Anda di halaman 1dari 40

SOAL DAN JAWABAN

STRATEGI PEMBELAJARAN

Untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah

Strategi Pembelajaran Matematika

Drs. H. M. Royani, M.Pd

Oleh

SITI AMINAH

( 306-14-23-096 )

Jurusan Pendidikan Matematika

Semester 5

2016

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN
2016
DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi ............................................................................................................................

Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ....................................................

Strategi Pembelajaran Ekspositori .................................................................................

Strategi Pembelajaran Inkuiri ........................................................................................

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah ......................................................................

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir ........................................

Strategi Pembelajaran Kooperatif ..................................................................................

Strategi Pembelajaran Kontekstual ................................................................................

Strategi Pembelajaran Afektif .........................................................................................

1
“Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (SPBAS)”

1. Apa Konsep Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ?

Jawaban : Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat dipandang sebagai suatu


pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan kepada aktiivitas siswa secara optimal untuk
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognotif, afektif, dan psikomotor
secara berkembang, aktivitas ini dapat berupa aktivitas fisik,mental maupun keduanya dan
pembelajaran berorientasi aktivitas siswa ini merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar,
dimana anak terutama mengalami intelektual emosional disamping keterlibatatan fisik didalam
proses belajar mengajar.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri Prasetya,1997:120)

Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar beraneka ragam, seperti
mendengarkan ceramah,mendiskusikan,membuat suatu alat, membuat laporan pelaksanaan-
pelaksanaan tugas dan sebagainya. Keaktifan siswa yang berbeda-beda ini dapatlah
dikelompokkan atas aktivitas yang bersifat fisik dan aktivitas yang bersifat non fisik, seperti
mental, intelektual dan emosional.(Drs.H. Abu Ahmadi-Drs, Joko Tri Prasetya,1997:121).
Dari konsep diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tujuan dari pembelajaran
berorientasi siswa adalah untuk membantu peserta didik agar bisa belajar mandiri dan kreatif,
sehingga ia dapat memmperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat menunjang
terbentuknya kepribadian yang mandiri. Jika dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional 
maka pembelajaran aktivitas siswa adalah pendekatan yang paling sesuai untuk dikembangkan.

2. Sebutkan dan jelaskan Peran Guru Dalam Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa ?

Jawaban : Pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dilihat dari segi guru merupakan
suatu strategi yang dipilih guru agar keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
berlangsung secra optimal, Dalam implementasi pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, guru
tidak berperan sebagai satu - satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran
kepada siswa, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana memfasilitasi siswa agar belajar. Oleh
karena itu, penerapan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa menuntut guru untuk kreatif dan
inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajaranya dengan gaya dan karakteristik
belajar siswa. Untuk itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukun guru, diantaranya adalah :

2
a.    Mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelalajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai.
b.    Menyusun tugas-tugas belajar bersama siswa.
c.    Memeberikan informasi tentang kegiatan pembelajaaan yang harus dilakukan.
d.    Memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar, membimbing, dan lain sebagainya
melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
e.    Memberikan bantuan pelayanan pada siswa yang membutuhkan.
f.     Membantu siswa dalam menarik suatu kesimpulan.
g.    Adanya usaha untuk membina dan mendorong subjek didik dalam menigkatkan kegairahan
serta partisipasi siswa secara aktif
h.    Adanya kemampuan guru untuk melakukan peran sebagai innovator maupun motivator terhadap
hal-hal baru dibidang masing-masing dalam proses belajar mengajar
i.      Adanya sikap tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar
j.      Adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara,irama maupun tingkat
kemampuan masing-masing.
k.    Adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai macam strategi belajar mengajar dan
menggunakan multimedia maupun multimetode dalam proses belajar mengajar.(Drs.H.Abu
Ahmadi-Drs. Joko Tri Prasetya:1997:130)

3. Bagaimana Penerapan PBAS dalam Proses Pembelajaran ?

Jawaban : Dalam kegiatan belajar mengajar PBAS diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan,
seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi sesuatu, menyusun laporan,  memecahkan
masalah, dan lain sebagainya. Keaktifan siswa ada yang secara langsung dapat diamati dan ada
pula yang tidak dapat secara langsung teramati. Kadar PBAS tidak hanya ditentukan oleh
aktivitas fisik semata, akan tetapi juga ditentukan oleh akktivitas nonfisik seperti mental,
intelektual, dan emosional.

4. Faktor-faktor apa saja yang dapat Mempengaruhi Keberhasilan PBAS ?

Jawaban : Keberhasilan penerapan PBAS dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh:

a.    Guru
         Kemampuan guru
          Sikap professional guru

3
         Latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru
b.     Sarana belajar
         Ruang kelas
         Media dan sumber belajar
         Lingkungan belajar

5. Sebutkan metode-metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa !

Jawaban :

Metode-metode mengajar yang dapat mengaktifkan siswa :

a. Metode tanya jawab

b. Metode diskusi

c. Metode kerja kelompok

d. Metode pemeberian tugas

e. Metode demonstrasi

f. Metode eksperimen

g. Metode simulasi

h. Metode penemuan

i. Metode pengajaran unit

4
” Strategi Pembelajaran Ekspositori”

1. Apa yang dimaksud dengan Strategi Pembelajaran Ekspositori ?

Jawaban : Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan


kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa
dengan maksud agar siswa-siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.

2. Hal apa saja yang membuat Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif ?

Jawaban :

Strategi pembelajaran ekspositori akan efektif apabila: Guru menyampaikan bahan-bahan


baru serta kaitanya dengan yang akan dipelajari siswa. Biasanya bahan atau materi baru itu
diperlukan untuk kegiatan-kegiatan khusus, seperti kegiatan pemecahan masalah atau untuk
melakukan proses tertentu. Oleh sebab itu, materi yang disampaikan adalah materi-materi dasar
seperti konsep-konsep tertentu, prosedur, atau rangkaian aktifitas, dan yang lainya.
a) Jika bahan pelajaran yang diajarkan cocok untuk dipresentasikan, artinya dipandang dari
sifat dan jenis materi pelajaran memang materi pelajaran itu hanya mungkin dapat dipahami
oleh siswa manakala disampaikan oleh guru.
b) Jika ingin membangkitkan keingintahuan siswa tentang topik tertentu.
c) Guru menginginkan untuk mendominasikan suatu teknik atau prosedur tertentu untuk
kegiatan praktek.
d) Apabila seluruh siswa memiliki tingkat kesulitan yang sama sehingga perlu menjelaskan
untuk seluruh siswa.
e) Apabila guru akan mengajarkan pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan
pada tingkat menengah ke bawah.

3. Nilai-nilai karakter apa saja yang terbentuk dalam strategi pembelajaran ekspositori ?

Jawaban :

Nilai-nilai karakter dalam pendidikan ekspositori sangat dominan berpengaruh terhadap hal-
hal positif  yang dimiliki oleh siswa:
a) Siswa akan lebih tertata mentalnya ketika menghadapi orang banyak di depan kelas.
Dorongan seorang guru yang begitu bersemangat adalah stimulus yang signifikan diberikan
terhadap siswa. Ini adalah hal sepele bagi kita, tapi dari hal-hal seperti itu membuat para

5
siswa yakin, dan berbangga dengan kepercayaan yang diberikan.
b) Tidak segan-segan mendekatkan diri serta membuka diri bagi mereka sehingga tidak
canggung ketika ingin bertanya terhadap guru bersangkutan. Proses kedekatan ini akan
membuat ikatan yang kuat antara guru dan murid yang imbasnya memberi efek positif bagi
para siswa. Para anak didik yang telah menerima pembelajaran ekpositori lebih cepat
tanggap terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh para pendidik, adapun juga
bagi siswa yang berloading lambat tetap ada kemajuan ketika berdiskusi dan berinteraktif
terhadap teman-temannya.
c) Para siswa juga akan meniru gerakan-gerakan yang dilakukan oleh gurunya ketika
berceramah menerangkan materi untuk siswa, Pengaruh guru memberikan dengan suara
lantang dan penuh makna, siswa akan berlomba-lomba belajar. Mereka akan bersaing
dengan teman-temannya, tidak mau kalah sebelum berjuang. Berdiskusi membuat mereka
saling berpikir untuk memperoleh jawaban yang akurat terhadap suatu pertanyaan yang
dianggap sulit, ini memperngaruhi proses intelektualnya dalam berpikir menyaring hasil-
hasil diskusi dalam pikiran mereka.
4. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran ekspositori ?

Jawaban :

Dalam penggunaan strategi pembelajaran ekspositori terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh setiap guru atau pendidik. Dan beberapa prinsip itu diantaranya yaitu:
a) Berorientasi pada tujuan
b) Walaupun penyampaian materi pelajaran merupakan ciri utama dalam strategi
pembelajaran ekspositori melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses
penyampaian materi tanpa tujuan pembelajaran. Justru tujuan itulah yang harus menjadi
pertimbangan utama dalam penggunaan strategi ini. Karena itu sebelum strategi ini
diterapkan terlebih dahulu seorang pendidik harus merumuskan tujuan pembelajaran
secara jelas dan terukur.
c) Prinsip Komunikasi
d) Proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai proses komunikasi, yang menunjuk pada
proses penyampaian dari seseorang ( sumber berita ) kepada seseorang lainnya ataupun
kelompok lainnya ( penerima berita ).
e) Prinsip Kesiapan
f) Dalam teori koneksionisme, kesiapan merupakan salah satu hukum belajar. Inti dari
hukum belajar ini adalah bahwa setiap individu akan merepon dengan cepat setiap

6
stimulus manakala dalam dirinya sudah memiliki kesiapan; sebaliknya, tidak mungkin
setiap individu akan merespon setiap stimulus  yang muncul manakala dalam dirinya
belum memiliki kesiapan.
g) Prinsip Berkelanjutan
h) Proses pembelajaran ekspositori harus dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari
materi pelajaran lebih lanjut. Ekspositori yang berhasil adalah manakala melalui proses
penyampaian dapat membawa siswa pada situasi
ketidakseimbangan (disequilibrium), sehingga mendorong mereka untuk mencari dan
menemukan atau menambah wawasan melalui proses belajar mandiri.
5. Jelaskan langkah-langkah dalam penerapan strategi ekspositori ?

Jawaban :

Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori yaitu diantaranya.

a) Persiapan (preparation)
a. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah:
b. Mengajak siswa keluar dari kondisi mental yang pasif
c. Membangkitkan motivasi dan minat siswa untuk belajar
d. Merangsang dan menggugah rasa ingin tahu siswa
e. Menciptakan suasana dan iklim pembelajaran yang terbuka
b) Penyajian (presentation)
Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan
persiapan yang telah dilakukan. Dan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
langkah ini yaitu:
a. Penggunaan bahasa
b. Intonasi suara
c. Menjaga kontak mata dengan siswa
d. Menggunakan joke-joke yang menyegarkan
c) Menghubungkan (correlation)
Langkah kolerasi adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman
siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap
keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.
d) Menyimpulkan (generalization)

7
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah
disajikan, langkah ini cukup penting dalam strategi ekspositori karena melalui langkah
ini maka siswa dapat mengambil inti sari dalam proses penyajian. Menyimpulkan dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu pertama, dengan cara mengulang kembali inti-inti
materi yang menjadi pokok permasalahan. Kedua, dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan yang relevan denagn materi yang telah disajikan. Ketiga, dengan cara maping
melalui pemetaan keterkaitan antar materi pokok-pokok materi.
e) Penerapan (application)
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak
penjelasan guru dalam proses belajar mengajar.

8
“ Strategi Pembelajaran Inkuiri “

1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran berbasis inkuiri dan inkuiri siswa
mandiri ?

Jawaban :

Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Inkuiri
merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan metode ilmiah seperti
mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku-buku dan sumber
informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang
telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk
memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan
mengkomunikasikan hasilnya (Depdikbud, 1997)
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu permasalahan yang dipertanyakan.

Inkuiri siswa mandiri dapat dikatakan sebagai inkuri penuh karena pada tingkatan ini siswa
bertanggung jawab secara penuh terhadap proses belajarnya dan guru hanya memberikan
bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan. Tipe inkuiri yang
paling kompleks ialah penelitian siswa (student research). Dalam inkuiri tipe ini guru hanya
berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan dan
pelaksanaan proses dari seluruh komponen inkuiri menjadi tanggung jawab siswa.

2. Apa saja prinsip prinsip strategi pembelajaran inkuiri ?

Jawaban :

Penggunaan strategi pembelajaran inkuiri memiliki beberapa prinsip, antara lain:


1) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Tujuan utama dari strategi pembelajaran inkuiri adalah pengembangan kemampuan
berpikir dan berorientasi pada proses belajar. Keberhasilan pembelajaran ini terlihat pada
aktivitas siswa untuk mencari tahu dan menemukan sesuatu yang merupakan gagasan
yang pasti.
2) Prinsip interaksi

9
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru ketika guru berperan
sebagai pengatur lingkungan dan pengatur interaksi belajar. Guru mengarahkan siswa
untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
3) Prinsip bertanya
Guru juga berperan sebagai penanya karena kemampuan siswa untuk bertanya pada
dasarnya sudah merupakan bagian dari proses berpikir.
4) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar merupakan proses berpikir yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak
secara maksimal.
5) Prinsip keterbukaan
Belajar adalah suatu proses mencoba berbagai kemungkinan. Untuk itu siswa hendaknya
diberikan kebebasan untuk mencoba sesuatu sesuai dengan perkembangan kemampuan logika
dan nalarnya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk mengembangkan hipotesis dan
secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan.
3. Sebutkan dan jelaskan langkah langkah penerapan strategi pembelajaran inkuiri!

Jawaban :

Secara umum proses strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah


sebagai berikut:
a) Orientasi
Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi adalah menjelaskan topik,
tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan akan dicapai siswa, menjelaskan pokok-pokok
kegiatan untuk mencapai tujuan, dan menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar
sebagai motivasi bagi siswa.
b) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan
yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang
untuk berpikir. Teka-teki yang menjadi persoalan dalam inkuiri harus mengandung
konsep yang jelas dan pasti. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang
sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
c) Merumuskan hipotesis

10
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu di uji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada siswa adalah
dengan mengajukan pertanyaan yang dapat merumuskan berbagai perkiraan
kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan.
d) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan data membutuhkan motivasi yang
kuat dalam belajar, ketekunan, dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas
guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
e) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai
dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data sehingga guru
dapat mengembangkan kemampuan berpikir rasional siswa. Artinya, kebenaran jawaban
bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan
dapat dipertanggungjawabkan.

f) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh
berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk memperoleh kesimpulan yang akurat
sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa contoh data yang relevan.
4. Apa tujuan utama strategi pembelajaran inkuiri ?

Jawaban : Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah mendorong siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan.
5. Apa kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri ?
Jawaban :
Adapun kelebihan metode inkuiri adalah:
a. Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan
penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa
b. Strategi penemuan membangkitkan minat siswa
c. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya

11
d. Siswa dapat mengarahkan sendiri cara belajarnya
e. Membantu memperkuat pribadi siswa
f. Strategi berpusat pada anak
g. Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat dan menemukan
kebenaran akhir dan mutlak

Sedangkan kelemahan metode inkuiri adalah:


a. Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara ini
b. Metode ini kurang berhasil untuk mengajar di kelas besar
c. Harapan yang dilimpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan
siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional
d. Metode ini dianggap terlalu mementingkan perolehan pengertian dan kurang
diperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan
e. Fasilitas untuk mencoba ide-ide mungkin belum lengkap

12
“Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah”

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran berbasis masalah ?

