Anda di halaman 1dari 13

UJIAN MID SEMESTER

DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA


NAMA : NIA IRMAYA
NIM : 8206172031
KELAS/PRODI : B-2/ PENDIDIKAN MATEMATIKA
DOSEN PENGAMPU : MANGARATUA SIMANJORANG, M.Pd

1. Uraikan pendapat anda tentang bagaimana pemahaman akan


karakteristik matematika membantu dalam perancangan pembelajaran
matematika.
Jawaban :
Adanya karakteristik matematika (sebagai ilmu) seperti terurai pada Bab II
berdampak pada pengelolaan pembelajaran matematika di sekolah, terutama
dalam kegiatan pembelajaran.Mengingat bahwa objek matematika yang
dipelajari siswa adalah objek mental atau objek pikiran, maka secara umum
pengelolaan pembelajaran matematika harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan mental (intelektual) siswa. Menurut Sumardiyono (2004) paling
sedikit ada 4 implikasi dari karakteristik matematika terhadap pembelajaran
matematika di sekolah, yaitu : penyajian, pola pikir, semesta pembicaraan,
tingkat keabstrakan.
1. Urutan sajian belajar matematika:

Matematika yang dipelajari siswa harus disesuaikan urutannya sesuai


dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Siswa belajar hal-hal yang
sederhana menuju ke hal yang lebih kompleks. Contoh: siswa belajar
penjumlahan terlebih dahulu, baru kemudian belajar perkalian (yang lebih
kompleks dari penjumlahan) berdasar pemahaman tentang penjumlahan.
2. Pemanfaatan media pembelajaran matematika:

Mengingat bahwa objek kajian matematika bersifat abstrak maka perlu


diturunkan tingkat keabstrakannya, terutama bagi siswa yang tahap
perkembangannya masih dalam tahap operasional konkret. Hal itu
dimaksudkan agar objek matematika mudah dipahami siswa. Penurunan tingkat
keabstrakan objek matematika itu dapat dilakukan dengan pemanfaatan media
pembelajaran dalam proses pembelajaran, misalnya benda-benda konkret, alat
peraga matematika, cerita atau peristiwa dalam kehidupan sehari-hari . Contoh:
Simbol bilangan 2 yang melambangkan benda sebanyak dua dipelajari dengan
perantara benda-benda konkret di sekitar siswa. Operasi perkalian dipelajari
dengan perantara benda konkret yang dikelompok-kelompokkan, misalnya 2 × 3
dipelajari melalui dua kelompok benda yang masing-masing kelompok terdiri
dari 3 benda. Makna perkalian dalam kehidupan dapat dipelajari melalui
peristiwa sehari-hari, misalnya: perbedaan 1 × 3 dan 3 × 1 diceritakan dari
aturan minum obat yang diberikan dokter (dalam resep/kantong obat) atau dari
susunan tempat duduk menurut baris dan kolom. Konsep segitiga dipelajari
dengan perantara benda konkret berbentuk segitiga atau alat peraganya. Sifat-
sifat persegi panjang diselidiki dengan bantuan benda konkretnya atau
modelnya (alat peraganya).
3. Pola pikir yang dikembangkan dalam belajar matematika

Pola pikir yang dianut dalam matematika adalah pola pikir deduktif. Namun
demikian untuk kepentingan pendidikan, belajar matematika tidak harus selalu
dengan pola pikir deduktif. Pola pikir induktif dapat pula diterapkan. Pola pikir
induktif adalah pola pikir yang didasarkan pada hal- hal khusus kemudian
diterapkan pada hal umum. Siswa usia SD dan SMP pada umumnya belajar
matematika dengan pola pikir induktif karena disesuaikan dengan tingkat
perkembangan intelektualnya (walaupun pola pikir deduktif sederhana juga
dapat diterapkan). Dengan pola pikir induktif, siswa SD dan SMP akan lebih
mudah menangkap pengertian dari objek matematika yang dipejari. Semakin
tinggi jenjang pendidikan maka semakin sedikit pola pikir induktif yang
diterapkan dalam belajar matematika.
4. Tahap pengenalan semesta pembicaraan dalam belajar matematika:

Kompleksitas semesta pembicaraan matematika yang dikenalkan kepada


siswa disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelektual siswa. Urutan
kompleksitas semesta pembicaraan dikenalkan secara bertahap dari kelas lebih
rendah menuju ke kelas yang lebih tinggi. Contoh: Siswa SD hanya belajar
bilangan rasional yang terdiri dari bilangan bulat dan bilangan pecahan. Operasi
hitung bilangan yang dikenalkan di SD adalah operasi +, -, ×, : , pangkat dan
penarikan akar untuk pangkat dua dan tiga saja. Operasi menyangkut bilangan
bulat negatif hanya untuk penjumlahan dan pengurangan saja.
5. Kemampuan-kemampuan yang dipelajari dalam matematika saling
terkait:

Pernyataan-pernyataan dalam matematika diperoleh melalui pola pikir


deduktif, artinya kebenaran suatu pernyataan dalam matematika harus
didasarkan pada pernyataan matematika sebelumnya yang telah diakui
kebenarannya. Selain itu sistem dalam matematika menganut hukum
konsistensi. Hal itu menyebabkan struktur materi matematika tersusun sangat
hirarkis, yaitu antar materi saling terkait. Akibatnya, dalam belajar matematika
terjadi bahwa penguasaan suatu kemampuan akan berpengaruh langsung
terhadap penguasaan kemampuan yang dipelajari berikutnya. Contoh: Ketika
siswa belajar menjumlah bilangan 2 angka dengan bilangan 3 angka (misalnya
23 + 345) maka pemahamannya akan dipengaruhi oleh seberapa jauh
penguasaannya dalam: (1)menjumlah dasar (bilangan satu angka dijumlah
dengan bilangan satu angka, misalnya 3 + 5), (2) pemahaman nilai tempat
(satuan, puluhan, ratusan) dan (3) algoritma menjumlah. Ketika siswa belajar
tentang sifat-sifat bangun balok maka pemahamannya tak dapat lepas dari
pemahamnnya terhadap sifat-sifat persegi panjang dan unsur-unsur bangun
ruang secara umum.
Pemahaman Konsep
Prinsip utama dalam pembelajaran matematika saat ini adalah untuk
memperbaiki dan menyiapkan aktifitas-aktifitas belajar yang bermanfaat bagi
mahasiswa yang bertujuan untuk beralih dari mengajar matematika ke belajar
matematika. Keterkaitan siswa secara aktif dalam pembelajaran harus
disediakannya aktifitas belajar yang khusus sehingga dapat melakukan
matematika untuk menemukan dan membangun matematika dengan fasilitas
oleh guru.
Pada pembelajaran matematika, peserta didik dituntut untuk
meningkatkan pemahaman konsep. Karena, tanpa pemahaman peserta didik
tidak dapat mengaplikasikan prosedur, konsep ataupun proses serta peserta
didik tidak mengerti hubungan atau korelasi apa yang ia pelajari dengan
kehidupan nyata. Dengan menguasai konsep, peserta didik akan dapat
menggolongkan dan mengetahui sifat menurut konsep itu.
Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman konsep merupakan
bagian yang sangat penting. Pemahaman konsep matematik merupakan
landasan penting untuk berpikir dalam menyelesaikan permasalahan
matematika maupun permasalahan seharihari. Menurut Schoenfeld (1992)
berpikir secara matematik berarti (1) mengembangkan suatu pandangan
matematik, menilai proses dari matematisasi dan abstraksi, dan memiliki
kesenangan untuk menerapkannya, (2) mengembangkan kompetensi, dan
menggunakannya dalam dalam pemahaman matematik. Implikasinya adalah
bagaimana seharusnya guru merancang pembelajaran dengan baik,
pembelajaran dengan karakteristik yang bagaimana sehingga mampu membantu
siswa membangun pemahamannya secara bermakna.
Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu mendefinisikan
konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep,
mengembangkan kemampuan koneksi matematik antar berbagai ide, memahami
bagaimana ide-ide matematik saling terkait satu sama lain sehingga terbangun
pemahaman menyeluruh, dan menggunakan matematik dalam konteks di luar
matematika. Sedangkan siswa dikatakan memahami prosedur jika mampu
mengenali prosedur (sejumlah langkahlangkah dari kegiatan yang dilakukan)
yang didalamnya termasuk aturan algoritma atau proses menghitung yang
benar.
2. Buatlah contoh masalah yang dapat digunakan dalam Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM), dan jelaskan bagaimana contoh tersebut
memenuhi karakteristik masalah PBM.
Jawaban :
Soal Matematika
Perhatikan soal berikut.
Budi memelihara ikan di kola belakang rumahnya. Ia
memelihara ikan mas dan ikan koi dalam satu kolam.
Jumlah seluruh ikan mas dan ikan koi di kolam ada 30
ekor. Jika banyak ikan mas adalah dari banyak ikan koi.

Ada berapa ikan mas dalam kolam tersebut?


Untuk menyelesaikan soal yang terbentu masalah di atas, diperlukan langkah-
langkah pemecahan masalah dalam strategi pemecahan masalahnya.
1) Memahami masalahnya
Pada tahap ini, siswa harus dapat menentukan hal-hal yang diketahui,
hal-hal yang ditanyakan. Siswa membuat konsep seperti diagram atau tabel
sebagai alat antu. Agar hal tersebut untk mempermudah dalam memahami
masalahnya dan mempermudah mendapatkan gambaran umum
penyelesaiannya. Maka soal di atas untuk ditanyakan dan diketahui ialah :
a. Diketahui : jumlah ikan koi dan ikan mas dalam kola 30 ekor, banyak ikan
mas adalah dari banyak ika koi

b. Ditanyak : ada berapa ikan mas dalam kolam tersebut?


2) Merencanakan cara penyelesaian
Dalam tahap ini siswa dapat menentukan strategi yang sesuai untuk
memecahkan masalah diatas, apa yang harus dilakukan? Apakah dengan
menebak dan memerika? Apakah dengan membuat gambar?
3) Strategi menebak dan menguji
Jika jumlah ikan koi dan ikan mas dalam kolam 30 ekor dan banyak ikan
mas adalah dari banyak ikan koi, maka setiap bilangan yang menunjukkan

banyak ikan koi apabila dikombinasikan dengan bilangan yang menunjukkan


banyak ikan mas jumlahnya 30 dengan ketentuan jumlah ikan mas lebih sedikit
dari pada ikan koi.
a. Jumlah ikan ko da ikan mas 30 ekor. Andaikan banyk ikan mas 15 ekor,
maka banyak ikan koi adalah 30 – 15 – 15. Jadi banyak ikan koi adalah 15
ekor (ini sudah bertentangan karena banyak ikan mas kurang dari ikan
koi, jadi tidak mungkin sama), maka ini bukan penyelesaiannya.
b. Andaikan banyak ikan mas 14, maka banyak ikan koi adalah 30 – 14 – 16.
Jadi banyak ikan koi adalah 16 ekor (ini mungkin penyelesaianya, karena
ikan mas lebih besar dari ikan koi).
Cek jawaban :
Perbandingan banyak ikan mas dengan ikan koi adalah atau (ini tidak

sesuai dengan yg diketahui yaiu banyak ikan mas adalah bnyak ikan koi. Jadi

banyak ikan mas 14 ekor dan banyak ikan koi 16 ekor bukan dari penyelesaian.
Dapat dilihatkan dalam bentuk tabel
Banyak ikan mas Banyak ikan koi Jumlah Keterangan
15 15 30 Tidak mungkin (TM)
14 16 30 Mungkin (M)
Strategi membuat gambar
Banyak Ikan Koi

Banyak Ikan Mas

Perbandingan banyak ikan mas dan ikan koi adalah . Jelas , dan

. Disediakan 2 kotak untuk ikan mas dan 3 kotak untuk ikan koi,
masing-masing kotak berisi 6 ekor ikan .
4) Melaksanakan rencana
Pada tahap ini melaksanakan rencana pemecahan masalah setiap kali
mengecek kebenaran disetiap langkah.
a. Strategi menebak dan menguji
Pengisian tabel kombinasi bilangan yang mungkin terjadi.
Ikan Mas 15 14 13 12 11 10 9 8 7 ...

Ikan Koi 15 16 17 18 19 20 21 22 23 ...

Jumlah 30 30 3 30 30 30 30 30 30

Keterangan TM M M M M M M M M M

Cek jawaban :
1. Andaikan banyak ikan mas 14 ekor dan ikan koi 16 ekor maka
perbandingan banyak ikan mas dengan ikan koi adalah atau (ini tidak

sesuai dengan yg diketahui yaiu banyak ikan mas adalah bnyak ikan koi.

2. Andaikan banyak ikan mas adalah 13 ekor dan ikan koi 17 ekor (tidak
mungkin karena kedua bilangan hanya memiliki 1 faktor yng sama yaiu 1)
3. Andaikan banyak ikan mas 12 ekor dan ikan koi 17 ekor maka
perbandingan banyak ikan mas dengan ikan koi adalah atau (ini

sesuai dengan yg diketahui yaiu banyak ikan mas adalah bnyak ikan koi.

4. ndaikan banyak ikan mas 11 ekor dan ikan koi 19 ekor maka
perbandingan banyak ikan mas dengan ikan koi adalah atau (ini tidak

sesuai dengan yg diketahui yaiu banyak ikan mas adalah bnyak ikan koi.

Dari tabel di atas, tampak bahwa apabila banyak ikan mas lebih dari 12
dna kurang dari 12 tidak memenuhi syarat bahwa banyak ikan mas adalah dari

banyak ikan koi. Jadi banyak ikan mas dan ikan koi yang memenuhi syarat
adalah banyak ikan mas adalah 12 ekor dan banyak ikan koi adalh 18.
b. Strategi membuat gambar
Banyak Ikan Koi

Banyak Ikan Mas


Banyak ikan koi dan banyak ikan mas seluruhnya adalah 30, maka
masing-masing kolam berisi 30 : 5 = 6 ekor ikan. Jadi banyak ikan mas adalah
, banyak ikan koi adalah
5. Menafsirkan atau mengecek hasil
Pada tahap ini siswa harus memeriksa hasil yang diperoleh. Hasil
tersebut disesuaikan dengan masalahnya.
a. Strategi menebak dan menguji
Dari tabel dan dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
apabila jumlah ikan koi dan ikan mas dalam kolam adalah 30 ekor, sedangkan
banyak ikan mas adalah dari banyak ikan koi, maka banyak ikan mas = 12 ekor

dan ikan koi = 18 ekor , karena

b. Strategi membuat gambar


Dari hasil perhitungan diatas, tampak bahwa banyak ikan mas dan ikan
koi = 30 didapat hasil banya ikan mas 12 ekor dan ikan koi 18 ekor , dan
memenuhi syarat bahwa atau banyak ikan mas adalah dari

banyak ikan koi .


3. Apa yang perlu diperhatikan dalam merancang masalah untuk
pembelajaran Matematika Realistik?
Jawaban :
Dalam merancang masalah untuk pembelajaran matematka realistik
maka harus memperhatikan karakteristik dari realistik metmatika itu sendiri.
Berikut Karakteristik Realistic Mathematics Education (RME) yang dijadikan
pedoman dalam merancang pembelajaran Realistik Matematika.
Menurut Treffers, karakteristik Realistic Mathematics Education
(RME) adalah menggunakan dunia nyata, model-model, produksi dan konstruksi
siswa, interaktif dan keterkaitan (intertwinment) unit belajar. Penjelasan
masing-masing karakteristik adalah sebagai berikut (Suharta, 2001:3-5):

1. Menggunakan dunia nyata. Pembelajaran matematika tidak dimulai


dari sistem formal, tetapi diawali dengan masalah kontekstual (dunia
nyata). Dimana dalam hal ini siswa menggunakan pengalaman
sebelumnya secara langsung. Pembelajaran harus dimulai dari masalah
yang diambil dari dunia nyata. Masalah yang digunakan sebagai titik awal
pembelajaran harus nyata bagi siswa agar mereka dapat langsung terlibat
dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman mereka. Sebab
pembelajaran yang langsung diawali dengan matematika formal
cenderung menimbulkan kecemasan matematika (mathematics anxiety).
2. Menggunakan model-model. Istilah model berkaitan dengan model
situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri
(self developed models). Peran self developed models merupakan
jembatan bagi siswa dari situasi konkret ke situasi abstrak atau dari
situasi informal ke situasi formal. Dunia abstrak dan nyata harus
dijembatani oleh model. Model harus sesuai dengan abstraksi yang harus
dipelajari siswa. Model dapat berupa keadaan atau situasi nyata dalam
kehidupan siswa. Model dapat pula berupa alat peraga yang dibuat dari
bahan-bahan yang juga ada di sekitar siswa.
3. Menggunakan produksi dan konstruksi siswa. Siswa memiliki
kesempatan untuk mengembangkan strategi-strategi informal dalam
memecahkan masalah yang dapat mengarahkan pada pengkonstruksian
prosedur-prosedur pemecahan. Dengan produksi dan konstruksi, siswa
terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang siswa anggap
penting dalam proses belajar. Dengan bimbingan guru, siswa diharapkan
dapat menemukan kembali konsep matematika dalam bentuk
formal. Siswa memiliki kebebasan untuk mengekspresikan hasil kerja
mereka dalam menyelesaikan masalah nyata yang diberikan guru. Siswa
memiliki kebebasan untuk mengembangkan strategi penyelesaian
masalah sehingga diharapkan akan diperoleh berbagai varian dari
pemecahan masalah tersebut.
4. Menggunakan Interaktif. Interaksi antar siswa dan dengan guru
merupakan hal yang sangat mendasar dalam proses pembelajaran
matematika realistis. Proses pembelajaran harus interaktif. Interaksi baik
antar guru dan siswa maupun siswa dengan siswa merupakan elemen
yang penting dalam pembelajaran matematika. Siswa dapat berdiskusi
dan bekerja sama dengan siswa lain, bertanya, dan menanggapi
pertanyaan serta mengevaluasi pekerjaan mereka.
5. Keterkaitan (intertwinment) unit belajar. Dalam pembelajaran
matematika realistis, unit-unit matematika berupa fenomena-fenomena
belajar saling berkaitan dan sangat diperlukan sekali. Dengan keterkaitan
ini akan memudahkan siswa dalam proses pemecahan masalah.
Hubungan diantara bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin
ilmu lain, dan dengan masalah lain dari dunia nyata diperlukan sebagai
satu kesatuan yang saling terkait dalam menyelesaikan masalah.
4. Uraikan dampak instruksional Model Pembelajaran Kooperatif dan
bagaimana desain pembelajaran kooperatif itu sendiri mendukung
tercapainya dampak instruksional tersebut.
Jawaban :
Komponen Model Pembelajaran Kooperatif
1. Sintaks Pembelajaran
Sintakmatik adalah langkah-langkah tindakan atau rangkaian
kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran. Sintakmatik merupakan
urutan langkah yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
mengorganisasikan kegiatan pembelajaran sesuai dengan hasil penelitian
penemu sebuah model. Arends (2008:21) menuliskan sintakmatik
pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
Tahap 1: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan establishing set
Tahap 2: Menyampaikan presentasi
Tahap 3: Membagi siswa ke dalam kelompok kooperatif
Tahap 4: Membimbing kerja kelompok
Tahap 5: Melakukan evaluasi
Tahap 6: Memberikan penghargaan
2. Sistem Sosial
Sistem sosial di dalam model pembelajaran menjelaskan peran siswa
dan guru, hubungan diantara keduanya serta norma yang mendukungnya
dalam pembelajaran. Model ini menghendaki adanya peran guru sebagai
fasilitator dan pembimbing dalam kegiatan pembelajaran siswa yang
kooperatif, guru merupakan pengendali dalam kegiatan belajar pada setiap
tahapnya dan memberikan penghargaan di akhir pembelajaran.
3. Prinsip reaksi
Prinsip reaksi dalam model pembelajaran kooperatif terlihat dari
kegiatan siswa yang saling bekerja sama. Siswa berdiskusi saling bahu-
membahu menyelesaikan masalah dalam kelompok.
Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang menggambarkan
bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa. Dalam
model pembelajaran kooperatif, peran guru adalah sebagai berikut.
a) Membangun ikatan emosional, yaitu dengan menciptakan suasana
belajar yang kondusif dan menyenangkan dalam kegiatan
pembelajaran.
b) Berperan sebagaipendamping, pembimbing, fasilitator dan motivator,
bukan menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan utama bagi
siswa.
c) Harus mampu menciptakan suasana psikologis yang dapat
membangkitkan respon siswa.
d) Menekankan pentingnya bekerjasama secara kooperatif dalam
kelompok masing-masing untuk mencapai tujuan pembelajaran,
termasuk upaya meningkatkan keterampilan kooperatif siswa.
e) Memberikan bantuan terbatas pada siswa yang membutuhkan
bantuan. Bantuan tersebut dapat berupa pertanyan untuk membuka
wawasan siswa.

4. Sistem Pendukung
Sistem pendukung menjelaskan syarat-syarat yang diperlukan dalam
suatu model. Model kooperatif menghendaki kerja kelompok dengan
anggota 4-6 siswa dengan kemampuan akademik yang merata sehingga
dituntut untuk duduk dalam kelompok. Yang dibutuhkan dari seorang guru
dalam pembelajaran kooperatif adalah perhatian kepada siswa supaya
tugas kooperatif berjalan dengan baik. Model pembelajaran ini dalam
pelaksanaannya memerlukan sarana, bahan, dan alat yang dapat
menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan sehingga dapat
merubah lingkungan belajar yang semula membosankan menjadi lebih
menarik dan dapat menumbuhkan semangat belajar siswa. Tetapi tidak
memerlukan fasilitas pendukung khusus seperti peralatan khusus atau
ruangan khusus melainkan hanya meja-meja yang akan dipakai pada
saat game tournament, buku-buku yang menyangkut materi yang
dipelajari, Lembar Percobaan, LKS dan buku penunjang yang relevan.
5. Dampak Instruksional
Dampak instruksional diperoleh melalui arahan-arahan dalam
pembelajaran. Arends (2008:5) mengungkapkan bahwa dampak yang
diperoleh dalam pembelajaran kooperatif setidaknya untuk mencapai 1)
prestasi akademis, 2) toleransi dan penerimaan terhadap keaneka-
ragaman, dan 3) pengembangan keterampilan sosial. Slavin (2009:33)
menambahkan bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan
pemahaman untuk menjadi anggota masyarakat memiliki kontribusi yang
memadai dalam kehidupan sosial, dengan peningkatan pencapaian prestasi
akademis siswa.

Anda mungkin juga menyukai