Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FITOTERAPI

“DAUN JARAK PAGAR SEBAGAI PENURUN DEMAM”

OLEH :

NAMA : TAUDLIHUL ADILA

NIM : O1A116162

KELAS :D

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Daun jarak pagar sebagai obat demam atau antipiretik”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas dari mata kuliah fitoterapi
Tim penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan sarannya guna perbaikan bagi makalah ini, semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Aamiin.

Kendari, 13 Oktober 2019


   

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II Pembahasan
A. Definisi Demam ..................................................................................... 3
B. Mekanisme Demam ................................................................................ 8
C. Kandungan Metabolit Sekunder Pada Tanaman Jarak ........................... 9
D. pengaruh rendaman daun jarak untuk mengetahui proses penyembuhan
terhadap demam............................................................................................10
BAB III Penutup
A. Kesimpulan ............................................................................................. 17
Daftar Pustaka .................................................................................................. 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya
alam hayati yang beraneka ragam jenisnya Indonesia berada pada daerah
tropis sehingga banyak tanaman dan tumbuhan yang subur dihampir seluruh
negeri.Tumbuhan merupakan salah satu sumber senyawa bahan alam hayati
yang memegang peranan penting dalam pemanfaatan zat kimia
berkhasiat.Tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat herbal karena
pada sistem metabolismenya menghasilkan suatu senyawa metabolit
sekunder yang dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit tertentu.
Pemanfaatan tanaman yang mengandung metabolit sekunder yang dapat
dijadikan sebagai obat merupakan cara tepat untuk pemanfaatan tanaman
dan tumbuhan yang ada di bumi ini. Namun, beberapa tanaman yang
tumbuh belum dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan ada tanaman yang
tak dimanfaatkan karena tidak diketahui khasiatnya.
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) telah banyak digunakan dalam
masyarakat sebagai obat tradisional terutama pada daunnya. Secara
tradisional, tanaman ini banyak digunakan sebagai obat demam, obat kulit,
obat sakit gigi, obat sariawan, obat luka, obat rematik, obat batuk, perut
kembung dan banyak khasiat lainnya. Tanaman jarak pagar (Jatropha
curcas) juga memiliki potensi yang besar untuk pengembangan produk di
bidang obat obatan,pertanian maupun industri kimia.
Masyarakat telah mempercayai bahwa obat dari bahan alam mampu
mengobati beberapa penyakit dan obat dari bahan alam jarang menimbulkan
efek yang merugikan. Salah satu bahan alam yang dapat dijadikan sebagi
obat tradisional adalah tanaman jarak pagar. Tanaman jarak pagar termasuk
dalam famili Euphorbiaceae, genus Jatropha (Backer dan Brink, 1965).
Sedangkan menurut Syamsuhidayat, 2000 daun jarak pagar dapat
berkhasiat sebagai obat gatal-gatal, dan jamur di sela-sela kaki.

1
Tanaman jarak pagar mengandung flavonoid, saponin dan tannin.
Semua bagian tanaman jarak pagar digunakan sebagai obat, baik batang,
daun, buah, dan getahnya mengobati penyakit luar seperti obat luka dan obat
kumur untuk mengobati gusi berdarah, bau mulut dan sariawan. Daun
tanaman jarak pagar memiliki manfaat untuk mengobati infeksi pada
gingiva, dan anti pendarahan (Syamsuhidayat, 2000).
Berdasarkan informasi yang didapatkan secara turun- temurun,
diketahui bahwa daun jarak pagar juga memiliki daya anti bakteri.oleh
sebab itu orang-orang terdahulu meyakini kalau demam pada anak yang di
sebabkan oleh serangan bakteri dapat di atasi dengan rendaman daun jarak
pagar ini. Namun pada penelitian kali ini akan di bahas katalis alami
tanaman daun jarak pagar terhadap penyembuhan demam.
Demam merupakan gejala fisiologis pada tubuh manusia yaitu
meningkatnya suhu tubuh manusia melebihi suhu tubuh normal atau diatas
37˚C. Pengukuran suhu tubuh saat demam dapat diukur sendiri secara manual
maupun dengan menggunakan thermometer. Biasanya demam juga merupakan
gejala suatu penyakit . jadi demam dapat dikatakan bukanlah suatu penyakit
tersendiri.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari Demam ?
2. Bagaimana mekanisme demam ?
3. Bagaimana kandungan metabolit sekunder pada tanaman jarak ?
4. Bagaimana pengaruh rendaman daun jarak untuk mengetahui proses
penyembuhan terhadap demam ?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari demam
2. Untuk mengetahui mekanisme demam
4. Untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada tanaman jarak

2
5. Untuk mengatahui bagaimana pengaruh rendaman daun jarak untuk
mengetahui proses penyembuhan terhadap demam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh yang ditandai oleh kenaikan titik
ambang regulasi panas hipotalamus. Pusat regulasi/pengatur panas
hipotalamus mengendalikan suhu tubuh dengan menyeimbangkan sinyal dari
reseptor neuronal perifer dingin dan panas (Arvin, 2000). Demam terjadi bila
berbagai proses infeksi dan non-infeksi berintraksi dengan mekanisme
pertahanan hospes. Demam pada kebanyakan anak disebabkan oleh agen
mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam menghilang sesudah masa yang
pendek (Arvin, 2000).
Demam adalah ketika suhu tubuh mengalami peningkatan diatas suhu
tubuh normal. Demam dapat dikatakan pireksia atau febris. Suhu tubuh
normal berkisar 37°C dan apabila mengalami peningkatan dapat mencapai
40°C yang dapat dikatakan sebagai hiperpireksia atau hipertermi. Pada fase
pertama terjadi demam, dapat di ikuti dengan gejala klinis lainnya. Tingkatan
suhu pada demam juga tidak selalu menandakan bahwa keparahan dari suatu
penyakit yang mendasari nya.
Demam juga dapat dikatakan sebagai respon fisiologis alamiah tubuh
sebagai antibodi atau sistem imun pertahanan tubuh yang dapat disebut
sebagai homeostasis. Homeostasis adalah kemampuan dari tubuh kita dalam
mengatur dan menjaga keseimbangan lingkungan internal tubuh yang ideal
dan stabil ketika berhadapan dengan perubahan eksternal. Temperatur
homeostasis dikendalikan di hipotalamus, tepatnya di bagian anterior, yang
mana ia akan menjadi pusat pengatur suhu tubuh
Demam merupakan respon fisiologis pada tubuh dengan terjadinya
peningkatan suhu tubuh diatas normal atau 37°C. Pengukuranpada suhu tubuh
ini dapat diukur secara oral, maupun rektal dan aksila. Pusat pengaturan suhu
tubuh berada di hypotalamus. Demam dapat dikatakan sebagai gejala pada

4
penyakit, yang berarti demam bukan merupakan penyakit tersendiri. Sehingga
demam dapat disebut sebagai reaksi fisiologis dari tubuh saat terjadi infeksi,
peradangan, tumor dan lainnya yang dapat diartikan dengan homeostasis.
Demam dapat terjadi pada semua usia, dari anak-anak hingga lanjut
usia. Penyebab terjadinya demam yang disebabkan oleh infeksi dikarnakan
suatu mikroorganisme (bakteri, virus, parasit, dan jamur) yang dapat
merangsang barier pertahanan tubuh sebagai antibodi yaitu sel PMN
(Polymorphonuclear) dan makrofag untuk membentuk faktor pirogen dan
endogen sehingga akan terbentuknya prostaglandin dengan bantuan enzim
siklooksigenase. Prostaglandin akan meningkatkan set point di hipotalamus
sehingga suhu tubuh akan meningkat disebut dengan demam.

Batasan nilai atau derajat demam dengan pengukuran di berbagai


bagian tubuh sebagai berikut: suhu aksila/ketiak diatas 37,2°C, suhu
oral/mulut diatas 37,8°C, suhu rektal/anus diatas 38,0°C, suhu dahi diatas
38,0°C, suhu di membran telinga diatas 38,0°C. Sedangkan dikatakan demam
tinggi apabila suhu tubuh diatas 39,5°C dan hiperpireksia bila suhu diatas
41,1°C (Bahren, et al., 2014).

Etiologi Demam
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang seringkali diderita
anak yaitu demam non-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008).
1) Demam Non-infeksi
Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan oleh
masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-infeksi timbul karena
adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani
dengan baik. Contoh demam non-infeksi antara lain demam yang disebabkan
oleh adanya kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam
karena stres, atau demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit
berat misalnya leukimia dan kanker.
2) Demam Infeksi

5
Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan
patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil lainnya
ke dalam tubuh. Bakteri, kuman atau virus dapat masuk ke dalam tubuh
manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui makanan, udara, atau
persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan penyebab demam infeksi
karena saat melalukan imunisasi berarti seseorang telah dengan sengaja
memasukan bakteri, kuman atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh
balita dengan tujuan membuat balita menjadi kebal terhadap penyakit
tertentu. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya
menyebabkan demam pada anak antara lain yaitu tetanus, mumps atau
parotitis epidemik morbili atau measles atau rubella, demam berdarah,TBC,
tifus dan radang paru-paru ( widjaja,2008).

B. Mekanisme demam
Mekanisme demam terjadi ketika pembuluh darah disekitar
hipotalamus terinfeksi mikroorganisme yang mencetuskan pirogen eksogen
tertentu seperti bakteri, virus, jamur, parasit atau pirogen endogen sehingga
merangsang aktivasi dari makrofag dan sel PMN (Polymorphonuclear) yaitu
Interleukin-1, interleukin-6, tumor necrosis factor, dan Interferon. Mediator
inflamasi ini bekerja dipusat pengaturan suhu di hipotalamus dengan bantuan
enzim siklooksigenase dalam pembentukan prostaglandin sebagai penyebab
demam, sehingga melalui metabolisme asam arakidonat mensintesis
prostaglandin E2 melalui jalur siklooksigenase 2 (COX-2) akan melintasi
barrier darah-otak dan menyebar ke pusat pengaturan suhu di hipotalamus,
sehingga menimbulkan respon dengan meningkatkan suhu atau demam.
Hipotalamus akan mengirimkan sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer.
Pembuluh darah perifer akan terjadi vasokonstriksi sehingga menyebabkan
penurunan panas dan kelembapan melalui kulit. Sehingga penyesuaian panas
pada kulit dan tubuh diperlukan untuk menghindari timbulnya keadaan
menggigil saat demam maupun pasca demam yang dipicu melalui melalui

6
spinal dan supraspinal motor system, yang bertujuan agar tubuh dapat
mencapai titik suhu yang baru.
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan
langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi
berbagai rangsang (Sherwood, 2001). Sebagai respon terhadap rangsangan
pirogenik, maka monosit, makrofag, dan sel kupfer mengeluarkan sitokin
yang berperan sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon)
yang bekerja pada pusat thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon
terhadap sitokin tersebut maka terjadi sintesis prostaglandin, terutama
prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur siklooksigenase-
2 (COX-2) dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan
mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal
(Ganong, 2002; Nelwa, 2006).
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin
melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal
Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja
langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur
prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik
(Nelwa, 2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan
produksi panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk
dengan cepat mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut
mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam sebagai
respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang dialami dan bukan
disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi (Sherwood, 2001).
Menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara self
management maupun non-self management. Pengelolaan secara self
management merupakan pengelolaan demam yang dilakukan sendiri tanpa
menggunakan jasa tenaga kesehatan. Pengelolaan secara self management
dapat dilakukan dengan terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi keduanya.
Sedangkan non-self management merupakan pengelolaan demam yang
menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, Hakim & Ahrens, 2002).

7
C. Kandungan metabolit sekunder pada tanaman jarak pagar
Tanaman jarak pagar mengandung flavonoid, saponin dan tannin.
Semua bagian tanaman jarak pagar digunakan sebagai obat, baik batang,
daun, buah, dan getahnya mengobati penyakit luar seperti obat luka dan obat
kumur untuk mengobati gusi berdarah, bau mulut dan sariawan.Daun
tanaman jarak pagar memiliki manfaat untuk mengobati infeksi padagingiva,
dan anti pendarahan.
Daun jarak pagar banyak mengandung senyawa metabolit sekunder
yang merupakan senyawa aktif. Hal ini terbukti dari kebiasaan masyarakat
sering menggunakan daun jarak pagar untuk mengobati bengkak, terkilir,
luka berdarah, gatal-gatal, eksim, dan kutu air. Fenomena ini dibuktikan
melalui penelitian yang dilakukan oleh Sharma dkk. (2012) dengan hasil yaitu
daun jarak pagar mengandung zat-zat alkaloid, saponin, tannin, terpenoid,
steroid, glikosida, senyawa fenol dan flavonoid melalui ekstrak etanol.
Manfaat senyawa-senyawa yang terkadung dalam daun jarak pagar
yaitu alkaloid sebagai antiseptik yang didapatkan dari senyawa propil-
piperidin, saponin sebagai obat luar yang bersifat membersihkan, senyawa
fenol untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh,sedangkan manfaat
flavonoid ialah untuk mengusir radikal bebas. Hasil penelitian Nuria, dkk.
(2009) menemukan bahwa daun jarak pagar sebagai antibakteri terhadap
bakteri Staphylococcus aureus, sehingga diduga juga daun jarak pagar dapat
digunakan sebagai antimikroba untuk Jamur Candida albicans.
Dari semua jenis jarak, Ricinus communis merupakan jarak yang
memiliki kegunaan untuk dijadikan sebagai obat terbanyak pada penyakit.
Tumbuhan ini memiliki efek antioksidan, antihistamin, antinosiseptif,
antiasma, antiulcer, immunomedulatory, anti diabetes, hepatoprotektif,
antifertilitas, antiinflamasi, antimikroba, stimulan sistem saraf pusat, lipolitik,
penyembuh luka, insektisida, dan larvacida.Aktivitas tumbuhan ini dihasilkan
dari proses senyawa aktif seperti flavonoid, saponin, glikosida, alkaloid,
kuersetin, kaempferol dan steroid.

8
D. pengaruh rendaman daun jarak untuk mengetahui proses penyembuhan
terhadap demam
1. Penyiapan sampel
Sampel di ambil sebanyak 7 helai daun jarak yang akan di rendam
kedalam air.

9
Proses perendaman daun jarak

Daun jarak pagar yang sudah di ambil sebanyak 7 helai lalu di cuci dengan
air bersih terlebih dahulu, setelah itu masukkan daun jarak pagar itu kedalam
mangkok yang sudah di sediakan dan tambahkan 3 gelas air(citra air RO) kedalam
mangkok berisi daun jarak pagar. Biarkan daun jarak terendam selama 1 jam.
Pengujian hasil rendaman
Cara pemberian hasil rendaman daun jarak pagar ini adalah di hari
pertama di siang hari orang yang demam di berikan 3 sendok air nya lalu
diminumkan, setelah itu air nya di bilaskan ke seluruh tubuh. Ini dilakukan 3 kali
sehari selama 2 hari, dengan menggunakan air rendaman baru di setiapharinya.
Hasil yang didapatkan adalah penderita demam mengalami pemulihan
secara cepat setelah penggunaan rendaman daun jarak pagar, dan mampu
menurunkan panas atau suhu ba
Hasil rendaman yang sudah jadi di ujikan kepada orang yang mengalami
demam atau panas dalam khususnya anak-anak. Cara pemberian hasil rendaman
daun jarak padan penderita demam secara bertahap.
Hasil dari air rendaman daun jarak ini dapat kita lihat bercak- bercak yang
timbul setelah penggunaan daun jarak ini dapat di lihat dalam foto berikut :

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan Hasil yang didapatkan adalah
penderita demam mengalami pemulihan secara cepat setelah penggunaan
rendaman daun jarak pagar, dan mampu menurunkan panas atau suhu badan
penderita demam secara bertahap setelah pemakaian 3 kali satu hari selama 2 hari
berturut-turut.

10
1. Struktur kimia senyawa kuarsetin .
Mekanisme kerja kuersetin dalam menurunkan suhu tubuh atau
menurunkan demam yaitu dengan cara menghambat produksi dan pelepasan
histamin, serta mediator-mediator inflamasi yang dapat memicu terjadinya demam
yaitu prostaglandin, leukotrien, sitokin, makrofag, interleukin-1, interleukin-6,
tumor necrosis factor, dan interferon. Penghambatan mediator pemicu demam
terjadi dengan jalan memblok jalur siklooksigenase (COX-2) dan fosfolipase A2.
Terhambatnya pelepasan asam arakhidonat ini menyebabkan berkurangnya
jumlah substrat asam arakhidonat melalui jalur siklooksigenase sehingga
pelepasan endoperoksida (PGG2,PGH2) yaitu prostaglandin, tromboksan dan
prostasiklin serta hidroperoksida yaitu leukotrin juga terhambat. Sehingga
pelepasan prostaglandin dan leukotrien (yang berperan dalam proses inflamasi)
yang terhambat akan menyebabkan reaksi demam juga menjadi terhambat
sehingga jika digunakan pada saat demam berlangsung, dapat memiliki efek
sebagai penurun demam.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rendaman penyembuhan demam dapat dibuat dari tanaman jarak
pagar dengan merendam nya menggunakan air hangat dan dan
meminumkannya sebanyak tiga sendok dan membilaskannya keseluruh
tubuh.Rendaman ini dapat menyembuhkan demam dan panas dalam karena
mengandung senyawa yang terkandung dalam tanaman daun jarak tersebut
adalah tanin, saponin dan flavonoid yang memiliki daya anti bakteri,
menguatkan kekebalan tubuh, anti-kanker, dan anti jamur serta mampu
meningkatkan reaksi katalis yang terjadi saat rendaman daun jarak pagar
bereaksi pada tubuh.
Kandungan Kuersetin pada kelompok flavonoid memiliki efek
terhadap penurun demam yaitu dengan memblok jalur siklooksigenase
(COX-2) dan fosfolipase A2 serta menjadi penghambat mediator inflamasi.
Sehingga dapat menghambat pada proses terjadinya demam dan bila
digunakan ketika demam berlangsung maka dapat memiliki efektivitas
sebagai penurun demam.

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Pada


dasarnya epilepsi merupakan suatu penyakit Susunan Saraf Pusat (SSP)
yang timbul akibat adanya ketidak seimbangan polarisasi listrik di otak.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua
bahkan bayi yang baru lahir. Pengklasifikasian epilepsi atau kejang ada dua
macam, yaitu epilepsi parsial dan epilepsi grandmal.
Epilepsi parsial dibedakan menjadi dua, yaitu epilepsi parsial
sederhana dan epilepsi parsial kompleks. Epilepsi grandmal meliputi
epilepsi tonik, klonik, atonik, dan myoklonik. Epilepsi tonik adalah epilepsi
dimana keadaannya berlangsung secara terus-menerus atau kontinyu.

12
Epilepsi klonik adalah epilepsi dimana terjadi kontraksi otot yang
mengejang. Epilepsi atonik merupakan epilepsi yang tidak terjadi tegangan
otot. Sedangkan epilepsi myoklonik adalah kejang otot yang klonik dan bisa
terjadi spasme kelumpuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth, J.Corwin. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Cetakan I. Penerbit : EGC,


Jakarta.

Harsono, 2001, Epilepsi Edisi 1, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

Harsono, 2007, Epilepsi Edisi ke II, UGM Press, Yogyakarta.

Mansjoer, Arif. dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Auskulapius,


Jakarta

Soetomenggolo, T.S., lsmael, S., 1999. Buku Ajar Neurologi Anak, Jakarta.

14
KASUS EPILEPSI KEJANG UMUM TONIK KLONIK

Seorang laki-laki 22 tahun menemui dokter 4 hari serelah mengalami


kejang umum tonik klonik di kostnya. Kejang terjadi 5 menit menurut teman
kostnya. Dia terlihat bingung dan tidur setelah kejang . pemeriksaan fisik normal.
Hasil MRI ada sclerosis dilobus termporal kanan. EEG menunjukan gelombang
tinggi pada fronto-temporal.
Selama diklinik, dia mengatakan kehilangan kesadaran singkat dalam
beberapa peroide sebelumnya dan terjadi pertengahan tahun lalu dan sekarang
terjadi 2-3 hari setiapp minggu. Apa informasi untuk menentukan terapi
farmakologi ? Apa terapi farmakologi pasien, apa efeksamping yang harus
diamati? Tiga bulan kemudian kejangnya berhentidan tidak meracau lagi. Apakah
terapi diadjustment dan atau dihentikan ?.

Penyelesaian :
a. Apa informasi untuk menentukan terapi farmakologi ?
Jawab :
Informasi untuk menentukan terapi farmakologi yaitu harus mengetahui
klasifikasi dari epilepsi dan sindrom epilepsi yang dialami pasien karena
sangat membantu menentukan terapi farmakologi. Dari kasus tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan pengklasifikasian kejang epilepsi menurut ILAE
pasien termasuk dalam bangkitan umum/kejang umum utama jenis tonik
klonik. Telah disebutkan pada kasus tersebut, bahwa termasuk kejang umum
tonik klonik, pasien terlihat bingung dan tidur setelah kejang dan kejang
berlangsung singkat. Kejang jenis ini paling banyak ditemui. Dimana pada
kejang ini jika orang berdiri, orang akan terjatuh, tubuh menegang (tonik) dan
diikuti sentakan otot (klonik). Kejang biasanya berlangsung lima menit atau
kurang. Hal ini sering diikuti dengan periode kebingungan, agitasi dan tidur.

b. Apa terapi farmakologi pasien, apa efek samping yang harus diamati
Jawab :

15
Tatalaksana terapi pasien :
a) Identitas pasien :
 Jenis kelamin : laki-laki
 Usia : 22 tahun
 Hasil lab : Hasil MRI ada sclerosis dilobus termporal kanan. Eeg
menunjukan gelombang tinggi pada fronto-temporal. Pemeriksaan fisik
normal.
b) Diagnosis
Hasil diagnosis menunjukkan pasien mengalami epilepsi/kejang umum
tonik klonik.
c) Tujuan terapi
Mengupayakan kondisi bebas kejang dengan efek samping seminimal
mungkin sehingga penyandang epilepsi dapat hidup secara normal dan
mencapai kualitas hidup yang optimal
d) Strategi terapi
1. Terapi Farmakologis :
Rencana terapi farmakologi yang diberikan adalah menggunakan
obat anti epilepsi (OAE) yaitu :
Asam Valproat (Dosis : 400-2000 mg dibagi 1-2 dosis per hari).
Karena asam valproate merupakan salah satu obat lini pertama untuk
pasien dengan kejang umum tonik klonik. Asam valproate efektif untuk
kejang fokal, kejang tonik klonik dan kejang absens. Valproate
memiliki berbagai efek farmakologis diduga secara bersama-sama dapat
menghambat timbulnya kejang. Mekanisme yang terkait GABA yang
paling relevan dengan efek terapi. Selain itu asam valproate juga
memiliki efek samping yang sedikit disbanding OAE lini pertama yang
lain. Secara umum, asam valproat memiliki gangguan kognitif ringan
dibandingkan OAE jenis lain, kemungkinan hanya didapatkan
perlambatan dalam kecepatan memproses kognitif saja
Valproate meningkatkan pergantian GABA, yang mungkin
berhubungan dengan inhibisi sinaptik atau ekstrasinaptik. Terdapat

16
sedikitnya empat mekanisme utama dalam peningkatan konsentrasi
GABA dalam otak : 1) inhibisi degradasi GABA, 2) peningkatan
sintesis GABA, 3) penurunan pergantian GABA, dan 4) penurunan
reuptake GABA. Valproate meningkatkan aktivitas glutamic acid
decarboxylase (GAD) yang meningkatkan sintesis GABA dan
menghambat GABA-T, enzim yang mendegradasi GABA. Sama
dengan fenitoin dan carbamazepine, valproate menurunkan waktu
recovery voltage-dependent sodium channel saat dalam kondisi inaktif.
Valproate juga bekerja pada jalur sinyal kinase, yaitu aktivasi protein
kinase yang penting untuk keselamatan neuron seperti Akt/PKB dan
mitogen-activated protein kinase (MAPKs), extracellular signal-
regulated kinases 1 & 2 (ERK1/2), serta menghambat glycogen
synthase kinase (GSK-3β) dan protein kinase C (PKC). Valproate dapat
mengatur ekspresi gen melalui inhibisi hysotne deacetylase (HDAC)
klas I dan II, diduga melalui aktivitas transcription factor activator
protein (AP-1). AP-1 merupakan faktor transkripsi untuk sejumlah
fungsi otak yang penting seperti perkembangan, plastisitas, dan
neurodegenersi. Efek lain yaitu efek antiinflamasi, anti apoptosis, serta
regulasi diferensiasi neural progenitor cell (NPC). Mekanisme kerja
valproate tersebut di atas diduga mendasari efek neuroprotektifnya.
2. Terapi nonfarmakologi
Terapi non-farmakologi pada pasien epilepsi meliputi diet
katogenik, pembedahan dan stimulasi nervus vagus.
e) KIE
Edukasi yang dapat diberikan pada kasus epilepsi lebih terfokus pada
keluarga dan orang sekitar pasien untuk melakukan tatalaksana awal
berupa:
1) Memastikan bahwa pasien tidak jatuh dan jauhkan dari benda tajam;
2) Jangan mencoba untuk menahan pasien;
3) Jangan mencoba untuk memaksakan apapun kedalam mulut pasien;
4) Ketika kejang berhenti, putar pasien ke samping;

17
5) Jika kejang tidak berhenti dengan sendirinya dalam waktu sekitar 5
sampai 10 menit atau jika kejang lain terjadi segera setelah yang
pertama, meminta bantuan medis.
f) Monitoring
- Diharapkan pada penderita untuk terapi secara rutin agar meminimalisir
angka kekambuhan
- Memonitoring kecocokan obat dgn pasien tersebut dan efek samping
dari obat.

c. Tiga bulan kemudian kejangnya berhentidan tidak meracau lagi. Apakah


terapi diadjustment dan atau dihentikan?
Jawab :
Pengobatan tidak dihentikan tetapi dilakukan pengaturan dosis yaitu dengan
berangsur-angsur menurunkan dosis pengobatan. Pengobatan dihentikan
setelah epilepsi hilang selama minimal 2-3 tahun.

18
KASUS EPILEPSI

Seorang perempuan umur 21 tahun ke klinik untuk diskusi tentang cara


mengontrol kelahiran. Saat ini sedang mengonsumsi oxcabarzepin 1200 mg/hari
untuk kejang kompleks-parsial. Kejangnya terkontrol kecuali dua kali tahun lalu
ketika lupa minum obat sesuai jadwal, setelah itu secara keseluruhan dia kondisi
sehat.

Apa saran untuk kontrol kehamilan?


Adakah pengaruh oxcabarzepin dengan kontrasepsi hormonal?
Apakah obat anti epilepsi yang direkomendasikan dan dihindari?
Apa tambahan terapi lain atau suplemen?

Jawab:
 Apa saran untuk kontrol kehamilan ?
Jika ingin memantau perkembangan janin dari waktu ke waktu, lakukan
kontrol 1 bulan sekali sejak awal kehamilan sampai usia kehamilan 32 minggu.
Diusia 32-36 minggu lakukan kontrol 2 minggu sekali. Lalu setelah masuk usia
kehamilan 36 minggu sampai saat kelahiran (38-40 minggu) lakukan konttol
seminggu sekali (Senoaji, P., 2012).

 Apakah obat anti Epilepsi yang direkomendasikan dan dihindari ?


1. Direkomendasikan.
Fenitoin dan asam valproat karena kedua obat Epilepsi tersebut terikat
protein cukup tinggi sehingga kadarnya dalam ASI cukup rendah. Lebih dari
itu, fenitoin cukup sulit diabsorbsi oleh traktus gastrointestinalis bayi.
Dengan demikian ibu yang minum fenitoin dan asam valproat
diperbolehkan menyusui bayinya.
2. Dihindari.
Karbamazepin dan fenobarbital terdapat dalam ASI dalam kadar yang lebih
tinggi; dengan demikian kepada perempuan yang bersangkutan kurang

19
dianjurkan untuk menyusui bayinya, atau diperbolehkan menyusui bayinya
dengan pengawasan yang ketat. Apabila si ibu minum fenobarbital maka
bayinya harus selalu diawasi apakah tidak dapat menghisap ASI atau
tampak mengantuk terus. Apabila terjadi keduanya maka pemberian ASI
harus segera dihentikan (Taufiqurrohman, dkk., 2015).

 Apa terapi lain atau suplemen ?


1. Pemberian asam folat
Folat merupakan vitamin esensial yang diperlukan pada sintesa nukleotid
dan metilasi DNA22. Pada trimester pertama kehamilan, folat sangat
penting dalam mencegah cacat bawaan, khususnya NTD. Metilasi DNA
penting juga untuk mencegah kanker. Pertumbuhan yang cepat selama
embrio membutuhkan sintesis DNAmeningkatkan kebutuhan folat. Neural
tube defect adalah salah satu dari malformasi yang terjadi lebih sering pada
wanita dengan pengobatan antiepileptik, khususnya dengan sodium
valproat. Telah diketahui dengan jelas bahwa asam folat prakonsepsi
(dengan dosis 4-5 mg/hari) efektif dalam mengurangi risiko neural tube
defect diantara ibu dengan risiko tinggi karena memiliki anak yang dengan
kondisi tersebut sebelumnya.
2. Pemberian vitamin K
Bayi dari ibu yang mendapatkan pengobatan dengan OAE tertentu
(karbamazepin, fenitoin, primidon, fenobarbiton) memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami perdarahan pada neonatus yang disebabkan
defisiensi faktor penjendalan yang tergantung pada vitamin K. Ibu dengan
obat ini harus mendapatkan penanganan profilaksis dengan vitamin K
(Konakion) 20 mg oral per hari dari usia kehamilan 36 minggu hingga
persalinan dan bayi mereka harus mendapatkan vitamin K 1 mg
intramuskuler pada saat kelahiran. Pada awalnya berhubungan dengan
paparan terhadap fenobarbital atau primidon tetapi selanjutnya juga
ditunjukkan pada anak yang terpapar dengan fenitoin, karbamazepin,
diazepam, mefobarbital, amobarbital, dan ethosuximide. Sebuah kelompok

20
peneliti menunjukkan bahwa vigabatrin juga meningkatkan risiko
perdarahan neonatus. Angka prevalensi mencapai setinggi 30% tetapi
tampaknya memiliki rata-rata 10%. Mortalitas tinggi, lebih dari 30%, karena
perdarahan terjadi dalam kavitas interna dan tidak diketahui hingga anak
mengalami syok. Perdarahan diakibatkan karena defisiensi faktor
penjendalan yang tergantung vitamin K yaitu faktor II, VII, IX dan X.
Antikonvulsan bekerja seperti warfarin, dan menghambat transport vitamin
K melewati plasenta (Taufiqurrohman, dkk., 2015).

21

Anda mungkin juga menyukai