Dosen Pembimbing :
Ns. Adi Sumitro Putra, S.Kep., M.kes.
A. Pengertian
Tanda-tanda vital adalah ukuran dari fungsi vital tubuh yang paling dasar.
Ada Ada empat tanda-tanda vital utama yaitu tekanan darah, suhu
tubuh, denyut nadi, dan laju pernapasan.
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis
yang digunakan untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang,
terutama pada pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-
faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap
intervensi
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam
memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi
respons terhadap intervensi yang diberikan.
Waktu yang tepat untuk mengukur ttv :
1. Saat Klien Masuk Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan lain.
2. Frekuensi rutin
3. Sebelum dan setelah prosedur operasi, prosedur diagnostic invasive
4. Sebelum dan sesudah pemberian obat-obatan
5. Saat kondisi fisik umum klien berubah)
6. Saat melakukan gerakan ROM ( range of motion ) atau ambulasi untuk
pasien yang tirah baring.
B. Tekanan darah
1. Pengertian
Tekanan darah memiliki 2 komponen yaitu sistolik dan diastolik.
Pada waktu ventrikel berkonstraksi, darah akan dipompakan ke seluruh
tubuh. Keadaaan ini disebut sistolik, dan tekanan aliran darah pada saat
itu disebut tekanan darah sistolik. Pada saat ventrikel sedang rileks, darah
dari atrium masuk ke ventrikel, tekanan aliran darah pada waktu ventrikel
sedang rileks disebut tekanan darah diastolic.
Nilai tekanan darah merupakan indicator untuk menilai sistem
kardiovaskule bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan
darah dapat diukur dengan dua metode yaitu metode langsung dan tak
langsung.
a. Metode Langsung
Metode yang digunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke
dalam pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer.
Metode ini merupakan cara yang paling cepat untuk menentukan
tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus.
b. Metode Tidak Langsung
Metode yang menggunakan Syphgmomanometer. Pengukuran
tak langsung ini menggunakan dua cara, yaitu palpasi yang
mengukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur
tekanan sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan stetoskop.
2. Kategori Tekan Darah
World Health Organization atau WHO, mengklasifikasikan tekanan
darah dalam 6 klasifikasi, yaitu Tekanan darah optimal, tekanan darah
normal, pra hipertensi, hipertensi ringan, sedang dan berat. Selengkapnya
mengenai klasifikasi tersebut bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Tekanan Darah
120 80
Optimal
Tekanan Darah
120 – 130 80 – 85
Normal
Jenis2 termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah
termometer air raksa dan digital. Metode mengukur suhu tubuh:
1. Oral
Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak
dianjurkan pada bayi. pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada
anak/bayi.
2. Axilla. Metode yang paling sering di lakukan
Dilakukan 5-10 menit dengan menggunakan termometer raksa. Suhu
aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral.
3. Rectal
Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral.
Pemeriksaan ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang mengalami diare.
Hipotermi (<35° C)
Normal (35-37° C)
Pireksis/ febris (37-41,1° C)
Hipertemia (>41,1° C)
Skala Ukur Suhu
Level Nadi
0 Tidak ada
1+ Nadi menghilang, hampir tidak teraba, mudah menghilang
2+ Mudah teraba, nadi normal
3+ Nadi penuh, meningkat
4+ Nadi mendentum keras, tidak dapat hilang
D. Denyut Nadi
Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1. Normal: 60-100 x/mnt
2. Bradikardi: < 60x/mnt
3. Takhikardi: > 100x/mnt
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1. Arteri Radialis.
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan
tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.
2. Arteri Brachialis.
Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku.
Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3. Arteri Karotis.
Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri karotid
berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.
4. Arteri Temporalispada bagian pelipis.
5. Arteri Femoralis pada lipatan paha (selangkangan).
6. Arteri Dorsalis pada bagian kaki.
7. Artei Frontalis pada ubun-ubun bayi.
Skala Ukuran Kekuatan/ Kualitas Nadi
Level Nadi
0 Tidak ada
1+ Nadi menghilang, hampir tidak teraba, mudah menghilang
2+ Mudah teraba, nadi normal
3+ Nadi penuh, meningkat
4+ Nadi mendentum keras, tidak dapat hilang
E. Pernapasan
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar
yang mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi
keluar tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Secara normal orang dewasa bernafas kira – kira 16 – 20 x/menit,
sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada orang dewasa.
Interpretasi
PRODI D4 KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Yoani. 2016. Pengkajian Tanda-Tanda Vital. file.///C:/Users/acer/Downloads/
Pengkajian %20Tanda%20Tanda%20Vital.pdf . Diakses tanggal 13 April
2020
KONSEP DASAR
MELAKUKAN EVALUASI TINGKAT KESADARAN
D. Kualitas Kesadaran
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu) memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)
(Ruhyanudin, 2011 dalam Ansar, 2014).
Rudini, Dini. 2018. Efektifitas Antara Alat Ukur Coma Recovery Scale-Revised
(CRS-R), Full Outline Unresponsiveness (FOUR) Score, dan
Glasgow Coma Scale (GCS) dalam Menilai Tingkat Kesadaran
Pasien di Unit Perawatan Intensif Rsud Raden Mattaher Jambi.
Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi. Vol I(1), tahun
2018, (68-74).
Ansar, Ardhy Anzah. 2014. Gambaran Tingkat Pengetahuan Perawat terhadap
Penilaian Glasgow Coma Scale (GCS) pada Pasien Trauma
Capitis di Ruang Instalasi Rawat Darurat RSUD Labuang Baji
Makassar. Fakultas Ilmu Kesehatan UIN ALaudiin Makassar.
Kesrawan, Ramz. 2010. Pemeriksaan Kesadaran/Mengukur GCS. Glasgow Coma
Scale (GCS).
https://www.academia.edu/31708040/PEMERIKSAAN_KESAD
ARAN_MENGUKUR_GCS
Wuysang, Bahar. 2015. Pemeriksaan Derajat Kesadaran (Glasgow Coma Scale)
Dan Fungsi Kortikal Luhur (Mini-Mental State Examination
(Mmse)).https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content / uploads /
2015 /08/Manual-CSL-IV-Pemeriksaan-Derajat-Kesadaran-Fungsi-
Kortikal-Luhur.pdf