KAJIAN TEORI
5
kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas
pembelajaran (Sudjana, 2002 : 39).
"Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan
lingkungannya" (Ali Muhammad, 2004 : 14). Perubahan perilaku dalam proses
belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya
berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila
terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam
diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki
oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas, hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal)
dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran
yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
2.2 Matematika
A. Pengertian Matematika
Matematika adalah disiplin ilmu yang berdiri sendiri
dalam mempelajari hal yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika
merupakan salah satu pengetahuan tertua dan dianggap sebagai induk atau alat
dan bahasa dasar banyak ilmu. Matematika terbentuk dari penelitian bilangan dan
ruang yang merupakan suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri dan tidak
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam. Istilah matematika
(Indonesia) mathematics (Inggris), mathematik (Jerman), mathematique (Perancis)
6
matematico (Itali), matematiceski (Rusia), mathematick atau wiskunde (Belanda)
berasal dari bahasa Yunani: mathematikos yaitu ilmu pasti, dari kata mathema
atau mathesis yang berarti ajaran, pengetahuan, atau ilmu
pengetahuan. Matematika menurut bahasa Latin (manthanein atau mathema)
yang berarti belajar atau hal yang dipelajari, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran.
Matematika pada suatu tingkat rendah terdapat ilmu hitung, ilmu ukur dan
aljabar (bagian dari matematika dan perluasan dari ilmu hitung, yang banyak
digunakan diberbagai bidang disiplin lain, misal fisika, kimia, biologi, teknik,
komputer, industri, ekonomi, kedokteran dan pertanian).
Banyak cabang Matematika baru yang bertambah seperti:
a) Topologi (cabang-cabang matematika yang mempelajari posisi dan posisi
relatif unsur-unsur dalam himpunan),
b) Mekanika (suatu cabang ilmu yang mempelajari kerjagayaterhadap benda,
kesetimbangan dan gerakan),
c) Dinamika (mempelajari penyebab dan sebab benda-benda nyata bergerak),
d) Statistika (cabang matematika yang menangani segala macam data numeris
yang penting bagi masalah dalam berbagai cabang kehidupan manusia, misal
cacah jiwa, angka kematian, angka produktivitas, pertanian, angka
perdagangan),
e) Peluang (kebolehjadian atau angka banding banyaknya cara suatu kejadian
dapat muncul dan jumlah banyaknya semua kejadian yang dapat muncul),
f) Analisis (cara memeriksa suatu masalah, untuk menemukan semua unsur dasar
dan hubungan antara unsur-unsur yang bersangkutan),
g) serta logika, ilmu ukur segitiga, dan banyak lagi yang lainnya.
B. Pembelajaran Matematika
Pengertian Matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-
bilangan tetapi lebih luas berhubungan dengan alam semesta. The Liang Gie
mengutip pendapat seorang ahli matematika bernama Charles Edwar Jeanneret
yang mengatakan: ”Mathematics is the majestic structure by man to grant him
comprehension of the universe”, yang artinya matematika adalah struktur besar
yang dibangun oleh manusia untuk memberikan pemahaman mengenai jagat raya.
7
Dalam belajar matematika diperlukan pemahaman dan penguasaan materi
terutama dalam membaca simbol, tabel dan diagram yang sering digunakan dalam
matematika serta struktur matematika yang kompleks, dari yang konkret sampai
yang abstrak, apalagi jika yang diberikan adalah soal dalam bentuk cerita yang
memerlukan kemampuan penerjemahan soal ke dalam kalimat matematika dengan
memperhatikan maksud dari pertanyaan soal tersebut.
Belajar matematika merupakan belajar bermakna, dalam arti setiap konsep
yang dipelajari harus benar-benar dimengerti/dipahami sebelum sampai pada
latihan yang aplikasinya pada materi dan kehidupan sehari-hari.
8
D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika Kelas IV
Semester 2
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Matematika
tentang pecahan kelas IV Semester 2 dapat dilihat pada tabel 2.1, di bawah ini:
Tabel 2.1 SK dan KD Matematika Kelas IV Semester 2
9
ini adalah dapat melibatkan seluruh peserta didik dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain (Zaini, 2008:56).
Dengan demikian dapat disimpulkan Model Pembelajaran tipe Jigsaw
merupakan strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-
kelompok yang disebut “kelompok asal”. Kemudian siswa juga menyusun
“kelompok ahli” yang terdiri dari perwakilan “kelompok asal” untuk belajar
dan/atau memecahkan masalah yang spesifik. Setelah “kelompok ahli” selesai
melaksanakan tugas maka anggota “kelompok ahli” kembali ke kelompok asal
untuk menerangkan hasil pekerjaan mereka di “kelompok ahli” tadi. Artinya
siswa-siswa yang memiliki kemampuan lebih di kelompoknya akan membimbing
siswa-siswa dengan kemampuan rendah di kelompok lain.
b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Isjoni (2009: 63), kelebihan dan kekurangan pembelajaran
kooperatif Jigsaw adalah sebagai berikut:
Kelebihan pembelajaran kooperatif Jigsaw antara lain:
1. Memacu siswa untuk lebih aktif, kreatif serta bertanggung-jawab terhadap
proses belajarnya.
2. Mendorong siswa untuk berfikir kritis
3. Memberi kesempatan setiap siswa untuk menerapkan ide yang dimiliki untuk
menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain dalam kelompok
tersebut.
4. Diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja tetapi semua siswa dituntut
untuk menjadi aktif dalam diskusi tersebut.
Disamping kelebihan dari pembelajaran kooperatif Jigsaw juga ada
kekurangannya yaitu:
1. Kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibanding
metode yang lain
2. Bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok
membutuhkan penanganan yang berbeda
Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan
yang muncul dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
10
1. Pengelompokan dilakukan terlebih dahulu, mengurutkan kemampuan belajar
siswa dalam kelas.
2. Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi pertama kembali ke kelompok asal
yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan
materi yang menjadi tugas mereka.
Berdasarkan kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa masing-masing
metode mempunyai kelemahan dan kelebihan. Begitu juga dengan metode
pembelajaran jigsaw juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Salah satu
kelemahan jigsaw adalah membutuhkan waktu yang lama selain itu guru dituntut
mempunyai kemampuan yang lebih. Tetapi disisi lain jigsaw memiliki kelebihan
yaitu siswa menjadi lebih aktif dan kritis.
b. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dalam
Pembelajaran Matematika
Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang
sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli
(Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian
materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok
asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas
dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai
dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran,
maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa
dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli
akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh
11
atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik
yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
3. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan
pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok
yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi
pembelajaran yang telah didiskusikan.
4. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
5. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya.
6. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi
pembelajaran.
7. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru
maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
12
II kehadiran siswa sebesar 95,37 %, aktivitas belajar siswa mencapai 82,65 %
atau dengan kriteria sangat tinggi, rata-rata hasil belajar siswa 77,06, ketuntasan
belajar siswa secara klasikal 88,24 %, dan skor performansi guru 83,63. Hal
tersebut menunjukkan adanya peningkatan, baik pada aktivitas dan hasil belajar
siswa maupun pada performansi guru dari siklus 1 ke siklus II. Berdasarkan hasil
penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 04 Bulu Pemalang serta performansi guru dalam pembelajaran. Untuk itu,
sebaiknya guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam
melakukan proses pembelajaran IPS.
Penelitian lain yang juga mendukung temuan di atas adalah penelitian
dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPA Kelas V SD Negeri 1 Kaur Selatan
Kabupaten Kaur” yang ditulis Mardiana (2014). Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar IPA siswa Kelas V SD Negeri 1 Kaur Selatan
Kabupaten Kaur melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw dan untuk
meningkatkan aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini
terdiri atas dua Siklus, dimana tiap Siklusnya terdiri atas perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini pada
siklus I observasi terhadap aktivitas guru skor 32 dengan kategori baik, meningkat
pada siklus II menjadi 35 dengan kategori baik, observasi aktivitas siswa skor 31
dengan kategori baik meningkat pada siklus II menjadi 35 dengan kategori baik,
hasil belajar siswa nilai rata-rata 81,4 dengan ketuntasan 71,4 %, meningkat pada
siklus II nilai rata-rata 90,7 dengan ketuntasan 89,2 %.Berdasarkan hasil
penelitian tersebut melalui penerapan kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan
aktivitas dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar IPA siswa Kelas V SD
Negeri 1 Kaur Selatan Kabupaten Kaur.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang telah diuraikan di atas,
ditemukan suatu korelasi yang kuat bahwa penggunaan Model Pembelajaran
Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada Matematika pokok bahasan
pecahan. Untuk menguji keefektifan tindakan ini dalam meningkatkan hasil
belajar siswa maka perlu dilakukan penelitian tindakan kelas.
13