adalah sebagai berikut :
1. Sebutkan pengertian dari tekanan darah ?
2. Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi ?
3. Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara
auskultasi ! ( dari segi : konsep teori sarana prosedur hasil ) ?
4. Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lenan atas kanan ?
5. Apakah pemasangan manchet yang terlalu longgar atau terlalu ketat dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah ? jelaskan !
6. Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari suara suara korotkoff (korotkoff I ,
II , III , IV , V , VI) ?
7. Suara korotkoff IV & V dapat digunakan untuk menentukan tekanan diastolik. Mana
yang lebih baik ? jelaskan !
8. Apakah ada perbedaan antara atlet & non atlet dalam hal pemulihan denyut nadi &
tekanan darah post exercise ( setelah latihan ) ? jelaskan !
9. Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi & tekanan
darah ?
-
demikian ?
10. - Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi &
tekanan ?
-
Apabila hasil praktikum saudara tidak sesuai dengan teori, jelaskan mengapa
demikian ?
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat
1. Meja praktikum
2. Stopwatch
3. Sphygmomanometer ( Tensi meter ) terdiri dari,
a. Manometer air raksa + klep pembuka penutup
b. Selang karet
c. pompa udara dari karet
4. Stethoscope
12
2.2.2
MEMERIKSA PERNAFASAN
2.2.3
: 60-100 x/menit
Bradikardia
: <60 x/menit
Takikardia
: >100 x/menit
CATATAN :
Tiap mahasiswa harus melakukan pemeriksaan ini. Bagi mahasiswa coba (MC1-2) diberi
kesempatan melakukannya di sela sela praktikum ini.
e) Pompakan terus udara ke dalam manchet sampai tinggi Hg pada manometer sekitar
20 mmHg lebih tinggi dari titik dimana suara bising arteria brachialis dextra tadi
menghilang.
f) Keluarkan udara dalam manchet secara pelan dan berkesinambungan, maka saudara
akan mendengar :
1) Suara Korotkoff I
Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara auskultasi
2) Suara Korotkoff IV dan V
Nilai ini menunjukkan besarnya tekanan diastolik secara auskultasi
4.Mengamati dan mempelajari pengaruh posisi tuuh terhadap denyut nadi dan tekanan
darah
1. a. Pilih dua mahasiswa coba ( MC1-2 boleh siswa yang sama ) atau mahasiswa lain dalam
kelompok bersangkutan.
b. Pilih mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC1-2 pada arteri radilais
sinistra
c. Pilih mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC1-2 pada lengan kanan
secara auskultasi selama praktikum
d. Pilih dua mahasiswa untuk mencatat data masing masing pada MC1 dan MC2
2. MC1-2 suruh berbaring terlentang tenang selama 2-3 menit, kemudian tentukan frekuensi
dan irama denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara
17
auskultasi ( masing masing diukur tiga kali berturut turut ) selanjutnya hitung nilai rata
rata.
3. MC1-2 suruh duduk tenag selama 2-3 menit, kemudian tentukan frekuensi dan irama
denyut arteri radialis sinistra serta tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi
( maisng masing diukur tiga kali berturut turut ) selanjutnya hitung nilai rata ratanya.
4. MC1-2 suruh berdiri tenang dengan sikap anatomis selama 2-3 menit, kemudian tentukan
frekuensi, irama denyut arteri radilais sisnistra dan tekanan darah pada lengan kanan
secara auskultasi, masing masing diukur tiga kali berturut turut serta hitung nilai rata
ratanya.
5. Catat data sesuai format : tabel E.6.
Catatan :
Bila didalam tiga kali pengukuran secara berturur turut terdapat perbedaan yang besar,
gunakan interval waktu 2 menit.
5.Mengamati dan mempelajari pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan
tekanan darah
1.a. Pilih mahasiswa coba ( MC1-2), MC1-2 boleh sama atau mahasiswa lain dalam
kelompok nyang bersangkutan
b. Pilih dua mahasiswa yang bertugas memeriksa denyut nadi MC1-2 pada arteri radialis
sinistra selama praktikum
c. Pilih dua mahasiswa yang bertugas mengukur tekanan darah MC1-2 pada lengan kanan
secara auskultasi selama praktikum.
d. Pilih dua mahasiswa untuk mencatat data.
18
2. MC1-2 duduk tenang selama 2-3 menit, kemudian periksa denyut nadi arteri radialis
sinistra dan tekanan darah pada lengan kanan secara auskultasi, masing masing diperiksa
/ di ukur tiga kali berturut turut. Catat Frekuensi, irama denyut nadi dan tekanan
sisitolik, diastolik serta hitung nilai rata ratanya. Bila waktu mendesak boleh dikukur
satu kali saja.
3. Dengan manchet tetap terpasang pada lengan atas kanan, MC1-2 melakukan latihan fisik
cara :
STEP TEST ( NAIK TURUN BANGKU ) selama 20 kali/menit selama dua menit
dengan dipandu oleh irama metrnom yang diatur pada frekuensi 80 ketukan per menit.
4. Setelah step test berakhir, MC1-2 suruh segera duduk, ukurlah frekuensi nadi serta tekanan
darah dengan interval 2 menit ( menit ke 3...menit ke 5.....menit ke 7....dst) sampai
nilainya kembali seperti keadaan sebelum latihan.
Catatan : Untuk setiap saat/interval, pengukuran denyut nadi dan tekanan darah hanya
diukur satu kali
6. Catat data sesuai format : Tabel E.7
19
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
TABEL E.1 DATA PEMERIKSAAN SUHU TUBUH POSISI BERBARING
MAHASISWA
COBA 1
PEMERIKSA
SUHU TUBUH
AKSILER (C)
Panca
Dipta
35.8 C
MAHASISWA
COBA 2
PEMERIKSA
SUHU TUBUH
AKSILER (C)
Vebi
Andani
36.4 C
20
MAHASISWA
COBA 1
Panca
MAHASISWA
COBA 2
Vebi
PEMERIKSA
SUHU TUBUH
AKSILER (C)
a. 5 menit pertama
36.3 C
b. 5 menit kedua
36.3 C
c. 5 menit ketuga
36.3 C
PEMERIKSA
SUHU TUBUH
AKSILER (C)
a. 5 menit pertama
36 C
b. 5 menit kedua
36 C
c. 5 menit ketiga
36 C
MAHASISWA
COBA 1
PEMERIKSA
RR
(X/MIN)
Panca
Dipta
23 x/mnt
MAHASISWA
COBA 2
PEMERIKSA
RR
(X/MIN)
Vebi
Andani
23 x/mnt
IRAMA
Agak
Cepat
IRAMA
Agak
Cepat
Panca
PEMERIKSA
RR
(X/MIN)
IRAMA
a. 1 menit pertama
21 x/mnt
Tdk. Teratur
b. 2 menit kedua
20 x/mnt
Teratur
c. 3 menit ketiga
19 x/mnt
Teratur
PEMERIKSA
RR
(X/MIN)
IRAMA
a. 1 menit pertama
35 x/mnt
Tdk. Teratur
b. 2 menit kedua
30 x/mnt
Tdk. Teratur
c. 3 menit ketiga
30 x/mnt
Teratur
\
MAHASISWA
COBA 2
Vebi
22
Panca
Dipta
63 x/mnt
110
110
80
Sugi
64 x/mnt
100
110
70
Ridho
62 x/mnt
100
110
70
23
PEMERIKSA:
MAHASISWA
COBA
Vebi
PEMERIKS
A
Andani
89 x/mnt
100
110
70
Lidya
87 x/mnt
100
110
70
Raras
86 x/mnt
100
110
70
Febriliana
84 x/mnt
100
110
70
DENYUT NADI
(X/MIN)
TEKANAN
SISTOLIK (ausk)
TEKANAN
DIASTOLIK (ausk)
1. 62
1. 110
1. 80
2. 71
2. 110
2. 80
3. 65
3. 110
3.80
24
DUDUK
BERDIRI
Mean = 66
Mean = 110
Mean = 80
1. 63
1. 90
1. 60
2. 71
2. 100
2. 70
3. 65
3. 110
3. 80
Mean = 66
Mean = 100
Mean = 70
1. 77
1. 100
1. 80
2. 65
2. 110
2. 90
3. 66
3. 120
3. 90
Mean = 69
Mean = 110
Mean = 87
MC2 Vebi
POSISI
TUBUH
DENYUT NADI
(X/MIN)
TEKANAN
SISTOLIK (ausk)
TEKANAN
DIASTOLIK (ausk)
BERBARING
TERLENTANG
1. 83
1. 110
1. 70
2. 72
2. 110
2. 70
3. 84
3. 110
3. 70
25
DUDUK
BERDIRI
Mean = 83
Mean = 110
Mean = 70
1. 90
1. 110
1. 70
2. 86
2. 110
2. 70
3. 89
3. 110
3. 70
Mean = 88
Mean = 110
Mean = 70
1. 96
1. 110
1. 70
2. 92
2. 110
2. 70
3. 95
3. 110
3. 70
Mean = 94
Mean = 110
Mean = 70
DENYUT NADI
(X/MIN)
TEKANAN
SISTOLIK
(ausk)
TEKANAN
DIASTOLIK
(ausk)
PRA LATIHAN
1. 63
1. 110
1. 80
2. 64
2. 100
2. 70
26
PASCA
LATIHAN
3. 62
3. 110
3. 70
Mean = 63
Mean = 107
Mean = 73
menit ke-1
120 x/mnt
150
50
menit ke-3
87 x/mnt
120
50
menit ke-5
89 x/mnt
110
60
menit ke-7
100 x/mnt
100
70
MC2 Vebi
WAKTU
PRA LATIHAN
DENYUT
NADI (X/MIN)
TEKANAN
SISTOLIK
(ausk)
TEKANAN
DIASTOLIK
(ausk)
1. 83
1. 110
1. 70
2. 82
2. 110
2. 70
3. 84
3. 110
3. 70
Mean = 83
Mean = 110
Mean = 70
27
PASCA
LATIHAN
menit ke-1
115 x/mnt
120
60
menit ke-3
106 x/mnt
110
65
menit ke-5
104 x/mnt
110
70
menit ke-7
107 x/mnt
110
70
28
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Diskusi Hasil Praktikum
1.Hasil denyut nadi dan tekanan darah
Pada hasil pemeriksaan denyut nadi secara palpasi, didapatkan hasil rata-rata 83
denyut/menit dengan irama yang teratur. Pada percobaan ini kami menggunakan arteri
radialis dextra dan arteri brachialis dextra karena denyut pada tempat tersebut sangat
besar sekali. Denyut nadi tiap orang berbeda-beda tergantung dari emosi, pekerjaan,
makanan, aktivitas, cara hidup dan lain-lain.
Selain mengukur denyut nadi kami juga melakukan pengukuran tekanan darah
secara palpasi dan auskultasi. Secara teoritis tekanan sistolik baik diukur secara palpasi
maupun auskultasi menghasilkan hasil yang sama tapi dari hasil percobaan didapatkan
hasil yang berbeda. Karena mahasiswa coba melakukan aktivitas lain.
2.Pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
Secara teori sebenarnya posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah. Hal ini karena ada efek gravitasi bumi. Pada saat berbaring gaya gravitasi
pada peredaran darah lebih rendah karena arah peredaran tersebut horisontal sehingga
tidak terlalu melawan gravitasi dan tidak terlalu memompa. pada saat duduk maupun
29
berdiri kerja jantung dalam memompa darah akan lebih keras karena melawan gaya
gravitasi sehingga kecepatan denyut jantung meningkat.
Frekuensi denyut nadi dan tekanan darah terendah diperoleh pada saat posisi
tubuh terlentang dan tertinggi pada saat posisi berdiri atau duduk. Hal ini disebabkan
karena perubahan posisi tubuh dapat meningkatkan kerja jantung, namun peningkatan
yang terjadi tidak terlalu tinggi bila dibandingkan dengan pengaruh latihan fisik.
Meningkatnya kerja jantung dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi denyut
nadi. Semakin tinggi posisi tubuh, didapatkan nilai tekanan nadi yang semakin tinggi
pula. Pengaruh gravitasi saat berdiri menyebabkan aliran darah arteri sangat cepat, tetapi
aliran darah vena lambat, karena vena adalah pembuluh darah balik, sehingga denyut nadi
pada saat berdiri sangat cepat.
Pengaruh gravitasi sewaktu tubuh dalam keadaan berbaring menyebabkan tinggi
darah pada pembuluh darah relative sama sehingga baroreseptor cenderung tidak
mengalami rangsangan atau regangan. Sedangkan saat duduk atau berdiri, darah relative
tertarik oleh gravitasi bumi sehingga darah pada pembuluh darah bagian superior
menurun jumlahnya. Penurunan volume darah akan mengurangi regangan pada pembuluh
darah yang merangsang baroreseptor. Baroreseptor akan mengurangi impulsnya kepusat
vaso motorik, sehingga timbul vasokontriksi pembuluh darah. Impuls baroreseptor ini
akan mempengaruhi saraf simpatis sehingga timbul pacuan jantung yang mengakibatkan
meningkatnya tekanan darah dan denyut nadi.
Pada mahasiswa coba 1 hasil tes sesuai dengan teori.
3.Pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah.
Hasil percobaan menunjukkan ada peningkatan denyut nadi, tekanan sistolik, dan
tekanan diastolik setelah melakukan latihan fisik seperti naik turun bangku. Hal ini
disebabkan karena efek metabolisme dan gerak badan dan dimana akan meningkatkan
cardiac output dan perubahan yang besar dalam sistem sirkulasi dan pernapasan. Hal ini
terjadi karena dengan mengadakan latihan fisik ( step test ) berarti konsumsi akan
oksigen meningkat sehingga tekanan jantung berusaha menyeimbangkan keadaan ini
30
dengan meningkatkan tekanan darah agar bagian tubuh yang memerlukan peningkatan
oksigen untuk metabolisme segera terpenuhi.
Setelah dilakukan step test dan diberi istirahat tekanan berangsur-angsur menjadi
normal kembali sebab dengan diadakan kompensasi oleh jantung akan suplai oksigen
untuk metabolisme yang meningkat maka jantung yang membutuhkan oksigen akan
terbutuhi kebutuhannya. Dengan istirahat berarti aktifitas otot berkurang atau kembali ke
keadaan semula.
Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara
auskultasi ! ( dari segi : konsep teori sarana prosedur hasil ) ?
Jawab : Perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dan auskultasi
Cara Palpasi
a)
Konsep teori : pemeriksaan pada arteri radialis dextra, dimana dengan tekanan
parsial dr manset yang diploma, setelah beberapa saat tak akan teraba. Kemudian
manset dikempiskan perlahan-lahan.Hanya dapat mengukur tekanan sistolik.
b)
c)
prosedur:
Catat tinggi Hg pada manometer dimana arteri radialis pertama kali teraba
kembali.
d)
Hasil: Hanya dapat mengukur tekanan sistolik. Hasilnya kurang akurat bila
dibandingkan dengan pengukuran secara auskultasi yaitu lebih rendah.
Cara Auskultasi
a)
Konsep teori : Pemeriksaan pada arteri brachialis, sama dengan palpasi namun
pada auskultasi terjadi 2 denyutan sistolik & Diastolic atau yang lebih dikenal
sebagai Korotkoff I &IV
b)
c)
Prosedur:
Tentukan letak arteria brachialis dextra secara palpasi pada fossa cubiti dan
letakkan stethoscope ( bell stethoscope) diatas arteria brachialis dextra
tersebut.
Teruskan memompa udara kedalam manset, pada suatu saat suara bising
arteria brachialis dextra akan menghilang
auskultasi.
d)
Hasil : Dapat mengukur tekanan sistolik dan tekanan diastolic. Hasilnya lebih
akurat dibandingkan pengukuran secara palpasi.
33
tekanan yang didapat sangat besar sehingga kadang suara korotkoff tidak
terdengar
mendorong
darah
bergerak
kembali
ke
ventrikel-ventrikel
yang
bersangkutan. Peristiwa ini menyebabkan darah dan dinding ventrikel serta katup
yang tegang bergetar dan menimbulkan turbulensi getaran dalam darah. Getaran
kemudian merambat melalui jaringan di dekatnya ke dinding dada sehingga
terdengar sebagai bunyi Korotkoff I dengan menggunkan sthetoscope.
b) Bunyi Korotkoff II
Mekanisme :
1) Ketika katup semilunaris menutup, katup ini menonjol ke arah ventrikel dan
regangan elastic katup akan melentingkan darah kembali ke arteri.
2) Menyebabkan pantulan yang membolak-balikkan darah antara dinding arteri
dan katup semilunarasi, dan juga antara katup dan dinding ventrikel dalam
waktu singkat
34
Pada atlet pemulihan denyut nadi dan tekanan darah jauh lebih cepat dibandingkan
dengan non atlet, hal ini disebabkan karena jantung atlet lebih tebal dan lebih kuat
sehingga denyut nya lebih stabil (tidak mengalami perubahan drastis) dan otot
jantungnya sudah terlatih sehingga aktifitas fisik tidak terlalu berpengaruh pada kerja
jantung dimana untuk pemenuhan kebutuhan oksigen waktu melakukan latihan fisik
tidak perlu membutuhkan tekanan darah yang besar, sehingga pemulihan tekanan
darah dan denyut nadinya pun lebih cepat. Oleh karena itu bila dilakukan
pemeriksaan post exercise, pemulihan denyut nadi dan tekanan darah lebih cepat
daripada non atlet. Sedangkan pada non atlet karena tidak terlatih sehingga aktifitas
fisik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kerja jantung. Oleh karena itu
pada non atlet diperlukan peningkatan kardiak output yang lebih besar dan pemulihan
tekanan darah yang lebih lama.
9. a. secara teoritis, bagaimanakah pengaruh posisi tubuh terhadap denyut
nadi &
tekanan darah ?
b. apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori ?
c. Apakah hasil praktikum saudara sesuai dengan teori, jelaskan mengapa demikian ?
Jawab :
a. Posisi tubuh sangat mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah dari seseorang.
Teori : peningkatan curah jantung menjadi hal dasar untuk menyediakan sejumlah
besar oksigen dan zat makanan lain yang dibutuhkan oleh otot-otot yang bekerja.
Karena itulah denyut nadi dan tekanan darah pada posisi berdiri > posisi duduk >
berbaring/terlentang
b. Hasil praktikum tidak sesuai dengan teori, yaitu tekanan darah pada saat posisi
berbaring lebih kecil dibandingkan posisi duduk dan berdiri. Karena tidak terjadi
kesalahan, yaitu : pada saat pemeriksaan denyut nadi dan tekanan darah, mahasiswa
tidak melakukan aktivitas lain, hanya berbaring terlentang dengan tenang sehingga
hasil percobaannya sesuai dengan teori.
10. a. Secara teoritis, bagaimanakah pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi &
tekanan?
36
guna
menbuang H+. Selain itu pada beraktivitas metabolism tubuh meningkat guna
menyediakan energy untuk tubuh, sehingga konsumsi O2 pun meningkat sehingga
ritme pernapasan berubah khususnya menjadi lebih cepat.
16. Bilamana dikatakan hypothermia ? Apa penyebabnya ?
Jawab : Hipothermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh dimana
terjadi penurunan temperatur tubuh secara tidak wajar di sebabkan tubuh tidak mampu
lagi memproduksi panas utnuk mengimbangi dan menggantikan panas tubuh yang
hilang dengan cepat karena buasnya tekanan dari luar yaitu udara dingin disertai
angin,juga hujan, dan ketidak pedulian dari subyek itu sendiri yang makin
memperparah keadaan, yaitu memakai pakaian basah,tubuh lelah dan lapar serta
seluruh tubuh terutama kepala tidak terlindung dari terpaan angin dingin. Situasi
tersebut menjadikan temperatur tubuh turun dengan cepat dari 37 C (temperatur
normal) secara keseluruhan turun hingga dibawah 35 C. Selanjutnya bisa terjadi
kematian bila temperatur tubuh terus menurun drastis hingga dibawah 30 C.
3 tahap hipotrhermia, yaitu :
1) Mild hipothermia (hipothermia ringan)
2) Moderate hipothermia (hipothermia sedang)
3) Severe hipothermia (hipothermia berat)
39
KEPUSTAKAAN
41