Anda di halaman 1dari 27

Kejang Demam

Di susun oleh kelompok 11:

Nasya Puspita Kurniyadi (CKR0200194)


Qori Nurul Hasanah (CKR0200198)
Pengertian Kejang Demam

Kejang Demam adalah bangkitan kejang yang terjadi


pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38ºC)
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis yang paling
sering dijumpai pada anak terutama pada golongan
anak berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3%
dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam (Ngastiyah, 2014).
Tanda & Gejala Kejang
Demam
Penyebab dari kejang demam menurut Wulandari & Erawati
 Kejang demam mempunyai (2016) yaitu :
insiden yang tinggi pada anak,
yaitu 3- 4%  Faktor genetika faktor keturunan memegang penting
untuk terjadinya kejang
 Kejang biasanya singkat, berhenti demam 25-50% anak yang mengalami kejang memiliki
sendiri, terjadi lebih banyak laki- anggota keluarga yang pernah

laki mengalami kejang demam sekurang- kurangnya sekali.


 Infeksi
 Kejang timbul dalam 24 jam  Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius
setelah naiknya suhu badan akibat (pernapasan), pharyngitis (radang
tenggorokan), tonsillitis (amandel), dan otitis media (infeksi
infeksi di luar telinga).

susunan saraf misalnya otitis media  Virus : varicella (cacar), morbili (campak), dan dengue
(virus penyebab
akut, bronchitis, dan sebagainya demam berdarah).

 Bangkitan kejang dapat berbentuk  Demam Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam
pertama pada waktu
tonik-klonik, fokal atau atonik sakit dengan demam atau pada waktu demam tinggi.

 Takikardi pada bayi, frekuensi  Gangguan metabolisme Hipoglikemia, gangguan


elektrolit (Na dan K)
sering di atas 150-200 per menit misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya.
 Trauma
Patofisiologis
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses
oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh
mebran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid
dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion
kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+)
dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibat
konsetrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsetrasi
Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konstrasi ion di
dalam dan diluar sel, maka terdapat perbedaan potensial
membran yang disebut potensial membran dari neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
Pemeriksan Penunjang

 EEG (Electroencephalogram)
 Punksi lumbal
 Neuroimaging pemeriksaan neuroimaging
 Pemeriksaan laboratrium
Penatalaksana

Penatalaksana
Penatalaksana Medis Keperawatan
 Penatalaksanaan kejang demam (1) Baringkan pasien di tempat yang rata,
kepala dimiringkan.
menurut (Ngastiyah, 2014)
yaitu : (2) Singkirkan benda-benda yang ada di
sekitar pasien.
(1) Bila pasien datang dalam (3) Lepaskan pakaian yang menganggu
keadaan kejang, obat pilihan utama pernapasan.
yaitu diazepam untuk memberantas (4) Jangan memasang sudip lidah (tongue
kejang secepat mungkin yang spatel), karena risiko lidah tergigit
diberikan secara intravena. kecil. Sudip lidah dapat membatasi jalan
(2) Untuk mencegah edema otak, napas.
berikan kortikosteroid dengan dosis (5) Bila pasien sudah sadar dan terbangun
20-30 mg/kg BB/hari dibagi dalam 3 berikan minum hangat.
dosis atausebaliknya glukortikoid (6) Pemberian oksigen untuk mencukupi
perfusi jaringan.
misalnya deksametazon 0,5-1 ampul
setiap 6 jam. (7) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat
Pemeriksaan Diagnostik

 Leukosit
 Eritrosit
 Hematrokit
 Indeks eritrosit
 Hemoglobin
 MCV,MCH,MCHC
 Limfosit
 MXD
 Kimia Darah
 GDS
Komplikasi

 Komplikasi kejang demam menurut (Waskitho, 2013 dalam Wulandari &


Erawati, 2016) yaitu :
1) Kerusakan neurotransmitter lepasnya muatan listrik ini demikian besarnya
sehingga dapat meluas ke seluruh sel ataupun membrane sel yang menyebabkan
kerusakan pada neuron.
2) Epilepsi Kerusakan pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat
serangan kejang yang berlangsung lama dapat menjadi matang di kemudian hari
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan.
3) Kelainan anatomis di otak Serangan kejang yang berlangsung lama yang dapat
menyebabkan kelainan di otak yang lebih banyak terjadi pada anak baru
berumur 4
bulan - 5 tahun.
4) Mengalami kecacatan atau kelainan neurologis karena disertai demam.
5) Kemungkinan mengalami kematian.
Klasifikasi

