teori utama terjadinya degenerasi sendi dan tulang adalah wear and tear dimana
pemakaian yang terus menerus ditambah beban yang dikenai daerah tersebut dapat menyebabkan
degenerasi tulang dan sendi. Hal ini dibuktikan dengan ebagian besar penyakit degenerasi sendi
terjadi pada sendi sendi yang mempunyai aktivitas besar dan beban yang berat dalam tubuh
manusia. Namun selain hal tersebut, terdapat pula faktor faktor yang menyebabkan mudahnya
sendi dan tulang mengalami degenerasi :
1. Faktor usia :
Pada masa menopause produksi hormon esterogen menurun. Penurunan hormon
esterogen ini mengakibatkan kenaikan jumlah osteoklas, oleh karena itu tulang menjadi
lebih rapuh. Selain itu hormon esterogen juga membantu penyerapan kalsium pada
tulang, sehingga kekurangan esterogen juga dapat menyebabkan tulang kekurangan
Apabila kondisi tubuh mengalami obesitas maka dapat meningkatkan tekanan pada sendi
mudah rusak dengan gejala yang muncul biasanya pada umur pertengahan.
Ada pula beberapa penyakit yang menjadi faktor predisposisi memperbesar resiko
seseorang
mengalami
penyakit
degenerasi
sendi.
Contohnya
adalah
penyakit
alkaptonuria. Penyakit ini merupakan penyakit keturunan dengan manifestasi klinis urin
berwarna hitam. Penderita penyakit ini memiliki gangguan pada gen HGD. Gen HGD
berfungsi sebagai pengendali untuk membuat enzim yang disebut homogentisate
oksedase. Enzim ini membantu memecah asam amini fenilalanin dan tirosin, kekurangan
hormon ini dapat menyebabkan tingginya kadar tirosin dalam darah. Tingginya tirosin
dalam darah dapat menghasilkan suatu zat beracun yang disebut alkapton. hal ini yang
menyebabkan warna urin penderita menjadi hitam. Selain itu alkapton ini juga
menyebabkan kerusakan pada tulang rawan.
6. Asupan Nutrisi :
Asupan nutrisi yang kurang seperti susu dan olahannya dapat mengurangi kepadatan
tulang, karena susu mengandung kalsium,magnesium,zinc,Mg, vitamin dan mineral
penting lainnya yang berfungsi untuk membentuk tulang dan kepatan tulang.
Mereka yang kurang mengonsumsi vitamin C dan D mempunyai risiko tiga kali lebih
banyak untuk berkembangnya osteoartritis. Antioksidan dalam vitamin C diketahui dapat
berupa
stress
mekanik(radikal
bebas,trauma,tekanan
berlebih
dan
terus
menerus,overuse) hadir dalam aktifitas sendi,sehingga ketika itu metabolisme dari kondrosit
bukan lagi menghasilkan matriks fisiologis melainkan menghasilkan matriks patologis dengan
komposisi MMPs (Matriks Metalloproteinase) serta mediator mediator inflamasi berupa IL1,TNF a, NO,PGE-2.
Dimana peran dari MMPs akan mendestruksi ikatan proteoglikan dan kolagen dalam tulang
rawan dimana peristiwa destruksi ini berjalan dengan 4 tahap singkat:
1. Tahap 1: Tulang rawan akan terdapat celah multiple tidak teratur dan terdapat retakan
disekitarnya,selain itu keadaan proteoglikan sudah terkikis sedangkan unsur kolagen
belum sepenuhnya terkikis
2. Tahap 2 : celah serta retakan pada tulang rawan terlihat semakin dalam ,disamping itu
produk matriks patologis yang berupa IL-1 merangsang agar kondrosit menghasilkan
matriks patologis lebih cepat dan lebih banyak dibanding matriks fisiologi dari tulang
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi dari sendi temporomadibula memerlukan pengetahuan tentang anatomi
dan fungsi pada keadaan normal dan patologi. Biasanya sebagian besar pasien dengan kelainan
sendi temporomandibula juga memiliki kelainan intra-artikular karea susunan internal yang tidak
tepat dan degenerasi artritis. Pada pasien yang lain, faktor ektra-artikular mungkin juga ikut
berperan. Oleh sebab itu diperlukan pemeriksaan radiografi untul menentukan adanya kelainan
intra-artikular selain itu kita harus mempertimbangkan juga penyebab ektra-artikulardari
disfungsi.
Teknik Radiografi
Teknik radiografi konvensional merupakan metode untuk mengevaluasi komponen-komponen
tulang sendi. Sedangkan teknik radiografi modern menjadi metode yang yang tepat untuk
mengevaluasi tulang dan anatomi meniskus dari sendi temporo mandibula
Radiografi Konvensional
Pada keadaan klinis, proyeksi transkranial dan transparingeal merupakan proyeksi yang paling
sering digunakan untuk mengevaluasi sendi TMJ. Teknik lain seperti submento vertek (SVM)
atau towne juga digunakan pada keadaan tertentu.
Pilihan Proyeksi untuk Pemeriksaan Radiograd dari Condyle
Condyle
Permukaan superior
Permukaan depan dan belakang
Kutup lateral dan medial
Ruang sendi, glenoid fosa
Rentang pergerakan transkranial
Proyeksi
Transkranial, Transparingeal, Towne
Transkranial, SVM
Towne, SVM
Transkranial
Transkranial
Proyeksi Transkranial
Radiografi transkranial sulit digunakan pada beberapa pasien karena variasi hubungan condyle
terhadap tulang dasar kepala. Seri proyeksi transkranial terdiri dari beberapa gambar tiap condyle
dalam posisi mulut tertutup (pusat oklusi) dan mulut terbuka lebar. Bila merupakan indikasi,
gambar pada derajat intermediate dari posisi mulut terbuka juga dapat dibuat. Dengan teknik ini
bentuk condyle, ukuran, derajat gerak meluncur, dan hubungannya terhadap tulang temporal
dapa diketahui. Proyeksi ini merupakan radiograf tunggal, konvensional yang paling bermanfaat
karena dapat menunjukkan condyle, ruang sendi, eminence, fossa glenoid, dan rentang
pergerakan dengan lebih baik daripada proyeksi transfaringeal yang hanya menunjukkan condyle
dan eminence.
Proyeksi Transfaringeal
Gerak membuka rahang memungkinkan sinar x berjalan melalui sigmoid notch, melewati bagian
pharynx di belakang dari bidang pterigoid dan ke arah permukaan medial condyle pada sisi yang
berlawanan. Proyeksi ini sangat bermanfaat untuk mendeteksi fraktur leher condyle dan
perubahan morfologi yang besar dari permukaan condyle. Teknik ini lebih mudah dilakukan dan
direproduksi dengan kaset gigi.
Radiograf Panoramik
Proyeksi ini dapat menunjukkan kedua condyle pada satu buah film. Pada proyeksi dengan mulut
terbuka overlap berkurang
Tomografi
Tomografi merupakan metode radiograf untuk mengevaluasi komponen tulang dari sendi
temporomandibula. Walaupun beberapa teknik tomografi yang berbeda, namun semuanya
menggunakan prinsip dasar dari radiografi struktur yang digeser. Walaupun bidang tomografi
lebih unggul daripada radiograf konvensional untuk mengevaluasi struktur tulang sendi TMJ,
namun gambar ini tidak dapat menunjukkan keadaan jaringan lunak intra dan ekstra-artikular.
Artografi
Artografi merupakan cara satu-satunya untuk menentukan adanya gangguan susunan internal
meniskal pada pasien dengan disfungsi sendi TMJ. Artografi bermanfaat untuk membedakan
penyebab intra-artikular dan etiologi ekstra-artikular dari disfungsi sendi TMJ terutama bila
bidang film normal. Artografi sebaiknya hanya digunakan pada pasien dengan rasa sakit yang
berhubungan dengan gejala disfungsi seperti klicking atau locking.
2.
A dan B. Potongan axial dan koronal dari hasil CT-scan dari pasien Osteoartrhitis,
menunjukan
pendataran dari kondilus
Magnetic
Resonance-Imaging
(MRI) sebelah kanan dengan penyempitan ruang sendi .
Kondil
sebelah
kiri
normal.
Resonansi magnetik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1946, dan pada
tahun
1970-an dikatakan bahwa resonansi magnetic dapat digunakan untuk membuat gambar.
Keuntungan utama dari MRI dibanding CT dan tehnik radiograf yang lain adalah tidak
adanya radiasi yang diterima, baik oleh pasien ataupun operator.
Gambar resonansi magnetic bergantung pada kepadatan dan pergerakan proton
serta sifat relaksasi jaringan magnetik. Jadi, gambar resonansi magnetic dibentuk
berdasarkan kepadatan proton. Kepadatan proton yang berbeda disebabkan karena
perbedaan kepadatan air dalam tubuh.
Penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa MRI memiliki peranan yang besar
pada gambar sendi. MRI dapat menunjukkan edema reaktif tulang atau pembengkakan
jaringan lunak serta tulang rawan kecil atau fragmen tulang pada sendi.
Pemeriksaan HPA
Osteophyte