KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Matematika
dalam dunia pendidikan hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah
adalah: 1) studi atau kajian tentang pola dan hubungan, 2) struktur yang
adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara
terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan
guru, antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungan disaat
12
13
matematika sekolah sebagai obyek yang dipelajari dalam hal ini sebagai salah
bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis,
logis, sistematis dan memiliki sifat obyektif, jujur dan disiplin dalam
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
gambaran bahwa belajar tidak hanya pada aspek kognitif saja, tetapi juga
sebagai berikut:
1) Bilangan
Melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan
masalah.
Menaksir hasil operasi hitung.
2) Pengukuran dan Geometri
Mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat, unsur, atau
kesebangunannya.
15
Melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volume, dan satuan
pengukuran.
Menaksir ukuran (misal: panjang, luas, volume) dari benda atau bangun geometri.
Mengaplikasikan konsep geometri dalam menentukan posisi, jarak, sudut, dan
transformasi, dalam pemecahan masalah.
3) Peluang dan Statistika
Mengumpulkan, menyajikan, dan menafsirkan data
Menentukan dan menafsirkan peluang suatu kejadian dan ketidakpastian.
4) Trigonometri
Menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas trigonometri dalam
pemecahan masalah.
5) Aljabar
Melakukan operasi hitung dan manipulasi aljabar pada persamaan, pertidaksamaan,
dan fungsi, yang meliputi: bentuk linear, kuadrat, dan suku banyak, eksponen dan
logaritma, barisan dan deret, matriks, dan vektor, dalam pemecahan masalah.
6) Kalkulus
Menggunakan konsep limit laju perubahan fungsi (diferensial dan integral) dalam
pemecahan masalah.
Pada penelitian ini, pembelajaran matematika SD yang akan dikaji yaitu dalam
Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) matematika kelas III
2. Aktivitas Belajar
yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang
keinginan siswa untuk belajar. Tanpa adanya aktivitas, proses belajar tidak
mungkin terjadi. Aktivitas yang dimaksud yaitu seluruh aktivitas siswa dalam
proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik
maksudnya yaitu siswa ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau siswa
maksudnya yaitu siswa ikut berpikir tentang hal yang dipelajarinya (Ika
kegiatan siswa yang meliputi aktivitas fisik dan aktivitas psikis, antara lain:
belajar.
belajar siswa yang diamati oleh guru lebih difokuskan pada serangkaian
akan dikaji dalam penelitian ini sebagaimana tersebut pada tabel dibawah ini:
3. Hasil Belajar
Anni ( dalam Ika Rahmaeta, 2012:31), yang mengatakan bahwa “hasil belajar
kegiatan belajar”
bahwa hasil belajar pada dasarnya adalah hasil yang dicapai dari usaha belajar
perilaku ke arah yang positif. Aspek perubahan tersebut dapat berupa tiga
ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor Bloom (dalam Thobroni,
hasil belajar sebagai kapabilitas, yang berupa (1) informasi verbal yang
hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang; (3) strategi kognitif yang
“Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa
pada perubahan positif” Septa (dalam Ika Rahmaeta, 2012: 32). Hasil belajar
dengan meningkatnya hasil belajar siswa dan dalam aspek, afektif dan
Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa itu
atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik
Susanto 2013:12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan
hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal
2. Faktor eksternal; faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang
merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar siswa.
Pengukuran atau assesment hasil belajar siswa merupakan satu kesatuan atau
berarti siswa, guru, sekolah, meja belajar, papan tulis, dll. Implikasinya jika
pemberian tugas, ulangan, atau ujian dengan mempergunakan tes atau non tes.
21
ujian berupa tes, yaitu pertanyaan yang harus di jawab siswa, dan jawabannya
belajar) dengan skala ukuran yang ditetapkan oleh pengukur. (misalnya skala
tingkah laku).
kemampuan apa yang akan diukur. Apabila yang diukur hasil belajar kognitif,
apabila yang diukur hasil belajar bidang sikap, maka pengukuran di lakukan
diukur dengan tes perbuatan dan non tes. Dengan demikian, di tinjau dari alat
ukurnya, maka pengukuran hasil belajar dapat di pilih menjadi teknik tes dan
non tes.
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru”. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan atau pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
kegiatan pembelajaran.
dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu
tim”. (Isjoni, 2010:15).“ model pembelajaran kooperatif ini adalah salah satu
ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
temannya” Trianto (dalam Ika Rahmaeta 2012: 41). Hal ini sejalan dengan
untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain,
dan diuji cobakan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971 di Austin, Texas
(Aronson). Arends seperti yang dikutip dalam Amri dan Ahmadi (2010: 94)
suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam
kelompoknya”.
25
kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan
meningkatkan daya ingat siswa, melatih rasa tanggung jawab yang tinggi,
dan pendapat secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan
menggunakan kemampuan analis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ subbab
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali kelompok
asal dan menjelaskan tema satu tim mereka tentang subbab yang mereka
kelompok ahli, (6) penjelasan cara mengerjakan lembar kelompok (LKK), (7)
Jigsaw
Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari
pada guru. Interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu
berikut:
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Gambar 2.1 Ilustrasi Pembelajaran Jigsaw
Trianto (dalam M. Fathurrohman, 2015:64)
29
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ika Rahmaeta pada tahun 2012 dengan
Pemalang”.
Dalam penelitian initer dapat dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus II.
82,65% atau dengan kriteria sangat tinggi, rata-rata hasil belajar siswa
77,06, dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 88,24%. Hal ini
belajar.
Dalam jurnal ini terdapat dua siklus yaitu siklus 1 dan siklus II. Pada
tipe TPS diperoleh rata-rata siswa 71,34. Siswa yang tuntas ada 25
siklus III terdapat peningkatan lagi. Diperoleh rata-rata hasil tes yang
terdapat 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus I diperoleh
aktivitas belajar siswa dengan rata-rata 62, 58%, sedangkan nilai hasil
siswa dengan nilai rata-rata 81,50% dan nilai hasil belajar dengan nilai
rata-rata kelas 91,76% serta ketuntasan secara klasikal 91,67%. Hal ini
IV SDN Nambahrejo.
C. Kerangka Pikir
Tindakan
Menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan
langkah-langkah
Kondisi akhir
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dapat
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran Matematika