Anda di halaman 1dari 41

KARAKTERISTIK

PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

Di susun Oleh :
1. Mimin Fajriyatin 20227270065
2. Dea Rahmah Dayanti 20227270100
3. Nova Setiawan 20227270115
4. Ika Yuliana
20227270167
5. Darmawan Febrianto 20227270189
POKOK BAHASAN
1. PENGERTIAN MATEMATIKA

2. KARAKTERISTIK DAN RUANG LINGKUP PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

3. MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

4. IMPLIKASI KARAKTERISTIK MATEMATIKA


TERHADAP PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
1 PENGERTIAN
MATEMATIKA
Berasal dari bahasa Yunani "mathematikos"
Menurut Rey's dkk Matematika adalah telaahan tentang
yang artinya berhubungan dengan
pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu
pembelajaran seni, suatu bahasa dan suatu alat.
Menurut James dan James Matematika adalah ilmu tentang
logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep
yang berhubungan dengan satu sama lain Menurut Kline Matematika itu bukan pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri

Menurut Johnson dan Rising Matematika adalah pola pikir,


pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis.
Adapun pengertian
Matematika menurut
1. Cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
Soedjadi (dalam
2. Ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak
Susanah) 3. Ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan hubunganya

4. Ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi

5. Ilmu tentang struktur yang terorganisir

6. Ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, dan besaran.

Terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan

geometri
Dari pengertian-pengertian para ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa matematika adalah
cabang ilmu yang mempelajari tentang
bilangan dari yg tidak terdefinisi sampai
terdefinisi. Selain itu juga mempelajari
tentang pengukuran dan letak secara
sistematis dan terorganisir.
2
KARAKTERISTIK DAN RUANG
LINGKUP PEMBELAJARAN
B o o k
MATEMATIKA
t i t l e
A.KARAKTERISTIK
PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
1)Karakteristik Pembelajaran Matematika
2)Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
1) Karakteristik Pembelajaran
Matematika

a) Pembelajar b) c) d)
an Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran
. Matematika Matematika Matematika
Matematika
Berjenjang Mengikuti Menekankan
Menganut
(Bertahap) Metode Spiral Pola Pikir
Deduktif Kebenaran
Konsistensi
Selanjutnya, sebagai upaya mensinkronkan antara materi ajar,
peserta didik, fasilitas dan kondisi lingkungan adalah
merupakan kreativitas seorang guru dalam perancangan
pembelajaran yang sesuai dalam hal pemilihan:
1.Model pembelajaran
2.Pendekatan pembelajaran
3.Strategi pembelajaran
4.Metode pembelajaran
5.Teknik pembelajaran
6.Taktik pembelajaran
2) Peran Guru dalam Proses
Belajar Mengajar
Menurut Adam dan Decey (dalam Usman,
2003) mengemukakan peranan guru dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
a. Guru sebagai Demonstrator’
b.Guru sebagai Evaluator
c. Guru sebagai Pengelola Kelas
d.Guru sebagai Fasilitator
B. RUANG LINGKUP
PEMBELAJARAN
1)Ruang Lingkup
MATEMATIKA Materi Matematika
2)Standar Kompetensi Bahan Kajian
Matematika
3)Aspek Pemilihan Materi Matematika
1)Ruang Lingkup Materi
a.Kompetensi
Matematika Aljabar
b.Pengukuran dan Geometri
c.Peluang dan Statistika
d.Trigonometri
e.Kalkulus
2) Standar Kompetensi Bahan Kajian
Matematika
Standar Kompetensi bahan kajian Matematika sekolah yang diharapkan dapat tercapai dalam
belajar matematika mulai dari SD/MI sampai jenjang SMA sederajat adalah sebagai berikut:
a) Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan
antara konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan
masalah.
b) memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, grafik atau
diagram untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
c) menggunakan penalaran pada pola, sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
d) menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan) menafsirkan dan
menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.
3) Aspek Pemilihan Materi
Matematika
a)Bilangan
b)Mengidentifikasi bangun datar dan
.

ruang menurut sifat, unsur atau


kesebangunan
c)Peluang dan Statistika
3 MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Model pembelajaran sebagai


kerangka yang memberikan gambaran
sistematis serta membantu siswa dan
guru mencapai tujuan belajarnya.
Model pembelajaran menjadi suatu pola
rancangan atau petunjuk
perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran. Model pembelajaran
sebagai kerangka kerja yang
mendeskripsikan secara detail
mendeskripsikan mengenai persiapan
dan pelaksanaan pembelajaran
(Fadillah, 2019).
Bagan hirarki komponen proses pembelajaran (Sudrajat, 2008)
Dalam prakteknya, guru harus ingat bahwa tidak

ada model pembelajaran yang paling tepat untuk


segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam
memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan
ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru
itu sendiri (Fathurrohman,2015).
● Menurut (Rizki, 2020) beberapa model pembelajaran
yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa yaitu :

Model 1 2 3
pembelajaran
Model
pembelajaran Model
kooperatif yang
pembelajaran
terdiri dari tipe Problem
STAD, Talking Discovery
Based
Stick dan Trade Learning.
a Problem Learning
● Menurut (Indarini, E & Leniati, B, 2021) Model
pembelajaran Jigsaw dan Two Stay Two Stray
(TSTS) memberikan pengaruh tergolong besar
terhadap kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran matematika siswa sekolah dasar.
Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS)
lebih efektif atau lebih berhasil jika dikomparasikan
dengan model pembelajaran Jigsaw terhadap
peningkatan kemampuan berpikir kritis pada
pembelajaran matematika.
● Menurut ( Hidayanto, Erry, Sisworo, dan
Agus Yulianto, 2022 ) Model Pembelajaran
Problem based learning dengan bantuan
LKPD dan video pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar
matematika.
● Menurut ( Solahudin, I & Marissa, E, 2022)
penerapan model pembelajaran LAPS-Heuristic
mempengaruhi keterampilan memecahkan
masalah matematik siswa SMP dalam menghadapi
materi teorema Pythagoras.
● Menurut ( Maghfirah, Destysa, Agustina, Deby
dan Ari septian, 2020) model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa, perkembangan aktivitas siswa yang sangat
baik.
● Menurut ( Nuraini, & Waluyo, E, 2021) model pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) terintegrasi TPACK untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam
pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
1.Model Pembelajaran kooperatif

Menurut Johnson & Johnson (dalam Ling : 2016) dalam Riadi & Surya
(2016) menyatakan Cooperative learning is a student-centered method
that focuses on group works in a classroom based on a fixed procedure.
Pembelajaran kooperatif adalah metode yang berpusat pada siswa yang
berfokus pada kerja kelompok di kelas berdasarkan prosedur tetap.

Beberapa tipe dari model pembelajaran kooperatif diantaranya : Student


Team Achievement Division (STAD), tipe Talking stick, Tipe Trade A Problem
● Student Team Achievement Division (STAD)
Sintaks Model pembelajaran STAD
1. Presentasi tujuan dan motivasi
2. Pembagian group belajar
3. Kegiatan belajar dalam tim ( tes dan kuis)
4. Penghargaan individual dan group
5. Evaluasi dan kesimpulan

Slavin (Noornia, 1997: 21)


• Tipe talking stick
Pembelajaran dengan tipe talking stick adalah pembelajaran yang mendorong
peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Selain untuk melatih
berbicara, pembelajaran ini akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan
membuat siswa aktif ( Rizki, 2020).
Langkah-langkah model pembelajaran talking stick menurut Istarani (2012: 89 – 90) dalam Jamiah &
Surya (2016) sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan sebuah tongkat.
2) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 - 6 siswa per kelompok.
3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi.
4) Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, peserta didik menutup
bukunya.
5) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan
pertanyaan dan peserta didik memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
6) Guru memberikan kesimpulan.
7) Evaluasi.
8) Penutup.
● Tipe Trade A Problem

Maesuri (2002:39) dalam Hadijah & Surya (2016), Metode Trade A Problem adalah metode
pembelajaran kooperatif yang berisi suatu struktur yang digunakan untuk mereview atau
melatih konsep-konsep. Pendekatan TAP mempunyai karakteristik yaitu peserta didik
mempunyai rasa ingin tahu dan cenderung untuk berkelompok dalam menyelesaikan
masalah di mana peserta didik secara berpasangan untuk menulis pertanyaan dan
jawaban untuk topik yang ditugaskan oleh guru.
SINTAKS TIPE TAP :

a. Peserta didik dibentuk berkelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didik. Setiap anggota kelompok
mempunyai angka dari 1-4,
b. Guru membagikan lembar pertanyaan dan lembar jawaban.
c. Masing-masing anggota kelompok membuat pertanyaan pada lembar pertanyaan kemudian kunci
jawaban pada lembar jawaban,
d. Tiap kelompok menukarkan pertanyaan ke kelompok lain.
e. Masing-masing kelompok mendiskusikan jawaban dan mencoba mencari kesepakatan tentang jawaban
tiap kelompok untuk tiap pertanyaan kemudian menuliskannya di balik lembar pertanyaan.
f. Guru menyebutkan satu angka. Peserta didik dengan angka tersebut dalam dua kelompok yang menukar
lembar pertanyaan menjelaskan jawaban kelompok mereka. Dan membagi jawaban yang telah mereka
tulis sebelumnya ke pasangan kelompoknya.
g. Perwakilan kelompok kembali ke kelompok asal. Anggota kelompok mendiskusikan jawaban kelompok
lainnya, h. Seluruh peserta didik mendiskusikan yang berikutnya. (Mujiati,2010).
2. Model Pembelajaran Problem based learning dengan bantuan LKPD dan video
pembelajaran
Sintaks PBL dalam Simatupang & Surya (2017)
1. Orientasi siswa pada masalah
2. Mengorganisasi siswa untuk belajar
3. Membimbing pengalaman individu/ kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
3. Model Pembelajaran Discovery learning

