Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK SISTEM TUBUH II


PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL

OLEH :
NARITA AJENG LOVIANA
141610101031

LABORATORIUM FISIOLOGI-BIOMEDIK
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Fisiologi ini dengan judul Laporan Praktikum Fisiologi Blok Sistem Tubuh II :
Pengukuran Tanda-Tanda Vital.
Laporan Praktikum ini saya buat sebagai salah satu sarana untuk lebih
mendalami materi tentang pengukuran tanda-tanda vital pada manusia. Saya
menyadari bahwa hasil yang dicapai dalam penulisan laporan ini masih
mengandung berbagai kelemahan dan kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat menjadi sumbangan yang berharga bagi semua pihak.

Jember, 23 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................

Daftar isi ........................................................................................................

BAB I. PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL


1.1 Teori Dasar ..............................................................................................

1.1.1 Teori Dasar Pengukuran Tekanan Darah ........................................

1.1.2 Teori Dasar Denyut Nadi ................................................................

1.1.3 Teori Dasar Frekuensi Nafas ...........................................................

1.1.4 Teori Dasar Suhu Tubuh .................................................................

1.1.5 Teori Dasar Berat dan Tinggi Badan ..............................................

1.2 Alat dan Bahan ........................................................................... .............

BAB II. HASIL PERCOBAAN


2.1 Pengukuran Tekanan Darah ......................................................

10

2.1.1 Pengukuran Sikap Tubuh ..................................................

10

2.1.2 Pengaruh Latihan ..............................................................

10

2.1.3 Pengaruh Stress .................................................................

11

2.2 Pengukuran Denyut Nadi ..........................................................

13

2.3 Pengukuran Frekuensi Nafas ....................................................

14

2.4 Pengukuran Suhu Tubuh ...........................................................

15

2.5 Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan ..........

16

BAB III. PEMBAHASAN


3.1 Tekanan Darah

21

3.2 Denyut Nadi....

22

3.3 Frekuensi Nafas.....

23

3.4 Suhu Tubuh ............................

23

3.5 Tinggi Badan dan Berat Badan .............................................

23

BAB IV. PENUTUP


4.1 Kesimpulan...........

24

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori


Pemeriksaan tanda vital adalah merupakan suatu cara untuk mendeteksi
adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi,
suhu tubuh, frekuensi pernafasan, berat badan, dan tinggi badan. Tanda vital
mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda
vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh;
denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem kardiovaskular; frekuensi
pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan; dan tekanan darah dapat
menilai kemampuan sistem kardiovaskular, yang dapat dikaitkan dengan denyut
nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas berat/dalam
keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan
sistem tubuh. Pada prinsipnya pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara
pasien satu dengan yang lainya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering
atau lebih ketat pada pasien dengan kegawat daruratan di banding dengan pasien
yang tidak mengalami kegawat daruratan/kritis (Hidayat, 2004).

1.1.1

Pemeriksaan Tekanan Darah


Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap
dinding arteri. Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang
dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari arteri, diukur dengan alat
pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus
berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap,
keadaan fisik, dan obat-obatan. Tekanan darah dinilai dari 2 nilai, sebuah
tekanan tinggi sistolik yang menandakan kontraksi maksimal jantung dan
tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat. Pemeriksaan tekanan darah

biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan tersebut


terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut
tekanan denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan
tensimeter air raksa (Simamora, 2009).
Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Dalam pemeriksaan
tekanan darah ada 2 metode yaitu: metode langsung dan tak langsung.
Metode langsung yaitu memasukkan kanula atau jarum langsung
ke dalam pembuluh darah yang dihubungkan ke manometer. Metode ini
adalah metode paling tepat dan akurat tetapi pasien tidak nyaman dan
memerlukan metode khusus.
Metode tidak langsung adalah metode yang menggunakan manset
yang disambungkan ke sfigmanometer. Metode ini dilakukan dapat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :

Palpasi

yang

mengukur

tekanan

sistolik

tanpa

menggunakan stetoskop

Auskultasi yang dapat mengukur tekanan sistolik dan


diastolik dan cara ini memerlukan stetoskop

untuk

memperjelas pendengaran (Hidayat, 2004)


Tidak ada tekanan darah normal yang tepat, namun dihitung
berdasarkan rentang nilai berdasarkan kondisi pasien. Dalam kondisi
pasien tidak bekerja berat, tekanan darah normal berkisar 120/80 mmHg
(Simamora, 2009).

1.1.2

Pemeriksaan Denyut Nadi


Denyut nadi adalah sebuah gelombang atau getaran yang teraba
pada dinding pembuluh darah arteri yang berdasarkan sistol dan diastol
dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali
jantung berdetak per menit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur

frekuensi denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan kekuatan
denyut jantung.
Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut misalnya
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada
lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada belakang lutut,
arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan
denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop. Denyut nadi sangat
bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang
baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki denyut 13-150 denyut permenit.
Orang dewasa memilikidenyut sekitar 50-80 denyut per menit (Simamora,
2009).

1.1.3

Pemeriksaan Frekuensi Pernapasan


Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator
untuk

mengetahui

fungsi

sistem

pernapasan

yang

terdiri

dari

mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan


pengaturan keseimbangan asam basa.
Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang
mengambil napas per menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika
seseorang dalam posisi diam dan hanya melibatkan menghitung jumlah
napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada meningkat.
Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika
memeriksa pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah
seseorang memiliki kesulitan bernapas (Hidayat, 2004). Batas normal
kecepatan pernapasan sekitar 16-20 penarikan napas per menit (Simamora,
2009).

1.1.4 Suhu Tubuh


Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara
ketat dikontrol karena dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi. Suhu dapat
menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan, yakni demam (diatas >
370C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu
tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai (Simamora, 2009).
Nilai hasil pemeriksaan suhu merupakan indikator untuk menilai
keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Nilai ini akan
menunjukkan peningkatan bila pengeluaran panas meningkat. Kondisi
demikian

dapat

juga

disebabkan

oleh

vasodilatasi,

berkeringat,

hiperventilasi dan lain-lain. Demikian sebaliknya, bila pembentukan panas


meningkat maka nilai suhu tubuh akan menurun. Kondisi ini dapat dilihat
pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu :
a. Melaui Oral
Pengukuran suhu pada rongga mulut yang dapat menggunakan
sebuah termometer air raksa atau dengan termometer digital. Suhu
pada daeral mulut : 36,8 0C + 0,35 0C.
b. Melalui Rektal
Pengukuran

suhu

pada

daerah

rektal/anus

menggunakan

termometer air raksa atau digital. Pengukuran suhu rektal


cenderung lebih tinggi dari oral. Suhu : 37,2 0C + 0,3 0C.
c. Melalui Aksial
Pengukuran dilakukan di ketiak menggunakan termometer air
raksa atau digital. Pengukuran suhu di ketiak cenderung lebih
rendah dari mulut sekita 0,6 0C.
d. Melalui Telinga

Pengukuran dilakukan di telinga menggunakan termometer khusus


yang bisa mencatat suhu tubuh dengan cepat melalui silinder
telinga. Pengukuran pada bagian ini dapat mewakili suhu tubuh inti
tubuh (organ-organ dalam).
1.1.5

Berat Badan dan Tinggi Badan


Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang.
Tinggi dapat diukur dengan stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien
akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas kaki (Simamora, 2009). Berat
badan atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.
Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi
dan massa sehat serta tingkat kegemukan.

Berat Badan Ideal Wanita :


a. BBideal maks wanita

= Tinggi Badan 110

b. BBideal min wanita

= BBideal maks (BBideal maks x 10%)

Berat Badan Ideal Pria :


a. BBideal maks pria

= Tinggi Badan 110

b. BBideal min pria

= BBideal maks (BBideal maks x 10%)

Pengukuran tinggi badan dan berat badan juga dapat digunakan


untuk menentukan Indeks Massa Tubuh = IMT (Body Mass Index) yang
dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan seseorang.
(

(
(

)
)

Klasifikasi IMT :

BB kurang (kurus)

= IMT < 18,5 kg/m2

BB Normal

= 18,5 24,9 kg/m2


8

BB berlebih (agak gemuk)

= 25 29,9 kg/m2

Obesitas kelas 1 (gemuk)

= 30 34,9 kg/m2

Obesitas kelas 2 (sanat gemuk)

= 35 39,9 kg/m2

Extreme Obess

= 40 kg/m2

1.2 Alat dan Bahan

1. Stetoskop
2. Metronom
3. Stopwatch
4. Bangku Step-Test
5. Bak untuk tempat es
6. Sphygmomanometer/tensimeter raksa, aneroid dan digital
7. Termometer air raksa (suhu tubuh) dan termometer digital
8. Timbangan BB dan pengukur TB

BAB II
HASIL PERCOBAAN

2.1 Percobaan Pengukuran Tekanan Darah


2.1.1 Pengukuran Sikap Tubuh
HASIL PENGAMATAN

Orang Parameter

Ke-1

Ke-2

Berbaring

Duduk

Berdiri

II

III

Rataan

II

III

Rataan

II

III

Rataan

Tangan

111

110

108

110

109

102

112

108

108

108

111

109

Kanan

57

67

66

63

73

67

69

70

74

74

79

76

Tangan

110

103

103

105

106

102

105

104

121

95

105

107

Kiri

72

67

67

69

67

60

72

66

73

75

80

76

Tangan

108

107

108

108

106

103

106

105

102

108

99

103

Kanan

55

54

50

53

62

54

49

55

59

59

63

60

Tangan

108

102

101

104

98

100

105

101

110

114

117

114

Kiri

55

51

61

56

57

54

54

55

66

64

67

65

2.1.2 Pengaruh Latihan


Orang

Ke-1

Ke-2

Parameter

Nadi

Sistole

Diastole

(kali/menit)

(mmHg)

(mmHg)

3 menit pertama

90

130

65

6 menit

70

118

67

9 menit

87

122

60

12 menit

77

103

54

3 menit pertama

94

133

85

6 menit

106

128

80

9 menit

103

127

86

12 menit

93

121

87

10

2.1.3 Pengaruh Stress : Cold Pressure Test


Orang

Ke-1

Parameter

Sistole

Distole

(mmHg)

(mmHg)

100

70

30 detik

60 detik

90

65

2 menit

90

70

4 menit

100

70

Pra-stress

1. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan tensimeter


konvensional dan digital?

Ya, ada perbedaan hasil pengukuran antara kedua tensimeter tersebut.

2. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan pada lengan kanan dan
kiri?

Ya, ada perbedaan hasil pengukuran pada lengan kanan dan kiri.

3. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran darah dilakukan dengan tensimeter


konvensional dan digital?

Ya, ada perbedaan hasil pengukuran antara kedua tensimeter tersebut.

4. Apakah ada perbedaan hasil pengukuran A. Radialis, A. Karotis dan A. Bracialis?

Ya, ada perbedaan hasil pengukuran pada arteri-arteri tersebut.

5. Apakah ada perbedaan tekanan darah yang diukur dengan perbedaan posisi?
Jelaskan mengapa?

Ya, ada perbedaan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan gaya gravitasi
yang diterima tubuh pada tiap-tiap posisi. Pada kondisi berbaring, gaya
gravitasi mempengaruhi seluruh tubuh. Pada posisi tegak, selain akibat
gaya gravitasi, pembuluh darah dibawah jantung mendapatkan beban
tambahan akibat perbedaan tinggi tingkat jantung dan pembuluh. Karena
peningkatan tekanan ini, darah mengumpul pada pembuluh vena di
ekstrimitas bawah sehingga isi sekuncup berkurang dan terjadi penurunan

11

pada tekanan darah, sedangkan pada posisi duduk tekanan darah


cenderung stabil.
6. Sebutkan faktor apa saja yang mempengaruhi tekanan darah?

Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah :

- Faktor Fisiologis : Kelenturan dinding arteri, tekanan darah (semakin besar


volume darah maka semakin tinggi tekanan darah), kekuatan gerak jantung,
viskositas darah (semakin besar viskositas maka semakin besar resistensi
terhadap aliran), curah jantung (semakin tinggi curah jantung maka tekanan darah
meningkat), kapasitas pembuluh darah (semakin besar kapasitas pembuluh darah
maka semakin tinggi tekanan darah).
- Faktor Patologis : posisi tubuh (baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah
turun dan berusaha menstabilankan tekanan darah), aktivitas fisik (aktivitas fisik
membutuhkan

energi

sehingga

butuh

aliran

yang

lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi dan tekanan darah naik), temperatur
(menggunakan sistem renin-angiontensin vasokontriksi perifer), usia (semakin
bertambah

umur

semakin

tinggi

tekan

darah

karena

berkurangnya

elastisitas pembuluh darah ), jenis kelamin (perempuan cenderung memiliki


tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak
sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran), emosi (emosi akan menaikan
tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan membuat baroresepsor untuk
menaikan tekanan darah).
7.

Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi di bidang kedokteran gigi jika pada
penderita tidak dilakukan pengukuran tanda-tanda vital lebih dahulu?

Pengukuran tanda-tanda vital digunakan untuk mengetahui fungsi dasar


tubuh. Bila tidak dilakukan pengukuran terlebih dahulu, kemungkinan
akan mempengaruhi hasil diagnosa yang nantinya akan berpengaruh pada
perawatan lanjutan. Kemungkinan yang terjadi, misal, apabila pengukuran
tekanan darah tidak dilakukan dan ternyata pasien memiliki penyakit
hipertensi, maka ketika dilakukan pencabutan akan berakibat fatal, yaitu
terjadi pendarahan hebat.

12

2.2 Pengukuran Denyut Nadi


Orang Coba

Jenis Kelamin

Azizah

Perempuan

Denyut Nadi
A.Brachialis = 96 kali/menit
A.Radialis = 66 kali/menit
A.Carotis = 62 kali/menit

Arina

Perempuan

A.Brachialis = 90 kali/menit
A.Radialis = 77 kali/menit
A.Carotis = 70 kali/menit

Narita

Perempuan

A.Brachialis = 85 kali/menit
A.Radialis = 81 kali/menit
A.Carotis = 71 kali/menit

One

Perempuan

A.Brachialis = 88 kali/menit
A.Radialis = 97 kali/menit
A.Carotis = 80 kali/menit

1. Mengapa mahasiswa kedokteran gigi harus memeriksa denyut nadi sebelum


melakukan tindakan operatif?

Pemeriksaan denyut nadi perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi umum


pasien, mengetahui keadaan jantung, dan mengikuti perkembangan
jalannya penyakit pada penderita, serta membantu pengambilan diagnosa
untuk tindakan perawatan selanjutnya.

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi denyut nadi?

Jenis kelamin, jenis aktifitas, usia, berat badan, keadaan emosi atau psikis,
rima jantung, bentuk tubuh, suhu tubuh, volume darah, obat-obatan dalam
tubuh.

3. Apakah ada perbedaan pengukuran denyut nadi pada berbagai posisi tubuh?
Jelaskan mengapa!

Ada, perbedaan hasil pengukuran dikarenakan adanya perbedaan gaya


gravitasi yang diterima oleh tubuh. Pada saat berbaring denyut nadi akan
lebih rendah dibandingkan saat duduk atau berdiri karena efek gravitasi

13

tubuh akan berkurang yang membuat darah lebih banyak mengalir kembali
ke jantung, sehingga denyut nadi lebih rendah. Sedangkan pada posisi
berdiri denyut nadi akan meningkat karena darah yang kembali ke jantung
lebih sedikit akibat pengaruh gravitasi ke bawah sehingga menyebabkan
peningkatan detak jantung yang berakibat naiknya denyut nadi. Pada
posisi duduk denyut nadi cenderung stabil karena jumlah darah yang
tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat dibandingkan saat
sedang berdiri.
4. Mengapa saat bekerja denyut nadi meningkat?

Karena saat bekerja otot melakukan kontraksi sehingga membutuhkan


suplai oksigen lebih banyak. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, jantung
memompa darah lebih cepat agar aliran darah ke otot meningkat sehingga
denyut nadi dan tekanan darah juga meningkat.

5. Bagaimana cara menentukan denyut nadi maksimal dan optimal?

Denyut nadi maksimal pada dasarnya merupakan denyut nadi maksimal


yang dapat dilakukan pada saat melakukan aktivitas. Denyut nadi
maksimal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
1. Denyut nadi maksimal (DNM) = 220 Umur
Sedangkan untuk mengetahui denyut nadi optimal dapat digunakan rumus:
2. Denyut nadi optimal (DNO) = 60%-80% x Denyut Nadi Maksimal
(DNM)
Dengan mengetahui batas DNO tersebut, seseorang harus berhenti sejenak
dalam beraktivitas saat denyut nadinya mencapai optimal. Jika masih
dipaksakan yang terjadi adalah kram jantung yang membuat serangan
jantung.
2.3 Pengukuran Frekuensi Nafas
Orang Coba

Jenis Kelamin

Frekuensi Nafas

Citra

Perempuan

20 kali/menit

Arina

Perempuan

19 kali/menit

Aini

Perempuan

23 kali/menit

14

2.4 Pengukuran Suhu Tubuh


Orang Coba

Lokasi

Suhu Tubuh

Arina

Oral

1. 36,4 C

(termometer digital)

2. 36,4 C

Oral

1. 37,1 C

(termometer raksa)

2. 37,1 C

Ketiak

1. 35,9 C
2. 35,8 C

Rataan

36,45 C

1. Mengapa pengukuran suhu tubuh di ketiak berbeda? Berapa perbedaannnya?


Jelaskan!

Suhu tubuh di setiap bagian-bagian tubuh adalah berbeda. Seperti suhu


tubuh di mulut dan di ketiak. Suhu tubuh di ketiak cenderung lebih rendah
daripada suhu di mulut. Hal tersebut dikarenakan di ketiak terdapat
kelenjar apokrin yang berfungsi untuk mengatur kelembaban serta suhu
tubuh manusia (kelenjar apokrin di ketiak adalah yang paling aktif).
Semakin lembab bagian tubuh maka akan semakin rendah suhu tubuh di
bagian tersebut. Hal tersebut dikarenakan kelembapan di daerah ketiak
lebih tinggi sehingga menurunkan suhu tubuh inti. Angka pada termometer
pada pengukuran suhu tubuh di ketiak lebih rendah sekitar 0,9 derajat
celcius.

2. Kapan harus melakukan pengukuran suhu tubuh di rongga mulut atau pengukuran
di bagian tubuh yang lain?

Metode pengukuran suhu tubuh ditentukan oleh kondisi dari pasien atau
objek yang akan diukur suhunya. Pengukuran suhu tubuh melalui oral
(mulut) merupakan metode yang paling umum digunakan. Melalui aksial
(ketiak), paling tepat digunakan pada objek anak-anak, objek dengan
gangguan pernapasan mulut atau seseorang yang sangat lemah sehingga
tidak bisa mempertahankan posisi termometer di mulutnya. Melalui rektal
(anus) merupakan metode pengukuran yang paling tepat digunakan untuk
15

mengukur suhu tubuh pada bayi. Pengukuran melalui aural (telinga)


merupakan pengukuran yang paling akurat karena menunjukkan suhu atau
temperatur inti tubuh (suhu organ-organ internal).

2.5 Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan


Orang

Jenis

Berat Badan

BB ideal

Coba

Kelamin

dan Tinggi

(minimal dan

Badan

maksimal)

BB= 44 kg

BB maks=41

TB= 151 cm

BB min=36,9

BB= 60 kg

BB maks=50

TB= 161 cm

BB min=45

BB= 53 kg

BB maks=41

TB= 151 cm

BB min=36,9

BB= 58 kg

BB maks=60

TB= 170 cm

BB min=54

Ke-1

Ke-2

Ke-3

Ke-4

IMT

Klasifikasi

19,3

Normal

23,7

Normal

23,2

Normal

20,07

Normal

PERTANYAAN PENGUKURAN TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN


1.

Apakah pengukuran berat badan dan tinggi badan diperlukan di bidang


kedokteran gigi? Jelaskan untuk apa?

Iya diperlukan, karena dari tinggi badan dan berat badan dapat diperoleh
informasi tambahan yang digunakan untuk menegakkan diagnosis
terutama yang berkaitan dengan hormonal metabolik. Selain itu,
pengukuran TB dan BB juga dapat digunakan untuk mengetahui Indeks
Massa Tubuh yang dapat digunakan untuk memprediksi kesehatan
penderita dan BB biasa digunakan untuk acuan dalam memberikan obatobatan.

2.

Apakah akibat jika seseorang termasuk kurus beresiko dan apa pula akibat bagi
yang terlalu gemuk? Jelaskan!

16

Berikut adalah beberapa masalah kesehatan yang dapat dialami oleh


mereka yang memiliki IMT kurang dari 18 atau termasuk kurus beresiko,
yaitu:
a.

Osteoporosis
Osteoporosis adalah penipisan jaringan tulang atau hilangnya
kepadatan tulang seiring dengan waktu. Osteoporosis terjadi
apabila tubuh tidak mampu membentuk jaringan tulang baru, atau
jaringan tulang yang telah ada diserap terlalu banyak oleh tubuh,
atau keduanya.
Berat badan yang rendah menyebabkan tekanan yang
diterima oleh tulang juga kecil, padahal, tekanan pada tulang
berfungsi meningkatkan kepadatan tulang.
Osteoporosis ini dapat mengancam baik pada pria maupun
wanita. Sehingga hanya dengan jatuh saja atau kecelakaan, bisa
menyebabkan luka yang fatal atau bahkan kematian. Untuk
mencegah terjadinya osteoporosis, maka orang yang memiliki IMT
kurang dari 17, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk
menambah berat badannya dengan aman.

b.

Masalah reproduksi
Keadaan sangat kurus pada wanita, menjadi salah satu
penyebab beberapa masalah reproduksi pada wanita. Yang
pertama, siklus menstruasi akan berhenti atau menjadi tidak teratur
pada wanita yang terlalu kurus. Bukan hanya itu, wanita yang
terlalu kurus, juga akan mengalami kesulitan saat akan konsepsi
(terjadinya pembuahan), mereka juga sulit untuk mempertahankan
kehamilannya. Menurut hasil studi, 72 persen dari wanita hamil
yang underweight, akan mengalami keguguran dalam semester
pertama.
Pria yang terlalu kurus memiliki resiko untuk mengalami
disfungsi seksual menetap sebanyak 22 kali lebih tinggi daripada
orang dengan berat badan normal. Masalah-masalah seperti

17

disfungsi

ereksi,

sakit

saat

berhubungan

seksual

atau

ketidakmampuan untuk ejakulasi. Menurut penelitian juga terdapat


hubungan antara berat badan pria dan kesehatan spermanya.
c.

Anemia
Kebanyakan orang yang terlalu kurus sering mengalami
kelelahan sepanjang waktu. Kekurangan energi dan fatigue atau
kelemahan adalah meripakan gejala khas anemia. Anemia adalah
penyakit yang terjadi saat tubuh mengalami kekurangan sel darah
merah. Sel darah merah bertanggung jawab untuk transportasi
oksigen menuju organ. Apabila sel darah merah kurang, maka
oksigen yang diangkut menuju organ tubuh juga tidak memadai.

d.

Rendahnya sistem imun


Sistem imun tubuh membutuhkan cukup sumber energi
untuk dapat berfungsi dengan baik. Dan energi tersebut didapatkan
dari makanan yang masuk ke tubuh kita. Bagi penderita anoreksia,
karena energi yang masuk sedikit, maka sel-sel tubuh kurang
maksimal dalam menghasilkan sistem imun. Sehingga orang yang
terlalu kurus gampang terserang penyakit flu, bahkan dapat
menjadi lebih parah, seperti kanker, yang dimulai dengan aktivitas
sel yang abnormal.

e.

Penyakit Jantung dan Diabetes


Pada penelitian, disebutkan bahwa orang yang memiliki
gen kurus, memiliki kecenderungan untuk menyimpan lemak
ditempat yang dalam, seperti disekitar jantung dan hati, daripada
dibawah kulit. Dan studi menyatakan bahwa hal itu beresiko lebih
tinggi untuk terjadinya diabetes dan serangan jantung dikemudian
hari.

18

Akibat dari obesitas :


a. Penyakit jantung dan stroke
Mereka dengan IMT paling sedikit 30 mempunyai 50-100%
peningkatan risiko kematian dibandingkan mereka dengan IMT 2025. Obesitas tipe buah apel mempunyai risiko hampir 3 kali untuk
menderita

penyakit

jantung

dibandingkan

dengan

BB

normal.

Meningkatnya lemak pada daerah perut secara spesifik dihubungkan


dengan kekakuan pembuluh darah aorta, yaitu pembuluh darah arteri
utama yang memberikan darah ke organ-organ tubuh.
b. Tekanan darah tinggi
Hubungan antara obesitas dan hipertensi adalah kompleks dan
mungkin menggambarkan interaksi faktor genetik, demografi dan
biologik. Berbagai penelitian telah melaporkan bahwa penurunan BB
bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah.
c. Gagal jantung
Suatu penelitian tahun 2002 melaporkan bahwa obesitas mungkin
bertanggung jawab terhadap 11% gagal jantung pada pria dan 14 % pada
wanita. Mekanismenya belum jelas.
d. Gangguan lemak darah (Dislipidemia)
Efek obesitas pada kadar kolesterol adalah kompleks. Walaupun
obesitas tidak mempunyai hubungan yang kuat dengan kadar kolesterol,
tetapi kadar trigliserida (TG) biasanya tinggi sedang kolesterol baik
(HDL) cenderung menurun yang keduanya menyebabkan penyakit
jantung.
e. Resistensi insulin dan DM tipe2
Kebanyakan penderita DM tipe 2 adalah obesitas dan pada
kenyataannya memberikan kesan yang kuat bahwa penurunan BB dapat
menjadi kunci di dalam mengontrol terhadap DM tipe 2, yang mempunyai
kelainan berupa ketidakmampuan menggunakan insulin di dalam
metabolisme glukosa.

19

Keadaan ini sering disebut dengan resistensi insulin dan juga


dihubungkan dengan hipertensi dan kelainan pembekuan darah. Walaupun
mekanisme yang tepat hubungan antara obesitas dan DM tipe 2 sama
sekali belum jelas, tetapi sel-sel lemak dapat melepaskan zat-zat kimia
tertentu yang menghambat kepekaan tubuh terhadap insulin.
f. Sindroma metabolik (sindroma X)
Terdiri dari obesitas yang ditandai dengan penumpukan lemak
pada daerah perut, gangguan kolesterol, hipertensi, dan resistensi insulin.
Tampaknya faktor genetik berperanan, walaupun obesitas dan makan yang
cepat memegang peranan penting di dalam perkembangan sindroma ini.
Sindroma metabolik secara signifikan dihubungkan dengan penyakit
jantung dan angka kematian yang lebih tinggi.
g. Kanker
Obesitas dihubungkan dengan jenis kanker tertentu, dan beberapa
ahli percaya bahwa kontrol BB yang efektif bagi anak-anak dan dewasa
dapat mengurangi kejadian kanker 30-40 %. Obesitas dapat meningkatkan
risiko kanker dalam hubungannya dengan kadar hormon yang tinggi yang
disebut growth factor, yang mana dapat merangsang pertumbuhan sel yang
menyebabkan kanker.

20

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengukuran Tekanan Darah


Pada praktikum ini, tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung di
lengan bagian atas yang didapatkan hasil yang tidak sama diantara
sphygmomanometer, arenoid, dan digital.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan darah yaitu, usia,
jenis kelamin, aktivitas, obesitas, obat-obatan, kondisi kesehatan, stress, dll.
Namun, pada praktikum kali ini hanya akan dibahas faktor aktivitas dan jenis
kelamin. Tekanan darah pada orang coba pertama dan kedua berbeda. Hal ini
disebabkan karena perbedaan jenis kelamin. Jenis kelamin laki-laki (orang coba
pertama) tekanan darahnya lebih besar daripada orang coba kedua (jenis kelamin
perempuan). Hal tersebut dikarenakan perbedaan kekuatan kontraksi otot dan
jantungnya. Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah beraktivitas
olah raga, ternyata data menunjukkan bahwa tekanan darah setelah melakukan
aktivitas cenderung akan lebih tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi
aktivitas yang dilakukan maka akan semakin tinggi pula aktivitas dari kerja
jantung yang harus mengeluarkan tenaga yang tinggi sesuai dengan tekanannya.
Pada hasil percobaan dapat kita lihat kenaikan yang cukup jelas pada hasil
pengukuran denyut nadi dan tekanan darah pada orang coba sebelum melakukan
aktivitas dengan setelah melakukan aktivitas fisik, yaitu naik turun bangku dengan
menggunakan irama metronom.
Jika otot berkontraksi, maka otot perlu suplai oksigen lebih banyak. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, jantung memompa darah lebih cepat agar aliran
darah ke otot meningkat sehingga denyut nadi dan tekanan darah juga meningkat.
Ketika otot tersebut berhenti berkontraksi, suplai darah segera kembali seperti
normal, jantung segera memperlambat pompanya sehingga denyut nadi dan
tekanan darah menjadi turun sampai nilai normal. Oleh karena itu, setelah
beberapa menit denyut nadi dan tekanan darah pada orang coba akan kembali
normal seperti sebelum dia melakukan aktivitas fisik.

21

Selain faktor jenis kelamin dan jenis aktivitas yang dilakukan, besarnya
tekanan darah juga dipengaruhi oleh faktor suhu. Suhu yang dingin akan
menyebabkan tubuh tidak mampu mempertahankan kondisi homeostasis,
sehingga menimbulkan respon stress. Respon stress ini akan memacu
disekresikannya

hormon

adrenalin

yang

memacu

peningkatan

aktivitas

kardiovaskuler termasuk peningkatan tekanan darah. Namun, data pengamatan


kami menunjukkan hasil yang sebaliknya yakni tekanan darah menurun. Hal ini
mungkin disebabkan karena kesalahan pada proses pengukuran yang kurang tepat.
Tekanan darah dari masing-masing orang coba diukur dalam beberapa
keadaan, yaitu pada saat duduk, berdiri, dan berbaring. Faktor posisi tubuh
tersebut disebabkan karena adanya perbedaan gaya gravitasi, Apabila pengukuran
dilakukan dalam keadaan berdiri, tubuh mengalami pengaruh gaya gravitasi
sehingga terjadi penurunan sedikit pada tekanan darah, sedangkan pada posisi
duduk dan berbaring tekanan darah cenderung stabil.

3.2 Perbedaan Pengukuran Denyut Nadi dengan Arteri Brachialis, Carotis, dan
Radialis
Dalam pengukuran tekanan darah terdapat perbedaan hasil pada arteri
brachialis, carotis, dan radialis. Pengukuran denyut nadi pada arteri Brachialis
menunjukkan hasil yang paling besar, kemudian pengukuran pada arteri Radialis
dan yang paling kecil hasil pengukurannya adalah arteri Carotis. Faktor yang
mempengaruhi kerja atau denyut nadi adalah:
1. Aktivitas, denyut nadi akan bertambah secara lambat setelah makan atau dalam
keadaan tenang.
2. Ukuran dan umur, spesies yang lebih besar cenderung mempunyai denyut nadi
yang lebih lambat.
3. Temperatur, denyut nadi biasanya bertambah dengan kenaikan temperatur
dalam jangka waktu lingkungan normal.
4. Jenis kelamin dan

22

5.Obat-obatan.
3.3 Pengukuran Suhu Tubuh
Suhu tubuh pada orang coba yang diukur secara oral dan aksial
ditunjukkan hasil yang berbeda dengan perbedaan yang relatif kecil yaitu 0.9
derajat celcius. Hal ini disebabkan karena kelembapan di daerah ketiak lebih
tinggi sehingga menurunkan suhu tubuh inti.
Dengan mengetahui suhu badan, maka akan dapat diketahui adanya
kelainan pada tubuh yang nantinya dipergunakan sebagai salah satu penyokong
dalam membantu menentukan diagnosa, selain itu dapat juga mengetahui adanya
perkembangan penyakit.
Suhu tubuh manusia dapat diketahui atau diukur pada beberapa bagian
tubuh tertentu, misalnya; pengukuran secara oral (mulut), aksial (ketiak), rektal
dan pada telinga.

3.4 Frekuensi Nafas


Pada orang coba menunjukkan jumlah respirasinya berkisar antara 15-20
tarikan nafas per menit ketika istirahat yang menunjukkan respirasinya normal.
Orang coba tidak mengalami penyumbatan nafas dan pola pernafasannya normal.
3.5 Pengukuran Berat Badan dan Tinggi Badan
Pada setiap orang coba di kelompok kami didapatkan berat badan yang
normal yang dilihat dari hasil perhitungan indeks massa tubuhnya yaitu diantara
18,5-24 kg/m2.

23

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Tanda-tanda vital

merupakan indikator dari

status

kesehatan

yang

menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural, dan endokrin tubuh.


Pengukuran tanda tanda vital meliputi :
1. pemeriksaan tekanan darah (dipengaruhi aktivitas fisik, posisi tubuh, dan
suhu),
2. denyut nadi (dapat diukur melalui arteri brachialis, karotis, dan radialis),
3. suhu tubuh (suhu tubuh normal adalah 36.5-37.2 derajat celcius yang dapat
dilakukan dengan melalui oral, rektal, aksial, dan telinga),
4. tinggi dan berat badan (untuk mengetahui indeks masa tubuhnya adalah
BB kg /TB2 m dengan IMT normalnya adalah 18.5-24.9 kg/m2)
5. frekuensi pernapasan (pernafasan normal pada orang dewasa adalah 15-20
kali/menit saat istirahat).
Tanda tanda vital ini dapat memberikan data dasar untuk mengetahui respon
terhadap stress fisiologi / psikologi , terapi medis dan keperawatan, dan perubahan
fisiologis.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Simamora, Roymond H. 2009. Dasar Keperawatan : Mengukur TandaTanda Vital. Jember : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Jember
2. Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta : EGC
3. Indriana, Tecky. Parnaadji, Rahardyan. Suhartini. Hamzah, Zahreni.
Nugroho, Raditya. 2014. Modul Tanda-Tanda Vital dan Kelelahan Otot
Blok Sistem Tubuh II. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember
4. Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.
Jakarta : EGC
5. Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

25

Anda mungkin juga menyukai