Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN DIRECTLY OBSERVED PROCEDURAL SKILL

(DOPS)
KOMPRES HANGAT

Oleh

ROKHIM ISTIYONO

NIM : 20400060

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NURSE

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA


2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa Atas
Limpahan Rahmat Dan Hidayat-Nya, Sehingga Tugas Laporan Directly Observed
Procedural Skill (DOPS) Kompres Hangat” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.:
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Dasar
Profesi Kami menyadari bahwa laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1. Ibu Jennifa, S.Kep. Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses belajar mengajar di
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta.
2. Teman-teman prodi Ners STIKES Guna Bangsa Yogyakarta yang telah
banyak membantu memberikan arahan, bimbingan, semangat dan motivasi
dalam penyusunan laporan ini.
3. Teman-teman perawat yang telah memberikan semangat, bantuan, dukungan
dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Directly Observed
Procedural Skill (DOPS) Kompres Hangat”
4. Semua pihak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya.
5. Kami menyadari bahwa penyusunan ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan dan perbaikan selanjutnya. Harapan kami semoga Laporan
Directly Observed Procedural Skill (DOPS) Kompres Hangat” ini bermanfaat
bagi para pembaca.

Yogyakarta, 6 Februari 2021

Rokhim Istiyono

ii
NIM : 20400060

iii
DAFTAR ISI
1. Halaman Judul ....................................................................................i
2. Kata Pengantar ...................................................................................ii
3. Daftar Isi.............................................................................................iii
4. Kasus ………......................................................................................1
5. Analisis………………........................................................................1
6. Tinjauan Teori.....................................................................................2
7. Standart Operasional Prosedur……………...………………..…...…6
8. Link Youtube……………………………….……………………….7
9. Daftar Pustaka.....................................................................................8

iii
A. K a s u s

An.K Berusia 48 Bulan di rawat pada bangsal B .An K saat dikaji


mengeluh batuk sesak nafas sejak 1 hari sebelum masuk Rumah
sakit,Klien terdapat tarikan dinding dada ke dalam,tampak
pucat,gelisah.orang tua mengatakan sering sesak apabila menderita batu
pilek serta mempunyai riwayat alergi debu kandang ayam, pada
pemeriksaan auskultasi terdapat wheezing ,orang tua tampak cemas
kalau anaknya menderita sesak nafas.orang tua mengatakan anak masih
sering ngompol,memakai diapers makannya juga susah,terpasang infus
RL 10 tts/menit (mikro) lutut kaki kiri terdapat luka lecet/vulnus
eksoriasi akibat tergores sudut dinding sering menangis karena
perih/nyeri hasil pemeriksaan Tanda vital suhu suhu 38 0 C Nadi
92x/menit. RR : 38 x menit Hasil pemeriksaan antropometri BB : 12,5
Kg tinggi badan dan lingkar lengan belum di ukur

1
B. Analisis

No Item Rasionalisasi/Analisa/Jawaban
1 Kata sulit Kompres hangat merupakan metode untuk
menurunkan demam. Pembuluh darah yang melebar
akibat suhu hangat dapat membantu mempermudah
pengeluaran panas dari tubuh..
2 Data subyektif -
3 Data obyektif suhu 38 0 C Nadi 92x/menit. RR : 38 x menit
4 Menentukan masalah - Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
keperawatan
5 Intervensi keperawatan Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi
Luaran utama : termoregulasi membaik (L.14134)
- Kulit merah menurun 5
- Pucat menurun : 5
Intervensi :
Manajemen termoregulasi (I.15506)
Observasi:
- Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
- Monitor Haluran urine

Terapeutik :
- Longgarkan pakaian
- Kompres hangat
- Berikan oksigen
- Ukur tanda vital
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kolaborasi/Kelola pemberian cairan intra vena

C. Tinjauan teori Hipertemia


1. Menurut ( Tamsuri. 2006 ) Febris (panas) dapat didefenisikan keadaan
ketika individual mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu
tubuh terus menurus lebih dari 37,8 °C peroral atau 37,9°C perrectal

2
karena faktor eksternal
2. Etiologi
Demam merupakan gejala yang muncul karena adanya berbagai macam
reaksi yang timbul pada tubuh, dan menandakan bahwa melakukan
perlawanan terhadap suatu penyakit. Namun berbagai penelitian setuju
bahwa penyebab terbesar adalah infeksi
3. Patofisilogi
Dengan peningkatan suhu tubuh terjadi peningkatan kecepatan
metabolisme basa. Jika hal ini disertai dengan penurunan masukan
makanan akibat anoreksia, maka simpanan karbohidrat, protein serta
lemak menurun dan metabolisme tenaga otot dan lemak dalam tubuh
cendrung dipecah dan terdapat oksidasi tidak lengkap dari lemak, dan ini
mengarah pada ketosis (Sacharin. 1996 ).
4. Manifestasi Klinis
Terdapat banyak hal yang dapat menyebabkan dema. Pemecahan protein
dan beberapa substansi lainnya seperti toksin liposakarida yang dilepaskan
dari sel membran bakteri. Perubahan yang terjadi adalah peningkatan set –
point meningkat. Segala sesuatu yang menyebkan kenaikan set – point ini
kemudian dikenal dengan sebutan pyrogen. Saat set – point lebih tinngi
dari normal tubuh akan mengeluarkan mekanisme untuk meningkatkan
suhu tubuh, termasuk konservasi panas dan produksi panas. Dalam
hitungan jam suhu tubuh akan mendekati set – point.

Kekurang cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan demam, karna cairan


dan eloktrolit ini mempengaruhi keseimbangan termoregulasi di
hipotalamus anterior. Jadi apabila terjadi dehidrasi atau kekurangan cairan
dan elektrolit maka keseimbangan termoregulasi di hipotalamus anterior
mengalami gangguan.

