Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Keperawatan Dasar ( SOP TTV )


Di Susun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar
DOSEN PENGAJAR : Ns. Rahayu Maharani, M.Kep

Kelompok 1 :
Aji Dwi Muzaki [ 2114401059 ]
Angelia Putri Hartati [ 2114401061 ]
Annisa Nur Afiifah [ 2114401062 ]
Anindya Putri [ 2114401063 ]
Aprilian Sadillah [ 2114401064 ]
Ardi Wiranata [ 2114401065 ]
Ardini Regita Putri [ 2114401066 ]
Ayu Dwi Lestari [ 2114401068 ]
Dani Primus Susilaharta [ 2114401072 ]
Dewi Maharani [ 2114401075 ]
Fania Azzahra [ 2114401079 ]
Faula Febrianti [ 2114401082 ]
Febbi Dian Valentina [ 2114401083 ]
Listi Handrini [ 2114401091 ]
Muhammad Luthfi Hadiyan [ 2114401095 ]
Nandita Ningtiyas [ 2114401100 ]
Puput Novi Anggeraeni [ 2114401101 ]
Safira Meilani [ 2114401107 ]
Syafa Radita Putri [ 2114401112 ]
YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA
STIKES RSPAD GATOT SUEBROTO
JAKARTA PUSAT
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
rahmat dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan mata kuliah
Keperawatan Dasar dan Dosen mata kuliah Ns. Rahayu Maharani, M.Kep Berkat rahmat
dan karunia-nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang “ SOP TTV “
dalam mata kuliah Keperawatan Dasar.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karna keterbatasan
ilmu dan pengetahuan kami. Maka kritik dan saran dapat membangun, sangat kami harapkan
demi kebaikan di masa mendatang dan semoga bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................


DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1.1 Pengertian ...............................................................................................
1.2 Persiapan Alat Secara Umum................................................................
1.3 Tahap-Tahap Pelaksanaan Tindakan...................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
2.1 Suhu Tubuh..............................................................................................
2.2 Pengukuran Suhu Tubuh.......................................................................
2.3 Pemeriksaan Pernapasan........................................................................
2.4 Pemeriksaan Tekanan Darah.................................................................
2.5 Pemeriksaan Denyut Nadi......................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
3.1 Kesimpulan .............................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara untuk mendektesi adanya perubahan
sistem tubuh.
Tanda vital meliputi : tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan.
Tanda vital mempunyai nilai penting bagi fungsi tubuh. Adanya perubahan tanda vital
mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan organ-organ di dalam tubuh.
Misalnya suhu tubuh meningkat berarti ada metabolisme yang terjadi di dalam tubuh
atau sebagai respon imun terhadap bakteri dan virus. Jika denyut nadi meningkat maka ada
perubahan pada sistem kardiovaskuler. Pengkajian atau pemeriksaan tanda vital yang
dilaksanakan oleh perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien saat dirawat.
Tindakan ini juga merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan atau gangguan sistem
tubuh selama dirawat. Pemeriksaan tanda vital tidak selalu sama antara pasien satu dengan
yang lainnya. Tingkat frekuensi pengukuran akan lebih sering pada pasien kegawat daruratan
dibanding pasien tidak kegawat daruratan.

1.2 Persiapan Alat Secara Umum


Alat-alat yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan tindakan :
1. Sfigmomanometer ( tensimeter )
2. Model air raksa atau jarum
3. Arloji ( Jam tangan )
4. Thermometer ( pengukur suhu )
5. Stetoscop

1.3 Tahap-Tahap Pelaksanaan Tindakan


 Tahap memulai tindakan dapat dimulai dari pengukuran suhu, pemeriksaan denyut
nadi, pemeriksaan pernafasan, dan pemeriksaan tekanan darah.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Suhu Tubuh


Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya
panas dari tubuh kelingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain berasal dari:
a. Metabolisme tubuh dari makanan (Basal Metabolisme Rate)
b. Olahraga
c. Shivering atau kontraksi otot skelet
d. Peningkatan produksi hormon tiroksin (meningkatkan metabolisme seluler)
e. Proses penyakit infeksi
f. Termogesis kimiawi (rangsangan langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau
rangsangan langsung simpatetik)
Sedangkan hilangnya panas tubuh terjadi melalui beberapa proses yaitu
1. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui kontak
langsung, misalnya orang berdiri didepan lemari es yang terbuka
2. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui kontak
langsung. Misalnya kontak langsung dengan es
3. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara.
Misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat
4. Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan
misalnya pernapasan dan persepiration dari kulit. Misalnya keringat meningkat
pengeluaran panas tubuh
Suhu tubuh terjaga konstan meskipun adanya perubahan kondisi lingkungan. Hal ini
disebabkan karena adanya proses pengaturan suhu.
melalui negatiffeedback sistim (umpan balik). Organ pengatur suhu yang utama adalah
hipotalamus. Untuk regulasi panas tubuh diperlukan konsentrasi sodium dan kalsium yang
cukup, terutama di dalam dan disekitar Hipotalamus posterior. Variasi suhu orang yang sehat
berkisar 0.7 derajat Celcius dari normal normal (1.4).
2.1.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Suhu Tubuh yaitu antara lain:
1. Umur : Bayi yang baru lahir sangat dipengaruhi keadaan lingkungan
sekitarnya, maka dari itu harus dilindungi dari perubahan iklim yang dapat
berubah dengan cepat. Anak-anak mempunyai suhu yang lebih labil dari pada
orang dewasa.

UMUR SUHU (Celcius) SUHU (Fahrenheit)

Bayi baru lahir 36,1-37,7 97-100

2 tahun 37,2 98,9

12 tahun 37 98,6

Dewasa 36 96,8

2. Aktifitas Tubuh
Aktifitas otot dan proses pencernaan sangat mempengaruhi suhu tubuh. Pada
pagi hari pada jam 04.00 - 06.00 suhu tubuh paling rendah. Sedangkan sore
hari sekitar jam 16.00 – 20.00 yang paling tinggi, perubahan suhu berkisar
antara 1.1 – 1.6 C ( 2 – 3 F ).

3. Jenis Kelamin
Wanita lebih efisien dalam mengatur suhu internal tubuh daripada pria, hal ini
disebabkan karena hormone estrogen dapat meningkatkan jaringan lemak.
Meningkatnya progesterone selama ovulasi akan meningkatkan suhu wanita
sekitar 0.3 – 0.5 C (0.5 – 1 F) sedangkan estrogen dan testosteron dapat
meningkatkan Basal Metabolic Rate.

4. Perubahan Emosi
Emosi yang meningkat akan menambah kadar Adrenalin dalam tubuh
sehingga metabolisme meningkat dan suhu tubuh menjadi naik.

5. Perubahan Cuaca
Perubahan cuaca, iklim, atau musim mempengaruhi Evaporasi, Radiasi,
Konveksi, Konduksi, sehingga mempengaruhi metabolisme dan suhu tubuh.

6. Makanan, Minuman, Rokok, dan Lavemen


Makanan,minuman, dan rokok dapat merubah suhu oral, misalkan Minum air
es dapat menurunkan suhu oral sekitar 0.9 C (1.6 F). Untuk itu dianjurkan
mengukur suhu oral sekitar 30 menit setelah makan, minum atau rokok,
sedangkan temperatur rectal diukur setelah 15 menit melakukan
lavemen/enema. Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh
manusia dibagi menjadi empat yaitu:
a. Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 360C
b. Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37,50C
c. Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5-400C
d. Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 400C

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh manusia dapat diuraikan sebagai
berikut:

1. Kecepatan metabolisme basal


Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.
Sebagaimana disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju
metabolisme

2. Rangsangan saraf simpatis


Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme
menjadi 100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat
mencegah lemak coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme.
Hampir seluruh metabolisme lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya
rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi stres individu yang menyebabkan
peningkatan produksi epineprin dan norepineprin yang meningkatkan
metabolisme stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi
eprineprin dan norepineprin yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormone Pertumbuhan
Hormone Pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20% . Akibatnya, produksi panas tubuh
juga meningkat.

4. Hormone Tiroid
Fungsi Tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia
dalam tubuh sehingga. Peningkatan kadar tiroksin dapat memengaruhi laju
metabolisme menjadi 50-100% diatas normal.

5. Hormone Kelamin
Hormone Kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal
kira-kira 10-15%. Kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi
panas. Pada perempuan, fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki
karena pengeluaran hormone progesterone pada masa ovulasi meningkatkan
suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C diatas suhu basal.

6. Demam (peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.

7. Status Gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-
30% . Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang
dibutuhkan untuk mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang
mengalami mal nutrisi mudah mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia).
Selain itu, individu dengan lapisan lemak sebal cenderung tidak mudah
mengalami Hipotermia karena lemak merupakan isolator yang cukup baik.
dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.

8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot/ organ yang Menghasilkan energi termal.
Latihan (aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0°c.

9. Gangguan Organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai
zat pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang
peningkatan suhu tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang
sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.

10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas
suhu tubuh dapat hilang atau berkurang.

2.2 Pengukuran Suhu Tubuh


Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dibeberapa tempat yaitu di mulut (oral), anus
(rectal), ketiak ( axilla), dan telinga (auricular). Masing-masing tempat mempunyai variasi
suhu yang berlainan. Suhu rektal biasanya berkisar 0,4 C (0,7 F) lebih tinggi dari suhu oral
dan suhu aksilla lebih rendah 0,6 C (1F) dari pada oral. Di puskesmas biasanya yang sering
dipergunakan adalah pemeriksaan suhu aksilla.
Pemeriksaan Suhu Aksilla dengan Termometer Air Raksa
Pengukuran suhu tubuh aksilla dianggap paling mudah dan aman, namun kurang akurat.
Penggunaan sering dilakukan pada :

1. Anak
2. Pasien dengan radang mulut
3. Pasien yang bernapas dengan mulut atau menggunakan alat bantu napas
2.2.1 Tujuan Tindakan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
2.2.2 Alat dan Bahan
1. Steptoskop
2. Tensi meter
3. Termometer
4. Cairan densifektan
5. Kasa/kapas
6. Arloji
7. Alat tulis
8. Sarung tangan
9. Vaselin

2.2.3 PROSEDUR KERJA


2.2.3.1 Pemeriksaan Suhu Oral
1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Tentukan letak bawah lidah
6. Turunkan suhu termometer dibawah antara 34ºC - 35ºC.
7. Letakkan termometer dibawah lidah sejajar dengan gusi
8. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 – 5 menit
9. Angkat termometer dan baca hasilnya
10. Catatan hasil
11. Bersihkan termometer dengan kertas/tissue
12. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

2.2.3.2 Pemeriksaan suhu aklisa


1. jelaskan prosedur kepada klien
2. cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien
5. Tentukan letak aksila (Ketiak) dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tissue
6. Turunkan suhu termometer dibawah antara 34 derajar celcius - 35 derajat celcius
7. Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan pasien fleksi diatas dada (mendekap
dada)
8. Setelah 3-5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
9. Catat hasil
10. Bersihkan termometer dengan kertas/tissue
11. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

2.2.3.3 Pemeriksaan suhu Rektal


1. Jelaskan prosedur kepada klien
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi pasien dengan posisi miring
5. Pakaian diturunkan sampai dibawah glutea (dibawah pantat)
6. Tentukan letak rektal, lalu oleskan vaseline
7. Turunkan suhu termometer dibawah antara 34 derajat celcius - 35 derajat celcius
8. Letakkan telapan tangan pada sisi glutea pasien, masukan termometer kedalam rektal
dengan perlahan-lahan, jangan sampai berubah posisi dan ukur suhu
9. Setelah 3-5 menit, angkat termometer dan baca hasilnya
10. Catat hasil
11. Bersihkan termometer dengan kertas/tissue
12. Cuci termometer dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan keringkan.
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

2.3 Pemeriksaan Pernapasan

Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untukmengetahui fungsi sistem
pernapasan yang terdiri dari mempertahankanpertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru dan
pengaturan keseimbanganasam basa

2.3.1 Tujuan
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
2.3.2 Alat dan bahan
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena
2.3.3 Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi pasien (manusia coba).
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

2.4 Pemeriksaan Tekanan Darah

Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistemkardiovaskular bersamaan


dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan tekanan darahdapat diukur dengan dua metode, yaitu
metode langsung: metode yangmenggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam
pembuluh darahyang dihubungkan dengan manometer. Metode ini merupakan cara yang
paling tepat untuk menentukan tekanan darah, tetapi memerlukan persyaratan dan
keahlian khusus; metode tak langsung; metode yang menggunakan dua cara, yaitu
pulpasi yang mengukur tekanan sistolik dan auskultasi yang dapat mengukur tekanan
sistolik dan diastolik dan cara ini memerlukan alat stetoskop .

2.4.1 Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah
2.4.2 Alat dan Bahan
1. Sfigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari:
 manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
 manset udara
 slang karet
 pompa udara dari karet + sekrup pembuka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital
4. Pena
2.4.3 Prosedur kerja

Cara palpasi

1. Jelaskan prosedur pada klien


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien (manusia coba)
4. Letakan lengan yang hendak diukur pada posisi terlentang
5. Lengan baju di buka
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3cm di atas fossa
cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
7. Temukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak
teraba
9. Pompa terus sampai nanometer setinggi 20 mm Hg lebih tinggi dari
titik radialis tidak teraba
10. Letakan diafragma stetoskop di atas nadi brakhialis danKempeskan
balon udara manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan
memutar sekrup pada pompa udara berlawanan arah jarum jam
11. Catat mm Hg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali.
Nilai ini menunjukan telanan sistolik secara palpasi
12. Catat hasil
13. Cuci tngan setelah prosedur dilakukan
2.4.4 Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien (manusia coba
4. Letakkan lengan yang hendak diukur dalam posisi telentang
5. Buka lengan baju
6. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm diatas fossa
cubiti (jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar)
7. Tentukkan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak
teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mm Hg dari titik radialis
tidak teraba
10. Letakkan diafragma stetoskop diatas arteri brakhialis dan dengarkan
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar sekrup pada pompa udara
berlawanan arah jarum jam
12. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali terdengar kembali
denyut
13. Catat tinggu air raksa pada manometer
Suara Korotkof I : menunjukkan besarnya tekanan sistolik secara
auskultasi. Suara Korotkof IV/V : menunjukkan besarnya tekanan
diastolik secara auskultasi .
14. Catat Hasilnya pada catatan pasien.
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

2.5 Pemeriksaan Denyut Nadi

Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai system kardiovaskuler. Denyut
nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari tangan (palpasi) atau dapat juga
dilakukan dengan alat elektronik yang sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi
dapat dilakukan pada daerah arteri radialis pada pergelangan tangan , arteri brakhialis pada
siku bagian dalam, arteri korotis pada leher, arteri temporalis, arteri femoralis, arteri dorsalis
pedis, dan pada arteri frontalis pada bayi.

2.5.1 Tujuan

1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)


2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler
2.5.2 Alat dan Bahan
1. Arloji (jam) atau stopwatch
2. Buku catatan nadi
3. Pena
2.5.3 Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Letakkan kedua lengan telentang disisi tubuh
5. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung)
6. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah,
dan jari manis. Tentukan frekuensinya per menit dan keteraturan irama, dan
kekuatan denyutan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanda vital meliputi : tekanan darah, denyut nadi , suhu tubuh, dan frekuensi
pernafasan. Tanda vital mempunyai nilai yang sangat penting bagi fungsi tubuh.
Adanya perubahan tanda vital maka mempunyai arti sebagai indikasi adanya kegiatan
organ – organ di dalam tubuh.
Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan hilangnya
panas dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang dihasilkan tubuh antara lain
berasal dari :
a. Metabolisme
b. Shivering atau kontraksi otot skelet
c. Peningkatan produksi hormone tiroksin (meningkatkan metabolisme
seluler)
d. Proses penyakit infeksi
e. Termogenensis kimiawi ( rangsangan langsung dari norepinefrin dan
efinefrin atau dari rangsangan langsung simpatik)

3.2 Saran
Demikianlah yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan,
karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada.
Penulis banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini berguna, bagi penulis khususnya dan juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai