Anda di halaman 1dari 25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
Dalam kajian teori ini peneliti akan membahas teori-teori yang digunakan
para ahli dalam penelitian ini. Kajian teori ini mencakup pengertian matematika,
model pembelajaran kooperatif kooperatif tipe TGT, perencanaan penilaian hasil
belajar siswa dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan
permainan ular tangga untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada kelas 4
SD.
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Menurut Bruner (dalam Hawa, 2007:48) belajar matematika adalah belajar
mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam
materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan
dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan
intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah
terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup
dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus
dikuasainya itu. Oleh karena itu unsur pokok dalam pembelajaran matematika
adalah guru sebagai salah satu perancang proses, proses yang sengaja dirancang
selanjutnya disebut proses pembelajaran, siswa sebagai pelaksanaan kegiatan
belajar, dan matematika sekolah sebagai objek yang dipelajari dalam hal ini
sebagai salah satu bidang studi dalam pelajaran.
Menurut Hawa (2007:56) tujuan matematika sekolah, khusus di Sekolah
Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidiyah (MI) agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

9
10

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,


merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh
d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau
media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.

Dengan demikian hasil-hasil pembelajaran matematika menampak


kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada
kemampuan menggunakan matematika sebagai bahasa dan alat dalam
menyelesaikan masalah-msalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Hasil lain
yang tidak dapat diabaikan adalah terbentuknya kepribadian yang baik dan kokoh.
Menurut Aisyah (2007:67) merancang pembelajaran matematika tentu
merupakan pekerjaan yang sangat akrab digeluti oleh guru matematika. Setiap
guru matematika dimanapun dia bertugas dan pada jenjang manapun dia
mengajar tentu harus melaksanakan pekerjaan ini. Namun demikian, harus diakui
bahwa pekerjaan ini bukanlah pekerjaan yang mudah, karena memerlukan
keterampilan yang memadai untuk melakukan telaah yang mendalam dan
komprehensif terhadap kurikulum yang berlaku, isu-isu yang berkembang dalam
bidang pendidikan, persoalan-persoalan yang muncul di lapangan, minat dan
kemampuan siswa, serta perkembangan IPTEK. Dalam merancang pembelajaran,
guru harus menetapkan tujuan atau kompetensi yang harus dikuasai siswa,
materi-materi yang berkaitan dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa,
penjabaran dan urutan yang logis dari materi-materi tersebut dengan
mempertimbangkan media, cara penyajian, dan cara mengevaluasinya.
Langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran matematika
merupakan serangkaian kegiatan yang diawali dengan kajian filosofis hakikat
pembelajaran matematika dan penjabaran kemampuan dasar yang minimal
dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika. Kajian filosofis tentang hakikat
pembelajaran matematika ini penting dilakukan agar materi dan strategi
pembelajaran yang dipilih sesuai dengan karakteristik matematika dan
11

pembelajarannya. Berdasarkan dua hal ini selanjutnya ditetapkan komponen-


komponen rencana pembelajaran dan disusun dengan urutan yang mudah
dipahami.
Menurut Aisyah (2007:89) langkah-langkah penyusunan pembelajaran
matematika sebagai berikut.
1) Melakukan Identifikasi Mata Pelajaran
Identifikasi mata pelajaran meliputi ; (1) nama mata pelajaran (yaitu
matematika), (2) jenjang sekolah (yaitu SD), dan kelas/semester.
2) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
3) Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada Standar Isi (SI), dengan memperhatikan
hal-hal berikut.
a) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada
di SI;
b) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran matematika;
c) Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar
dengan mata pelajaran lain.
4) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan adalah tujuan pembelajaran
untuk satu kali pertemuan dan dirumuskan berdasarkan kompetensi
dasar.
5) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
6) Menyusun Uraian Materi Pembelajaran
Uraian materi disusun berdasarkan materi pokok dan materi pokok
ditetapkan berdasarkan kompetensi dasar. Uraian materi harus memuat
fakta, konsep, prinsip, dan operasi di dalam matematika.
7) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar
peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran.
Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan strategi/pendekatan/metode pembelajaran yang bervariasi
dan berpusat pada peserta didik.
8) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik,
narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
9) Menentukan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes
dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
12

pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau


produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Jika memungkikan
penilaian harus meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
10) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu didasarkan alokasi waktu yang disediakan
untuk pembelajaran satu kompetensi (beberapa kali tatap muka) dan
mengacu pada tahap-tahap pembelajaran umum (kegiatan awal, inti,
dan penutup). Penentuan waktu pada setiap tahap kegiatan didasarkan
pada keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
tahap-tahap pembelajaran tersebut.

2.1.2 Model Pembelajaran


Model Pembelajaran menurut Suprijono (2011:46) adalah pola yang
dugunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun
tutorial. Menurut Joyce dan Weil, 1980 (dalam Rusman, 2012:134) para ahli
menyusu model pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran, teori-
teori psikologis, sosiologis, analisis system, dan teori-teori lain yang mendukung.
Joyice dan Weil mempelajari model-model pembelajaran berdasarkan teori belajar
yang dikelompokan menjadi 4 model pembelajaran.model tersebut merupakan
pola umum untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Taniredja (2012:55) model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran di kelas
atau yang lain. Dengan demikian model pembelajaran dapat dijadikan pola
pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan
efisien untuk mecapai tujuan pendidikannya.
Dapat simpulkan model pembelajaran adalah sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Untuk menentukan model pembelajaran
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, guru harus
mempertimbangkan pilihan model pembelajaran yang akan digunakan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memlih model
pembelajaran menurut Rusman (2012:137) yaitu:
a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pelajaran.
13

c. Pertimbangan dari sudut siswa.


d. Pertimbangan yang bersifat nonteknis.
Model pembelajaran menurut Rusman (2012:136) memiliki ciri sebagai
berikut.
a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b. Mempunyai misi dan tujuan pendidikan tertentu.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar
di kelas.
d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: urutan langkah
pembelajarn (syntax), adanya prinsip-prinsip reaksi, system social,
system pendukung,
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak
tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran yaitu hasil belajar yang
dapat diukur; (2) dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang.
f. Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran
yang dipilihnya.

A. Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Slavin (2005:9) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil
secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Jadi model kooperatif
sama saja dengan kerja kelompok. Dalam pembelajaran ini akan tercipta
sebuah inetraksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang
dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan
guru.
Dalam model pembelajaran kooperatif menurut Rusman (2012:202),
guru lebih berparan sebagai fasilitaor yang berfungsi sebagai jembetan
penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa itu
sendiri. Jadi guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi
juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-
ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswauntuk menemukan dan
menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
mengaandung pengertian sebagai suatu sikap perilaku bersamaan dalam
14

bekerja atau membantu diantara sesame dalam struktur kerja sama yang
teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang lebih atau keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri.
Menurut Slavin (2005:26) ada enam tipologi pembelajaran kooperatif,
yaitu:
1) tujuan kelompok, bahwa kebanyakan metode pembelajaran kooperatif
menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok.
2) tanggung jawab individu, yang dilaksanakan dengan dua cara yaitu:
menjumlah skor kelompok atau rata-rata nilai individu, dan merupakan
spesialis tugas.
3) kesempatan sukses yang sama, yang merupakan karakteristik unik
metode pembelajaran tim siswa, yakni penggunaan skor yang
memastikan semua siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berkontribusi dalam kelompoknya.
4) kompetisi tim, sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk bekerja
samadengan anggota timnya.
5) spesialis tugas, tugas untuk melaksanakan sub tugas terhadap masing-
masing anggota kelompok.
6) adaptasi latihan kebutuhan kelompok, metode ini akan mempercepat
langkah kelompok.
Menurut Slavin (2005:9) tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. Dengan demikian tujun
pembelajaran kooperatif dengan kelompok tradisional yang menerapkan
sistem kompetisi, dengan keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan
orang lain. Model koooperatif dikembangkan untuk mencapai stidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting. Menurut Taniredja (2012:55) tujuan
pembelajaran kooperatif yaitu: meningkatkan hasil akademik, memberi
peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
perbedaan latar belajar, dan mengembangkan ketrampilan social siswa.
Menurut Stahl, 1994 (dalam Taniredja, 2012:59) ciri-ciri pembelajaran
kooperatif yaitu:
a. Belajar bersama teman.
b. Selama proses belajar tetap terjadi tatap muka antar teman.
c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok.
d. Belajar dari teman sendiri dalam kelompok.
e. Belajar dalam kelompok kecil.
f. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat.
g. Keputusan tergantung pada siswa sendiri.
15

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament


Menurut Slavin (2005:163) secara umum TGT menggunakan turnamen
akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor kemauan individu,
dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim
yang lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka. Dengan
demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT ini menekankan pada pencapaian
dan kesuksesan kelompok. Tujuan dan kesuksesan kelompok tidak hanya
dalam memahami suatu pelajaran, hanya bekerja menyelesaikan masalah
tetapi juga mempelajari secara kelompok.
Menurut Saco, 2006 (dalam Rusman, 2012:224) dalam TGT siswa,
memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh
skor bagi tim mereka masing-masing. Permaian dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Pertanyaan-pertanyaan
dalam kuis dapat ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa akan
mengambil sebuah kartu yang telah diberi angka, kemudian siswa harus
berusaha untuk menjawab pertanyaan dalam kartu tersebut.
TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang
siswa yang memiliki kemampuan , jenis kelamin dan suku kata atau ras yang
berbeda (dalam Rusman, 2012:225). Guru menyajikan materi dan siswa
bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru
memberikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok. Tugas yang
diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya.
Menurut Slavin, 1995 (dalam Taniredja, 2012:225) ada lima
komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut.
1) Penyajian kelas
Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda
dengan pengajaran biasa, hanya pengajaran lebih difokuskan pada
pengajaran materi saja. Ketika pembelajaran berlangsung, siswa sudah
berada dalam kelompoknya. Dengan demikian mereka akan
memperhatikan serius selama pembelajaran berlangsung.
16

2) Kelompok
Kelompok disususn dengan beranggotakan 4-5 orang yang mewakili
percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas sperti kemampuan
akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik.
3) Permainan
Pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi yang
relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji pengetahuan
yang diperoleh mewakili masing-masing kelompok. Sebagian besar
pertanyaan dari kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa mengambil
sebuah kartu yang diberi nomor dan menjawab pertanyaan sesuai
dengan nomor pada kartu tersebut.
4) Kompetisi/turnamen
Turnamen adalah susunan beberapa permainan yang dipertandingkan.
Biasanya dilaksanakan pada akhir mingguatau akhir unit pokok
bahsan. Pada turnamen pertama, guru menunjuk siswa untuk berada
pada meja turnamen. 3 siswa berprestasi tinggi dalam kelompoknya
akan ditempatkan ke meja 1, kemudian 3 siswa berprestasi nomor 2
akan di tempatkan ke meja nomor 2, dan seterusnya, hingga siswa
berprestasi paling rendah.
5) Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan berupa
hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar
sehingga mencapai criteria yang telah disepakati bersama.
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja
(2012:75) sebagai berikut.
1) Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi
dan menggunakan pendapatnya.
2) Rasa percaya diri siswa jadi lebih tinggi.
3) Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil.
4) Motivasi belajar siswa menjadi bertambah.
5) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi antara
siswadengan siswa maupun siswa dengan guru.
6) Kerja sama anatara siswa dengan siswa di kelas akan membuat
interaksi belajar dalam kelas menjadi lebih hidup dan tidak
membosankan.
Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja
(2012:75) sebagai berikut.
1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran khususnya saat turnamen
atau permainan ada siswa yang tidak ikut serta dalam menyumbangkan
pendapatnya.
2) Kekurangan waktu dalam proses pembelajaran.
3) Terjadi kegaduhan, bila guru kurang pintar mengelola kelas.
17

C. Permainan Ular Tangga


Menurut Middmid (2011:1) ular tangga adalah permainan papan untuk
anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi
dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah tangga dan
ular yang menghubungkannya dengan kotak lain. Permainan ini dapat
dimainkan untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang kelas, karena
didalamnya hanya berisi berbagai bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa melalui permainan tersebut sesuai dengan jenjang kelas dan mata
pelajaran tertentu. Jadi penelitian ini akan menggunakan bantuan permainan
ular tangga untuk memudahkan turnamen dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT di kelas. Seluruh pertanyaan-pertanyaan tersebut telah dibukukan
menjadi satu sekaligus dengan petunjuk permainannya. Guru dapat membuat
sendiri media ini dengan menyesuaikan tujuan dan materi pembelajaran.
Selain digunakan untuk membantu kemudahan dalam turnamen dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT, tujuan permainan ular tangga ini adalah
untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa agar senantiasa mempelajari
atau mengulang kembali materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya yang
nantinya akan diuji melalui permainan, sehingga terasa menyenangkan bagi
siswa. Alat permainan yang tujuan dan penggunaannya dipersiapkan pendidik
juga harus bervariasi sesuai dengan derajat kesulitan tersebut alat permainan
yang dipersiapkan oleh guru untuk dipilih oleh anak dalam berbagai kegiatan
akan menentukan tumbuhnya perasaan berhasil pada anak sesuai dengan
kemampuan mereka. Permainan ular tangga akan dilakukan secara
berkelompok. Aturan main pada ular tangga ini sama dengan permainan ular
tangga biasanya.
Keunggulannya permainan ular tangga dalam pembelajaran menurut
Anjani (2012:3) sebagai berikut.
1) Media permainan ular tangga dapat dipergunakan di dalam kegiatan
belajar mengajar karena kegiatan ini menyenangkan sehingga anak
tertarik untuk belajar sambil bermain.
2) Anak dapat berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara langsung.
18

3) Media permainan ular tangga dapat dipergunakan untuk membantu


semua aspek perkembangan anak salah satu mengembangkan
kecerdasan logika metematika.
4) Media permainan ular tangga dapat merangsang anak belajar
memecahkan masalah sederhana tanpa disadari oleh anak.
5) Penggunaan media permainan ular tangga dapat dilakukan baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Kelemahan permainan ular tangga dalam pembelajaran menurut
Anjani (2012:3) sebagai berikut.
1) Penggunaan media permainan ular tangga memerlukan banyak waktu
untuk menjelaskan kepada anak.
2) Permainan ular tangga tidak dapat mengembangkan semua materi
pembelajaran.
3) Kurangnya pemahaman aturan permainan oleh anak dapat
menimbulkan kericuhan.
4) Bagi anak yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami
kesulitan dalam bermain.

Papan permainan ular tangga dalam penelitian ini akan dibuat oleh
peneliti. Papan permainan dibuat dengan ukuran kertas 20 cm x 20 cm. Dalam
papan permainan ada 20 kotak, masing-masing kotak ada pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab. Aturan permainannya sama dengan permainan
ular tangga biasanya, akan tetapi di sini penentuan pemenanganya adalah
kelompok yang memiliki poin tertinggi. Berikut adalah gambar papan
permainan ular tangga dalam penelitian ini.

Gambar 2.1
Papan Permainan Ular Tangga
19

D. Penerapan Pembelajaran Matematika Menggunakan Model


Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan Permain Ular
Tangga Pada Siswa Kelas 4 SD
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik.Urutan penerapan pembelajaran
matematika dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan
permainan ular tangga pada penelitian ini digunakan sebagai patokan untuk
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siswa kelas 4 SD N Kemiri
1 selama siklus berlangsung. RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan
yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
Sesuai dengan permendiknas (2007) komponen Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran sebagai berikut ini.
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,
semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema
pelajaran, jumlah pertemuan.
2) Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal
peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas
dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
3) Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus
dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai
rujukan penyusunan indicator kompetensi dalam suatu pelajaran.
4) Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar
tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator
pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata
20

kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup


pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5) Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar
yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan
kompetensi dasar.
6) Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan
rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7) Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk
pencapaian KD dan beban belajar.
8) Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah
ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata
pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk
peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
9) Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi
dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan
balik, dan tindak lanjut.
10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar
disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian.
21

11) Sumber belajar


Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi.
Komponen rencana pelaksanaan pembelejaran di atas yang dijadikan
sebagai acuan dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam
penelitian ini. Peneliti menggabungkan model pembelajaran yang diterapkan
dalam penelitian dalam komponen rencana pelaksanaan pembelejaran menurut
sesuai standar proses. Model pembelajaran dimasukan ke dalam kegiatan inti
terutama pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Urutan penerapan pembelajaran matematika dalam model
pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan permainan ular tangga pada
penelitian ini yang digunakan sebagai kisi-kisi dalam pembuatan RPP sebagai
berikut.
1) Melakukan Identifikasi Mata Pelajaran
Identifikasi mata pelajaran meliputi ; (1) nama mata pelajaran
(yaitu matematika), (2) jenjang sekolah (yaitu SD), dan
kelas/semester.
2) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Standar Kompetensi pelajaran matematika kelas 4 semester 2 yaitu:
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar
bangun datar
Kompetensi Dasar pelajaran matematika kelas 4 semester 2 yaitu:
8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus
3) Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran pada penelitian ini akan disesuaikan dengan
tingkat perkembangan siswa kelas 4.
22

4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi


Indikator merupakan tolok ukur pencapaian kompetensi dasar yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
5) Menyusun Uraian Materi Pembelajaran
Uraian materi disusun berdasarkan materi pokok dan materi pokok
ditetapkan berdasarkan kompetensi dasar. Uraian materi harus
memuat fakta, konsep, prinsip, dan operasi di dalam matematika.
Uraian materi pada penelitian ini adalah menyangkut bab sifat-sifat
bangun datar.
6) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman
belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi
antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian tujuan
pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran guru membentuk
kelas ke dalam beberapa kelompok. Kemudian masing-masing
kelompok akan dipertandingkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT berbantuan permainan ular tangga. Komponen
utama dalam pembelajaran kooperatif tupe TGT berbantuan
permainan ular tangga sebagai berikut.
a. Kegiatan awal
Guru memotivasi siswa dan memberi apersepsi agar siswa lebih
bersemangat dalm proses pembelajaran.
b. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Penyajian kelas
Penyajian kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak
berbeda dengan pengajaran biasa, hanya pengajaran lebih
difokuskan pada pengajaran materi saja. Kelompok
23

Kelompok disususn dengan beranggotakan 4-5 orang yang


mewakili percampuran dari berbagai keragaman dalam kelas
sperti kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau etnik.
Elaborasi
Permainan
Pertanyaan dalam permainan disusun dan dirancang dari materi
yang relevan dengan materi yang telah disajikan untuk menguji
pengetahuan yang diperoleh mewakili masing-masing
kelompok. Sebagian besar pertanyaan dari kuis adalah bentuk
sederhana. Dalam permainan ini diberi sebuah permainan ular
tangga. Siswa diminta untuk memainkan permainan ular tangga
dan menjawab setiap soal yang ada dalam permainan ular
tangga tersebut.
Kompetisi/turnamen
Turnamen adalah susunan beberapa permainan yang
dipertandingkan. Biasanya dilaksanakan pada akhir unit pokok
bahasan.
Konfirmasi
Dalam kegiatan Konfirmasi guru merekognisi hasil perolehan
skor siswa dan mengumumkan perolehan skor rata-rata masing-
masing kelompok.
c. Kegiatan Akhir
Pengakuan kelompok
Pengakuan kelompok dilakukan dengan member penghargaan
berupa hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama
belajar sehingga mencapai criteria yang telah disepakati
bersama.
7) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak
dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial,
24

dan budaya. Sumber belajar dari penelitian ini adalah buku


matematika kelas 4 SD dan bangun-bangun datar.
8) Menentukan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes tertulias berupa soal pilihan ganda. Penilaian digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif siswa.

2.1.3 Hasil Belajar


Pada umumnya tujuan pendidikan dapat dimasukan ke dalam salah
satu tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik (Purwanto, 2008:126).
Dengan demikian belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan
perilaku yaitu perubahan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan-
perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar. Oleh karena itu,
hasil belajar dapat berupa perubahan dalam kemampuan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik, tergantung dari tujuan pengajarannya.
Menurut Purwanto (2008:127) hasil belajar seringkali digunakan
sebgai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seorang menguasai bahan yang
sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan
serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi
syarat yang ditentukan. Jadi hasil belajar merupakan realisasi tercapainya
tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung pada
tujuan pendidikannya.
Menurut Purwanto (2008:127) domain hasil belajar adalah perilaku-
perilaku kejiwaan yang akan diubah kedalam proses pendidikan. Perilaku
kejiwaan itu dibagi kedalam tida domain, yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Jadi, kalau belajar menimbulkan perilaku, maka hasil belajar
merupakan hasil perubahan perilakunya. Pelaksanaan penilaian hasil belajar
didasarkan pada prinsip bahwa penilaian merupakan prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang proses dan hasil
kegiatan pembelajaran. Penilaian proses serta hasil belajar dan
25

pembelajaran dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran


berlangsung dan seberapa jauh pencapaian kompetensi dasar oleh siswa.
Menurut Lapono (2008:205) di dalam melaksanakan penilaian proses
serta hasil belajar dan pembelajaran, guru perlu memahami bahwa pada
prinsipnya hasil penilaian hendaknya difungsikan sebagai berikut ini.

1) Gambaran sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai


suatu kompetensi.
2) Evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan (sebagai bimbingan).
3) Gambaran kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang
membantu guru menentukan apakah seseorang perlu mengikuti
remedial atau pengayaan.
4) Gambaran kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran berikutnya.
5) Kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan perkembangan
peserta didik.

A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Proses pembelajaran matematika harus diarahkan agar peristiwa
belajar terjadi. Belajar matematika akan berhasil bila proses belajarnya baik,
yaitu melibatkan intelektual peserta didik secara optimal. Peristiwa belajar
yang kita kehendaki dapat tercapai bila faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran matematika dapat kita kelola sebaik-baiknya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika menurut
Masrinawatie (2007:43) yaitu:
1) Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung kepada
peserta didik. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapan
peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar matematika, bagaimana
sikap dan minat peserta didik terhadap matematika. Di samping itu
juga, bagaimana kondisi peserta didik. Misalnya terkait dengan kondisi
fisiologisnya. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan lebih
baik belajarnya dari pada orang yang dalam keadaan lelah. Demukian
pula terhadap kondisi psikologisnya, seperti perhatian, pengamatan,
ingatan, dan sebagainya. Kondisi ini juga berpengaruh terhadap
kegiatan belajar seseorang. Selain itu, intelegensi peserta didik juga
berpengaruh terhadap kelancaran belajarnya.
26

2) Pengajar
Faktor berikutnya setelah peserta didik adalah pengajar. Pengajar
melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga proses belajar
diharapkan dapat berlangsung efektif. Kemampuan pengajar dalam
menyampaikan matematika dan sekaligus menguasai materi yang
diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses belajar. Kepribadian,
pengalaman, dan motivasi pengajar dalam mengajar matematika juga
berpengaruh terhadap efektivitasnya proses belajar. Penguasaan materi
matematika dan cara penyampaiannya merupakan syarat yang tidak
dapat ditawar lagi bagi pengajar matematika. Seorang pengajar
matematika yang tidak menguasai materi, tidak mungkin dapat
mengajar matematika dengan baik. Demikian juga seorang pengajar
yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian, ia hanya mengejar
terselesaikannya bahan yang diajarkan tanpa memperhatikan
kemampuan dan kesiapan peserta didik.
3) Prasarana dan sarana
Prasarana yang “mapan” seperti ruangan yang sejuk dengan tempat
duduk yang nyaman biasanya lebih memperlancar terjadinya proses
belajar. Demikian juga terhadap sarana yang lengkap seperti adanya
buku teks dan alat bantu belajar. Penyediaan sumber belajar yang lain,
seperti majalah tentang pembelajaran matematika, laboratorium
matematika, dan lain-lain akan meningkatkan kualitas belajar peserta
didik.
4) Penilaian
Penilaian digunakan, di samping untuk melihat bagaimana hasil
belajarnya, tetapi juga untuk melihat bagaimana berlangsungnya
interaksi antara pengajar dan peserta didik. Misalnya kita dapat
menganalisis tentang: keberhasilan peserta didik dalam belajar
matematika, dalam proses belajar matematika itu didominasi pengajar
ataukah ko-munikasi terjadi dua arah, pertanyaan yang diajukan
pengajar kepada peserta didik merangsang peserta didik atau
mematikannya, apakah jenis pertanyaan yang diajukan pengajar
menyangkut ranah kognitif rendah seperti ingatan dan pemahaman saja
ataukah ranah kognitif tinggi seperti penyelesaian masalah.

B. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar


Perencanaan penilaian hasil belajar tidak dapat dilepaskan dari
perencanaan pembelajaran itu sendiri. Menurut Lapono (2008:207)
penyusunan rencana penilaian merupakan rangkaian program pendidikan dan
pembelajaran yang utuh dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lainnya. Rencana penilaian disusun agar
menjadi referensi guru dalam menyelenggarakan penilaian keseluruhan
proses pembelajaran. Pada prinsipnya penilaian pembelajaran di SD/MI
27

dimaksudkan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilaksanakan


benar-benar menjadi dasar pembelajaran selanjutnya. Secara operasional,
penilaian pembelajaran dilakukan guru untuk mengukur dan mengevaluasi
proses pembelajaran terutama kemajuan perkembangan hasil belajar peserta
didik sesuai dengan potensi yang dimiliki mereka masing-masing. Hal ini
hendaknya menjadi pemahaman setiap guru SD/MI, karena penilaian
pendidikan merupakan salah satu bagian dari strategi pembelajaran.
Menurut Green, 1975 (dalam Poerwanti, 2008:203) penilaian hasil
belajar idealnya dapat mengungkap semua aspek pembelajaran, yaitu aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor, sebab siswa yang memiliki kemampuan
kognitif baik saat diuji , misalnya dengan paper-and-pencil test belum tentu
dapat menerapkan dengan baik pengetahuannya dalam mengatasi
permasalahan kehidupan. Penilaian hasil belajar sangat terkait dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Pada umumnya tujuan
pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh
Bloom pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective dan psychomotor. Kognitif
(cognitive) adalah ranah yang menekankan pada pengembangan kemampuan
dan ketrampilan intelektual. Afektif (affective) adalah ranah yang berkaitan
dengan pengembanganpengembangan perasaan, sikap nilai dan emosi,
sedangkan psikomotor (psychomotor) adalah ranah yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan atau keterampilan motorik. Dalam penelitian ini hanya akan
menggunakan penilaian belajar kognitif siswa.
Menurut Purwanto (2008:205), hasil belajar kognitif adalah perubahan
perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan
kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh
sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasihingga
pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan
masalah. Oleh karena itu belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku
akibatnya terjadi dalam otakberupa kemampuan tertentu oleh otak untuk
menyelesaikan masalah.
28

Menurut Purwanto (2008:207), hasil belajar kognitif tidak


menimbulkan kemampuan tunggal, melainkan kemampuan yang
menimbulkan perubahan perilaku dalam domain kognitif meliputi beberapa
tingkat atau jenjang. Banyak klasifikasi dibuat para ahli psikologi dan
pendidikan, namun klasifikasi yang paling banyak digunakan adalah yang
dibuat oleh Benjamin S Bloom. Menururt Bloom (dalam Purwanto, 2008)
membegi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitifmulai dari
yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan samapai yang palign tinggi
dan kompleks yaitu evaluasi. Tingkatan tersebut adalah hafalan (C1),
pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi
(C6).
Dengan demikian dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan
teknik tes dalam memperoleh hasil belajar pada aspek kognitif sesuai
tingkatan perkembangan siswa kelas 4 SD. Peneliti menggunakan tingkat
hafalan (C1), Pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Menurut Purwanto
(2008:207) kemampuan menghafal merupakan kemampuan kognitif yang
paling rendah. Kemampuan ini merupakan kemampuan memanggil kembali
fakta yang disimpan dalam otakdigunakan untuk merespon suatu masalah.
Misalanya “berapakah jumlah sudut segitiga? “. Kemampuan pemahaman
adalah kemampuan untuk melihat hubungan faka dengan fakta. Menghafal
tidak cukup lagi karena pemahaman menuntut pengetahuan akan fakta
hubungannya. Misalnya “apa perbedaan dari bangun datar segitiga, jajar
genjang, persegi panjang?”. Kemampuan penerapan adalah kemampuan
kognitif untuk memahami aturan, hokum, rumus, dan untuk memecahkan
masalah. Misalnya sebuah bak mandi memiliki panjang 2 m, lebar 1 m, dan
tinggi 1,5 m, berapakah volume bak mandi tersebut. Dengan demikian peneliti
akan mengembangkan berbagai soal untuk mengukur hasil belajar pada siswa
kelas 4 SD sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada
pelajaran matematika.
29

2.1.4 Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Berbantuan


Permainan Ular Tangga Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Menurut Slavin (2005:9) pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pembelajaran kooperatif mengandung
pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu diantara sesama dalam kelompok yang dapat memengaruhi
keberhasilhan proses pembelajaran dengan keterlibatan semua anggota kelompok
masing-masing. Pada model pembelajaran kooperatif bukan hanya sekedar belajar
dalam kelompok, ada unsur-unsur yang membedakan pembelajaran kooperatif
dengan belajar kelompok biasa. Pada belajar kelompok biasa siswa hanya diminta
untuk menyelesaikan tugasnya, tidak ada koordinasi antara masing-masing
kelompok, sedangkan pembelajara kooperatif siswa bekerja dalam situasi
pembelajaran kooperatif didorong untuk bekrjasama pada tugas bersama dan
mereka harus mengoordinasikan unsahanya untuk menyelesaikan tugas.
Model pembelajaran kooperatif yang memiliki beberapa tipe (rusman,
2012:213) antara laian STAD, TGT, Jigsaw Learning, Group Investigation, dan
make a match. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, karena menurut Slavin (2005:163) secara umum TGT
menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan system skor
kemajuan individu, para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan
anggota tim yang lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.
Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT ini menekankan pada
pencapaian dan kesuksesan kelompok. Tujuan dan kesuksesan kelompok tidak
hanya dalam memahami suatu pelajaran, hanya bekerja menyelesaikan masalah
tetapi juga mempelajari secara kelompok. Dalam model pembelajaran kooperatif
tipe TGT menggunakan bantuan permainan ular tangga. Permainan ular tangga
dapat dipergunakan di dalam kegiatan belajar mengajar karena kegiatan ini
menyenangkan sehingga anak tertarik untuk belajar sambil bermain. Permainan
ular tangga merupakan stimulus/rangsangan untuk meningakatkan daya ingat dan
30

pemahaman konsep matematika pada siswa. Dengan meningkatnya daya ingat dan
pemahaman konsep terhadap pelajaran matematika siswa dapat memecahkan
masalah sederhana khususnya materi bangun ruang dan bangun datar. Dengan
permainan ular tangga juga akan membuat siswa tertantang, karena setiap pada
kotak sesuai pada bidak berhanti, siswa harus mengerjakan soal pertanyaan untuk
mendapatkan poin/skor, sehingga siswa harus sudah menguasai materi agar dapat
mengerjakan soal yang belum diketahui.
2.1.5 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian ini juga didasarkan hasil penelitian yang relevan yang telah
dilakukan pada model pembelajaran kooperatif tpri TGT dan meningkatkan hasil
belajar, penelitian yang relevan tersebut antara lain:
Inayati (2012:85) dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Team Games Tournamenpokok
Bahasan Perkalian Dan Pembagian Bilangsn Pada Siswa Kelas 2 Sd Negri
Sidorejoloer 01 Salatiga Semester Ii Tahun 2011/2012”. Berdasarkan penelitian
Neneng Inayani telah dilakukan dihasilkan data–data yang yang terkumpul
kemudian diolah dan dianalisis serta didukung oleh kajian pustaka maka dapat
disimpulkan penggunaan metode kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas II SDN Sidorejolor 01 Salatiga semester II tahun
ajaran 2011/ 2012 hal ini dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa pada siklus I
Hasil belajar matematika siswa kelas II mengalami peningkatan dari hasil
belajar siklus I di mana siklus I nilai yang tertinggi adalah 85 menjadi 100
sedangkan nilai terendah dari nilai 25 menjadi 55 dan persentase ketuntasan siswa
pada siklus I sejumlah 66% sebanyak 14 siswa pada siklus II ketuntasan nya
meningkat menjadi 92 % atau sebanyak 21 siswa , siswa yang dibawah
KKM pada siklus I terdapat 10 siswa atau sebanyak 34% menjadi 2 orang
siswa atau 8 %.
Purnasari (2012:79) dengan judul peneltian “Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Matematika Melalui Cooperative Learning Tipe Team Game Tournament
(TGT) Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 3 Karangrejo
Kecamatan Selomerto Kabupaten Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012”.
31

Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan pada penelitian Pebria


disimpulkan dalam penelitian yang telah dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 3
Karangrejo maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran Matematika pada
pokok bahasan pecahan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika siswa
kelas IV SD Negeri 3 Karangrejo Kecamatan Selomerto Kabupaten
Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012 nilai rata-rata kelas pada pra siklus
63,33 dengan persentase ketuntasan sebesar 58 % sedangkan pada siklus I
nilai rata-rata hasil tes Matematika meningkat menjadi 87,27 dengan persentase
ketuntasan 91,67 % dan pada Siklus II nilai rata-rata tes Matematika adalah 91,25
dengan persentase ketuntasan mencapai 100%.
Effendi (2012:83) dengan judul penelitian “Pendekatan Kooperatif Tipe
Tgt Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kompetensi Dasar Menemukan
Sifat-Sifat Bangun Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Kelas 4 Sd Negeri
01 Tlogosih Kecamatan Kebungagung Kabupaten Demak Semester Ii Pada Tahun
Pelajaran 2011/2012”. Kukuh Effendi dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
model koopertaif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa menjadi
lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil pada pra siklus, siklus I, dan siklus II.
Pada pra siklus rata-rata nilai siswa adalah 50,2 dan ketuntasan nilai 25%. Siklus I
diperoleh rata-rata nilai siswa 59 dengan ketuntasan 48,9%. Siklus II diperoleh
rata-rata nilai siswa 90,1 dengan ketuntasan 98,5%.
Dari hasil penelitian relevan yang telah diuraikan, model koopertaif tipe
TGT semuanya diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD sudah
mencapai target, baik dari siklus I maupun siklus II. Dalam penelitian ini juga
akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Akan tetapi peneliti
menambahkan sebuah permainan ular tangga agar peraturan permainan dalam
model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini agar lebih mudah, karena kebanyakan
dari siswa sudah mengetahui peraturan dari permainan ular tangga. Dengan model
pembelajaran koopertaif tipe TGT dengan permainan ular tangga ini diharapkan
timbul perasaan siswa senang terhadap pelajarn matematika yang selama ini
mereka anggap sebagai pelajaran yang sulit dan menegangkan. Jika siswa sudah
32

merasa senang terhadap pelajaran matematika dimungkinkan siswa akan lebih


bisa menguasai konsep dan pemahaman pada pelajaran matematika dan
diharapkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika menigkat.
2.3 Kerangka Pikir
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran matematika pada kelas 4 SD
N Kemiri 1 yaitu rendahnya hasil belajar matematika. Upaya yang di lakukan
peneliti dalam menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan tersebut adalah
peneliti merancang pembelajaran yang pada akhirnya dapat membantu siswa
dalam proses belajar dan mempermudah guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran sehingga siswa lebih merasa rileks menerima pelajaran dan dapat
tercapainya tujuan pembelajaran. oleh karena itu dalam penelitian ini
menggunakan Pembelajaran kooperatif tipe team game tournament berbantuan
permainan ular tangga.
Pembelajaran kooperatif tipe team game tournament Slavin (2005:163)
adalah pembelajaran yang mengguaka tournament akademik dan menggunakan
kuis-kuis dan sistem skor kemajuan individu, dimana para siswa berlomba
mewakili tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerjanya sama. Dalam
penyajian kelas, guru membentuk kelompok tetap agar siswa bisa terbiasa bekerja
sama dengan anggota kelompoknya. Dalam pemberian materi pada tiap kelompok
adalah sama, namun diharapkan masing-masing kelompok bisa bekerjasama,
aktif, disiplin dengan anggota kelompoknya dan memikul tanggung jawad
masing-masing. Dengan terbiasanya masing-masing anggota kelompok bekerja
sama, kemudian dibentuklah suatu pertandingan/turnamen dalam kelas. Akan
tetapi dalam penelitian ini ditambahkan sebuah permainan ular tangga dalam
pertandingan masing-masing kelompok agar siswa lebih tertantang dan lebih
antusias dalam melakukan pertandingan anatr kelompok. Dengan menggunakan
medel kooperatif tipe TGT ini diharapkan siswa menjadi lebih menyukai dan
antusias saat proses pembelajaran matematika dan bisa meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas 4 SD N Kemiri 1.
33

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan, maka dalam penlitian ini
peneliti menduga bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT berbantuan permainan ular tangga pada mata pelajaran matematika akan
mendapatkan:
1. Hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD Kemiri 1 dari kondisi awal
sampai siklus II akan mencapai KKM dan jumlah siswa yang tuntas di
atas KKM meningkat.
2. Guru dapat menerapkan dengan baik langkah-langkah/sintak model
pembelajaran kooperatif tipe Team Game Tournament berbantuan
permainan ular tangga yaitu dengan pembentukan kelompok kooeratif
dan mengadakan pertandingan/turnamen akademik antar kelompok.
Dengan pembentukan kelompok kooepratif siswa saling membantu
untuk menguasai materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
guru. Dalam pertandingan/turnamen akademik siswa berkompetisi
untuk menjawab soal-soal menyangkut tentang materi yang sudah
diberikan oleh guru sehingga siswa mengulang kembali materi yang
sudah diberikan oleh guru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
SD N Kemiri 1.

Anda mungkin juga menyukai