DIScovery learning adalah model pembelajaran dimana siswa berperan aktif


dalam menemukan, memahami, dan merumuskan informasi-informasi yang
terkait dengan materi pembelajaran melalui berbagai proses yang
memudahkannya agar terbentuk pengetahuan yang baru (Rofiqoh, 2015).
Sintaks pembelajaran discovery learning menurut Kemendikbud (2012: 6)
dalam Rofiqoh (2015) adalah:
(1) stimulation; (2) problem statement; (3) data collecting; (4) data
processing; (5) verification; dan (6) generalization.
4. Model pembelajaran LAPS-Heuristic
LAPS-Heuristic adalah model pembelajaran yang membimbing siswa melalui proses
memecahkan masalah dengan menanyakan masalahnya, jika ada alternatif solusi dan
manfaat, apa solusi yang tepat dan cara yang paling tepat untuk menerapkannya, apa
kesimpulannya, sehingga dapat menyelesaikan masalah tersebut secara tepat dan
metodis (Adiarta, Candiasa, & Dantes, 2014).
Sintaks model pembelajaran LAPS-Heuristic
1. Memahami masalah
2. Merencanakan pemecahan masalah
3. Melaksanakan rencana penyelesaian masalah
4. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh
5. Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) terintegrasi TPACK
Model pembelajaran Creative Problem Solving adalah suatu model pembelajaran
yang melakukan pemusatan pada pembelajaran dan kemampuan memecahkan
masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan (Effendi & Fatimah, 2019;
Hariawan, 2014; Nur, 2017; Paryanto & Kurniasih, 2020; Nursiami, 2015;
Sugianto, 2019; Turmuzi, 2018).
SINTAK MODEL PEMBELAJARAN CPS :
klarifikasi masalah, mengungkapkan gagasan, evaluasi dan seleksi, serta
implementasi. (Tarlina & Afriansyah, 2016)
Technological pedagogical content knowledge (TPACK) merupakan salah
suatu jenis pengetahuan baru yang harus dikuasai guru untuk dapat
mengintegrasikan teknologi dengan baik dalam pembelajaran (Mishra &
Koehler, 2006, p. 1024).

Technological Pedagogical Content Knowledge merupakan pengetahuan tentang


bagaimana berbagai teknologi dapat digunakan dalam pembelajaran dan
penggunaan teknologi tersebut mampu mengubah cara guru mengajar (Farikah,
2020, p. 194).
4 iMPLiKASi KARAKTERiSTiK MATEMATIKA
TERHADAP PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

1.PENYAJIA 2. POLA
N PIKIR

3. TINGKAT 4. SEMESTA
KEABSTRAKAN PEMBICARAAN
1 PENYAJIAN
Matematika yang dipelajari siswa harus
disesuaikan urutannya sesuai dengan tingkat
perkembangan intelektual siswa. Siswa belajar hal-
hal yang sederhana menuju ke hal yang lebih
kompleks
2 POLA PIKIR
Pola pikir yang dianut dalam matematika adalah pola
pikir deduktif.
Kemampuan-kemampuan yang dipelajari dalam
matematika saling terkait: Pernyataan-pernyataan dalam
matematika diperoleh melalui pola pikir deduktif, artinya
kebenaran suatu pernyataan dalam matematika harus
didasarkan pada pernyataan matematika sebelumnya yang
telah diakui kebenarannya. atau kata lain pemahaman
dari hal umum menuju hal khusus.
3 TINGKAT KEABSTRAKAN
Mengingat bahwa objek kajian matematika
bersifat abstrak maka perlu diturunkan
tingkat keabstrakannya, terutama bagi siswa
yang tahap perkembangannya masih dalam
tahap operasional konkret. Hal itu
dimaksudkan agar objek matematika mudah
dipahami siswa.
SEMESTA
4 PEMBICARAAN
Tahap pengenalan semesta pembicaraan dalam
belajar matematika: Kompleksitas semesta
pembicaraan matematika yang dikenalkan
kepada siswa disesuaikan dengan tingkat
perkembangan intelektual siswa. Urutan
kompleksitas semesta pembicaraan dikenalkan
secara bertahap dari kelas lebih rendah menuju
ke kelas yang lebih tinggi.
Sebagai guru matematika diharapkan perlu adanya pemahaman
matematika secara umum dan secara khusus, karakteristik dari
mata pelajaran matematika, ruang lingkup yang dihubungkan
dengan karakteristik materi matematika, tujuan mata
pelajaran matematika yang akan dicapai dengan pemilihan
model pembelajaran yang tepat dan implikasinya dalam
pengelolaan pembelajaran matematika, agar isi
pembelajaran yang direncanakan dan dilaksanakan tidak
menyimpang dari tujuan mata pelajaran yang hendak
dicapai sehingga dampak yang diharapkan adalah hasil
belajar siswa dapat mencapai nilai optimal.
ORANG HEBAT AKAN MENGHASILKAN BEBERAPA KARYA BERMUTU,
TETAPI GURU BISA MELAHIRKAN RIBUAN ORANG HEBAT DAN BERMUTU

Anda mungkin juga menyukai