Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN

RADIOLOGI PRAKTIKUM
KODE KPD205
TANDA – TANDA VITAL

Oleh :
Dannis Virendo
413221040
Kelas B

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI RADIOLOGI PENCITRAAN


FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
BAB I
DASAR TEORI
Pengukuran tanda vital merupakan salah satu cara yang dapat digunakan mendeteksi
terkait adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital terdiri dari suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, tekanan darah, tingkat saturasi oksigen, CRT( Capillary Refill Time)
dan GCS (Glowgas Coma Scale). Tanda vital dapat mengalami perubahan bila tubuh berada
dalam kondisi aktivitas berat atau berada dalam keadaan sakit maka perubahan yang terjadi
merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh. (Aziz Alimul Hidayat, 2009).
Pengukuran tanda-tanda vital adalah tanggung jawab dasar keperawatan. Hal ini
merupakan unsur yang penting untuk memantau fungsi tubuh. Tanda-tanda vital atau vital
sign memberikan gambaran fungsi berbagai organ spesifik seluruh sistem tubuh, terutama
jantung dan paru-paru. Perawat mengobservasi dan memeriksa berbagai tanda vital untuk
membentuk pengukuran dasar, mengamati kecenderungan, mengidentifikasi masalah
fisiologis, serta memantau respons pasien terhadap terapi (Novita Widyastuti, 2013)
1.1 Tekanan Darah
Tekanan darah adalah salah satu kekuatan atau tenaga yang darah gunakan
untuk melawan dinding arteri dan bisa diukur dengan menggunakan milimeter air
raksa (mmHg). Tekanan darah dinilai dalam dua bentuk yaitu sistole dan diastole,
Tekanan darah sistole adalah nilai pada saat jantung mengalami kontraksi, sedangkan
diastole adalah nilai tekanan darah pada saat jantung mengalami relaksasi
(Prasetyaningrum, 2014).
Nilai dari tekanan darah seseorang dapat berubah ubah dalam satu hari. Nilai
tekanan darah seseorang akan lebih rendah pada saat dia sedang sedang tidur dan akan
mengalami kenaikan pada saat dia sudah bangun tidur, bahagia terenggah-enggah,
panik, dan beraktivitas fisik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat yang bernama
tensi meter atau Sphygmomanometer. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan
dengan posisi seseorang duduk ataupun tidur telentang diatas tempat tidur
(Prasetyaningrum, 2014)
Sphygmomanometer

Dari hasil studi yang pernah dilakukan ada 2 faktor penyebab yang dapat
menimbulkan tekanan darah yaitu faktor yang dapat dikontrol meliputi riwayat
keluarga, usia, dan jenis kelamin. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikontrol adalah
lifestyle, pola makan, kebiasaan merokok, minum alkohol, obesitas, serta kurangnya
aktivitas fisik. Tekanan darah darah dalam arteri dapat meningkat dengan dipengaruhi
beberapa hal seperti:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan keelastisannya sehingga menjadi kaku dan tidak
dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri.
1.1.1 Tekanan Darah Normal

Tekanan darah normal setiap orang bisa berbeda-beda. Hal ini dapat
dipengaruhi usia hingga jenis kelamin. Memantau dan menjaga tekanan darah tetap
normal penting dilakukan agar terhindar dari berbagai masalah kesehatan akibat
komplikasi tekanan darah yang tidak normal. Orang dewasa dengan kondisi tubuh
sehat umumnya memiliki tekanan darah normal sekitar 90/60 mmHg hingga 120/80
mmHg. Angka 90 dan 120 menunjukkan tekanan ketika jantung memompa darah ke
seluruh tubuh atau biasa disebut tekanan sistolik. Sementara itu, angka 80 dan 60
menunjukkan tingkat tekanan saat jantung beristirahat sejenak sebelum kembali
memompa darah lagi, atau disebut juga tekanan diastolik.
1.1.2 Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Tekanan darah tinggi ialah tekanan di atas nilai normal yaitu tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/
tenang (InfoDATIN, Kemenkes RI). Disebut hipertensi sekunder bila penyebab
kondisi hipertensi dikaitkan dengan kondisi patologis penyakit yang diketahui.
Namun bila penyebabnya tidak diketahui, maka disebut sebagai hipertensi primer atau
esensial. Hipertensi merupakan penyakit umum. Hipertensi diastolik persisten yang
berkepanjangan (menetap) adalah masalah tekanan darah yang sangat serius. Sebagian
besar menyebabkan kematian dini dan kecacatan yang cukup serius.
1.1.3 Tekanan Darah Rendah (Hipotensi)
Tekanan darah rendah ialah tekanan darah yang nilainya di bawah nilai
normal. Pada umumnya di usia lanjut terjadi tekanan darah yang konsisten misalnya
pada sistolik terbaca nilai 90-115 mmHg namun tidak terlihat efek sakit. Dikatakan
sebagai hipotensi ortostatik atau postural bila tekanan darah rendah, dikaitkan dengan
adanya kelemahan pada saat pasien berada dalam posisi berdiri ataupun tegak. Hal ini
merupakan sebuah hasil dari vasodilatasi perifer tanpa adanya peningkatan
kompensasi di dalam curah jantung. Hipotensi tipe ini dapat dicegah dengan cara
berdiri atau bergerak dengan perlahanlahan, terutama setelah bangun dari tempat
tidur. Selain itu, dapat pula dikoreksi dengan merendahkan kepala, untuk memulihkan
aliran darah ke otak. (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).

tekanan darah atau tensi normal berdasarkan kelompok usia

Menurut Eviana S. Tambunan Deswani Kasim (2012) terdapat beberapa faktor


yang dapat mempengaruhi tekanan darah orang sehat antara lain adalah:
1. Usia seseorang
2. Stres
3. Fluktuasi norma terjadi sepanjang hari
4. Merokok

1.2 Suhu
Suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh
dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar tubuh. Mekanisme kontrol suhu
tubuh pada manusia yakni dengan menjaga suhu inti (suhu pada jaringan dalam) tetap
konstan pada kondisi lingkungan serta aktivitas fisik yang ekstrem. Namun, suhu
permukaan dapat berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang
ke lingkungan luar tubuh. Karena perubahan itu maka suhu normal pada manusia
berkisar pada nilai 36-38 derajat Celcius. Nilai suhu tubuh juga ditentukan oleh lokasi
pengukuran (oral, rectal, aksila, membran timpani, arteri temporalis, esophagus,
arteripulmonal, atau kandung kemih). Pengukuran suhu tubuh ini berfungsi
memperoleh nilai suhu jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang mewakili suhu ini
merupakan indikator yang lebih terpercaya dibanding lokasi yang mewakili suhu
permukaan (Patricia A. Potter, 2010).
Suhu tubuh merupakan derajat panas yang dipertahankan oleh tubuh dan
diatur oleh hipotalamus (dipertahankan dalam batas normal yaitu ± 6 0c dari 370C)
dengan menyeimbangkan antara panas yang dihasilkan dan panas yang dilepaskan
(Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012). Temperatur tubuh bervariasi pada
beberapa bagian tubuh. Suhu inti tubuh lebih tinggi dari suhu seluruh tubuh.
Temperatur inti biasanya diukur secara rektal, tetapi dapat juga diukur dalam
esofagus, arteri pulmonari, atau kandung kemih melalui monitor peralatan invasif.
Pengukuran suhu tubuh yang lain dapat diukur di oral, aksila, dan membran timpani
(Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012). Alat yang digunakan untuk mengukur
suhu tubuh :

Termometer Digital Termometer Raksa

Termometer Gun

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi suhu tubuh adalah sebagai berikut:
1. Irama Sirkadian
2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Stres
5. Temperatur lingkungan

Batas Normal Pemeriksaan Suhu


Normal 36,0C – 37,20C
Subfebris 370C – 380C
Febris 380C – 400C
Hiperpireksis 400C – 420C
Hipotermi < 360C
Hipertermi > 400C

Catatan :
1. Oral : 0,20C - 0,50C lebih rendah dari suhu rektal
2. Axilla : 0,50C lebih rendah dari suhu oral (Sonia Prastika, 2016)

1.3 Nadi
Denyut nadi merupakan aliran rah yang dapat naik turun saat dipalpasi pada
berbagai titik tubuh. Darah dapat mengalir di dalam sirkuit yang berada dalam kondisi
terus menerus. Gelombang denyut kadangkadang bergerak 15x lebih cepat melalui
sebuah aorta dan 100x lebih cepat melalui arteri kecil jika dibandingkan dengan
volume ejeksi darah. Ketika gelombang denyut telah mencapai pada arteri perifer,
maka kita dapat merasakannya dengan melakukan palpasi areri secara lembut dengan
menekan area tulang dan otot yang berada di bawahnya (Patricia A. Potter, 2010).
Nadi merupakan gelombang yang disebabkan oleh adanya perubahan
pelebaran (vasodilatasi) serta penyempitan (vasokonstriksi) dari pembuluh darah
arteri yang diakibatkan kontraksi ventrikel ketika melawan dinding aorta. Tekanan
nadi merupakan tekanan yang timbul oleh perbedaan sistolik dan diastolik. Denyut
nadi dapat dipengaruhi oleh saraf simpatik (untuk meningkatkan) dan saraf
parasimpatik (untuk menurunkan) (Eviana S. Tambunan Deswani Kasim, 2012).
Pengukuran denyut nadi, meliputi:
1) Frekuensi
Pengkajian frekuensi nadi perifer dan apikal dapat menyatakan perbedaan
frekuensi jantung. Ketidaknormalan nadi biasa disebut:
a. Takikardia adalah nadi lebih dari normal (nadi cepat).
b. Bradikardia adalah nadi kurang dari normal (nadi lambat).
2) Irama
Secara normal irama adalah interval reguler yang terjadi antara setiap denyut nadi
atau jantung. Interval yang disela oleh denyut di awal dan di akhir atau tidak ada denyut
menandakan irama yang tidak normal yang disebut disritmia.
3) Kekuatan
Kekuatan nadi menunjukkan volume darah yang diejeksikan ke dinding arteri pada
setiap kontraksi jantung dan kondisi sistem pembuluuh darah arteri yang mengarah nadi
dan digambarkan dengan kuat, lemah, berurutan atau bersamaan.
4) kesetaraan dari setiap denyutan.
Nadi kedua tempat dari sistem pembuluh darah perifer harus dikaji. Semua nadi
simetris dapat dikaji secara simultan kecuali nadi karotid karena tekanan yang besar dapat
menyumbat pasokan darah ke otak

Denyut abnormal yang lambat, cepat atau tidak teratur dapat menandakan
masalah dalam pengaturan sirkulasi darah, keseimbangan cairan atau metabolisme
tubuh. Disritmia jantung dapat megancam kemampuan jantung untuk berfungsi
dengan baik. Kekuatan denyutan menunjukkan volume darah yang di pompa dalam
setiap kontraksi jantung. Perbandingan denyut nadi pada kedua sisi tubuh dapat
menunjukkan variasi seperti berhentinya aliran darah lokal yang disebabkan oleh
pembekuan darah. Faktor yang mempengaruhi denyut nadi:
1) Latihan fisik
2) Obat-obatan
3) Suhu
4) Emosi
5) Perubahan postur tubuh
6) Peradarahan
7) Gangguan paru

1.4 Respirasi
Kemampuan oksigen (O2) untuk mencapai sel tubuh dan untuk
karbondioksida (CO2) untuk dikeluarkan dari sel mempengaruhi ketahanan hidup
manusia. Menurut Patricia A. Potter (2010) Pernapasan merupakan sebuah
mekanisme tubuh untuk melakukan pertukaran gas antara atmosfer dan darah.
Pernapasan juga akan melibatkan:
1. Ventilasi yakni pergerakan gas ke dalam dan keluar dari paru-paru
2. Difusi yakni pergerakan oksigen dan karbondioksida antara alveoli serta sel
darah merah
3. Perfusi yakni distribusi sel darah merah dari kapiler paru-paru

Pernapasan selalu berhubungan dengan suhu serta denyut nadi. Apabila suhu
nadi tidak normal, pernapasan juga demikian adanya. Pemeriksaan status pernapasan
terdiri dari suara napas, cara bernapas, serta gangguan suara napas. Tanda-tanda
terjadinya peningkatan usaha bernapas pasien dapat ditandai adanya retraksi dinding
dada, tarikan trakea, pernapasan pada cuping hidung, keterlibatan otot dada atau
aksesorious, tidak mampu berbicara dalam satu kalimat yang penuh, serta suara napas
yang terganggu muncul (Dewi Kartika N., 2011).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pernapasan menurut (Cahya
Ramadhan, 2015) yaitu intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara per menit,
dari dalam ke luar tubuh atau dari luar ke dalam tubuh. Pada umumnya intensitas
pernapasan pada manusia berkisar 16-18 kali. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kecepatan frekuensi pernapasan ialah:
1. Usia. Balita memiliki frekuensi pernapasan yang lebih cepat dibandingkan
dengan manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin
menurun.
2. Jenis kelamin. Laki-laki mempunyai frekuensi pernapasan yang lebih cepat
dibandingkan perempuan.
3. Suhu tubuh semakin tinggi suhu tubuh (demam) angka frekuensi pernapasan
akan semakin cepat.
4. Posisi tubuh. Frekuensi pernapasan meningkat saat berjalan ataupun berlari di
bandingkan posisi diam. Frekuensi pernapasan pada saat posisi berdiri akan
lebih cepat dibandingkan dengan posisi duduk. Frekuensi pernapasan akan
semakin cepat.
5. Aktivitas. Semakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin
cepat (Cahya Ramadhan, 2015).
6. Nyeri Akut. Adanya nyeri mengubah ritme pernapasan sehingga pernapasan
dapat menjadi lebih dangkal.
7. Kegelisahan. Kegelisahan meningkatkan frekuensi dan kedalaman pernapasan
karna stimulasi simpatis.
8. Cedera Neurologis. Gangguan pusat pernapasan serta hambatan frekuensi dan
ritme pernapasan dapat terjadi pada cedera batang otak

Mekanisme pernapasan yaitu ada 2 :


1. Inhalasi
Normalnya terjadi proses berikut; diafragma berkontraksi (mengempis),
tulang iga bergerak ke atas dan keluar, dan sternum bergerak keluar sehingga
memperbesar ukuran toraks dan memungkinkan pengembangan paru.
2. Ekshalasi
Selama ekshalasi, diafragma relaksasi, tulang iga bergerak ke bawah dan
ke dalam, dan strenum bergerak ke dalam sehingga memperkecil ukuran toraks
saat paru-paru terkompresi. Normalnya proses bernapas terjadi secara normal dan
tanpa usaha. Proses inspirasi pada orang dewasa normal berlangsung selama 1-1,5
detik dan proses ekspirasi berlangsung selama 2-3 detik.

Frekuensi pernafasan normal menurut usia

Gangguan dalam pola nafas:


1) Bradipnea: Nafas teratur namun lambat secara tidak normal (pernafasan kurang
dari 12x/menit).
2) Takipnea: Nafas teratur namun cepat secara tidak normal (pernafasan lebih dari
20x/menit).
3) Hipernea: Nafas sulit, dalam, lebih dari 20x/menit. Secara normal terjadi setelah
olahraga.
4) Apnea: Nafas berhenti untuk beberapa detik.
5) Hiperventilasi: Frekeunsi dan kedalaman nafas meningkat.
6) Hipoventilasi: Frekuensi nafas abnormal dalam kecepatan dan kedalaman.
7) Pernafasan Cheyne stokes: Frekuensi dan kedalaman nafas yang tidak teratur
ditandai dengan periode apnea dan hiperventilasi yang berubah ubah.
8) Pernafasan Kussmaul: pernafasan dalam secara tidak normal dalam frekuensi
nafas yang meningkat.
9) Pernafasan Biot: Nafas dangkal secara tidak normal diikuti oleh periode apnea
(henti nafas) yang tidak teratur

1.5 Saturasi Oksigen


Saturasi oksigen (SpO2) adalah persentase hemoglobin dalam darah yang
jenuh dengan oksigen. Saturasi normal berkisar antara 95-100%. SpO2 diukur dengan
pulse oximetry, yaitu alat non-invasif yang melekat pada ujung jari, dahi, atau cuping
telinga. Alat ini memancarkan cahaya merah dan inframerah ke pembuluh darah, lalu
mendeteksi perubahan absorbansi dari hemoglobin oksigen dan hemoglobin tidak
oksigen. Nilai SpO2 yang rendah mengindikasikan hipoksemia atau kekurangan
oksigen dalam darah (Cason et al, 2019).Secara umum, terdapat dua cara yang bisa
dilakukan untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah, yaitu melalui tes analisis
gas darah (AGD) dan alat oksimeter.
1) Analisis Gas Darah(AGD)
Arterial blood gas (ABG) test atau analisis gas darah (AGD) adalah
prosedur pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
pembuluh darah arteri. Prosedur pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur
saturasi oksigen (SaO2), tekanan parsial oksigen (PaO2), kadar bikarbonat
(HCO3), tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2), serta pH darah pada arteri. Tes
analisis gas darah dapat menunjukkan hasil yang sangat akurat karena dianalisis di
laboratorium khusus dan dilakukan oleh tenaga medis profesional.
2) Alat Oksimeter(Pulse Oximetry)
Oksimeter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur saturasi
oksigen secara praktis. Alat ini bekerja dengan cara mengirimkan sinar inframerah
ke pembuluh darah kapiler untuk memperkirakan kadar oksigen di dalam darah.
Kendati demikian, pengukuran saturasi oksigen dengan oksimeter dinilai tidak
terlalu akurat jika dibandingkan dengan AGD. Adapun toleransi kesalahan
pengukuran saturasi oksigen dengan oximeter adalah sebesar 2%. Artinya, nilai
saturasi oksigen yang ditunjukkan dari pemeriksaan oksimeter bisa 2% lebih
rendah atau lebih tinggi dari nilai yang sebenarnya.

Pulse Oximetry

Pada dasarnya, nilai saturasi oksigen normal dapat diketahui dalam


bentuk satuan yang berbeda-beda, tergantung dari indikator dan metode
pengukurannya. Lebih lengkapnya, berikut adalah interpretasi nilai saturasi
oksigen normal berdasarkan metode pengukurannya.
1. Nilai Saturasi Oksigen Normal Berdasarkan Analisis Gas Darah (AGD)
Hasil pengukuran saturasi oksigen berdasarkan analisis gas darah
dapat dinyatakan dengan satuan mmHg (millimeter hydrargyrum) atau
persentase (%). Lebih lengkapnya, berikut adalah hasil pengukuran kadar
oksigen berdasarkan tes AGD.
 Kadar oksigen tinggi: Tekanan parsial oksigen (PaO2) di atas 120
mmHg.
 Kadar oksigen normal: Saturasi oksigen (SaO2) berkisar 95–100% dan
tekanan parsial oksigen (PaO2) berkisar 80–100 mmHg.
 Kadar oksigen rendah: Saturasi oksigen (SaO2) di bawah 95% dan
tekanan parsial oksigen (PaO2) di bawah 80 mmHg.
2. Nilai Saturasi Oksigen Normal Berdasarkan Alat Oksimeter
Berbeda dengan analisis gas darah (AGD), pengukuran saturasi
oksigen dengan oksimeter hanya menunjukkan SaO2 dengan satuan
persentase (%). Adapun interpretasi hasil pengukuran kadar oksigen di
dalam darah dengan oksimeter adalah sebagai berikut.
 Saturasi oksigen normal: 95–100%.
 Saturasi oksigen rendah: Di bawah 95%.

Saturasi oksigen adalah indikator yang dapat digunakan untuk


membantu mendeteksi berbagai gangguan kesehatan. Bila memiliki nilai
saturasi oksigen rendah (hipoksemia), maka hal tersebut bisa menimbulkan
sejumlah gejala, seperti sesak napas, nyeri dada, nyeri kepala, jantung
berdebar, merasa kebingungan, dan jari tangan, kuku, serta bibir tampak
membiru.
Di sisi lain, saturasi oksigen yang terlalu tinggi juga bisa terjadi
pada seseorang yang mendapatkan terapi oksigen menggunakan tabung
oksigen. Namun, kondisi ini hanya bisa dideteksi melalui analisis gas
darah (AGD). Kadar oksigen yang berlebihan dapat menyebabkan
keracunan oksigen (oxygen poisoning) dalam tubuh yang dapat
menyebabkan munculnya gejala-gejala gangguan sistem saraf (kejang dan
penurunan kesadaran) dan pernapasan (sesak napas dan nyeri dada)
1.6 CRT ( Capillary Refill Time )
Capillary Refill Time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku
untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan. CRT yang
memanjang merupakan tanda dehidrasi pada pasien. Ini diperkuat jika disertai dengan
turgor kulit dan pola pernapasan yang abnormal. Namun, CRT yang memanjang juga
harus diperhatikan dalam hubungannya dengan tanda tanda klinis lainnya, seperti
hemodinamik tidak stabil. Normal CRT adalah kurang dari 2 detik.
Capillery refill time adalah pengukuran yang dilakukan dengan menekan
ujung ibu jari atau jari kuku hingga terjadi perubahan warna menjadi putih. Kemudian
lepaskan dan perhatikan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk kembali menjadi
warna merah. Jika lebih dari2-3 detik dianggap abnormal (Purnomo, 2020).

1.7 GCS ( Glasgow Coma Scale )


Glasgow Coma Scale atau GCS adalah alat yang umum digunakan oleh dokter
untuk menilai tingkat kesadaran dan keparahan cedera pada seseorang yang
mengalami cedera kepala atau gangguan neurologis lainnya. Evaluasi terhadap tingkat
kesadaran menjadi penting dalam menentukan langkah-langkah perawatan yang
diperlukan. Glasgow Coma Scale atau GCS adalah metode pemeriksaan dasar yang
digunakan secara luas untuk mengevaluasi tingkat kesadaran dan sering kali
digunakan untuk menilai fungsi neurologis pasien, salah satunya pada kasus yang
terkait dengan keparahan cedera otak. Dalam dunia medis, tujuan Glasgow Coma
Scale adalah sebagai standar untuk mengukur respons dan status neurologis pasien.
Dengan menggunakan GCS, memungkinkan dokter untuk merespon secara tepat
terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dalam tingkat kesadaran dan
status neurologis pasien selama perawatan medis berlangsung. GCS terdiri dari tiga
komponen utama yang digunakan untuk mengevaluasi respons pasien terhadap
rangsangan eksternal. Adapun tiga komponen GCS yaitu :

Interpretasi :

Tingkat Kesadaran GCS :


1. Composmentis : yaitu kesadaran normal, dalam kondisi sadar penuh. Pasien dapat
menjawab semua pertanyaan dengan baik dan benar tentang kondisi nya maupun
lingkungan sekitarnya.
2. Apatis :yaitu keadaan pasien yang bersikap acuh tak acuh ketika diajak berbicara.
Sering mengabaikan ketika diajak berbicara, kontak mata tidak ada.
3. Somenolen : yaitu keadaan yang mana ditandai dengan mengantuk yang dalam
dan masih bisa dipulihkan dengan rangsangan nyeri. Tetapi akan berbalik kepada
reaksi tidur ketika rangsangan nyeri berhenti.
4. Delirium : yaitu kondisi dimana terjadi reaksi penurunan kesadaran yang disertai
dengan reaksi berlebihan pada otot motorik dan verbal secara tidak sadar.
Biasanya pasien akan terlihat meracau, gelisah, disorientasi dan marah-marah.
5. Soporocoma : yaitu kondisi dimana seseorang tidak memberikan respon baik
secara membuka mata, motorik maupun verbal tetapi masih memiliki respon pada
kornea dan pupilnya masih baik. Jika memiliki respon motorik biasanya hanya
gerakan kecil saja seperti pada ujung jari kaki maupun tangan. Pasien tidak dapat
dibangunkan.
6. Coma : yaitu penurunan kesadaran yang terjadi sangat dalam, sehingga tidak
memiliki respon sama sekali.
Meskipun metode GCS adalah pemeriksaan dasar umum yang digunakan
untuk mengukur tingkat kesadaran seseorang, GCS tetap memiliki kekurangan dalam
penerapannya. Berikut adalah beberapa kekurangan dari penilaian GCS:
 Subjektivitas dan variasi antar pemeriksa: Penilaian GCS melibatkan
interpretasi subjektif dari respons pasien oleh pemeriksa. Ini dapat menyebabkan
perbedaan hasil antara pemeriksa yang berbeda.
 Terbatas pada pasien tertentu: Meskipun GCS telah banyak digunakan sebagai
metode pemeriksaan dasar medis, ada beberapa kondisi pasien yang mungkin
tidak cocok untuk dinilai dengan skala ini. Sebagai contoh, pasien dengan
gangguan pendengaran, pasien di bawah pengaruh obat-obatan, pasien yang
terintubasi, pasien yang mengalami kelumpuhan pascastroke atau cedera
neurologis lainnya, pasien dengan disabilitas linguistik, maupun pasien dengan
trauma wajah dan mata.
 Tingkat akurasi: Konsistensi hasil penilaian antara pemeriksa yang berbeda
dalam mengukur respons motorik, verbal, dan mata dapat memengaruhi akurasi
penilaian dan interpretasi skor GCS.

1.8 Tujuan Praktikum


a. Mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan tekanan darah
b. Mengutahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan suhu tubuh
c. Mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan nadi
d. Mengutahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan saturasi oksigen
e. Mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan CRT (Capillary Refill
Time)
f. Mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan GCS (Glasgow Coma
Scale)

1.9 Komptensi Yang Dicapai (7 Percobaan)


a. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan tekanan
darah
b. Mahasiswa dapat mengutahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan suhu
tubuh
c. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan nadi
d. Mahasiswa dapat mengutahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan saturasi
oksigen
e. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan CRT
(Capillary Refill Time)
f. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi dan peralatan untuk pemeriksaan GCS
(Glasgow Coma Scale)

BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Pulse Oximetri
5. Jam Tangan / Stopwatch
6. Mahasiswa
7. Handsanitizer
8. Buku catatan
9. Bed pasien
10. Alkohol swab

2.2 Langkah Kerja


a. Fase pra-orientasi
Fase pra-orientasi adalah tahap dimana tenaga kesehatan sebelum bertemu
dengan pasien, pada fase ini tenaga kesehatan dapat menyiapkan diri, mental,
mengecek rekam medis, dan menyiapkan alat yang akan digunakan dalam proses
pengecekan tanda-tanda vital.
b. Fase orientasi
Fase orientasi adalah tahap dimana tenaga Kesehatan bertemu dengan pasien.
Pada fase ini tenaga Kesehatan bisa memperkenalkan diri kepada pasien,
mengecek Kembali data diri pasien dengan menanyakan langsung atau melihat
gelang pada pasien, menanyakan keadaan pasien, dan membangun rasa saling
percaya.
c. Fase kerja
1. Tekanan darah
a. Mencuci tangan/menggunakan handsanitizer sebelum bertemu
pasien
b. Memastikan pasien dalam keadaan tenang
c. Meminta pasien untuk menggulung pakaian sampe lengan atas
d. Manset tensimeter harus dipasang di atas bagian atas lengan sekitar
2,5 cm arteri.
e. Memompa manset sampai tekanan darah pasien terukur.
f. Melepaskan tekanan pada manset perlahan-lahan dan
mendengarkan suara denyut nadi pasien.
g. Hasil pemeriksaan tekanan darah pasien akan dicatat dalam dua
angka: sistolik dan diastolik.
2. Pemeriksaan suhu tubuh
a. Mencuci tangan/menggunakan handsanitizer sebelum bertemu
pasien
b. Memastikan pasien dalam kondisi tenang
c. Jika menggunakan termometer oral, terometer axila, ataupun
termometer anal, pastikan termometer tersebut bersih dan tidak
rusak.
d. Jangan gunakan termometer rektal/anal pada bayi di bawah 3
bulan.
e. Pastikan termometer aksila ditempatkan dengan benar di ketiak.
f. Ikuti petunjuk penggunaan untuk termometer telinga dan dahi.
 Pengukuran suhu tubuh melalui ketiak (axila):
a) Minta orang yang akan diperiksa duduk dengan tenang
selama 5 menit.
b) Buka pakaian di bagian atas lengan orang yang akan
diperiksa.
c) Letakkan termometer digital di bagian tengah ketiak, tepat
di bawah lipatan kulit.
d) Tahan termometer digital di tempatnya selama 30 detik atau
hingga terdengar bunyi bip.
e) Catat hasil pengukuran suhu tubuh.
 Pengukuran suhu tubuh melalui mulut (oral):
a) Minta orang yang akan diperiksa untuk berkumur dengan
air hangat.
b) Letakkan ujung termometer digital di bawah lidah orang
yang akan diperiksa.
c) orang yang akan diperiksa untuk menutup bibirnya rapat-
rapat dan tidak menggigit termometer.
d) Tahan termometer digital di tempatnya selama 30 detik atau
hingga terdengar bunyi bip.
e) Catat hasil pengukuran suhu tubuh.
 Pengukuran suhu tubuh melalui anal (rektal):
a) Gunakan pelumas berbahan dasar air pada ujung
termometer digital.
b) Minta orang yang akan diperiksa untuk berbaring dengan
posisi miring.
c) Angkat bokong orang yang akan diperiksa dan masukkan
ujung termometer digital ke dalam anus sedalam 2,5 cm.
d) Tahan termometer digital di tempatnya selama 30 detik atau
hingga terdengar bunyi bip.
e) Catat hasil pengukuran suhu tubuh.
3. Pemeriksaan nadi
a. Mencuci tangan/menggunakan handsanitizer sebelum bertemu
pasien
b. Memastikan pasien dalam kondisi tenang
c. Siapkan jam tangan dengan penunjuk detik atau stopwatch
d. Letakkan dua jari (telunjuk dan jari tengah) tangan kanan di
pergelangan tangan kiri orang yang akan diperiksa, tepat di bawah
pangkal ibu jari.
e. Tekan jari dengan lembut ke arah tulang hasta (tulang yang lebih
besar di pergelangan tangan) hingga merasakan denyutan nadi.
f. Lihat jam tangan atau stopwatch dan hitung berapa kali merasakan
denyutan nadi selama 60 detik.
g. Dapat menghitung denyut nadi selama 30 detik dan kalikan
hasilnya dengan 2.
h. Catat hasil pengukuran denyut nadi.

4. Pemeriksaan respirasi
a. Mencuci tangan/menggunakan handsanitizer sebelum bertemu
pasien
b. Memastikan pasien dalam kondisi tenang
c. Siapkan jam tangan dengan penunjuk detik atau stopwatch.
d. Lihat jam tangan atau stopwatch dan hitung berapa kali orang yang
akan diperiksa menarik napas selama 60 detik.
e. Dapat menghitung frekuensi pernapasan selama 30 detik dan
kalikan hasilnya dengan 2.
f. Catat hasil pengukuran frekuensi pernapasan.
g. Perhatikan apakah pernapasan orang yang akan diperiksa teratur
atau tidak teratur.
h. Perhatikan apakah ada suara napas abnormal, seperti wheezing
(bunyi mengi) atau stridor (bunyi melengking).
i. Perhatikan apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan, seperti
otot leher dan dada.

5. Pemeriksaan saturasi oksigen


a. Mencuci tangan/menggunakan handsanitizer sebelum bertemu
pasien
b. Memastikan pasien dalam kondisi tenang
c. Pasang pulse oximeter pada jari tangan atau daun telinga orang
yang akan diperiksa.
d. Tunggu beberapa detik hingga hasil pengukuran muncul di layar.
e. Catat hasil pengukuran saturasi oksigen.

6. Pemeriksaan CRT (Capillary Refill Time)


a. Mencuci tangan/menggunakan handsanitizer sebelum bertemu
pasien
b. Memastikan pasien dalam kondisi tenang
c. Tekan ujung jari tangan atau kaki orang yang akan diperiksa
selama 8-9 detik.
d. Lepaskan tekanan dan perhatikan berapa lama waktu yang
dibutuhkan bagi kulit untuk kembali berwarna merah muda.

7. Pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)


a. Mencuci tangan/menggunakan handsanitizer sebelum bertemu
pasien
b. Memastikan pasien dalam kondisi tenang
c. Membuka Mata (E)
a) Nilai 4: Membuka mata spontan
b) Nilai 3: Membuka mata dengan respon suara
c) Nilai 2: Membuka mata dengan respon nyeri
d) Nilai 1: Tidak membuka mata
d. Respon Verbal (V)
a) Nilai 5: Berorientasi baik (tahu waktu, tempat, dan orang)
b) Nilai 4: Bingung, disorientasi
c) Nilai 3: Kata-kata tidak koheren
d) Nilai 2: Suara tidak jelas
e) Nilai 1: Tidak ada respon suara
e. Respon Motorik (M)
a) Nilai 6: Mengikuti perintah
b) Nilai 5: Bergerak sesuai perintah
c) Nilai 4: Menghindar dari nyeri
d) Nilai 3: Flexor abnormal (menekuk tangan ke dada)
e) Nilai 2: Ekstensor abnormal (meluruskan tangan ke atas)
f) Nilai 1: Tidak ada respon motoric

d. Fase evaluasi
Fase terminasi merupakan tahap dimana tenaga Kesehatan memberhentikan
interaksi, memberi healt edukasi, dan berpisah dengan pasien.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Oc : …………
Pengamat : …………

No. Jenis Pemeriksaan Hasil Data Keterangan


1. Tekanan Darah 110/70 Normal
2. Suhu 360C Normal
3. Nadi 70 Normal
4. Respirasi 18 Normal
5. Saturasi Oksigen 97% Normal
6. CRT ( Capillary Refill Darah mengalir kembali Normal
Time ) sebelum 2 detik
7. GCS ( Glasgow Coma 15 Normal
Scale )

3.2 Pembahasan
Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah prosedur penting dalam evaluasi
kesehatan seseorang. Tanda-tanda vital ini mencakup tekanan darah, suhu tubuh,
denyut nadi, pernapasan, saturasi oksigen, capillary refill time (CRT), dan Glasgow
Coma Scale (GCS). Pengukuran yang teliti dari tanda-tanda vital ini dapat
memberikan informasi yang berharga tentang kondisi fisiologis seseorang, serta
membantu mendeteksi kelainan atau perubahan dalam sistem tubuh.
1. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dibutuhkan oleh darah untuk mengalir
melalui pembuluh darah arteri. Tekanan darah normal pada orang dewasa adalah 80-
120 mmHg untuk tekanan sistolik dan 60-80 mmHg untuk tekanan diastolik.
Hipertensi terjadi jika tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg atau tekanan
diastolik lebih dari 90 mmHg, sedangkan hipotensi terjadi jika tekanan darah sistolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik kurang dari 60 mmHg. Pengukuran
tekanan darah dapat dilakukan dengan alat tensimeter atau sphygmomanometer,
dengan metode auskultasi atau palpasi. Faktor yang dapat mempengaruhi tekanan
darah yaitu usia, stress, fluktuasi norma terjadi sepanjang hari, dan merokok.
Pencegahan jika hipertensi dapat mengurangi makanan contohnya yang mengandung
banyak garam dan buah bit. Dan juga hipotensi dapat dicegah dengan makan-
makanan contohnya sayur bayam dan daging kambing/lainnya. Hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan organ tubuh lainnya seperti
jantung, ginjal, dan otak. Sedangkan, hipotensi dapat menyebabkan pusing, lemas,
dan bahkan pingsan.
2. Suhu
Suhu tubuh adalah suhu internal tubuh yang mencerminkan keseimbangan
antara produksi dan hilangnya panas. Suhu tubuh normal pada orang dewasa
adalah 36-37°C. Suhu tubuh dapat diukur melalui oral, rektal, axilla, atau
menggunakan thermometer gun. Hipotermia terjadi jika suhu tubuh di bawah
36°C, sementara hipertermia terjadi jika suhu tubuh di atas 38°C.
Hipertermi dapat menunjukkan adanya infeksi atau peradangan dalam
tubuh, seperti flu, pneumonia, atau infeksi saluran kemih. Jika suhu tubuh di atas
40°C, dapat menyebabkan kerusakan pada organ tubuh dan bahkan dapat
mengancam nyawa. Sedangkan jika suhu tubuh rendah dapat menunjukkan
adanya masalah kesehatan seperti hipotermia, yaitu kondisi di mana suhu tubuh
terlalu rendah.

3. Nadi
Nadi denyut yang terasa pada dinding arteri akibat aliran darah yang dipompa
oleh jantung. Nadi normal pada orang dewasa adalah 60-100 denyut per menit.
Bradikardia adalah nadi lambat, sedangkan takikardia adalah nadi cepat. Pengukuran
nadi dilakukan dengan meletakkan jari pada arteri, seperti arteri radialis atau arteri
karotis. Faktor yang mempengaruhi denyut nadi yaitu latihan fisik/olahraga, obat-
obatan, suhu, emosi, perubahan postur tubuh, peradarahan, dan gangguan paru-paru.
4. Respirasi
Pernapasan adalah proses yang melibatkan proses menghirup dan
menghembuskan udara ke paru-paru. Frekuensi pernapasan normal pada orang
dewasa adalah 12-20 kali per menit. Bradipnea adalah pernapasan lambat, sementara
takipnea adalah pernapasan cepat. Pernapasan juga dapat diukur dengan mengamati
naik turunnya dinding dada dan abdomen, serta menghitung jumlah napas selama 1
menit..
Faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan yaitu usia, jenis
kelamin. suhu tubuh , posisi tubuh, aktivitas, nyeri akut, kegelisahan, dan cedera
Neurologis. Takipnea yang parah dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam
tubuh dan menyebabkan gejala seperti sesak napas atau pusing. Sedangkan, bradipnea
yang parah dapat mengurangi pasokan oksigen ke tubuh dan menyebabkan gejala
seperti kebingungan atau pingsan

5. Saturasi Oksigen
Saturasi oksigen adalah persentase hemoglobin dalam darah yang terikat
dengan oksigen. Nilai normal saturasi oksigen adalah 95-100%. Pengukuran
saturasi oksigen dapat dilakukan dengan pulse oximetry, yang ditempatkan pada
ujung jari atau bagian tubuh lainnya. Nilai saturasi oksigen yang rendah
mengindikasikan hipoksemia atau kekurangan oksigen dalam darah. Dan dapat
menyebabkan gejala seperti nyeri dada, sesak napas, batuk, sakit kepala, detak
jantung cepat, hingga kulit membiru. Hipoksemia dapat mengganggu kerja organ
dan jaringan tubuh, serta berisiko menyebabkan komplikasi berbahaya.
6. CRT (Capillary Refil Time)
Capillary refill time (CRT) adalah waktu yang dibutuhkan oleh darah
untuk mengisi kembali kapiler setelah ditekan. Nilai normal CRT adalah kurang
dari 2 detik. Pemeriksaan CRT dilakukan dengan menekan kulit hingga memucat,
lalu mengamati berapa lama warna kembali normal.
7. GCS (Glasgow Coma Scale)
Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan untuk menilai tingkat kesadaran
berdasarkan respons mata, verbal, dan motorik. Skor total GCS berkisar dari 3-15.
Semakin rendah skor yang didapat berrati pasien dalam keadaan koma, efek bius,
halusinasi, dll. GCS menilai 3 komponen yaitu pembukaan mata dengan skor 1-4,
respon verbal dengan skor 1-5, dan respon motorik dengan skor 1-6. Semakin
rendah skor GCS, tingkat kesadaran semakin buruk. GCS berguna untuk
memantau perkembangan neurologis pasien dengan cedera otak atau gangguan
kesadaran.
DAFTAR PUSTAKA

Prasetyaningrum, Y. L. (2014). Hipertensi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: Fmedia.

Aziz Alimul Hidayat. (2009). Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.

Widyastuti, Novita. (2013). Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan.


Yogyakarta: D. Medika.

Eviana S. Tambunan Deswani Kasim. (2012). Panduan Pemeriksaan Fisik bagi


Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Patricia A. Potter & Perry, Anne G. (2010). Fundamental of Nursing: Fundamental


Keperawatan Buku 3 Edisi 7. Jakarta : EGC

Dewi Kartika N. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Salemba


Medika.

Cahya Ramadhan. (2015). Pendalaman Materi Lengkap Ulangan & Ujian Intisari 5
Mata Pelajaran Utama yang Menjadi Rahasia Bimbel. ARC Media.

Cason, M., Trowbridge, C., Baxley, S. M., & Ricard, M. D. (2019). Physiologic
Effects and Monitoring of Pulse Oximetry and Capnography. Respiratory care, 64(4), 426–
436.

Fletcher, R. H., & Fletcher, S. W. (2017). Physical Diagnosis. Clinical Methods.


LAMPIRAN
LEMBAR PENILAIAN

NILAI

Nama : …………………………………………………………………………
Nim : …………………………………………………………………………
Kelas : …………………………………………………………………………
Nama Pasien : …………………………………………………………………………
Jenis Pemeriksaan : …………………………………………………………………………
Fase Pra-Interaksi : …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
Fase Orientasi : …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
Fase Kerja : …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
Fase Terminasi : …………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………..
INFORMED CONSENT

Universitas Airlangga
Jl. Airlangga No.4 – 6 Surabaya 60115
Telp : (031) 5912564

INFORMED CONSENT TINDAKAN MEDIK

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : …………………………………………………………………………….
Umur/Jenis Kelamin :………………………….…………………………/Laki-laki/Perempuan*
Alamat : …………………………………………………………………………….
Menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN / PENOLAKAN

Untuk dilakukan tindakan medik berupa :


Terhadap diri saya sendiri*/Anak* /Isteri* /Suami* /Ayah* /Ibu* saya dengan
Nama : …………………………………………………………………………….
Umur/Jenis Kelamin :………………………….…………………………/Laki-laki/Perempuan*
Alamat : …………………………………………………………………………….

Yang tujuan, sifat dan perlunya tindakan medik tersebut di atas, serta resiko yang dapat
ditimbulkannya dan upaya mengatasinya telah cukup dijelaskan oleh tenaga kesehatan dan telah
saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Mengetahui, Surabaya,…………………..2024
Radiografer Yang Membuat Pernyataan

Anda mungkin juga menyukai