 Klasifikasi Kejang Demam  Kejang demam kompleks


menurut Widodo (2011) (Complex febrile
yaitu :
seizure) Ciri dari kejang
Kejang demam sederhana ini adalah :
(Simple febrile seizure)
(1) Kejang berlangsung
Ciri dari kejang ini adalah : lama lebih dari 15 menit
(1) Kejang berlangsung singkat
(2) Kejang fokal atau
(2) Umumnya serangan berhenti parsial satu sisi atau kejang
sendiri dalam waktu < 15 menit umum didahului kejang
(3) Tanpa gerakan fokal parsial
(4) Kejang tidak berulang dalam (3) Berulang atau lebih dari
waktu 24 jam 1 kali dalam 24 jam
pencegahan primer sekunder& tersier

 Pencegahan Primer
Pencegahan Primer yaitu upaya awal pencegahan sebelum seseorang anak
mengalami kejang demam.
 Pencegahan Sekunder
 Pengobatan Fase Akut
 Mencari dan mengobati penyebab
 Pengobatan profilaksis terhadap kejang demam berulang
 Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah terjadinya
kecacatan, kematian, serta usaha rehabilitasi. Penderita kejang demam
mempunyai risiko untuk mengalami kematian meskipun kemungkinannya
sangat kecil. Selain itu, jika penderita kejang demam kompleks tidak
segera mendapat penanganan yang tepat dan cepat akan berakibat pada
kerusakan sel saraf (neuron).

Pengkajian
Identitas Klien
Nama klien An.K berumur 1 tahun dengan jenis kelamin laki-laki,
beragama islam, alamat Beringin. Dengan diagnosa medis Kejang
Demam
 Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan anaknya demam sudah 2 hari
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan klien demam kemudian mengalami kejang 1
kali, ibu klien mengatakan tidak tahu mengenai penanganan yang
harus dilakukan saat anaknya mengalami kejang, ibu klien
mengatakan memberikan paracetamol pada anaknya, ibu klien
mengatakan selera makan klien menurun, ibu klien mengatakan
tidak tahu masalah penyakit anaknya.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Prenatal
Ibu klien mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kandungannya sesuai dengan
jadwal yang sudah ditentukan, ibu klien mengatakan mengalami kenaikan berat
badan 2 kg selama kehamilan, ibu klien mengatakan telah melakukan imunisasi TT
saat kehamilan.
2) Natal
Ibu klien mengatakan melahirkan di RSUD Tarakan, persalinan spontan dan penolong
persalinan Bidan, ibu klien mengatakan tidak mengalami komplikasi saat persalinan.
3) Post Natal
Kondisi bayi dengan keadaan normal BB 3000 gram PB 50 cm, warna badan klien pada
saat lahir yaitu merah dan spontan menangis, tidak mengalami penyakit kuning, ibu
klien mengatakan tidak pernah memberikan obat bebas untuk dikonsumsi
klien, tidak ada masalah dalam menysusui.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak memiliki penyakit menular seperti TBC
dan Hepatitis, keluarga tidak memiliki penyakit jantung, stroke dan DM. Ibu klien
mengatakan ayahnya semasa kecil memiliki riwayat penyakit kejang demam, penyakit
yang pernah dialami keluarga adalah demam, batuk, pilek.
Riwayat Nutrisi

 Pemberian ASI (air susu ibu)


Ibu klien mengatakan pemberian ASI pada An. K selama 1 tahun dengan cara pemberian setiap dua jam
sekali.
 Pemberian susu formula
Ibu klien mengatakan memberikan susu formula dikarenakan ASI nya mengurang, ibu klien mengatakan
pemberian susu sebanyak ± 5 gelas (ukuran 200ml)
 Riwayat Psikososial
Ibu klien mengatakan anak tinggal bersama ibu dan ayahnya, tinggal dirumah orang tua, lingkungan
rumah di daerah perkotaan, hubungan keluarga harmonis, pengasuh anak yaitu keluarga.
 Riwayat Spiritual
Ibu klien mengatakan rajin mengajarkan anaknya cara berdoa dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan
 Riwayat Hospitalisasi

Ibu klien mengatakan anaknya dibawah ke rumah sakit dikarenakan deman serta
kejang, ibu klien mengatakan dokter menceritakan masalah penyakit anaknya,
ibu klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya, dan yang selalu
menemani anaknya di rumah sakit yaitu ayah dan ibunya dengan cara bergantian
Aktivitas Sehari-hari
 Nutrisi
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan selera makan anaknya baik, menu makan bubur, ibu klien
mengatakan anaknya makan 3 kali sehari dengan porsi makan dihabiskan. Saat sakit ibu klien
mengatakan selera makan anaknya menurun, ibu klien mengatakan makannya 2 kali sehari dengan
porsi makan tidak dihabiskan ha. Anak makan 3-5 sendok
 Cairan
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan anaknya minum air putih ± 8 kali sehari dengan
menghabiskan 600 ml per hari, ibu klien mengatakan klien minumi ASI 3 sampai 5 kali
dalam sehari. Saat sakit, ibu klien mengatakan anaknya minum air putih ± 5 kali sehari
dengan 250 ml per hari, ibu klien mengatakan klien mengkomsumsi ASI 2 sampai 3 kali
dalam sehari, klien terpasang DN ½ 16 Tpm.
 Eliminasi
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien BAB 1 hari sekali dengan konsistensi
semi padat, tidak ada kesulitan. BAK 3 sampai 5 kali sehari dengan warna
kuning jernih, berbau khas dan tidak ada kesulitan, klien BAB dan BAK di
pampers. Saat sakit, ibu klien mengatakan klien BAB 1 kali dengan konsistensi
semi padat, tidak ada kesulitan. BAK 2-3 kali sehari dengan warna kuning
jernih, berbau khas dan tidak ada kesulitan, klien BAB dan BAK di pampers.
 Istirahat tidur
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien tidur siang dari jam 13.00-14.00,
tidur malam dari jam 21.00-06.00, tidak ada kesulitan tidur. Saat sakit, ibu
klien mengatakan klien tidur siang dari jam 14.00-15.00, tidur malam 22.00-
08.00, ibu klien mengatakan klien tidak sulit tidur.
 Olahraga
Klien hanya berbaring di tempat tidur.
 Personal Hygiene
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien mandi 2 kali sehari di saat pagi
dan sore hari, klien mandi dengan bantuan ibunya, alat mandi yang di
gunakan sabun dan shampo. Saat sakit, ibu klien mengatakan klien hanya
diseka 1 kali sehari dengan bantuan ibunya.
 Aktivitas Mobilitas
Sebelum sakit, ibu klien mengatakan anaknya tidak menggunakan alat bantu
untuk bergerak dan tidak ada kesulitan pada saat bergerak. Saat sakit klien
melakukan aktivitas dibantu oleh orang tuanya.
 Rekreasi
Ibu klien mengatakan jarang rekreasi bersama keluarganya
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan umum :Klien terlihat lemah dengan kesadaran composmentis


