Anda di halaman 1dari 3

Faktor-faktor sekunder dapat lokal atau sistemik.

Beberapa faktor lokal pada lingkungan


gingiva merupakan predisposisi dari akumulasi deposit plak dan menghalangi pembersihan
plak. Faktor-faktor ini disebut sebagai faktor retensi plak. Faktor sistemik dan hospes dapat
memodifikasi respon gingiva terhadap iritasi lokal.
Faktor lokal yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Restorasi yang keliru


Kavitas karies
Tumpukan sisa makanan
Gigi tiruan sebagian lepasan yang desainnya tidak baik
Pesawat ortodonti
Susunan gigi geligi yang tidak teratur
Kurangnya seal bibir atau kebiasaan bernapas melalui mulut
Merokok

Restorasi yang keliru mungkin merupakan faktor yang paling menguntungkan bagi retensi
plak. Tepi tumpatan yang berlebihan sangat sering ditemukan dan berasal dari penggunaan
matriks yang ceroboh dan kegagalan untuk memoles bagian tepi. Dahulu pernah ada
anggapan bahwa tepi tumpatan yang kasar di dekat daerah tepi gingiva akan mengiritasi
jaringan, namun anggapan ini masih belum terbukti sampai sekarang. Walaupun tidak ada
akumulasi plak pada tepi restorasi, inflamasi tetap saja bisa terjadi.
Restorasi dengan kontur yang buruk, terutama yang konturnya terlalu besar dan mahkota atau
tumpatan yang terlalu cembung, dapat menghalangi aksi penyikatan gigi yang efektif.
Kavitas karies terutama di dekat tepi gingiva, dapat merangsang terbentuknya daerah
timbunan plak.
Sisa makanan adalah baji yang kuat dari makanan terhadap gingiva di antara gigi-geligi. Bila
gigi-geligi saling menjauhi dapat terbentuk baji makanan, khususnya bila ada plunger cusp.
Geligi tiruan sebagian lepasan dengan desain yang buruk. Geligi tiruan adalah benda asing
yang dapat menimbulkan iritasi jaringan melalui berbagai cara. Geligi tiruan yang longgar
atau geligi tiruan yang tidak terpoles dengan baik cenderung berfungsi sebagai fokus
timbunan plak. Geligi tiruan tissue borne seringkali terbenam dalam mukosa dan menekan
tepi gingiva, menyebabkan inflamasi dan kerusakan jaringan. Efek ini makin bertambah
buruk apabila geligi tiruan tidak dibersihkan dengan baik dan tetap dipakai selama pasien
tidur. Akibat lanjut dari gigi tiruan sebagian dengan desain yang buruk adalah stres oklusal
yang berlebihan pada gigi-gigi penyangga, dan faktor ini bersama inflamasi gingiva karena
plak adalah penyebab paling umum dari tanggalnya suatu gigi.
Pesawat ortondonti yang dipakai siang dan malam, kecuali apabila pasien sudah diajarkan
cara membersihkan plak yang bertumpuk pada pesawat. Karena sebagian besar pasien
ortodonti masih muda, inflamasi yang parah disertai dengan pembengkakan gingiva dapat
terhadi disini.

Susunan gigi-geligi yang tidak beraturan yang merupakan predisposisi dari retensi plak dan
mempersulit upaya menghilangkan plak. Susunan gigi yang tidak teratur seringkali disertai
dengan inflamasi gingiva dan merupakan kasus untuk perawatan ortodonti, kecuali bila
teknik pembersihan mulut pasien sangat baik. Meskipun demikian, perlu dipastikan dilakukan
gerak ortodonti yang benar. Bila kebersihan mulut pasien buruk, kebersihan diperkirakan
akan sama buruknya walaupun gigi-geligi sudah diperbaiki posisinya. Sebaliknya, bila
kebersihan mulut pasien dapat menghilangkan masalah yang disebabkan karena susunan gigi
yang tidak teratur, maka tidak harus dilakukan perawatan ortodonti, kalau dilihat dari aspek
periodontal. Jadi disini membuat susunan gigi yang baik juga akan diikuti dengan perbaikan
kesehatan gingiva.
Kurangnya seal bibir. Pengaruh postur bibir terhadap kesehatan gingiva masih dipertanyakan
namun suatu fenomena klinis yang sering ditemukan adalah gingivitis hiperplasia pada
segmen anterior, biasanya pada regio insisivus atas, dimana seal bibir kurang sempurna.
Selain itu, pada sebagian besar kasus daerah hiperplasia jelas dibatasi oleh garis bibir.
Walaupun kurangnya seal bibir sering berhubungan dengan kebiasaan bernapas melalui
mulut, seal bibir yang kurang memadai juga dapat terjadi walaupun pasien bernapas melalui
hidung. Bila bibir terbuka gingiva di bagian depan mulut tentunya tidak terlumasi saliva.
Keadaan ini kelihatannya mempunyai dua efek : (i) aksi pembersiha normal dari saliva
berkurang sehingga timbunan plak bertambah (ii) dehidrasi dari jaringan yang akan
mengganggu resistensinya.
Merokok tembakau. Walaupun stain tembakau dapat memperkasar permukaan gigi, stain
bukanlah faktor retensi plak satu-satunya. Fakta ynag sebenarnya terjadi adalah bahwa
perokok seringkali tidak membersihkan gigi-geligi sebaik mereka yang tidak merokok. Efek
yang paling jelas dari kebiasaan merokok adalah perubahan warna gigi-geligi dan
bertambahnya keratinisasi epitelium mulut disertai dengan produksi bercak putih pada
perokok berat di daerah pipi dan palatum, yang kadang-kadang dapat juga ditemukan pada
jaringan periodontal. Insiden gingivitis kronis dan gingivitis ulseratif akut kelihatannya lebih
besar pada perokok yang juga menunjukkan adanya kerusakan periodontal yang
parah.keratinisasi gingiva akibat merokok kelihatannya menyamarkan inflamasi gingiva dan
mengurangi insiden pendarahan gingiva. Oleh karena itu, kenaikan prevalensi penyakit
periodontal pada perokok tentunya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk dan
diagnosis yang terlambat.

Gambaran radiografi dari jaringan periodontal.


Gambaran radigrafi mencerminkan produk radiodensitas dari berbagai jaringan yang terletak
pada arah pencaran sinar-x sehingga hanya jaringan yang paling radiodensiti saja yang dapat
dilihat dari sini. Jadi, tulang interdental akan terlihat sedangkan bidang tulang bukal dan
lingual hampir seluruhnya tertutup oleh gambaran gigi.
Tanda anatomi yang dapat dilihat pada radiografi adalah sebagai berikut :

Dinding soket dan puncak septum interdental yang terlihat berupa radiopasitas linear, garis
putih dari lamina dura mengelilingi soket. Adanya adan kejelasan struktur ini mencerminkan
kontur puncak tulang alveolar dan soket gigi, dan variasi ketebalan garis putih atau tidak
adanya garis tersebut, tidak selalu berarti bahwa ada penyakit.
Karena lebar fasial-lingual dari septum interdental di antara gigi-gigi molar cukup besar,
gambar puncak tulang terlihat berbatas jelas. Septum interdental di antara premolar dan
insisivus umumnya lebih sempit, karena itu, umumnya lebih radiolusen dan gambar puncak
tulang alveolar cenderung kurang berbatas jelas.
Ruang periodontal di antara struktur yang terkalsifikasi umumnya sangat sempit dan terlihat
garis hitam yang tipis di sekitar akar gigi. Bila permukaan proksimal gigi lebar, garis ini akan
terlihat lebih jelas daripada bila dimensi interproksimal sempit dan pada beberapa kasus garis
tersebut bahkan tidak terlihat sama sekali. Bertambahnya stres fungsional akan menyebabkan
penebalan ligamen periodontal yang dapat terlihat pada film radiografi. Gambar dari
trabekula tulang kanselus jelas terlihat pada radiografi dan densitas gambar mencermintan
densitas tulang.
Sementum hanya dapat terlihat bila sudah terjadi hipersementosis.
Karena gambaran radiografi dapat dengan mudah terdistorsi akibat perubahan sudut pancaran
sinar dan vriasi waktu eksposi serta waktu pemrosesan, untuk membuat gambar ini perlu
digunakan prosedur standar. Kurangnya standardisasi menyebabkan tidak dapat dilakukan
perbandingan dan adanya kemungkinan terjadi penentuan diagnosis yang keliru.

Sumber : sama kayak leli hehe

Anda mungkin juga menyukai