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status
generalis danefaluasi secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi.
Pemerksaan status generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan

3
apakah pasientertolong tokis atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari
evaluasi secara menagis, reaksi terhadap orang tua, variasikeadaan, respon
social, warna kulit, dan status hidrasi.
6. Penatalaksanaan
a. Medis
Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan
penggunaan obat – obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi
anak – anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan
lama kerja yang serupa dengan kerja asetaminofin ( Isselbacher. 1999 ).
b. Keperawatan
Pengelolaan pada penderita febris meliputi diagnosa
keperawatan dan rencana tindakan sebagai berikut:

1). Diagnosa pertama yang muncul yaitu hipertemi yang ditandai


dengan peningkatan suhu tubuh dari 37,8 °C peroral atau 38,8 °C
perektal. Diagnosa ini mempunyai tujuan yaitu : kaji tentang
penyebab hipertemi, monitor tanda – tanda vital, berikan kompres
air hangat untuk merangsang penurunan panas atau demam,
anjurkan pasien untuk banyak istirahat, pantau dan pengeluaran,
ajarkan pentingnya peningkatan masukan cairan selama cuaca
hangat dan latihan, jelaskan kebutuhan untuk menghindari alkohol,
kafein, dan makan banayak selama cuaca panas, hindari aktivitas di
luar ruangan anatara pukul 11.00 – 14.00, ajarkan tanda – tanda
awal hipertemi atau sengatan panas : kulit merah, sakit kepala,
keletihan, kehilangan nafsu makan, kaloborasi dalam pemeberian
antipiretik.

2). Diagnosa keperawatan yang kedua muncul yaitu resiko defesit

volume cairan yang ditandai dengan dehidrasi peningkatan

penguapan / evaporasi ( Doenges. 2000 ). Tujuan yang hendak

dicapai adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan, defisit

volume cairan dapat diatasi. Kriteria hasil yang diharapkan adalah

4
mempertahankan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Intervensinya

yaitu kaji masukan dan haluan cairan, kaji tanda – tanda vital

pasien, ajarkan pasien pentingnya mempertahankan masukan yang

adekuat ( sedikitnya 2000 ml / hari, kecuali terdapat kontra indikasi

penyakit jantung, ginjal ), kaji tanda dan gejala dini defeisit volume

cairan ( mukosa bibir kering, penurunan berat badan ), timbang

berat badan setiap hari.

6. Komplikasi

a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh

b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).Sering


terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24
jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang
demam ini juga tidak membahayan otak.

Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:


1) Takikardi
2) Insufisiensi jantung
3) Insufisiensi pulmonal
4) Kejang demam

5
D. STANDART OPERASIONAL PROSEDUR
KOMPRES HANGAT

No Aspek yang dinilai SCORE

0 1 2

1. Tahap Preinteraksi
1. Cek rekam medis pasien, Mengecek program terapi
2)

Mencuci tangan
3)

Menyiapkan alat
-

Nebulizer dengan perlengkapannya
-

Obat untuk terapi aerosol bila diperlukan
-

Stetoscope
-

Aquadest
-

Selang oksigen
-

Masker transparan
-

Bengkok
-

- Mengecek program terapi
2)

Mencuci tangan

6
3)

Menyiapkan alat
-

Nebulizer dengan perlengkapannya
-

Obat untuk terapi aerosol bila diperlukan
-

Stetoscope
-

Aquadest
-

Selang oksigen
-

Masker transparan
-

Bengkok
-

1. Pastikan Rekam medik sesuai
2. Cek program terapi
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan alat :
- Ember atau Waskom air
- Air hangat (43-460C)
- Lap mandi 6 buah
- Handuk mandi 1 buah
- Seimut mandi 1 buah
- Perlak besar 1 buah
- Thermometer air raksa 1 buah
- Selimut tidur 1 buah

2. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, & lamanya tindakan pada
klien / keluarga.
3. Berikan kesempatan klien untuk bertanya sebelum

7
kegiatan dilakukan
4. Jaga privasi klieN

3. Tahap kerja
1. Ukur suhu anak dan catat suhu sebelum kompres
2. Matikan pendingin ruangan (kipas angin atau AC ruangan)
3. Buka seluruh pakaian pasien Letakkan lap mandi di kepala,
aksila dan lipatan paha
4. Lap ekstremitas selama 5 menit, badan, punggung dan bokong
10-15 menit
5. Hentikan prosedur jika anak kedinginan atau menggigil, atau
segera setelah suhu tubuh anak mendekati normal
6. Selimuti anak dengan selimut tidur Pakaikan anak baju yang
tipis dan mudah menyerap keringat
7. Catat suhu tubuh anak sebelum dan setelah prosedur (60 menit
setelah pemberian antipiretik)

4. Tahap Terminasi

1. Evaluasi reaksi klien


2. Beri reinforment positif
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Cuci tangan
5. Dokumentasi

TOTAL

E. Link Youtube : https://youtu.be/gJoVWFS9vyc

8
DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kesehatan. Askep Febris. http://stikesbp.blogspot.com/2013/06/askep-


febris.html.
Kykle T, Carman S. 2014. Keperawatan Pediatri. Praptiani W, Tiar E, Yuliani D,
Wildiarti D. (editor). EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Vol 2. Hal 467 –
481.
Laurralee Sherwood. .2001. Fisiologi Manusia. Edisi 2, Jakarta : EGC.
NANDA , NOC – NIC. Edisi ke 6. Editor bahasa Gloria M. Bulecheck, dkk:
elsevier.
Nuratif AH, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC – NOC. Jogjakarta. Media Action.
Tamsuri. Anas. (2006). Tanda – tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai