1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Talasemia 6
B. Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Leukimia 18
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio
patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang
dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain
(Mansjoer, 2002). Penyakit ini merupakan penyakit darah dan organ-organ yang
disebabkan karna pertumbuhan yang subur atau proliferasi sel-sel darah putih yang
imatur sehingga mempengaruhi produksi sel-sel darah merah lainnya.
Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada tempat produksi sel darah
yaitu pada sum-sum tulang, dimana sum-sum tulang bekerja aktif dalam
memproduksi sel-sel darah tapi sel darah yang diproduksi adalah sel-sel darah yang
tidak normal sedangkan produksi sel-sel darah normal terhambat.
Penyakit talasemia masih kurang dikenal oleh masyarakat. Padahal, di Indonesia
terdapat banyak penderita penyakit kelainan darah yang bersifat diturunkan secara
genetik dan banyak terdistribusi di Asia ini. Pencegahan talasemia pun sulit dilakukan
karena minimnya perhatian masyarakat dan sarana yang dimiliki oleh tempat
pelayanan kesehatan di Indonesia. Beberapa data menunjukkan bahwa ada sekitar
ratusan ribu orang pembawa sifat talasemia yang beresiko diturunkan pada anak
mereka serta data lain yang menemukan bahwa 6 – 10% penduduk Indonesia
merupakan pembawa gennya.
Penderita talasemia mayor di Indonesia sudah tercatat sekitar 5.000 orang, selain
yang belum terdata atau kesulitan mengakses layanan kesehatan. Angka penderita di
dunia lebih besar, yaitu setiap tahunnya ada sekitar 100.000 penderita baru yang lahir
dari pasangan pembawa gen. Begitu banyak penderita talasemia di Indonesia, akan
tetapi layanan kesehatan di Indonesia masih sulit diakses oleh penderita talasemia.
Biaya pengobatannya pun mahal, karena pasien biasanya membutuhkan transfusi
darah terus menerus untuk memperpanjang hidupnya. Sedangkan tidak ditemukan
adanya kesembuhan yang sempurna pada penyakit thalasemia
Untuk itu, diharapkan perawat dapat memberikan pelayanan-pelayanan kesehatan
yang optimal sehingga dapat membantu meningkatkan kesehatan pasien. Misalnya,
memantau kondisi pasien dan juga menjauhkan pasien dari hal-hal yang dapat
membuat penyakit leukemia dan talasemia yang pasien derita bertambah parah.
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan thalasemia?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada anak dengan leukimia?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahuan dan memahami tentang Asuhan Keperawatan pada
dengan thalasemia
2. Mahasiswa dapat mengetahuan dan memahami tentang Asuhan Keperawatan
dengan leukimia
D. Manfaat Penulisan
Mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan anak dengan talasemia dan
leukimia, kemudian mahasiswa mau dan mampu untuk memahami teori tersebut
dalam penyelesain masalah-masalah kesehatan yang ditemui ketika dilapangan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi Talasemia
Thalasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan orang tua kepada anaknya.
Anak yang mewarisi gen thalasemia dari salah satu orang tua dan gen normal dari
orang tua lain adalah seorang pembawa (carries). Anak yang mewarisi gen dari
kedua orang tuanya menderita thalasemia sedang sampai berat. (Muncie &
Campbell, 2009)
Pada penderita thalassemia menurut James & Ashwil (2007) akan ditemukan
beberapa kelainan diantaranya :
a. Anemia dengan gejala seperti pucat, demam tanpa penyebab yang jelas, tidak
nafsu makan, infeksi berulang, dan pembesaran limfe atau hati
b. Anemia progresif yang ditandai dengan hipoksia kronis seperti nyeri kepala, nyeri
prekordial, tulang, penurunan toleransi terhadap latihan, lesu dan anoreksia
6
c. Perubahan pada tulang, tulang akan mengalami penipisan dan kerapuhan akibat
sumsum tulang yang bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kekurangan
hemoglobin dalam sel darah. Hal ini terjadi pada kepala, frontal, parietal, molar
yang menjadi lebih menonjol, batang hidung menjadi lebih datar atau masuk ke
dalam dengan tulang pipih yang menonjol. Keadaan ini disebut facies cooley,
yang merupakan cirri khas thalasemia mayor.
4. Patofisiologi
7
Penyebab anemia pada talasemia bersifat primer dan sekunder. Talasemia primer
adalah berkurangnya sintesis HbA dan eritropoesis yang tidak efektif disertai
penghancuran sel–sel eritrosit intramedular. Sedangkan talasemia sekunder ialah
karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma intravascular yang
mengakibatkan hemodilusi dan destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial
dalam limpa dan hati.
Terjadinya mutasi DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari
hemoglobin berkurang.
Terjadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara tranfusi berulang,
peningkatan absorbsi besi dalam usus karena eritropoesis yang tidak efektif, anemia
kronis, serta proses hemolisis.
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dua polipeptida rantai alfa dan
dua rantai beta
Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kurangnya rantai beta dalam
molekul hemoglobin yang mana ada gangguan kemampuan eritrosit membawa
oksigen
Ada suatu kompensator yang meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai beta
memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan Hb defective.
8
Ketidakseimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan
disentebrasi. Hal ini meyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan kelebihan rantai
beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida ini
mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intraeritrositik yang
mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida alpa dan beta, atau
terdiri dari Hb tak stbil-badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan
menyebabkan hemolisis
Reduksi dalam Hb menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih.
Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC di luar
menjadi eritropoitik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus-menerus
pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan
tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC
menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Tranfusi PRC (packed red cell) bila Hb < 9 gr%
b. Untuk menurunkan besi dari jaringan tubuh diberikan kalori besi : disferal
IM/IV
c. Splenektomi : hipersplenisme
d. Transplantasi sum sum tulang pada talasemia maya
e. Berikan asam folat 2 – 5 mg/hari, pada yang jarang mendapatkan tranfusi
f. Pantau fungsi organ: jantung, paru, hati, endokrin, gigi, telinga, mata, tulang.
9
7. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Talasemia
a. Pengkajian
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
anoreksia, lemah, diare, demam, anemia, ikterus ringan, BB menurun,
perut membuncit, hepatomegali dan splenomegali
b. Riwayat kesehatan dahulu
apakah klien pernah mengalami anemia
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasaya salah satu angota keluarga pernah mengalami penyakit yang
sama.
3. Pengkajian Fisik
a. Penampilan umum
Pucat, Tanda nyeri, Bentuk tubuh abnormal, Dehidrasi
b. Tanda – tanda Vital
Tekanan darah, Nadi, Suhu, Pernafasan, Perubahan BB, Perubahan TB
c. Kulit dan membran mukosa
Pucat, Sianosis, Joundice, Lesi yang sulit sembuh, Pigmentasi, Koreng
pada tungkai, Kulit tangan dan kaki mengelupas
d. Kuku
Cembung, Datar, Mudah patah, Clubbing
e. Rambut
Tekstur dan Pertumbuhan
f. Mata
Edema, Kemerahan, Perdarahan, Ketidaknormalan lensa, Gangguan
penglihatan, Kebutaan
g. Mulut
Membran mukosa kemerahan dan Luka
h. Lidah
Nyeri, Tekstur, Warna
i. Perut
Splenomegali, Hepatomegali, Adanya nyeri, Sirosis
10
j. Thorak/dada
Jantung : aritmia, nyeri, murmur
Paru-paru : sesak napas, perubahan suara napas
k. Ekstremitas
Nyeri, kaku, bengkak, edema, perubahan pada tulang
l. Genitalia
Perubahan pada seks sekunder
4. Pengkajian Umum
Pertumbuhan yang terhambat
Anemia kronik
Kematangan seksual yang tertunda
5. Krisis Vaso Occlusive
Sakit yang dirasakan
Gejala yang dirasakan berkaitan ischemia daerah yang berhubungan:
- Ekstremitas : kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa
sakit yang menjalar.
- Abdomen : terasa sakit
- Serebrum : Stroke dan gangguan penglihatan
- Liver : Obstruksi, jaundice, hepaticum
- Ginjal : hematuria
Efek dari krisis vaso occlusive adalah :
- Cor : Cardio megali, Murmur sistolik.
- Paru-Paru : ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.
- Ginjal : Ketidakmampuan memecah senyawa urine, gagal ginjal.
- Genital : Terasa sakit, tegang.
- Liver : Hepatomegali, sirosis
- Mata : Ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan gangguan
penglihatan, kadang menyebabkan keterganggunya lapiisan retina
dan dapat menyebabkan kebutaan.
- Ekstremitas : Perubahan tulang-tulang terutama menyebabkan
bungkuk, mudah terjangkit virus salmonela, osteomyelitis.
11
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen cidera biologis (hepatomegali, splenomegali)
2) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan
pemakaian dan suplai oksigen
4) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
berkurangnya komponen seluler yang penting untuk menghantarkan
oksigen murni ke sel
5) Kerusakan integritas kulit b.d perubahan pigmentasi kulit.
6) Resiko infeksi b/d tindakan transfuse darah yang berulang
7) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d gangguan sistem
endokrin
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
Analagesic
Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi.
3. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
13
satu
4. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
5. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal.
6. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali.
8. Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
9. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala.
2. Ketidakseimbangan NOC Nutrition
Nutrisi : kurang 1. Nutritional Status : Management
dari kebutuhan Food and Fluid 1. Kaji adanya alergi
tubuh Intake makanan
2. Nutritional Status : 2. Kolaborasi dengan
Nutrient Intake ahli gizi untuk
3. Weight Control menentukan
jumlah kalori dan
Kriteria Hasil : nutrisi yang
1. Adanya peningkatan dibutuhkan pasien
berat badan sesuai 3. Anjurkan pasien
dengan tujuan untuk
2. Berat badan ideal meningkatkan
sesuai dengan tinggi intake Fe
badan 4. Anjurkan pasien
3. Mampu untuk
mengidentifikasi meningkatkan
kebutuhan nutrisi protein dan
4. Tidak ada tanda- vitamin C
tanda malnutrisi 5. Berikan substansi
14
5. Menunjukkan gula
peningkatan fungsi 6. Yakinkan diet
pengecapan dari yang dimakan
menelan mengandung
6. Tidak terjadi tinggi serat untuk
penurunan berat mencegah
badan yang berarti konstipasi
7. Ajarkan pasien
bagimana
membuat catatan
makanan harian
8. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
9. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
10. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Nutrition Management
1. Monitor BB
pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya
penurunan berat
badan
3. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
5. Monitor
lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
15
7. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor
kulit
9. Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
10. Monitor mual,
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papilla
lidah dan cavitas
oral
3. Intoleransi aktivitas NOC Activity Therapy:
a. Energy Conservation a. Kolaborasikan
b. Activity Tolerance dengan Tenaga
c. Self Care : ADLs Rehabilitas Medik
dalam merencanakan
Kriteria Hasil : program terapi yang
a. Berpartisipasi dalam tepat
aktivitas fisik tanpa b. Bantu klien untuk
disertai peningkatan mengidentifikasi
tekanan darah, nadi aktifitas yang mampu
dan RR dilakukan
b. Mampu melakukan c. Bantu untuk
aktivitas sehari-hari mengidentifikasi dan
16
(ADLs) secara mendapatkan sumber
mandiri yang diperlukan
c. Tanda-tanda vital untuk aktivitas yang
normal diinginkan
d. Energy psikomotor d. Bantu untuk
e. Level kelemahan mendapat alat bantu
f. Mampu berpindah : aktivitas seperti kursi
dengan atau tanpa roda, krek
bantuan alat e. Bantu untuk
g. Status mengidentifikasi
kardiopulmunari kekurangan dalam
adekuat beraktivitas
h. Sirkulasi status baik f. Bantu pasien untuk
i. Status respirasi: mengembankan
pertukaran gas dan motivasi diri dan
ventilasi adekuat penguatan
g. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual
d. Implementasi
No. Hari/tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Formatif
NB :
Implementasi
disesuaikan
dengan intervensi
dan penulisannya
menggunakan kata
kerja.
e. Evaluasi
Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf
S (Subjektif)
O (Objektif)
A (Analisis)
P (Planning)
17
Leukimia adalah keganasan hematologic akibat proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi (maturation arrest) pada berbagai tingkatan
selinduk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok (clone) sel
ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian leukimia beredar secara sistemik
(Bakta, 2006).
Leukimia adalah poliferasi sel luekosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat
menyebabkan anemia, trombisitopeni dan diakhiri dengan kematian. (Soeparman
dan Sarwono W,2001)
Secara sederhana leukimia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel
dan tipe sel asal yaitu:
1. Leukimia akut
Leukimia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal
(blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ lain. Leukimia akut
memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan
meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
a) Leukimia limfositik (LLA)
b) Leukimia mielositik akut (LMA)
2. Leukimia kronik
Leukimia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan
hematologi.
a) Leukimia limfositik kronis (LLK)
b) Leukimia Granulositik/ mielositik kronik (LGK/LMK)
2. Etiologi Leukimia
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu (sibuea,2009)
a. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(Tcellleukimia-lhymohoma virus/HLTV).
b. Radiasi
c. Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diet hystilbestrol
d. Faktor herediter, misalnya pada kembar mono zigot
18
e. Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom
4. Patofisiologi Leukimia
19
ALL meningkat dari sel batang limfoid tunggal dengan kematangan lemah dan
pengumpalan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tingkat pengembangan limfoid yang berbeda dalam sumsum tulang,
mulai dari yang premature hingga hampir menjadi sel normal. Derajat
kematangannya merupakan petunjuk untuk menentukan atau meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi, ditemukan sel muda limfoblas dan
biasanya terdapat leukositosis, kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit
neutrophil sering kali rendah, demikian pula kadar haemoglobin dan trombosit.
Hasil pemeriksaan sumsum tulang biasanya menunjukkan sel-sel blast yang
dominan. Pematangan limfosit B dimulai dari stem sel pluripoten, kemudian stem
sel limfoid, pre-B, early B, SEL b intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid, dan
sel plasma. Limfosit T juga berasal dari stem sel pluritopen, berkembang menjadi
stem sel limfoid, sel timosit imatur, cimmomthymosit, timosit matur, serta menjadi
20
sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.Peningkatan produksi leukosit juga
melibatkan tempat-tempat ekstra medular sehingga anak-anak menderita
pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang jugasering
dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu: sakit kepala,
muntah-muntah, kejang, dan gangguan penglihatan.
21
- Stadium 3 : limfositosis dan anemia ( Hb<11gr/dl)
- Stadium 4 : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
d. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
- Fase kronik : busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yang
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama.
- Fase akselerasi : sama dengan terapi leukemia akut, tetapirespon sangat
rendah.
e. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukimia.
f. Transplantasi sumsum tulang
Dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang rusak karena dosis tinggi
kemoterapi atau terapi radiasi.
g. Terapi suportif
Berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang ditimbulkan penyakit leukimia
dan mengatasi efek samping obat.
22
5) Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
a) Limfadenopati
b)Hepatomegali
c) Splenomegali
6) Kaji adanya pembesaran testis
7) Kaji adanya:
a) Hematuria
b) Hipertensi
c) Gagal ginjal
d) Inflamasi disekitar rectal
e) Nyeri
b. Analisa Data
1) Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
a) Lelah
b) Letargi
c) Pusing
d) Sesak
e) Nyeri dada
f) Napas sesak
g) Priapismus
h) Hilangnya nafsu makan
i) Demam
j) Merasa cepat kenyang
k) Waktu ycng cukup lama
l) Nyeri Tulang dan Persendian.
2) Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah
sebagai berikut :
a) Pembengkakan Kelenjar Lympa
b) Anemia
c) Perdarahan
d) Gusi berdarah
23
e) Adanya benjolan tiap lipatan
f) Ditemukan sel-sel muda
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat
bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan
leukemia adalah:
1) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3) Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan
jumlah trombosit
d. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi
untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi
keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan
diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L: 2004)
1) Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan:
Anak tidak mengalami gejala-gejala infeksi
Intervensi:
a) Pantau suhu dengan teliti
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
b) Tempatkan anak dalam ruangan khusus
Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak dari sumber infeksi
c) Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah sakit untuk
menggunakan teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
d) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasive
24
Rasional: untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko
infeksi
e) Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan infeksi
f) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organism
g) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi
seluler
h) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami tubuh
i) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan:
terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Intervensi:
a) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
Rasional: menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
b) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
c) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan
atau dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
d) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
25
Tujuan:
klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan
Intervensi:
a) Gunakan semua tindakan untuk mencegah perdarahan khususnya pada
daerah ekimosis
Rasional: karena perdarahan memperberat kondisi anak dengan
adanya anemia
b) Cegah ulserasi oral dan rectal
Rasional: karena kulit yang luka cenderung untuk berdarah
c) Gunakan jarum yang kecil pada saat melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
d) Menggunakan sikat gigi yang lunak dan lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
e) Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan (tekanan darah menurun,
denyut nadi cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini dalam mengatasi
perdarahan
f) Hindari obat-obat yang mengandung aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi trombosit
g) Ajarkan orang tua dan anak yang lebih besar ntuk mengontrol
perdarahan hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan.
BAB III
PENUTUP
26
A. Kesimpulan
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel
darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 100 hari ). Thalasemia adalah penyakit herediter yang diturunkan orang
tua kepada anaknya. Tanda dan gejala diantaranya seperti pucat, demam tanpa
penyebab yang jelas, tidak nafsu makan, infeksi berulang, dan pembesaran limfe atau
hati, anemia progresif yang ditandai dengan hipoksia kronis seperti nyeri kepala, nyeri
prekordial, tulang, penurunan toleransi terhadap latihan, lesu dan anoreksia serta
perubahan pada tulang.
Leukimia disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari
kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukimia seperti faktor genetik: virus tertentu menyebabkan
terjadinya perubahan struktur gen (Tcellleukimia-lhymohoma virus/HLTV), Radiasi,
Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diet hystilbestrol, Faktor
herediter, misalnya pada kembar mono zigot, Kelainan kromosom, misalnya pada
down sindrom. Anemia disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat
dari kegagalan sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan
berkurangnya konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah
kurang. Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-
kadang sesak nafas. Tanda dan gejala yg sering muncul seperti suhu tubuh tinggi dan
mudah infeksi, perdarahan, penurunan kesadaran, penurunan nafsu makan, kelemahan
dan kelelahan fisik.
B. Saran
Mahasiswa mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
talasemia dan leukimia , kemudian mahasiswa mau dan mampu untuk memahami
teori tersebut dalam penyelesain masalah-masalah kesehatan yang ditemui ketika
dilapangan
27
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 ed.8. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008.Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Elizabeth J. Corwin. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Geissler Doenges moorhouse, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi: Konsep klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC
Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United
Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-
leukimia/
28