Jawaban :

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) dalam penerapan strategi ini,guru


memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetukan topik masalah,walaupun sebenarnya
guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa
mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi kognitif yang
berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta,tetapi suatu proses
interkasi secara sadar antara individu dengan lingkungannya, melalui proses ini sedikit demi
sedikit siswa akan berkembang secara utuh, artinya,perkembangan siswa tidak hanya terjadi
pada aspek kognitif,tetapi juga aspek efektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal
akan problema yng dihadapi.
Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk
mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di mayarakat,maka SPBM merupakan strategi yang
memungkinkan dan sangat penting untuk I kembangkan, hal ini disebabkan pada kenyataan
setiap manusia agar selalu dihadapkan kepada masalah, dari mulai masalah yang sederhana
sampai kepada masalah yang kompleks; SPBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan
kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu
strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran.

13
2. Sebutkan tahapan tahapan strategi pembelajaran berbasis masalah?
Jawaban :
Tahap tahap Pengajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap, seperti dijelaskan tabel
berikut ini;

3. Jelaskan langkah langkah strategi pembelajaran berbasis masalah!

Jawaban :

14
Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara umum
SPBM dapat dilakukan dengan lngkah-langkah:
a. Menyadari masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus
dipecahkan.Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau
gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai siswa
pada tahap ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari
berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan
lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua
kesenjanganyang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar maupun kelompok kecil atau
bahkan individual.

b. Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya difokuskan
pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan maslah sangat penting, sebab selanjutnya
akan berhubungan dengan kejelasan an kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan
dengan data-data apa yang haru dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang
diharapkan dari siswa dalam hal ini adalah siswa dapat menentukan proiritas masalah.Siswa
dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah
sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapt dipecahkan.

c. Merumuskan hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah, yang merupakan perpaduan berpikir dedukatif dan induktif,
maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan.
Kemampuan siswa yang diharapkan dari siswa pada tahap ini adalah siswa dapat menentukan
sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada
akhirnya siswa diharapkan agar dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.
Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang
sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
d. Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadan data dalam proses berpikir ilmiah meruakan hal yang
sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang
diajukan harus sesuai dengan kenyataan yang ada. Proses berpikir ilmiah bukan proses
berimajinasi tetapi proses yang didasarkan pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahap ini siswa

15
didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini
aalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan
menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
e. Menguji hipotesis
Berdasakan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis yang mana yang
diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahap ini adalah
kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan
maslah yang dikaji. Di samping itu, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan dan
kesimpulan.
f. Menentukan piliihan penyelesaian.
Menentukan pilihan penyelesaian merupakan proses akhir dari proses SPBM. Kemampuan
yyang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang
memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi
sehubungan dengan alternatif yang dipilih nya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan
terjadi pada setiap pilihan.
4. Apa manfaat strategi pembelajaran berbasis masalah?

Jawaban :

Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa mengembangkan


keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Dengan pembelajaran berbasis
masalah ini siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan analisisnya
serta menjadi pembelajar yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan
kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih
dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.

5. Apa kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran berbasis masalah?

Jawaban :

Sebagai sesuatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan(kelebihan), antara


lain sebagai berikut.
a.       Pemecahan masalah (Problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih
memahami isi pelajaran.

16
b.      Pemecahan masalah (Problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan
kepuasan untuk menemukan pengetahuan bagi siswa.
c.       Pemecahan masalah (Problem solving) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d.      Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer
pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.       Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Disamping itu, pemecahan malah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri
baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f.       Pemecahan masalah (Problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh
siswa, bukan hanya sekedar belajar dari buku atau dari buku-buku saja.
g.      Pemecahan masalah (Problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h.      Pemecahan masalah (Problem solving) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengaplikasi pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i.        Pemecahan masalah (Problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
j.        Realistis dengan kehidupan siswa.
k.      Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.
l.        Memupuk sifat inquiri siswa.
m.    Retensi konsep jadi kuat.
Kelemahan
a.       Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah
yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui (problem solving) membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
c.       Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
d.      Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks.
e.       Sulitnya mencari problem yang relevan.
f.       Sering terjadi miss-konsepsi.

17
“ Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir”

1. Apa yang dimaksud Strategi Pemebelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir?

Jawaban : Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah


model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui
telaah fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajukan. Dengan metode ini diharapkan siswa tidak hanya menguasai materi pelajaran namun
juga dapat mengembangkan ide dan gagasan melalui kemampuan berbahasa secara verbal.

2.      Apa saja karakteristik SPPKB?


Jawaban :

Sebagai strategi Pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir,


SPPKB memiliki tiga karakteristik utama, yaitu :
1. Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan pada mental siswa secara maksimal. SPPKB
bukan hanya menuntut siswa mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa
dalam proses berpikir. Setiap kegiatan belajar yang berlangsung disebabkan dorongan mental
yang diatur oleh otak.
2. SPPKB dibangun dalam suasana dialogis dan proses tanya jawab secara terus – menerus. Proses
pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
3. SPPKB menyandarkan pada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar.
Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar
diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

3.      Apa saja tahapan SPPKB?


Jawaban :
Penerapan SPPKB memiliki 6 tahapan[6], yaitu :
1) Tahap Orientasi
Pada tahap ini guru mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran.
Tahap orientasi dilakukan dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan menjelaskan proses
pembelajaran yang harus dilakukan siswa. Pemahaman siswa terhadap arah dan tujuan yang
harus dicapai dalam proses pembelajaran sangat menentukan keberhasilan SPPKB. Untuk itulah

18
dialog yang dikembangkan guru pada tahapan ini harus mampu menggugah dan menumbuhkan
minat belajar siswa.
2) Tahap Pelacakan
Tahapan pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan
kemampuan dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan.
Melalui tahapan ini guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap
pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan
dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus
mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3) Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan
tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Pada tahap ini guru harus dapat mengembangkan
dialog agar siswa benar-benar mamahami persoalan yang harus dipecahkan.
4) Tahap Inkuiri
Tahap inkuiri adalah tahap terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah siswa belajar
berpikir dengan sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan
persoalan yang dihadapi. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan
keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan
pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan dan lain
sebagainya.
5) Tahap Akomodasi
Tahap akomodasi adalah tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses
penyimpulan. Pada tahap ini siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai
dengan topik atau tema pembelajaran. Tahap akomodasi bisa juga disebut sebagai tahap
pemantapan hasil belajar, karena pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkapkan
kembali pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.
6) Tahap Transfer
Tahap transfer adalah tahap penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah yang
disajikan. Tahap transfer dimaksudkan agar siswa mampu mentransfer kemampuan berpikirnya
untuk memecahkan masalah-masalah baru.

4.      Apa Hakekat SPPKB?


Jawaban :

19
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir atau SPPKB merupakan model
pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir
siswa. Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah
dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami
memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek
dalam memori. Berpikir adalah istilah yang lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan
seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan
berpikir sesorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.

Kemampuan berpikir merupakan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu
kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir.
Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memilki
kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan beroikir seseorang sudah pasti diikuti
oleh kemampuan mengingat dan memahami.
Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working  memory), maka orang tersebut tidak
mungkin sanggup menyimpan masalah dan informasi yang cukup lama. Jika seorang kurang
memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak
akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang
melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya untuk
dapat mengingat dan memahami diperlukan prose mental yang disebut berpikir.
Berdasarkan penjelasan diatas maka SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang
diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta  atau konsep,
akan tetapi sebagaiman data, fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk
melatih kemampuan berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.

5.      Metode apa yang di gunakan dalam SPPKB?


Jawaban :

Salah satu metode yang sesuai untuk diterapkan dalam strategi ini adalah metode demonstrasi.
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau sekedar tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode
demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam,
sehingga membentuk pengertian dengan baik dan sempurna. Juga siswa dapat mengamati dan

20
memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung. Metode demonstrasi baik
digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan
dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses
mengerjakan atau menggunakannya, komponen-komponen yang membentuk sesuatu,
membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran
sesuatu.

21
“ Strategi Pembelajaran Kooperatif “

1.      Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif ?

Jawaban :

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama
dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Dimana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat kemampuan,
melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi
pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya
belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama
mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil
memahami dan melengkapinya.

2.      Metode apa saja yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif ?

Jawaban :

         1.      Metode STAD ( Student Achievement Divisions )


         2.      Metode Jigsaw
         3.      Metode G ( Group Investigation )
         4.      Metode structural
         5.      Think – Pair – Share
         6.      Numbered Heads Together
         7.      Bamboo Dancing
         8.      Point – Counter – Point
         9.      The Power of Two
        10.   Listening Team

3.      Apa tujuan dari model pembelajaran kooperatif ?

Jawaban :

22
Pada dasarnya model cooperative learning di kembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga
tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al.(2000) dalam Isjoni (2010), yaitu:

            1.      Hasil belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki
prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa
model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang
model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan
nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan  dengan hasil belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning
dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

           2.      Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang
berbeda berdasarkan ras, budaya,kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi
untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur
penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

            3.      Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan
bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat
ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

4. Ada perbedaan apa saja antara pembelajaran kooperatif dengan kelompok belajar


pembelajaran tradisional ?

Jawaban :

23
1. Dalam pembelajaran tradisional guru sering membiarkan adanya siswa yang
mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Sementara itu, dalam
pembelajaran kooperatif ada saling ketergantungan positif, saling membantu dan
memotivasi antar siswa, sehingga tercipta interaksi proporsional.
2. Dalam pembelajaran tradisional, akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga
tugas-tugas acapkali hanya dikerjakan oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan
anggota yang lain relatif pasif atau hanya se enaknya saja di atas keberhasilan teman
yang mengerjakan tugas tadi. Sementara itu, dalam pembelajaran kooperatif ada
akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pembelajaran tiap anggota
kelompok. Kelompok diberi umpan balik mengenai hasil belajar para anggota-
anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberi bantuan pada sesama siswa.
3. Dalam pembelajaran tradisional, pada umunya kelompok belajar yang dibentuk berisifat
homogen. Sementara itu, dalam pembelajaran kooperatif kelompok belajar bersifat
heterogen, baik dalam kemampuan akademis , jenis kelamin, ras etnik, dan sebagainya.
Sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat
memberi bantuan pada sesama siswa.
4. Dalam pembelajaran tradisional, pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau
guru membiarkan setiap kelompok memilih pemimpinya dengan cara masing-masing.
Sementara itu, dalam pembelajaran kooperatif pemimpin kelompok dipilih secara
demokratis atau secara bergiliran untuk memberikan pengalaman pemimpin bagi semua
anggota kelompok.
5. Dalam pembelajaran tradisional, keterampilan sosial seringkali tidak diajarkan secara
langsung. Sementara itu, dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja gotong royong diajarkan secara langsung, seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik agar dapat
menumbuhkan karakter peserta didik.
6. Dalam pembelajaran tradisional, pemantauan melalui observasi dan intervensi sering
dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Sementara itu,
dalam pembelajaran kooperatif guru melakukan memantauan pada saat proses belajar
berlangsung dan baru melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar
anggota kelompok.
7. Dalam pembelajaran tradisional, guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang
terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Sementara itu, dalam pembelajaran kooperatif
24
guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-
kelompok belajar.
8. Dalam pembelajaran tradisional, sering lebih menekankan pada penyelesaian tugas.
Sementara itu, dalam pembelajaran kooperatif penekanan tidak hanya pada penyelesaian
tugas tetapi juga hubungan interpersonal yakni hubungan antar pribadi yang saling
menghargai.

5.      Apa yang melatarbelakangi munculnya pembelajaran kooperatif ?

Jawaban :

Pembelajaran kooperatif muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang
ada. Pembelajaran kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual. Dimana guru
terus memberikan informasi ( guru sebagai pusat ) dan peserta didik hanya mendengarkan

25
“Strategi Pembelajaran Kontekstual”

1. Apa Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ?


Jawaban :
Beberapa pengertian dari pembelajaran kontekstual itu antara lain:

 Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan
kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat
diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks
lainnya.
 Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan
antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
 Merupakan pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah,
terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life
modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar
muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman
dan menyenangkan. 

2. Bagaimana Prinsip Pembelajaran Kontekstual ?


Jawaban :

Ada dua prinsip pembelajaran kontekstual, yaitu: (a) aktivitas siswa, yakni siswa aktif
melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan (b) pengembangan
kemampuan sosialisasi, sehingga mereka perlu belajar bersama atau berkelompok.

3. Pemikiran apa yang mendasari  Pembelajaran Kontekstual ?

Jawaban :
Pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar,
yakni sebagai berikut:

26
a. Proses belajar

 Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
 Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
 Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
 Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
 Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
 Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus
seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.

b. Transfer Belajar

 Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
 Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi
sedikit)
 Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu

c. Siswa sebagai Pembelajar

 Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang
anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
 Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan
tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
 Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah
diketahui.
 Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada
siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa
untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

27
d. Pentingnya Lingkungan Belajar

 Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. 
 Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya,
guru mengarahkan.
 Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru
mereka.
 Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
 Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
 Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

4. Apa Saja Komponen Pembelajaran Kontekstual  ?

Jawaban :
Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7 komponen, yakni sebagai berikut:

a. Konstruktivisme

 Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada


pengetahuan awal.
 Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan

b. Inquiry

 Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.


 Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis

c. Questioning (Bertanya)

 Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
 Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry

d. Learning Community (Masyarakat Belajar)

28
 Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
 Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
 Tukar pengalaman.
 Berbagi ide

e. Modeling (Pemodelan)

 Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
 Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya

f. Reflection ( Refleksi)

 Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.


 Mencatat apa yang telah dipelajari.
 Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok

g. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)

 Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.


 Penilaian produk (kinerja).
 Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual

5. Bagaimana Karakteristik Pembelajaran Kontekstual ?

Jawaban :
Setidaknya pembelajaran kontekstual ini memiliki 11 karakteristik (ciri khusus), yakni sebagai
berikut:
a.  Kerjasama
b. Saling menunjang
c. Menyenangkan, tidak membosankan
d. Belajar dengan bergairah
e. Pembelajaran terintegrasi
f. Menggunakan berbagai sumber
g. Siswa aktif
h. Sharing dengan teman

29
i. Siswa kritis guru kreatif
j. Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor
dll.
k. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil
    pratikum, karangan siswa dan lain-lain

6. Bagaimana Cara Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Pembelajaran


Kontekstual?

Jawaban :

 Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana


kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. 
 Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut,
materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
 Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang
apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
 Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. 
 Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya, di mana: Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai
(jelas dan operasional), sedangkan program pembelajaran kontekstual lebih menekankan
pada skenario pembelajarannya.
 Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut:

1. Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa


yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok
dan Indikator Pencapaian Hasil Belajar.
2. Nyatakan tujuan pembelajarannya.

30
3. Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
4. Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
5. Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati
partisipasinya dalam pembelajaran.

31
“Strategi Pembelajaran Afektif”

1. Apakah pengertian dari strategi pembelajaran afektif ?


Jawaban:
Strategi Pembelajaran Afektif memang berbedadengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu
menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam batasan tertentu
memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan tetapi penilaiannya untuk sampai
kepada kesimpulan yang bisa dipertanggungj awapkan membutuhkan ketelitian dan observasi
yang terus menerus, dan hal ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan
sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru disekolah kita tidak bisa
menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan bahasa atau sopan
santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan guru dalam keluarga dan lingkungan sekitar.
Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang
mengandung konflik atau situasi yang problematis, dan pengajar dapat membina dalam
menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan tingkat nilai kemampuan masing-masing.

2. Bagaimana karakteristik dari strategi pembelajaran afektif ?


Jawaban:
Ada 5 (lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai,
dan moral.

1) Sikap.

Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka
terhadap suatu objek, suatu kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukan sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
informasi verbal. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang ingin
dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang
dilakukan untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran,
pendidik, dan sebagainya. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan
untuk menolak suatu objek. Selain itu terdapat pula pandangan beberapa ahli mengenai
pengertian sikap, yaitu :
- Thurstone & Chave (dalam Mitchell, 1990)

32
Mengemukakan definisi sikap yaitu, Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan dan perasaan,
curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan-tantangan, dan
keyakinan manusia mengenai topik tertentu.
- Allport (1921)
Sikap adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, yang mengarahkan dan
secara dinamis mempengaruhi respon-respon individu terhadap semua objek dan situasi yang
terkait.
- Menurut Krech & Crutchfield
Sikap adalah pengorganisasian yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi, persepsi dan
kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan dengan aspek
kehidupannya.
- Winkel (2004)
Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan
(action), lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia
beberapa alternatif.
- Fishbein dan Ajzen (1975)
Sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif
terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya
sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.

Dari berbagai definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa, sikap adalah
kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang
dianggapnya baik atau tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh
kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek
itu sebagai hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan tidak berharga atau tidak berguna
(sikap negatif).
Pernyataan kesenangan dan ketidaksenangan seseorang terhadap objek yang dihadapinya, akan
sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahamannya (aspek kognitif) terhadap objek tersebut. Oleh
karena itu, tingkat penalaran (kognitif) terhadap sesuatu objek dan kemampuan untuk bertindak
terhadapnya (psikomotorik) turut menentukan sikap seseorang terhadap objek yang
bersangkutan dan yang akan dipilihnya. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan
(Popham, 1999). Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, misalnya bahasa Inggris, harus
lebih positif setelah peserta didik mengikuti pembelajaran bahasa Inggris dibanding sebelum
mengikuti pembelajaran. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik

33
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik
terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.

2) Minat.

Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman,
dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar
Bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.
Penilaian minat dapat digunakan untuk:
a. mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran,
b. mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,
d. menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,
e. mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama,
f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang
tepat dalam penyampaian materi,
g. mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik,
h. bahan pertimbangan menentukan program sekolah,
i. meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

3) Konsep Diri.

Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya
seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti
sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu
daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik.
Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta
didik dengan tepat.

34
Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri
adalah sebagai berikut :
a. Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
b. Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
c. Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya.
d. Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
e. Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
f. Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta
didik.
g. Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
h. Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
i. Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
j. Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
k. Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
l. Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
m. Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi
pembelajaran yang dilakukan.
n. Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain.
o. Peserta didik mampu menilai dirinya.
p. Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
q. Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya.

4) Nilai

Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan
nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan
perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat dikatakan
tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek,
aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan
kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide
sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan

35
pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi konstribusi
positif terhadap masyarakat.

5) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan
terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain, membohongi orang
lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga sering dikaitkan dengan
keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang berdosa dan berpahala. Jadi
moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.

3. Apa saja model-model dari pembelajaran afektif menurut Wina Sanjaya?


Jawaban:
Menurut Wina Sanjaya (2006), ada 3 model strategi pembelajaran yaitu :
1) Model Konsiderasi, dikembangkan oleh Mc, Paul yang menekankan bahwa model ini
merupakan strategi pembelajaran yg dapat membentuk kpribadian . Salah satu
implementasinya yakni mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai
sudut pandang untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu
sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
2) Model Pengembangan Kognitif oleh Lawrence KohlBerg, berpendapat bahwa
perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi kognitif yang
berlangsung secara berangsur-angsur .
3) Teknik Mengklarifikasi Nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu
siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi
suatu persoalan yang dianggap proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa.

4. Apa kelemahan dari pembelajaran afektif ?


Jawaban:
Disamping aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk membentuk kecerdasan
peserta didik dan pembentukan keterampilan untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik memiliki kemampuan motorik, maka pembentukan sikap peserta didik merupakan aspek
yang tidak kalah pentingnya. Dalam proses pendidikan disekolah proses pembelajaran sikap

36
kadang-kadang terabaikan. Hal ini disebabkanoleh proses pembelajaran dan pembentukan
akhlak memiliki beberapa kesulitan.
Pertama, Proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku cenderung diarahkan
untuk pembentukan intelektual. Sehingga keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran
ditentukan oleh kriteria kemampuan kognitif. Akibatnya upaya guru diarahkan kepada
bagaimana agar anak dapat mengetahui sejumlah pengetahuan sesuai dengan standard
kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari berbagai macam bentuk evaluasi yang dilakukan baik
evaluasi tingkat sekolah, tingkat wilayah maupun tingkat nasional diarahkan kepada kemampuan
anak dalam menguasai materi pelajaran. contohnya pendidikan agama dan pendidikan
kewarganegaraan yang seharusnya diarahkan kepada tingkat pembentukan moral dan sikap, tapi
karena keberhasilannya diukur dari kemampuan intelektual maka evaluasi pun lebih banyak
mengukur kemampuan penguasaan materi pelajaran dalam bentuk kognitif.
Kedua, sulitnya melakukan kontrol karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perkembangan sikap seseorang. Pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses
pembiasaan maupun modeling bukan hanya ditentukan oleh faktor guru tetapi juga faktor lain,
terutama faktor lingkungan.
Ketiga, keberhasilan pembentukan sikap tidak dapat dievaluasi dengan segera. Berbeda
dengan pembentukan aspek kognitif dan aspek keterampilan yang hasilnya dapat diketahui
setelah proses pembelajaran berakhir. Sementara keberhasilan pembentukan sikap dapat dilihat
dengan rentan waktu yang cukup panjang karena sikap berhubungan dengan internalisasi nilai
yang memerlukan proses yang lama.
Keempat, pengaruh kemajuan tekhnologi, khususnya kemajuan tekhnologi informasi
yang menyuguhkan aneka pilihan program acara, berdampak pada pembentukan karakter anak.
Tidak bisa kita pungkiri, program televisi , misalnya yang banyak menanyangkan program acara
produksi luar yang memiliki latarbelakang budaya yang berbeda. Maka secara perlahan tapi pasti
budaya asing yang belum tentu cocok dengan budaya lokal merembes dalam setiap relung
kehidupan, menggeser nilai-nilai lokal sebagai nilai luhur yang mestinya ditumbuhkembangkan,
sehingga pada akhirnya membentuk norma baru yang mungkin tidak sesuai dengan nilai dan
norma masyarakat yang berlaku.

5. Bagaimana cara menanggulangi kelemahan dari strategi pembelajaran afektif ?


Jawaban:

Cara Mengatasi Kesulitan Dalam Pembelajaran Afektif

37
Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pembelajaran afektif diatas terdapat beberapa cara
yang dapat diterapkan agar kesulitan-kesulitan tyersebut dapat diminimalisir dan bahkan diatasi
dengan baik. Cara-cara mengatasinya adalah :

Pertama, Pendidikan yang ada selama ini sesuai dengan kurikulum yang digunakan untuk
mengukur kemampuan intelektual anak dari pada kemampuan afektif, akan tetapi kemampuan
dalam bersikap pun tidak kalah penting harus dimiliki anak, untuk apa memiliki generasi muda
yang pintar akan tetapi perilakunya tidak mencerminkan orang yang memiliki intektual.
Pendidikan agama dan kewarganegaraan sampai saat ini merupakan pendidikan yang wajib
diberikan pada anak didik, karena dengan pendidikan agama dan moral dapat mengontrol
perilaku anak agar tidak cepat terjerumus pada perilaku yang buruk tetapi sangat popular, akibat
kemajuan zaman dan teknologi. Kesadaran yang harus dimiliki diri anak yang sangat baik
ditanamkan sejak dini adalah sesuatu sikap yang sangat tepat dalam memfilter perilaku anak,
anak akan memahami cara berperilaku saat anak mampu membedakan mana sikap yang baik dan
mana sikap yang buruk bagi dirinya.

Kedua, Peran dari guru dan orang tua serta lingkungan sangat menentukan perilaku yang
akan dikeluarkan atau dicontoh oleh siswa. Guru mampu memberikan pembelajaran yang
intelektual dan juga memiliki nilai sikap yang baik, contohya saat guru mengajarkan
bagaimananya caranya bersikap pada pengemis, pemulung, orang tua, dan lain sebagainya. Guru
pun dapat memberikan praktek melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan
masyarakat orang tua yang harus menjadi contoh bagi anaknya, tanamkan ilmu agama dan moral
dari anak berusia dini, serta berikan perhatian dan penjelasan yang ringan mengenai akhlaq
manusia yang baik, dan kemukakan beberapa contoh suri tauladan seperti akhlaq Nabi
Muhammad SAW. Orang tua juga memberikan contoh praktek bersikap yang baik didepan
anak-anaknya, agar anak bangga dan mencontohnya.

Ketiga, Pembentukan sikap bukan untuk dinilai akan tetapi diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari, apabila pembentukan sikap yang dilakukan guru dan orang tua serta lingkungan
berpengaruh baik pada anak maka kehidupan anak akan terjamin aman dan jauh dari kekacauan.
Sebaliknya bila pembentukan sikap kurang optimal pada anak maka perilaku anak akan mudah
tergantikan dengan perilaku yang datang silih berganti, membuat perilaku anak sulit terkontrol
dan berakibat buruk bagi anak tersebut.

Keempat, Pengaruh kemajuan teknologi dapat diatasi dengan pengawasan yang baik dari
orang tua dan guru, berikan pengertian bahayanya kemajuan teknologi dengan menggunakan
bahasa yang komunikatif tanpa gaya yang memaksa ataupun nada kasar. Kedekatan orang tua

38
dan anak sangat banyak membantu dalam mengotrol sikap anak dalam menerima kemajuan
teknologi yang ada, berikan anak kebebasan yang bertanggung jawab, berikan kepercayaan
terhadap anak bahwa anak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi
dirinya sendiri.

39

Anda mungkin juga menyukai