KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam kajian teori ini peneliti akan membahas teori-teori yang digunakan
para ahli dalam penelitian ini. Kajian teori ini mencakup pengertian matematika,
model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe TGT, perencanaan penilaian hasil
belajar siswa dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
permainan ular tangga untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas 4
SD.
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Menurut Bruner (dalam Hawa, 2007:48) belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan
dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan
intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah
terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup
dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus
dikuasainya itu. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembelajaran matematika
adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang
selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan
belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini
sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
Menurut Hawa (2007:56) tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah
Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
9
10
bekerja atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang lebih atau keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri.
Menurut Slavin (2005:26) ada enam tipologi pembelajaran kooperatif,
yaitu:
1) tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif
menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok.
2) tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu:
menjumlah skor kelompok atau rata-rata nilai individu, dan merupakan
spesialis tugas.
3) kesempatan sukses yang sama, yang merupakan karakteristik unik
metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang
memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berkontribusi dalam kelompoknya.
4) kompetisi tim, sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja
samadengan anggota timnya.
5) spesialis tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-
masing anggota kelompok.
6) adaptasi latihan kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat
langkah kelompok.
Menurut Slavin (2005:9) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian tujun
pembelajaran kooperatif dengan kelompok tradisional yang menerapkan
sistem kompetisi, dengan keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Model koooperatif dikembangkan untuk mencapai stidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting. Menurut Taniredja (2012:55) tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu: meningkatkan hasil akademik, memberi
peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
perbedaan latar belajar, dan mengembangkan ketrampilan social siswa.
Menurut Stahl, 1994 (dalam Taniredja, 2012:59) ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yaitu:
a. Belajar bersama teman.
b. Selama proses belajar tetap terjadi tatap muka antar teman.
c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok.
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok.
e. Belajar dalam kelompok kecil.
f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.
g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri.
15
2) Kelompok
Kelompok disususn dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili
percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas sperti kemampuan
akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik.
3) Permainan
Pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi yang
relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan
yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar
pertanyaan dari kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil
sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan sesuai
dengan nomor pada kartu tersebut.
4) Kompetisi/turnamen
Turnamen adalah susunan beberapa permainan yang dipertandingkan.
Biasanya dilaksanakan pada akhir mingguatau akhir unit pokok
bahsan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada
pada meja turnamen. 3 siswa berprestasi tinggi dalam kelompoknya
akan ditempatkan ke meja 1, kemudian 3 siswa berprestasi nomor 2
akan di tempatkan ke meja nomor 2, dan seterusnya, hingga siswa
berprestasi paling rendah.
5) Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan berupa
hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar
sehingga mencapai criteria yang telah disepakati bersama.
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja
(2012:75) sebagai berikut.
1) Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi
dan menggunakan pendapatnya.
2) Rasa percaya diri siswa jadi lebih tinggi.
3) Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
4) Motivasi belajar siswa menjadi bertambah.
5) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi antara
siswadengan siswa maupun siswa dengan guru.
6) Kerja sama anatara siswa dengan siswa di kelas akan membuat
interaksi belajar dalam kelas menjadi lebih hidup dan tidak
membosankan.
Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja
(2012:75) sebagai berikut.
1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran khususnya saat turnamen
atau permainan ada siswa yang tidak ikut serta dalam menyumbangkan
pendapatnya.
2) Kekurangan waktu dalam proses pembelajaran.
3) Terjadi kegaduhan, bila guru kurang pintar mengelola kelas.
17
Papan permainan ular tangga dalam penelitian ini akan dibuat oleh
peneliti. Papan permainan dibuat dengan ukuran kertas 20 cm x 20 cm. Dalam
papan permainan ada 20 kotak, masing-masing kotak ada pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab. Aturan permainannya sama dengan permainan
ular tangga biasanya, akan tetapi di sini penentuan pemenanganya adalah
kelompok yang memiliki poin tertinggi. Berikut adalah gambar papan
permainan ular tangga dalam penelitian ini.
Gambar 2.1
Papan Permainan Ular Tangga
19
2) Pengajar
Faktor berikutnya setelah peserta didik adalah pengajar. Pengajar
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar
diharapkan dapat berlangsung efektif. Kemampuan pengajar dalam
menyampaikan matematika dan sekaligus menguasai materi yang
diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian,
pengalaman, dan motivasi pengajar dalam mengajar matematika juga
berpengaruh terhadap efektivitasnya proses belajar. Penguasaan materi
matematika dan cara penyampaiannya merupakan syarat yang tidak
dapat ditawar lagi bagi pengajar matematika. Seorang pengajar
matematika yang tidak menguasai materi, tidak mungkin dapat
mengajar matematika dengan baik. Demikian juga seorang pengajar
yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian, ia hanya mengejar
terselesaikannya bahan yang diajarkan tanpa memperhatikan
kemampuan dan kesiapan peserta didik.
3) Prasarana dan sarana
Prasarana yang “mapan” seperti ruangan yang sejuk dengan tempat
duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya proses
belajar. Demikian juga terhadap sarana yang lengkap seperti adanya
buku teks dan alat bantu belajar. Penyediaan sumber belajar yang lain,
seperti majalah tentang pembelajaran matematika, laboratorium
matematika, dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar peserta
didik.
4) Penilaian
Penilaian digunakan, di samping untuk melihat bagaimana hasil
belajarnya, tetapi juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya
interaksi antara pengajar dan peserta didik. Misalnya kita dapat
menganalisis tentang: keberhasilan peserta didik dalam belajar
matematika, dalam proses belajar matematika itu didominasi pengajar
ataukah ko-munikasi terjadi dua arah, pertanyaan yang diajukan
pengajar kepada peserta didik merangsang peserta didik atau
mematikannya, apakah jenis pertanyaan yang diajukan pengajar
menyangkut ranah kognitif rendah seperti ingatan dan pemahaman saja
ataukah ranah kognitif tinggi seperti penyelesaian masalah.
pemahaman konsep matematika pada siswa. Dengan meningkatnya daya ingat dan
pemahaman konsep terhadap pelajaran matematika siswa dapat memecahkan
masalah sederhana khususnya materi bangun ruang dan bangun datar. Dengan
permainan ular tangga juga akan membuat siswa tertantang, karena setiap pada
kotak sesuai pada bidak berhanti, siswa harus mengerjakan soal pertanyaan untuk
mendapatkan poin/skor, sehingga siswa harus sudah menguasai materi agar dapat
mengerjakan soal yang belum diketahui.
2.1.5 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan hasil penelitian yang relevan yang telah
dilakukan pada model pembelajaran kooperatif tpri TGT dan meningkatkan hasil
belajar, penelitian yang relevan tersebut antara lain:
Inayati (2012:85) dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Team Games Tournamenpokok
Bahasan Perkalian Dan Pembagian Bilangsn Pada Siswa Kelas 2 Sd Negri
Sidorejoloer 01 Salatiga Semester Ii Tahun 2011/2012”. Berdasarkan penelitian
Neneng Inayani telah dilakukan dihasilkan data–data yang yang terkumpul
kemudian diolah dan dianalisis serta didukung oleh kajian pustaka maka dapat
disimpulkan penggunaan metode kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas II SDN Sidorejolor 01 Salatiga semester II tahun
ajaran 2011/ 2012 hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa pada siklus I
Hasil belajar matematika siswa kelas II mengalami peningkatan dari hasil
belajar siklus I di mana siklus I nilai yang tertinggi adalah 85 menjadi 100
sedangkan nilai terendah dari nilai 25 menjadi 55 dan persentase ketuntasan siswa
pada siklus I sejumlah 66% sebanyak 14 siswa pada siklus II ketuntasan nya
meningkat menjadi 92 % atau sebanyak 21 siswa , siswa yang dibawah
KKM pada siklus I terdapat 10 siswa atau sebanyak 34% menjadi 2 orang
siswa atau 8 %.
Purnasari (2012:79) dengan judul peneltian “Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Melalui Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament
(TGT) Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 3 Karangrejo
Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
31
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka dalam penlitian ini
peneliti menduga bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT berbantuan permainan ular tangga pada mata pelajaran matematika akan
mendapatkan:
1. Hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kemiri 1 dari kondisi awal
sampai siklus II akan mencapai KKM dan jumlah siswa yang tuntas di
atas KKM meningkat.
2. Guru dapat menerapkan dengan baik langkah-langkah/sintak model
pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament berbantuan
permainan ular tangga yaitu dengan pembentukan kelompok kooeratif
dan mengadakan pertandingan/turnamen akademik antar kelompok.
Dengan pembentukan kelompok kooepratif siswa saling membantu
untuk menguasai materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Dalam pertandingan/turnamen akademik siswa berkompetisi
untuk menjawab soal-soal menyangkut tentang materi yang sudah
diberikan oleh guru sehingga siswa mengulang kembali materi yang
sudah diberikan oleh guru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
SD N Kemiri 1.