 TTV: Suhu 38,5°c, pernafasan 25 kali/menit, nadi 70 kali/menit.
2) Antropometri
Tinggi badan 80 cm, berat badan 7,5 kg, lingkar lengan atas 12 cm, lingkar kepala 45 cm, lingkar dada
49 cm, lingkar perut 45 cm.
3) Sistem pernapasan
Hidung sismetris kiri dan kanan, tidak terdapat seket, tidak ada suara nafas tambahan, tidak ada
pernafasan cuping hidung dan tidak ada polip. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
luka dan tidak ada tumor. Dada, bentuk dada normo chest, gerakan dada simetris, tidak terdapat
retraksi dinding dada, tidak ada nyeri tekan, suara nafas vesikuler.
4) Sistem cardiovaskuler kongjutiva anemis, tidak ada pembesaran jantung, bibir pucat dan pecah-
pecah, ukuran jantung normal, suara jantung s1 s2 lup dup, capillary refilling time 2 detik.
5) Sistem pencernaan sklera tidak ikterik, bibir pucat dan pecah-pecah, tidak terdapat stomatitis
dimulut, tidak ada kesulitan pada saat menelan, tidak terdapat nyeri tekan diperut, tidak ada lukan
dan benjolan pada perut, terdengar suara timpani pada saat di perkusi.
6) Sistem indra mata, terlihat simetris antara kiri dan kanan, bulu mata tebal dan alis tebal, ukuran
pupil isokor, tidak dapat dilakukan lapang pandang karena anak menangis. Hidung, tidak ditemukan
kelainan pada hidung, tidak terdapat polip, tidak ada secret, tidak ada mimisan. Telinga, terlihat
simetris antara telinga kiridan kanan, tidak ada benjolan , terdapat serumen sedikit, tidak ada
kesulitan saat mendengar.
7) Sistem saraf tidak dilakukan pengkajian dikarenakan klien
selalu rewel dan menangis.
8) Sistem muskuloskletal bentuk kepala lonjong, tidak ada
kesulitan bergerak, lutut tidak bengkak dan kaku, kaki tidak
bengkak dan kaku, tangan tidak bengkak dan kaku, tidak
menggunakan alat bantu untuk bergerak.
9) Sistem integumen rambut berwarna hitam lurus pendek, tidak
terdapat ketombe, kulit berwarna putih, tidak terdapat luka, suhu
38,5°c, kuku berwarna merah pucat dan kotor.
10) Sistem endokrin tidak ada ekresi urin berlebih, suhu tubuh
naik turun terakhir 38, 5°c, tidak ada riwayat air seni dikeliling
oleh semut.
11) Sistem reproduksi tidak dapat dilakukan pengkajian
dikarenakan klien rewel dan menangis.13) Sistem imun tidak ada
alergi cuaca maupun alergi bulu binatang, tidak alergi minuman
seperti susu maupun coklat.
Hematologi Lengkap Hasil Nilai normal
Hemoglobin 11,7 g/dL 10,7-17.3
Leukosit 7.50 10^3/µL 5,00-19,00
Eritrosit 4.10 10^/µL 4.00-550
Hematokrit 32.3 % 37,0-43,0
Trombosit 152 103/µL 150-450
Indeks eritrosit 83,9 fl 82,0-96.0
MCV 28,3 pg 27.0-96.0
MCH 33,0 g/L 32,0-37,0
MCHC
Hitung jenis 47 % 30-40
Neutrofil 31,9 % 2,0-40,0
Limfosit 4.1% 2,0-8.0
MXD
Kimia darah 46 mg/Dl 60-100
GDS
Pathway
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS:1) Ibu klien Dehidrasi Hipetermia berhubungan
mengatakan klien demam
sudah 2 hari
dengan peroses penyakit
2) Ibu klien mengatakan Terpapar lingkungan panas
klien kejang 1 kali
3) Ibu klien mengatakan
klien diberikan Ketidak sesuaian pakaian
paracetamol
DO:1) Suhu tubuh 38,5° C
dengan suhu lingkungan
2) Kulit teraba hangat
3) Klien terlihat lemas Aktifitas berlebihan

DS:1) Ibu klien Terpapar patogen Resiko cidera berbubungan


mengatakan klien dengan perubahan sensasi
demam sudah 2 hari
2) Ibu klien
Terpapar zat kimia toksik
mengatakan klien
kejang 1 kali Terpapar agen nosokomial
DO:1) Klien terlihat rewel
2) Suhu tubuh 38,5° C
3) Kulit teraba hangat Ketidakamanan transportasi
Data Etiologi Masalah
DS:1) Ibu klien mengatakan Ketidakmampuan Resiko defisit nutrisi
selera makan klien menurun menelan makanan berhubungan dengan
2) Ibu klien mengatakan porsi
yang dihabiskan klien 4-5
menurunnya selera
sendok Ketidakmampuan makan
DO:1) Klien terlihat sulit makan mencerna maknan
2) Porsi makan tidak dihabiskan
3) Bibir pecah-pecah
4) BB 7 kg Ketidakmampuan
mengabsobsi
metabolisme

DS:1) Ibu klien tidak Gangguan fungsi kognitif Kurang pengetahuan


mengetahui mengenai penyakit berhubungan dengan
anaknya
2) Ibu klien mengatakan tidak
Kurang terpapar kurang terpapar
mengetahui mengenai informasi informasi
penanganan ketika anaknya
kejang Kurang minat dalam
DO:1) Ibu klien terlihat
binggung belajar
2) Ibu klien terlihat bertanya
mengenai penyakit anaknya Ketidak tahuan
menemukan sumber
informasi
Diagnosa Keperawatan

1. Hipetermia berhubungan dengan peroses penyakit


2. Resiko cidera berhubungan dengan perubahan
sensasi
3. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan
menurunnya selera makan
4. Kurang pengetahun berhubungan dengan kurang
terpapar informasi
Perencanaan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
keperawatan
1 Hipetermi Tujuan dan kriteria (1) Observasi tanda 1.Anjurkan
hasil: setelah dilakukan tanda vital tirah baring
berhubungan tindakan keperawatan
dengan proses (2) Monitor suhu 2.Pendinginan
selama 2×24
tubuh oksternal
penyakit jam, diharapkan
masalah hipetermia (3) Anjurkan kompres mis.kompres
tidak efektif dapat air hangat dingin pada
teratasi dengan kriteria (4) Kolaborasi dengan dahi,leher,dada
hasil: dokter dalam ,abdomen,aksia
(1) Suhu tubuh dalam pemberian obat l
batas normal 36,5° C -
37,5° C
(2) Klien

terlihat rileks
2 Resiko cedera Tujuan dan kriteria hasil:
setelah dilakukan tindakan
(1) Identifikasi kebutuhan
keamanan pasien, sesuai
1.Edukasi
berhubungan keperawatan selama 2×24 dengan kondisi fisik dan keamanan anak
dengan
jam, diharapkan masalah fungsi kongnitif pasien dan 2.Identifikasi
resiko cedera dapat teratasi
riwayat penyakit terdahulu resiko
perubahan dengan kriteria hasil:
pasien
(1) Klien terbebas dari cedera
(2) Sediakan lingkungan yang 3.Manajemen
sensasi (2) Mampu menjelaskan
aman untuk pasien kejang
cara/metode untuk mencegah
cedera (3) Pasang side rail tempat 4.Pemberian
(3) Mampu memodifikasi gaya tidur
hidup untuk mencegah cedera (4) Anjurkan keluarga untuk obat
(4) Menggunakan fasilitas
No Diagnosa tujan intervensi rasional
keperawatan
3 Resiko defisit Tujuan dan kriteria hasil: (1) Identifikasi 1.Lakukan oral
nutrisi setelah dilakukan tindakan intake nutrisi hygine sebelum
berhubungan keperawatan selama 2×24 (2) Identifikasi makan,jika
jam diharapkan masalah
dengan resiko defisit nutrisi dapat
penyebab selera perlu
menurunnya teratasi dengan kriteria makan klien 2.Sajikan
selera makan hasil: menurun makanan secara
(1) Selera makan klien (3) Anjuran ibu klien menarik,dan
meningkat untuk memberi suhu yang sesuai
(2) Porsi makan dihabiskan makan sedikit tapi 3.Berikan
(3) Berat badan tidak sering makanan tinggi
mengalami penurunan
(4) Kolaborasi serat untuk
(4) Ibu memahami anjuran
yang diberikan pemberian obat mencegah
suplemen sesuai kanslipasi
indikasi
4 Kurang Tujuan dan kriteria hasil: (1) Identifikasi tingkat 1.Bimbingan
setelah dilakukan tindakan pengetahuan ibu klien
pengetahuan keperawatan selam 2×24 (2) Berikan penyuluhan
sistem
berhubungan jam, diharapkan masalah tentang penyebab, kesehatan
dengan kurang kurang pengetahuan dapat tanda dan gejala serta 2.Mobilitas
terpapar teratasi dengan kriteria pencegahan keluarga
hasil: (3) Beri kesempatan ibu
informasi (1) Keluarga menyatakan klien untuk bertanya 3.Pelibatan
pemahaman tentang (4) Anjurkan ibu klien keluarga
penyakit, kondisi, dan mengulangi kembali
pengobatan informasi yang
(2) Keluarga mampu diberikan
menjelaskan kembali apa
Implementasi & Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Hipetermia (1) Pukul 08:00 mengobservasi tanda tanda vital
Hasil: suhu tubuh 38,5° C, nadi 70 kali /menit dan
S : ibu klien mengatakan
berhubungan pernapasan 25kali /menit demam anaknya sudah
dengan (2) Pukul 08:05 memonitor suhu tubuh turun
Hasil: suhu tubuh 38,5° C
proses (3) Pukul 08 :10 menganjurkan kompres air hangat O : - suhu tubuh klien
penyakit Hasil: ibu klien terlihat mengompres anaknya 36,7°c, nadi 60 kali
(4) Pukul 14.00 menkolaborasi pemberian obat paracetamol
drop 0,8 cc /menit, respirasi 24
Hasil: klien terlihat rewel pada saat di berikan obat kali/menit
paracetamol
(5) Pukul 16.30 memberikan DN ½ sebanyak 16 tpm - klien terlihat rileks
Hasil: klien terlihat tidur dan suhu tubuh turun 37,5° C A : masalah teratasi
(6) Pukul 16.00 mengobservasi tanda-tanda vital
Hasil: suhu tubuh 38,2° C, nadi 81 kali/menit dan
P : intervensi dihentikan
pernapasan 26 kali/menit
(7) Pukul 16.05 menganjurkan kompres air hangat
Hasil: ibu klien terlihat mengompres anaknya

2 Resiko (1) Pukul 09.00 mengidentifikasi kebutuhan keamanan S : - ibu klien mengatakan anaknya
pasien, sesuai dengan aman dan terjaga
cedera kondisi fisik dan fungsi kongnitif pasien dan riwayat penyakit - ibu klien dapat menyebutkan
berhubungan terdahulu pasien kembali mengenai cara untuk
Hasil: ibu klien mengatakan anaknya aman dan terjaga
dengan (2) Pukul 09.05 sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
mencegah cedera
O : - terpasang side rail pada
perubahan dengan mengurangi
tempat tidur klien
pengunjung ang datang
sensasi. Hasil: klien terlihat nyaman - keluarga mampu memodifikasi
(3) Pukul 09.10 memasang side rail tempat tidur gaya hidup untuk mencegah cedera
Hasil: terpasang side rail pada tempat tidur klien A : masalah teratasi
(4) Pukul 09.45 menganjurkan keluarga untuk menemani P : intervensi dihentikan
pasien
Hasil: keluarga mengatakan selalu menemani pasien
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
3 Resiko defisit (1) Pukul 08.15 mengidentifikasi intake nutrisi
Hasil: ibu klien mengatakan selera makan
S : - ibu klien mengatakan
nutrisi klien menurun, ibu klien mengatakan selera makan klien masih sama
berhubungan porsi yang dihabiskan klien 4-5 sendok, klien - porsi makan tidak dihabiskan
dengan terlihat sulit makan, porsi makan O : berat badan tidak
tidak dihabiskan.
menurunnya (2) Pukul 08.20 identifikasi penyebab selera mengalami penurunan 7,5 kg
selera makan makan klien menurun A : masalah belum teratasi
Hasil: ibu klien mengatakan semenjak P : intervensi didelegasikan
anaknya sakit selera makan anaknya
menurun kepada perawat ruangan
(3) Pukul 10.25 menganjurkan ibu klien untuk (1) identifikas intake nutrisi
memberi makan sedikit tapi sering (2) identifikaasi penyebab
Hasil: ibu klien terlihat memberi makan
anaknya dengan bubur sedikit tetapi selera makan menurun
sering (3) timbang BB setiap hari
(4) kolaborasi pemberian obat
suplemen sesuai indikasi

3 Kurang (1) Pukul 10.30 mengkaji tingkat pengetahuan


ibu
S : - ibu klien mengatakan
pengetahuan Hasil: ibu klien mengatakan tidak mengetahui mengerti tentang penyebab,
berhubungan tentang penyakit anaknya tanda dan gejala serta
dengan kurang (2) Pukul 10.35 memberikan penyuluhan pencegahan tentang penyakit
tentang penyebab, tanda dan gejala serta
terpapar pencegahan anaknya
informasi Hasil: ibu klien terlihat memperhatikan O : ibu klien terlihat dapat
perawat menyampaikan informasi menjelaskan kembali tanda dan
(3) Pukul 10.45 memberikan kesempatan ibu
klien untuk bertanya gejala dari kejang
Hasil: ibu klien terlihat bertanya kepada deman walaupun menggunakan
perawat mengenai penyakit anaknya bahasa sendiri.
(4) Pukul 10.45 menganjurkan ibu klien
mengulangi kembali informasi yang A : masalah teratasi
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai