Anda di halaman 1dari 14

UTS PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran Matematika

Dosen Pengampu: Muhammad Istiqlal M.Pd

Disusun Oleh:

Devi Hidayati 23070150088

Kelas: (C)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS MATEMATIKA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017
1. Pekerjaan dikumpulkan dalam bentuk print out dan soft file .

2. Dikumpulkan hari Rabu tanggal 12 Maret 2017.

3. Dilarang keras copy paste dari internet. Jika terindikasi copy paste dari internet, maka nilai
UTS digugurkan.

4. Soft file dikumpulkan lewat email dengan dikoordinasi ketua kelas.

Soal!

1. Buatlah opini (600-800 kata) tentang Urgensi Perencanaan Pembelajaran Matematika.

2. Buatlah opini (600-800 kata) tentang Pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika.

3. Buatlah skenario pembelajaran matematika menggunakan pendekatan saintifik (dengan


mengambil salah satu materi pokok)
UrgensiPerencanaanPembelajaranMatematika

A. Pengertian Urgensi Perencanaan Pembelajaran Matematika

Urgensi adalah keharusan yang mendesak; hal sangat penting. Menurut H. Jackson
Brown Jr tentang urgensi yaitu anda harus mengambil tindakan sekarang yang akan
membawa anda menuju tujuan anda. Mengembangkan rasa urgensi dalam hidup anda.
Sedangkan perencanaan pembelajaran adalah rencana guru mengajarkan mata pelajaran
tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan untuk satu pertemuan atau
lebih. Jadi, urgensi perencanaan pembelajaran matematika adalah pentingnya rencana guru
mengajarkan mata pelajaran tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu,
dan untuk satu petemuan atau lebih. Matematika sebagi salah satu mata pelajaran yang
diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar, selain sebagai sumber dari ilmu yang lain
juga merupakan sarana berpikir logis, analisis, dan sistematis. Sebagai mata pelajaran yang
berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak, maka dalam penyajian materi pelajaran,
matematika harus dapat disajikan lebih menarik dan sesuai dengan kondisi dan keadaan
siswa. Hal ini tentu saja dimaksudkan agar dalam proses pembelajaran siswa lebih aktif dan
termotivasi untuk belajar. Untuk itulah perlu adanya model pembelajaran khusu yang
diterapkan oleh guru. Materi yang akan saya sampaikan tentang model pembelajaran open
ended karena sebagai salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika adalah ssuatu
pendekatan yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan pola pikirnya sesuai dengan
minat dan kemampuan masing-masing.

B. Komponen Perencanaan Pembelajaran


Menurut buku yang berjudul strategi belajar mengaajar karya Syaiful Bahri Djamarah &
Aswan Zain komponen perencanaan pembelajaran terdiri dari
1. Tujuan
Adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tujuan dalam
pembelajaran merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran
lainnya seperti bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat,
sumber, dan alat evaluasi.
2. BahanPelajaran
Adalahsubstansi yang akandisampaikandalam proses mengajar. Karenaitu, guru yang
akan mengajar pasti memiliki dan menguasai bahan pelajaran yang akan disampaikannya
pada anak didik.
3. Metode
Adalahsuatucara yang dipergunakanuntukmencapaitujuan yang telahditetapkan. Metode-
metode mengajar mencangkup: metodeproyek, metode eksperimen, metode tugas dan
resitasi, metode diskusi, metode sosiodrama, metodedemonstrasi, metode problem
solving, metodekaryawisata, metode Tanya jawab, metodelatihan, metodeceramah.
4. Alat (media)
Adalahsegalasesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
Seperti :bagan, grafik, komputer, OHP, dan lain-lain.
5. Evaluasi
Adalah kegiatan mengumpulakan data seluas luasnya, selam-dalamnya, yang
bersangkuatan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar
siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Misalnya: tes
tulis, lisan, praktek, dan lain-lain.
C. Model Pembelajaran Open Ended
a. Pengertian pembelajaran open-ended
Pendekatan open-ended adalah salah satu inovasi pendidikan matematika yang pertama
kali dilakukan oleh para ahli pendidikan Jepang. Pendekatan open-ended prinsipnya sam
dengan pembelajaran berbasis masalah kepada siswa. Bedanya problem yang disajikan
memiliki jawaban benar lebih dari satu. Problem yang memiliki jawaban benar lebih dari
satu disebut problem tak lengkap atau problem terbuka. Contoh penerapan problem open-
ended dalam kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode,
cara, atau pendekatan yang berbeda dalam menjawabpemasalahan yang diberikan dan
bukan berorientasi pada jawaban akhir. Dihadapkan dengan problem open-ended siswa
tidak hanya mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai
pada suatu jawaban. Pembelajaran dengan pendekatan open-ended biasanya dimulai
dengan memberikan problem terbuka kepada siswa. Kegiatan pembelajaran membawa
siswa dalam menjawab pertanyaan dengan banyak cara dan mungkin juga dengan banyak
jawaban sehingga mengundang potensi intelektual dan pengalaman siswa dalam
menemukan sesuatu yang baru.
b. Tujuan pembelajaran dengan open-ended
Tujuannya yaitu membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir
matematika siswa melalui problem posing secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan
kreatif dan pola pikir matematika siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin
sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Selain itu, dengan diberikan masalah yang
bersifat terbuka, siswa terlatih untuk melakukan investigasi berbagai strategi dalam
menyelesaikan masalah. Selain itu siswa akan memahami bahwa proses penyelesaian
suatu masalah sama pentingnya dengan hasil akhir yang diperoleh. Berdasarkan
pengertian dan tujuan pembelajaran dengan model pembelajaran open-ended, perlu
digaris bawahi bahwa model pembelajaran open-ended memberi kesempatan kepada
siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Dengan
demikian kemampuan berpikir matematis siswa dapat berkembang secara maksimal
dan kegiatan-kegiatan kreatif siswa dapat terkomunikasikan melalui proses
pembelajaran.
c. Prinsip- prinsip pembelajaran matematika dengan open-ended
Menurut Nohda (Yahya, 2000: 1-39), menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan open-ended didasarkan pada 3 prinsip:
1. Perkaitan dengan prinsip ekonomi kegiatan siswa.
2. Berkaitan dengan hakikat terpadu dan evolusioner dari pengetahuan seperti
matematika, sifatnya teoritis dan sistematis.
3. Berkaita dengan keputusan yang diambil guru di dalam kelas.
d. Langkah-langkah model pembelajaran open-ended
1. Persiapan
Sebelum memulai proses belajar mengajar , guru harus membuat progam satuan
pelajaran RPP, membuat pertanyaan open-ended problems
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan terdiri dari: pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan akhir
3. Evaluasi
Setelah berakhirnya KBM, siswa mendapatkan tugas perorangan atau ulangan
harian yang berisi pertanyaan open-ended problems yang merupakan evaluasi
yang diberikan oleh guru.
Pendekatan Pembelajaran Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Saintifik


Pembelajaran saintik tidak hanya memandanghasil belajarsebagai metode akhir,
namunproses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran
saintifik menekankan pada ketrampilan proses. Model pembelajaran saintifik
berbasis ketrampilan proses sainsadalah model pembelajaran yang mengintegrasikan
ketrampilan proses sains ke dalam system penyajian materipem belajaran sains
seperti kimia, biologi, fisika, dan matematika. Model ini menekankan pada proses
pencarianpengetahuandaripada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang
sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,
pendidik sebagai fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasi kegiatan belajar.
Model pendekatan saintifik berbasis ketrampilan proses juga mencangkup
penemuanmakna(meanings), organisasi, dan struktur dari ide atau gagasan, sehingga
secara bertahap peserta didik belajar bagaimana mengorganisasikan dan melakukan
penelitian.
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada
Standar Kompetensi Lulusan dan Standar memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Standar isi memberikan kerangka
koseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat
kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan standar Kompetensi Lulusan,
sasaran pembelajaran mencangkup pengembangan dalam sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang digunakan untuk satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi
tersebut memiliki proses psikologi yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas
menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas mengingat memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi,dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan
perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Pada kurikulum
2013 prinsip pembelajaran menekankan perubahan paradigma: (1) peserta didik
diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumber
belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis
kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6)
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi
ketampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan ketrampilan mental (softskillls); (9) pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar
sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun
karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut
wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja dalah
guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan
teknologi informasi dan komuniaksi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang
budaya peserta didik.
Selain itu kurikulum 2013 juga menekankan penerapan pendekatan sainifik
(scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksudkan meliputi
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
menciptakan untuk semua mata pelajaran (Sudarwan, 2013). Proses pembelajaran
menyentuh tiga yaitu sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
2. Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam metode ini
terdapat langkah-langkah melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang
eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima ( menolak)
hipotesis dan membuat kesimpulan.
Melalui metode ilmiah atau sains peserta didik diharapkan memiliki
pembiasaan terhadap kecakapan berpikir sains dan kemampuan berpikir kreatif
peserta didik dan yang lebih penting adalah bagaimana sikap pengetahuan dan
ketrampilan diperoleh peserta didik.
Menurut McCollum (2009) dijelaskan bahwa komponen-komponen penting
dalam mengajar menggunakan pendekatan saintifik diantaranya adalah guru harus
menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keigintahuan, meningkatkan
ketrampilan mengamati, melakukan analisis, dan berkomunikasi.
Penjelasan:
a. Meningkatkan rasa keingintahuan, pada tahap ini semua pengetahuan dan
pemahaman dimulai dari rasa ingin tahu dari peserta didik. Pada pembelajaran
kimia SMA/MA rasa ingin tahu ini dapat difasilitasi dalam kegiatan tanya
jawab yang baik mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.
b. Mengamati, pada tahap ini pengamatan dilakukan dengan registrasi inderawi
melalui proses observasi. Pembiasaan kegiatan mengamati sangat bermanfaat
bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran
memiliki makna yang tinggi.
c. Menganalisis, peserta didik perlu dilatih dan dibiasakan melakukan analisis
data yang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Berikan kesempatan kepada
peserta untuk meninjau kembali hasil pengamatan dan mereka dilatih
membuat pola atau grafik dari data yang diperolehnya.
d. Mengkomunikasikan, hasil-hasil yang diperoleh peserta didik dari 3 tahapan
tadi dikomunikasikan dengan peserta didik lain sehingga diperoleh
kesepakatan belajar yang saling melengkapi.
3. Strategi Pembelajaran Saintifik pada pembelajarn matematika di SMA/MA
Untuk melaksanakan pembelajaran matematika dengan menggunakan
pendekatan saintifik diperlukan strategi yang sesuai dengan penbelajaran matematika
di SMAAnaliss KI: Prosedur KI dilakukan dengan langkah-langkah yaitu Membuat
tabel yang terdiri dari semisal KI 1, KI 4, dan materi pokok( dalam silabus).
Dalam hal ini, strategi pembelajaran sangat diperluakan dalam menunjang
terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam kurikulum 2013 agar KI-1, KI-2,
KI-3, dan KI-4 dapat tercapai secara terintegrasi. Untuk menyiapkan kemampuan
guru dalam merancang da melaksanakan pembelajaran saintifik serta melakukan
penilaian autentik menggunakan silabus sbagi acuan,perlu penjabaran operasional
antara lain dalam mengembangkan materi pembelajaran yang memuat
fakta,konsep,prinsip, dan prosedur.
Skenario Pembelajaran Matematika Menggunakan Pendekatan Saintifik

A. Pengertian Teori Belajar Bruner

Salah satu konsep matematika adalah pecahan, karena kebanyakan siswa belum
mengetahui apa yang dimaksud dengan pecahan. Menurut saya, untuk mengatasi
pembelajaran tersebut yang paling efektif adalah teori belajar bruner. Bruner yang
memiliki nama lengkap Jerome S. Bruner seorang psikologi tahun 1951 dari universitas
Harvard-Amerika Serikat, telah mempelapori aliran psikologi kognitif yang memberi
dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan
berpikir. Bruner memiliki banyak pengembangna pikiran tentang psikologi kognitif.
Menurut Bruner, matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur
matematika yang tedapat dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus menemukan keteraturan
dengan cara mengolah bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang
sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah telibat aktif
mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercangkup dalam bahan yang
sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasai itu. Ini
menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih
mudah dipahami dan diingat anak.

B. Karakteristik Teori Belajar Bruner

Karakteristik teori belajar bruner terdapat pada model mental representatif, ini
digunakan untuk menjadikan pembelajaran menjadi optimal, sehingga akan terjadi
internalisasi pada diri siswa, yaitu suatu keadaan dimana pengalaman yang baru dapat
menyatu ke dalam struktur kognitif mereka. Bruner, membedakan tiga jenis model mental
representatif yaitu:

a. Representasi Enaktif
Pada tahap ini, para siswa mempelajari metematika dengan menggunakan sesuatu yang
“konkret”, yang berarti dapat diamati dengan panaca indera. Contoh: mempelajari
hitunngan positif-negatif dengan skala garis. Dengan cara ini, diharapkan siwa akan
lebih mudah mempelajari materi yang diberikan. Dengan demikian cara pembelajaran
matematika adalah memulai dengan sesuatu yang benar-benar konkret dalam arti dapat
diamati dengan menggunakan panca indera.
b. Representasi Ikonik
Para siswa sudah dapat mempelajari suatu pengetahuan dalam bentuk gambar atau
diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda konkret atau nyata.
Contoh : dalam proses pembelajaran penjumlahan dua bilangan bulat dimulai dengan
menggunakan benda nyata berupa garis bilangan sebagai jembatan, maka tahap ikonik
dapat berupa gambar.

c. Representasi Simbolik
Tahap simbolik adalah tahap dimana pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bentuk
simbol-simbol abstrak.
C. Contoh Skenario Pembelajaran Sesuai Teori Bruner dalam Pembelajaran
Matematika
Sebelum proses belajar mengajar dimulai, guru telah mempersiapkan perangkat
pembelajaran seperti RPP, LKS, kuis, nama kelompok siswa dan alat tulis. Untuk nama
kelompok, guru membagi siswa menjadi beberpa kelompok secara heterogen. Skenario
pembelajaran menurut Bruner dalam pembelajaran matematika dengan materi pecahan.
Ketika guru memasuki ruang kelas salah seorang siswa memberika komando untuk
mengucapkan salam. Seluruh siswa mengucapkan salam dan diikuti oleh guru. Setelah
guru dan siswa mengucapkan salam, guru duduk di kursi yang telah disediakan untuk
guru.
Secara umum guru melakukan absensi untuk siswa hadir,mengarahkan untuk berdiskusi,
mengarahka siswa tentang tujuan pembelajaran, dan sebagainya. Dan siswa mengangkat
tangan bila diabsensi, mematuhi guru untuk duduk berkelompok, mendengarkan
penjelasan guru, dan sebagainya.
Pada tahap anaktif:
Guru: anak-anak apakah kalian mengetahui benda-benda yang ibu letakkan di depan?
Siswa: tahu bu!!!
Guru: coba ambil salah satu dari benda tersebut yang paling kalian sukai!
Siswa: (berpikir sejenak untuk memikirkan sesuatu yang dipilih)
Guru: apakah benda yang kalian ambil itu?
Siswa (A): roti bu
Siswa (B): cokelat silver queen bu!
Guru: ya, benar sekali. Apakah benda tersebut sama besar?
Siswa: ya bun sama besar
Guru: apakah bentunya sama?
Siswa: ya bu,
Pada tahap ikonik:
Guru: perhatikan gambar bangun datar di hadapan kalian, kemudian coba sebutkan
masing nama-nama bangun ruang tersebut.
Siswa: segitiga, persegi, persegi panjang, dan lingkaran.
Guru: pilih bangun apa saja yang kalian sukai
Siswa: (memikirkan sejenak untuk melakukan pemilihan)
Guru: apakah nama benda yang kalian ambil itu?
Siswa: persegi panjang bu!

Guru: ada berapa unit benda yang kalian pilih?


Siswa: satu bu!
Guru: gambar bangun datar yang kalian pilih menjadi tiga bagian yang sama.
Siswa: (mengikuti perintah dan menggambarkannya).
Guru: apakah ketiga bentuk gambar memiki belahan yang sama besar?
Siswa: ya bu, sama besar
Guru: baikalah, sekarang tandai dengan arsiran yang menyatatakan 1/3, 2/3, 3/3 dengan
arsiran!
Siswa: ya bu,( siswa mengambar arsiran yang seperti diperintahkan guru)
Pada tahap simbolik
Guru: dapatkah kalian menuliskan lambang atau simbol satu per tiga?
Siswa: Bisa bu, (siswa menulis)
Guru: berapa banyak keseluruhan gambar potongan persegi panjang tadi?
Siswa: “3”
Guru: jadi angka satu pada bilangan 1/3 itu artinya apa?
Siswa: satu artinya bagian irisan yang ditandai atau yang diarsir
Guru: sedangkan angka 3 bagian keseluruhan yang dipotong sama besar
Siswa: sepertiga atau satu per tiga?
Penutup
Guru: anak-anak, apakah kalian sekarang sudah mengetahui tentang pencahan 1/3?
Siswa: sudah bu!
Guru: karena secara umum kalian sudah mengerti, bapak akan berika kuis untuk kalian,
siapkan selembar kertas dan bulpen, selain benda tersebut masukkan dalam tas.
Saya akan beri 15 menit untuk mengerjakan soal kuis tersebut.
Siswa: baik pak.

Anda mungkin juga menyukai