Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL I TID (TROPICAL INFECTION DISEASE)

DEMAM

Disusun oleh kelompok 8

Anggota :

Annisa Safira Pramono (1418011023)

Andria Novita Sari (1418011014)

Anggiya Yuliasari (1418011016)

Baridi Adlan Saputra (1418011039)

Eva Aprilia (1418011075)

Fairuz Nabila Afia (1418011080)

Grecia Ingrid Gultom (1418011094)

Iffat Taqqiyah (1418011103)

Irvan Miftahul Arif (1418011109)

Tassya Fatimah Taufik (1418011210)

Rama Agung Prakasa (1418011171)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat- Nya lah, kami
dapat menyelesaikan laporan tutorial ini dengan baik dan tepat waktu.
Laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas blok yang merupakan
bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Kami mengucapkan terima kasih kepada :
 Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam
penyusunan laporan ini.
 Tutor kami, yang telah membimbing kami dalam proses tutorial.
 Teman-teman yang telah menyediakan waktu,tenaga dan pikirannya untuk
menyelesaikan tugas tutorial ini dengan baik.
 Orang tua yang telah memberikian kami fasilitas untuk membuat laporan ini.
Kami menyadari, tugas ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pembaca sangat kami harapkan agar bermanfaat bagi
revisi tugas ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, 18 Oktober 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................................................................


Kata Pengantar ........................................................................................
Daftar Isi .................................................................................................
BAB I Pendahuluan ................................................................................
1.1 Latar Belakang ..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................
1.3 Manfaat dan Tujuan Laporan ............................................................
BAB II Pembahasan ................................................................................
II.1 Ilustrasi Kasus (skenario) .................................................................
II.2 Laporan Tutorial Pertemuan Pertama ..............................................
Step 1 ...............................................................................................
Step 2 ...............................................................................................
Step 3 ...............................................................................................
Step 4 ...............................................................................................
Step 5 ...............................................................................................
II.3 Laporan Tutorial Pertemuan Kedua .................................................
Step 6 ...............................................................................................
Step 7 ...............................................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................... ‘
SKENARIO 1

Catatan Ufi

Ufi, seorang mahasiswa di fakultas kedokteran tengah membaca suatu artikel di internet:
“Seorang anak telah dirawat di rumah sakit selama 1 minggu dengan keluhan demam terus
menerus sejak 2 minggu SMRS. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, semua
hasilnya dalam keadaan normal. Orang tua anak tersebut menuntut pihak RS karena mereka
menilai dokter yang merawatnya tidak daat menjelaskan apa penyebab penyakit anaknya dan
pemberian obat yang tidak tepat…..”
Ufi kemudian berkata dalam hati, ‘apa ya keadaan yang terjadi pada anak tersebut?’ Ufi
teringat tentang apa yang pernah dipelajarinya saat semester 3 lalu tentang demam. Demam
memang banyak jenisnya, namun seingat Ufi, demam bukan berarti suatu penyakit saja,
namun juga merupakan tanda tubuh memberikan upaya untuk bertahan dari serangan
mikroorganisme. Agar merasa yakin, Ufi lalu membuka kembali buku catatannya.
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri. Para
ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi perlawanan yang berguna dari
tubuh terhadap infeksi atau penyakit. Pada suhu diatas 37 C limfosit dan o makrofag
menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41 C, terjadi situasi o kritis yang bisa
menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh tubuh (Tjay dan Rahardja, 2002).
Saat demam set-point meningkat, dan non-steroidal antiinflamatory drugs
(NSAID) mendorongnya kembali ke keadaan normal. Obat ini tidak mempengaruhi
suhu tubuh naik oleh faktor seperti olahraga atau meningkatnya suhu lingkungan.
Semua NSAID merupakan antipiretik, analgesik, dan antiradang. Satu pengecualian
adalah parasetamol, yang merupaan antipiretik dan analgesik tetapi tidak mempunyai
aktivitas antiradang (Goodman dan Gilman, 2007).
Keadaan yang panas dan lembab dapat menyebabkan heat stroke (sengatan
panas). Gejala mencakup mual, kelemahan otot, nyeri kepala, berkeringat berlebihan,
kebingungan, pusing bergoyang, kolaps dan pingsan. Keadaan ini dapat menyebabkan
dehidrasi dan terapinya adalah dengan mengganti cairan natrium dan kalium yang
hilang (Guyton dan Hall, 2009).
Pencegahan dehidrasi dapat dilakukan dengan pemberian asupan cairan secara
berkala selama keadaan sakit atau melakukan aktifitas berat. Intervalnya adalah 20
sampai 30 menit mengonsumsi minuman. Sedangkan mengatasi dehidrasi sendiri
yaitu dengan memberikan minuman yang mengandung gula dan elektrolit (garam)
atau juga asupan makanan (Cronan, 2010).
Demam sering dikaitkan dengan dehidrasi. Keluarnya banyak cairan tubuh
selama demam memang dapat menyebabkan tubuh dehidrasi. Walau demam yang
normal seringkali tidak membahayakan, namun kondisi dehidrasi yang
diakibatkannya dapat membahayakan bila tidak diatasi dengan tepat (Guyton, 1994).
Berdasarkan pertimbangan uraian di atas, penulis tertarik meneliti pengaruh minuman
ionik untuk terapi mengatasi demam akibat dehidrasi. Penggunaan minuman ionik
dilakukan dengan pemberian secara berulangulang pada merpati jantan (Columba
livia) yang telah dikondisikan demam disertai dehidrasi dengan penginduksian 2,4
dinitrofenol.
I.2 Rumusan Masalah
Masalah yang kami temukan dalam laporan ini terdapat dalam pembahasan
pada step ke-5 yaitu pada Perumusan LO.

I.3 Manfaat dan Tujuan Laporan


Laporan yang dibuat dapat digunakan sebagai referensi pembelajaran bagi
mahasiswa, sebagai acuan dasar pemahaman setiap anggota kelompok tutorial, dan
untuk melaporkan hasil diskusi kelompok tutorial 8.
BAB II
PEMBAHASAN

Step 1 (Klarifikasi Istilah Kata Asing)

1. Remiten : Suhu bisa turun setiap hari namun tidak dalam batas normal

Step 2 (Definisi Masalah)

1. Definisi, etiologi, dan patofisiolgi demam


2. Tipe-tipe demam
3. Pemeriksaan penunjang
4. Tatalaksana demam
5. Farmakologi obat demam
6. Komplikasi demam
7. Definisi, klasifikasi FUO

Step 3 (Penjelasan Secara Singkat)

1. Definisi demam : kondisi tubuh suhu diatas 37oC


Etiologi Demam : Infeksi, Toksemia, Keganasan dan pemakaian obat
Patofisiologi demam : Pirogen, pirogen terbaik atas eksogen dan endogen
Pirogen > Hipotalamus > Prostalglandin ↑ Set point di hipotalamus

2. Tipe-tipe demam :
- Septik
- Kontinyu
- Remiten
- Interminten
- Siklik
- Relaps

3. Pemeriksaan penunjang :
- Diagnosis Serum
- Mikrobio
- Hemato
- Usg
- Biopsi
- Terapi Adjuan

4. Penatalaksaan
- Medikamentosa Faramakologi ( Terapi Farmakologi)
- Medikamentosa NON Farmakolgi (Terapi NON Farmakologi

5. Farmakologi Obat demam : terbagi atas 4 golongan yaitu.


- Derivat as Propanoat
- Asam asetik
- Aminofenol
- Salisilat

6. Komplikasi
- Dehidrasi
- Kejang demam
- Perdarahan Otak

7. FUO > Fever Unknwon Origin yaitu suhu ↑ 30o C selama 3 minggu
Klasifikasi FUO antara lain :
- Klasik
- HIV
- Nasokomial
- Neutropik

Step 4 (Penjelasan Secara Mendalam)

1. Etilogi Demam : Demam dapat disebabkan oleh faktor infeksi ataupun faktor non
infeksi.
- Demam akibat infeksi : bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, ataupun
parasit. Infeksi bakteri yang pada umumnya menimbulkan demam pada anak-anak
antara lain pneumonia, bronkitis, osteomyelitis, appendisitis, tuberculosis,
bakteremia, sepsis, bakterial gastroenteritis, meningitis, ensefalitis, selulitis, otitis
media, infeksi saluran kemih, dan lain-lain.

- Demam akibat NON infeksi : Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan
oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu lingkungan yang eksternal
yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll), penyakit autoimun (arthritis,
systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll), keganasan (Penyakit Hodgkin,
Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan pemakaian obat-obatan (antibiotik,
difenilhidantoin, dan antihistamin).

- Selain itu anak-anak juga dapat mengalami demam sebagai akibat efek samping
dari pemberian imunisasi selama ±1-10 hari. Hal lain yang juga berperan sebagai
faktor non infeksi penyebab demam adalah gangguan sistem saraf pusat seperti
perdarahan otak, status epileptikus, koma, cedera hipotalamus, atau gangguan
lainnya.

- Patofisiologi Demam : Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal
dengan nama pirogen, Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam.
Pirogen dibagi menjadi 2 :
o Eksogen : Pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen
eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau
mikroorganisme seutuhnya
o Endogen : pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari
dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6,
TNF-α, dan IFN.
- Patofisiologi terjadinya demam :
o Pertama Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah
putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa
toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun.
o Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal
dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN)
o Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang endotelium
hipotalamus untuk membentuk prostaglandin.
o Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan
termostat di pusat termoregulasi hipotalamus
o Kemudian Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari
suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme
untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan
mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi
peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada
akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru
tersebut.
- Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase
kemerahan.
o Fase 1yaitu : fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh
yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan
aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh
akan merasa kedinginan dan menggigil.
o Fase 2yaitu : fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat.
o Fase 3 yaitu : fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang
ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang
berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna
kemerahan.

2. Tipe-tipe demam :
Demam Septik : ↑ pada malam hari, ↓ pada siang hari.
Demam Remiten : ↑↓ Setiap hari, masih diatas pada batas normal.
Demam Intermiten : ↓ setiap 2 hari sekali.
Demam Siklik : Pada demam ini, ↑ suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh ↑ suhu seperti
semula.
Demam Kontinyu : ↓↑ suhu sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari 1oC.
Demam Relaps : sama dengan demam tertian dan kurtan, ↓ 2 hari/2x.
Demam Palsu atau dibuat buat : berusaha ↑ suhu badan secara sengaja.
3. Pemeriksaan penunjang :
- Mikrbio : pengambilang darah 10mL
- Kultur darah
- M.O dari feses untuk pemeriksaan sel cerna
- Serumunologi : diagnosa FUO, dengan sampel darah untuk mendeteksi IgM dan
IgG
- Infeksi Setomegalo virus
- Anti CMV : IgM ELISA : terdeteksi hari ke 3-5, IgG ELISA terdeteksi hari ke 15
- IFAT : untuk pemeriksaan filariasis oleh canidiasis
- Endoskopi : jika lama demam+nyeri perut →
- ERCP : Kandung empedu → Cariran kontras untuk ampula vater
- Ekg : untuk penyakit typhoid
- Biopsi : Pembesaran kelenjar, untuk mendeteksi limfuma, keganasan, hati, kulit
dan otot(kolagen)
- Terpai Adjuvants → Dengan pemberian antibiotik, Anti TBC, Aspirin→Rematic,
Kortikosteroid.
- Hemato → Hitung Leukosit (kadar leukosit), Trombosit (kadar trombosit) dan Hb.

4. Tatalaksana demam
Penatalaksanaan demam bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi
bukan untuk menghilangkan demam. Penatalaksanaan demam dapat dibagi menjadi
dua garis besar yaitu: nonfarmakologi dan farmakologi.
- Terapi non-farmakologi
o Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi dan
beristirahatyang cukup.
o Tidak memberikan penderita pakaian panas yang berlebihan pada saat
menggigil. Kita lepaskan pakaian dan selimut yang terlalu berlebihan.
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
memberikan rasa nyaman kepada penderita.
o Memberikan kompres hangat pada penderita. Pemberian kompres
hangat efektif terutama setelah pemberian obat. Jangan berikan
kompres dingin karena akan menyebabkan keadaan menggigil dan
meningkatkan kembali suhu inti.
- Terapi Farmakologi
o Pemberian Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam
(antipiretik) adalah parasetamol (asetaminofen) dan ibuprofen.
Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas sedangkan
ibuprofen memiliki efek kerja yang lama. Pada anak-anak, dianjurkan
untuk pemberian parasetamol sebagai antipiretik. Penggunaan OAINS
tidak dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko
sindrom Reye pada anak-anak. Selain pemberian antipiretik juga perlu
diperhatikan mengenai pemberian obat untuk mengatasi penyebab
terjadinya demam. Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi
bakteri. Pemberian antibiotik hendaknya sesuai dengan tes sensitivitas
kultur bakteri apabila memungkinkan.

5. Farmakologi Obat demam


- Derivat as propanoat : misalnya Ibupropen.
Ibuprofen - Mempunyai efek analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi, namun efek
antiinflamasinya memerlukan dosis lebih besar. Efek sampingnya ringan, seperti
sakit kepala dan iritasi lambung ringan.
- Salisilat : misalnya aspirin
Menghambat sintesis prostaglandin, menghasilkan aktivitas analgesik,
antiinflamasi dan inhibisi agregasi platelet, mengurangi demam dengan beraksi
pada pusat regulator panas di otak sehingga mengakibatkan vasodilatasi dan
berkeringat.
- Paraaminofenol : misalnya paracetamol
Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi),
namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi.Telah dibuktikan
bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase
(COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab
inflamasi.Paracetamol juga bekerja pada pusat pengaturan suhu pada otak.Tetapi
mekanisme secara spesifik belum diketahui.
- As. Asetik : misalnya indometasin

6. Komplikasi demam
- Dehidrasi
Dehidrasi bisa terjadi karena pada kasus demam, tubuh akan mengeluarkan
keringat karena terjadi kenaikan suhu didalam tubuh untuk menjaga tubuh agar
hangat, dari pengeluaran keringat penguapan/evaporasi terlalu banyak tubuh akan
kekurangan intake cairan tubuh.
- Kejang.
- Perdarahan otak

7. Klasifikasi FUO terbagi menjadi 4 :


- Fuo klasik : Penderita sudah diperiksa selama 3 hari namun belum ditetapkan
penyebabnya
- Fuo Nasokomial : Penderita dirawat tanpa infeksi di Rs → menderita demam
↑38oC dan sudah diperiksa tanpa hasil yang jelas.
- Fuo Neutropik : Hitung jenis neutrofil ↓500UI dengan demam ↑38,3oC dan sudah
diperiksa.
- Fuo HIV : demam ↑38,3oC selama 4 minggu pada rawat jalan tanpa diketahui
penyebabnya.

Step 5 (Penentuan LO)

1. Obat-obat yang menyebabkan demam?


2. Contoh penyakit pada tipe-tipe demam?
3. Interpretasi IgG dan IgM?
4. Pemeriksaan penunjang demam tifoid, DBD dan malaria?
5. Obat-obat antipiretik bekerja dimana? Dan kontraindikasinya?
6. Tatalaksana dewasa?
7. Terapi Non Farmakologi?
8. Patofisiologi kegenasan demam?

Step 6 (Belajar Mandiri)

Sumber :

 IPD UI
 IPD Harrison
 IDAI
 Farmakologi Katzung
 Kapita Selekta
 Jurnal UGM
 Repository usu.ac.id

Step 7 (Pembahasan LO)

1. Obat yang menyebabkan demam

 Antimikroba:
 Penisilina
 Ampisilina
 Metisilina
 Mebendazol
 Sulfonamida
 Asam Para-aminosalisilat
 Cefamandol
 Streptomisina
 Tetrasiklina

 Anti neoplastik:
 Klorambusil
 Sitarabina
 Bleomisina
 L-asparginase
 6-merkaptopurina
 Streptozosina
 Kardiovaskular
 Quinidina
 Oxprenolol
 Hidralasina
 Nifedipina
 Alfa-merildopa
 Prokainamida

 Anti Inflamasi
 Ibuprofen
 Tolmetin
 Aspirin

 Sistem Saraf Pusat


 Nomifensina
 Benztropina
 Lysergic acid
 Karbomazepia
 Haloperidol
 Trioridasina
 Amfetamina
 Klorpomazin

 Lain-lain
 Iodida
 Interferona
 Klofibrat
 Prostaglandina
 Allopurinol
 Folat
 Metoklopramida
 Simetidina
 Lefamisol
2. Penyakit dari tipe-tipe demam

a. Demam Septik : Typhoid,


b. Demam Remiten : Typhoid fase awal, Infeksi saluran nafas atas (flu, batuk), otitis
media, laringitis
c. Demam Intermiten : Limfoma, Endokarditis, Tularemia
d. Demam Kontinyu : Typhoid, Pneumonia, Tularemia, Malaria falciparum
malignan
e. Demam Siklik : DBD, Cikungunya, Leptospirosis

3. Interpretasi IgG dan IgM

IgG : antibodi yang langsung dihasilkan begitu tubuh terkena virus, mikroba atau
racun, ditemukan di darah dan cairan limfatik.
IgM : Ditemukan diseluruh tubuh, terutama di sebagian besar cairan tubuh.
IgM bersifat sementara dan menghilang setelah beberapa minggu kemudian
digantikan oleh igG.
IgG dan IgM muncul 5-7 hari setelah infeksi. IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari
setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup.

Dengue primer : Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi
dengue sebelumnya. Pada pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara lambat
dengan titer yang rendah.

Dengue Sekunder : Dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan
virus dengue sebelumnya. Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau homolog
muncul seumur hidup.
Selain itu juga bisa digunakan rasio IgM/IgG. Rasio > 1,8 lebih mendukung infeksi
dengue primer, sedangkan rasio ≤ 1,8 lebih ke arah infeksi dengue sekunder.

4. Pemeriksaan Penunjang DBD, Typhoid, Malaria


 Pem. Penunjang DBD
 Laboratorium
 Leukosit : Dapat normal atau turun, <5.000 µL
Nitlai normal : 5.000-10.000 µL
 Hematokrit meningkat sekitar 15%
Nilai normal : Pria : 40-48%, Wanita : 37-43%, Anak-anak 33-38%
 Trombosit : < 100.000 µL
Nilai normal : 150.000-400.000 µL
 Antigen NS1 : Dapat dideteksi pada awal demam hari ke 1-8. Sensitivitas
antigen NS1 berkisar 63%-93,4%

 Test Rumple Leed

 Imunoserologi IgG dan IgM

 Pem. Penunjang Malaria


 Laboratorium
 Darah rutin

 Mikroskopis
 Mikroskopis darah tepi untuk menemukan adanya parasit. (Preparat darah
tebal dan hapusan darah tipis)
 Tes Antigen (Rapid Test)
 Histidine Rich Protei n II (HRP) : untuk mendeteksi antigen dari
Plasmodium Falciparum
 LDH (Laktate Dehydrogenase) : untuk plasmodium lain

 Test Serologi
 Immuno Fluorescent Antibody (IFA) : untuk mendeteksi adanya antibodi
spesifik terhadap malaria
1 : 200 = Infeksi Biru
1 : 20 = Terinfeksi

 Pem. Penunjang Typhoid


 Laboratorium
 Leukosit : < 5000 µL
 Trombosit
 Hitung jenis leukosit
 Laju Endap Darah
 SGOT/SGPT

 Gac Kultur
 Feses
Bahan : feses atau swab rectal
Waktu kultur : 80% pasien (+) minggu ke 3 dan 40-50% pasien (+)
minggu ke 2
Feses dimasukkan dalam selenite F. broth
 Urine
Bahan : Urine
Waktu pengambilan : minggu ke 2

 Uji Widal : Untuk deteksi antibodi terhadap Salmonella Typhii. Terjadi suatu
reaksi aglutinasi antara antigen kuman S. typhii dengan antibodi disebut
aglutinin. Aglutinin O berasal dari tubuh kuman, aglutinin H berasal dari
flagela kuman.
1. Aglutinin O menetap 4-6 bulan. O > 1:320
2. Aglutinin H menetap 9-12 bulan. H > 1:640

 Uji Tubex : Pem. Antibodi anti S.typhii O9 -> Membran Lipopolisakarida.


Sensitivitas 75-80% dan spesifitas 75-90%.
Skor Interpretasi Keterangan
<2 Negatif Tidak menunjukkan infeksi tipoid
aktif
3 Borderline Tidak dapat disimpulkan
4-5 Positif Menunjukkan infeksi tipoid aktif
>6 Positif Indikasi kuat infeksi tipoid

5. Obat Antipiretik

Klasifikasi Antipiretik

a. Aminofenol (Parasetamol)
b. Derivat Asam Propitinat (Ibuprofen & Naproksen)
c. Salisilat (Aspirin, Salisilamid)
d. Asam Asetik (indometasin)

Parasetamol

Obat-obatan yang dipakai dalam mengatasi demam (antipiretik) adalah parasetamol


(asetaminofen) dan ibuprofen.Parasetamol cepat bereaksi dalam menurunkan panas
sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama.Pada anak-anak, dianjurkan
untuk pemberian parasetamol sebagai antipiretik.Penggunaan OAINS tidak
dianjurkan dikarenakan oleh fungsi antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada anak-
anak. Dosis parasetamol juga dapat disederhanakan menjadi:

Umur (tahun) Dosis (mg)


<1 60
1-3 60-125
4-6 125-250
6-12 250-500
Parasetamol : menghambat secara selektif jenis lain dari enzim COX yang berbeda
dari COX-1 dan COX-2 yaitu enzim COX-3. Sifat parasetamol dikarenakan efek
langsung ke pusat pengaturan panas di hipotalamus yang mengakibatkan vasodilatasi
perifer, berkeringat, dan pembuangan panas.

Indikasi :

Indikasi Parasetamol digunakan sebagai:

1. Antipiretik/menurunkan panas, misal setelah imunisasi atau influenza

2. Analgesik/mengurangi rasa sakit, misal sakit kepala, sakit gigi, dan nyeri.

Kontraindikasi

Parasetamol kontraindikasi untuk diberikan kepada:

1. Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat

2. Penderita yang hipersensitif terhadap parasetamol.

Efek samping :

 Hepatotoksik
 nefropati analgesik
 Muntah
 nyeri perut
 ruam.

Ibuprofen

Ibuprofen bekerja menekan pembentukan prostaglandin memblok sintesis PGE2


melalui penghambatan sikooksigenase.Ibuprofen diserap dengan mudah di saluran
pencernaan.Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah
pemberian oral, dengan waktu paruh selama 2 jam.Eksresi ibuprofen terjadi dengan
cepat dan sempurna.

Dosis : 5-10 mgr/KgBB/kali tiap 6-8 jam

Indikasi :
 efek anti radang
 nyeri ringan
 menurunkan demam

Kontraindikasi :
 gangguan perdarahan
 luka pada lambung
 sariawan

Efek Samping :

 Mual
 Muntah
 perut kembung
 diare
 nyeri perut
 ruam
 nyeri kepala

Salisilat (aspirin)

Salisilat ada hubungan antara sindrom reye dan aspirin.

Indikasi :

 menurunkan demam
 mengurangi nyeri kepala
 mengurangi nyeri gigi
 dismenorea

Kontraindikasi :

 pasien yang memiliki hipersensitivitas


 gangguan fungsi hati yang berat
 anemia
 gagal jantung
 gangguan fungsi ginjal

Efek samping : (Lebih tinggi dari paracetamol)

 keracunan
 iritasi lambung
 perdarahan spontan
 sesak nafas

Dosis : 60 mg/hari

6. Tatalaksana pada orang dewasa

 Terapi Non Farmakologi


 Minum Air putih/ cairan yang banyak
 Mandi dengan air hangat
 Jangan selimuti/ memakai pakaian tebal

 Terapi Farmakologi
Dosis untuk orang dewasa :
 Paracetamol = 300 mg – 1 g per kali dengan max 4g/hari
 Ibuprofen = 200-400 mg per 2 sampai 3 kali per hari
 Aspirin = 325-600 mg tiap 4-6 jam per hari

7. Terapi Non Farmakologi

 Tirah Baring
 Pemberian cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah dehidrasi
 Istirahat yang cukup
 Tidak memberikan pakaian panas yang berlebihan pada saat menggigil
 Memberikan kompres air hangat. Pemberian kompres air hangat efektif terutama
setelah pemberian obat.
Kompres air hangat (tepid sponging) : penggunaan kompres air hangat di lipat
ketiak & lipatan paha/selangkangan (inguinal) selama 10-15 menit akan
membantu menurunkan panas dengan cara panas keluar melalui pori-pori kulit
melalui proses penguapan. Mekanismenya, pusat pengatur suhu akan menangkap
sinyal bahwa disekitar tubuh hangat maka pusat pengatur suhu akan menurunkan
suhu tubuh untuk mengimbanginya. Respon yang terjadi pada tubuh adalah
vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah).Kompres disekitar ketiak & lipatan paha
lebih cepat menurunkan panas karena disekitar ketiak & lipatan paha dekat
dengan pembuluh darah besar.

8. Patofisiologi keganasan dengan demam

Pasien dengan penyakit keganasan pada umumnya rentan terhadap infeksi dan apabila
terkena infeksi seringkali sulit diatasi.Infeksi pada pasien keganasan berhubungan
langsung dengan berbagai keadaan, yaitu penurunan daya tahan akibat penyakit yang
mendasarinya, defek imun sebagai akibat pengobatan dengan sitostatik, radiasi, berbagai
prosedur invasif dan kombinasi dari berbagai hal tersebut.

Pada defek sistem imun yang berat, mikroorganisme yang semula bersifat a-patogen
dapat menjadi patogen (infeksi oportunistik).Faktor terpenting terhadap timbulnya infeksi
pada keganasan adalah keadaan neutropenia.Semakin berat dan lama keadaan
neutropenia, maka makin mudah dan berat infeksi yang terjadi. Faktor lain yang
berpengaruh pada terjadinya infeksi adalah kerusakan barier mekanik tubuh dan
splenektomi.

Perubahan jenis patogen penyebab demam pada pasien neutropenia.Perubahan ini


mencerminkan perubahan pada faktor pejamu dan perubahan pemakaian antibiotik. Jenis
mikroba yang sering dan jarang menyebabkan infeksi pada neutropenia, Secara umum,
bakteri Gram negatif merupakan penyebab infeksi pada neutropenia, beberapa tahun
belakangan ini berubah menjadi bakteri gram positif.

Anda mungkin juga menyukai