Anda di halaman 1dari 7

ELANG JAWA Nisaetus Bartelsi .(STRESEM.

, 1924)
INDEMIK PULAU JAWA

Deviyana kopman (03101811003)


PENDAHULUAN

Salah satu fauna yang memiliki keanekaragaman hayati yang Berdasarkan uraian di atas maka studi ini
cukup tinggi di Indonesia adalah burung (Aves). Indonesia dilakuan dengan tujuan : (1) mengetahui
memiliki 1598 jenis burung, di antaranya terdapat burung gambaran umum tentang habitat, populasi,
pemangsa (Sukmantoro dan Supriatna, 2010). morfologi, klasifikasi, reprodusi dan perilaku
Elang jawa (Nisaetus bartelsi) burung pemangsa yang elang jawa (nisaetus bartelsi stresem., 1924)
dilindungi Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1999 tentang indemik pulau jawa
Pengawetan jenis Tumbuhan dan Satwa. Berdasarkan IUCN
redlist 2015 versi 3.1 elang jawa termasuk ke dalam status
endangered sedangkan berdasarkan CITES tergolong Apendix I. METODE PENILITIAN
Metode yang digunakan yaitu mengunakan
metode study literatur atau literatur rivu dan
jenis data yang saya gunakan yaitu data skunder
Status konservasi dengan membaca referensi – referensi atau
jurnal – jurnal yang terpercaya dan pustaka
lainya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Polasi Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi, Stresem., 1924 Habitat Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi, Stresem., 1924)

Saat ini populasi Elang Jawa hanya tertinggal antara 300 sampai 500 ekor
saja. Jika tidak dilakukan pengembangbiakan, dikhawatirkan hewan
tersebut bisa punah. Elang Jawa adalah spesies endemik, hanya terdapat di Sebaran
sepanjang  pulau Jawa.  Karena populasinya tidak banyak dan terancam
punah, maka pemerintah Indonesia menetapkan Elang Jawa sebagai Sebaran elang jawa adalah seragam pada tipe habitat hutan
spesies yang dilindungi dan pada tahun 1993 melalui Keputusan Presiden alam dataran rendah atau dengan kata lain yaitu terkonsentrasi
No. 4 tahun 1993. pada tipe habitat hutan alam dataran rendah.

Klarifikasi Ilmiah Elang Jawa (Nisaetus Bartelsi, Stresem., 1924)


Komposisi dan struktur hutan
 
Kingdom : Animalia  Hutan alam dataran rendah
Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata Elang jawa di TNAP menggunakan hutan alam dataran rendah
Class : Aves yang merupakan hutan dengan heterogenitas yang tinggi dan
Ordo : Falconiformes memiliki pohon mencuat (emergent tree).
Familly : Accipitridae
Genus : Nisaetus  Hutan tanaman
Species : Nisaetus bartelsi (
Stresem.,1924) Jenis-jenis pohon di hutan tanaman tidak heterogen, namun ada
dominasi oleh pohon mahoni (Swietenia macrophylla) Jenis
pohon yang digunakan elang jawa untuk istirahat, Mahoni yang
dipilih elang jawa untuk istirahat memiliki cabang mendatar dan
tidak berdaun.
 Areal buru

Areal buru elang jawa adalah hutan alam dataran rendah di JPB dengan ciri khas
yaitu terdapat potensi mangsa yang cukup sesuai seperti jelarang (Ratufa bicolor),
bajing (Callosciurus notatus) dan ayam hutan (Gallus gallus).

Makanan Elang Jawa (Nisaetus bartelsi, Stresem.,


1924)

jelarang (Ratufa bicolor), bajing (Callosciurus notatus) ayam hutan (Gallus gallus). Tercatat beberapa jenis hewan yang menjadi makanan dari
Elang Jawa, terutama dari jenis mamalia pohon berukuran
 Tempat sarang
kecil hingga sedang seperti tikus, tupai, kelelawar, dan
Elang Jawa menggunakan pohon anak monyet, dan agak jarang memangsa aves atau burung
Castanopsis argentea yang ditumbuhi seperti kerabat merpati dan ayam kampung serta jenis-
banyak liana pada batang utamanya jenis reptil atau hewan melata seperti ular, dan kadal.
untuk bersarang. Pohon yang dipilih
merupakan pohon yang emergent dan
mencuat diantara pohon lainnya serta
mempunyai pandangan terbuka ke
arah lembah sehingga memudahkan
pasangan Elang Jawa untuk keluar
masuk sarang dan mengawasi dari
tempat lain.
Morfologi Elang Jawa (Nisaetus bartelsi, Ciri yang mendasar dari burung ini diantaranya mempunyai
Stresem., 1924) jambul di kepala yang tegak cukup panjang serta warna tubuh
coklat yang kontras

Secara garis besar Elang Jawa mempunyai tubuh


yang cukup besar untuk ukuran
genus Spizaetus tetapi lebih kecil dari kebanyakan Iris mata burung dewasa kelihatan
elang pada umumnya kuning bersih dan retina mata kecil dan
terkadang membesar apabila terkena
sinar matahari.

Paruh berwarna abu tua sampai hitam dan


lubang hidung agak kecil yang
menandakan lebih kecilnya kemampuan
terbang daripada bertengger.

Terdapat beberapa fase warna tubuh sesuai dengan


perkembangan usia. Pada burung dewasa jambul terlihat
panjang berjumlah dua sampai empat bulu berwarna coklat
kehitaman dan pada ujung jambul ada garis keputihan.
Perilaku Elang Jawa (Nisaetus bartelsi, Stresem., 1924)

 Istirahat  Bersuara
Perilaku elang jawa yang paling sering teramati adalah istirahat. Sesungguhnya Perilaku bersuara merupakan perjumpaan tidak langsung. Elang jawa
dalam aktivitas beristirahat elang jawa tersebut juga diselingi aktivitas, ditemukan bersuara sebanyak 13 kali selama 215 menit. Umumnya elang
menyelisik atau mengawasi sekitarnya serta mengawasi buruannya. jawa bersuara pada sore hari pukul 16.09 hingga 17.47 WIB dengan
Elang jawa istirahat pada pagi, siang dan sore hari namun secara umum perilaku mengeluarkan suara yang terdengar seperti lengkingan tinggi dan interval
istirahat dilakukan saat pagi hari pukul 10.41 hingga 11.52 WIB. Elang jawa yang pendek yaitu kwik kwiiiiik.
istirahat di hutan tanaman menggunakan pohon mahoni pada pagi hari pukul
07.22 hingga 07.58 WIB.

 Terbang

Perilaku terbang elangjawa yang ditemukan adalah gliding. Menurut


Widodo (2004) bahwa gliding merupakan terbang meluncur horizontal
tanpa mengepakan sayap dan biasanya untuk menempuh jarak yang jauh.

 Berburu
Elang jawa berburu di hutan alam dataran rendah
pada pagi dan siang hari. Perilaku berburu yang
teramati berupa aktivitas terbang membawa
mangsa tangkapan, bertengger sambil
mencengkram mangsa, mencabik, memakan
mangsa dan terbang lagi membawa mangsa
ketempat lain. . Umumnya teknik berburu elang
jawa adalah perch hunting (berburu dengan
menyambar mangsanya dari dahan ke dahan yang
terdapat mangsanya).
Reproduksi Elang Jawa (Nisaetus bartelsi Stresem., 1924)

Rata-rata burung pemangsa jarang beranak dan


jumlah anaknya pun sangat sedikit, demikian
juga dengan Elang Jawa yang berbiak setiap 2
tahun sekali dengan jumlah anak umumnya 1
ekor. Elang Jawa dapat berbiak pada umur 3-4
tahun dengan masa mengerami 44-48 hari.
Musim kawin pada Elang Jawa terjadi antara
akhir bulan Januari hingga Mei. Pada anak Elang
Jawa umur 27-30 minggu atau 7 bulan telah
dapat terbang dan mulai belajar mematikan
mangsa. Pada saat tersebut telah dapat membuat
8 variasi suara sehingga dalam komunikasi telah
dapat dilakukan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai