Anda di halaman 1dari 20

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pembelajaran Matematika

2.1.1. Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti

mempelajari. Menurut Heruman (2008:1) “matematika merupakan suatu bahan kajian yang

memiliki objek abstrak dan dibangun melalui proses penalaran deduktif, yaitu kebenaran

suatu konsep yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sudah diterima,

sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas”. Sri

Subarinah (2006:1) mengemukakan “matematika merupakan ilmu deduktif, aksiomatik,

formal, hirarkis, abstrak, bahasa simbul yang mempelajari struktur abstrak dan pola

hubungan yang ada di dalam nya. Pembelajaran matematika merupakan ilmu untuk

mempelajari konsep-konsep dalam matematika sebagai rangkaian sebab akibat. Suatu konsep

disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi konsep dasar bagi

konsep-konsep selanjutnya”.

Sri Subarinah (2006: 1) mengemukakan bahwa “matematika merupakan pola berfikir,

pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi memuat

sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan,

aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di

dalamnya”. Sedangkan Prihandoko (2006: 6) mengemukakan bahwa “matematika merupakan

bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi”. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak, yang

membutuhkan kecermatan dalam mempelajarinya sebagai sarana berpikir logis yang

sistematis, logis, dan kritis dengan menggunakan bahasa matematika. Dengan matematika

9
10

ilmu pengetahuan lainnya dapat berkembang secara cepat karena matematika dapat

memasuki wilayah cabang ilmu lainnya dan seluruh segi kehidupan manusia.

2.1.2. Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya

sendiri, tetapi beradanya untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai

permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Prihandoko (2006:5) mengemukakan tujuan

pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah “memberikan bekal yang cukup bagi siswa

untuk menghadapi materi-materi matematika pada tingkat pendidikan lanjutan”. Depdiknas

(Prihandoko, 2006: 21) menguraikan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah melatih

dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten, serta

mengembangkan sikap gigih dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah.

Menurut BSNP (2009:10) mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan


mengaplikasikan konsep atau algoritma, secar luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan yang diperoleh.
4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai keunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain itu, matematika mempunyai manfaat yaitu dapat membentuk pola pikir orang

yang mempelajarinya menjadi pola pikir sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan

(Sri Subarinah, 2006: 1). Sejalan dengan pendapat tersebut, Sujono (Prihandoko, 2006: 10)

mengemukakan bahwa nilai utama yang terkandung dalam matematika adalah nilai praktis,

nilai disiplin dan nilai budaya. Matematika dikatakan mempunyai nilai praktis karena
11

matematika merupakan suatu alat yang dapat langsung dipergunakan untuk menyelesaikan

permasalahan sehari-hari. Matematika terdapat nilai kedisiplinan dengan maksud bahwa

belajar matematika akan melatih orang berlaku disiplin dalam pola pemikirannya.

Matematika mempunyai nilai budaya karena matematika muncul dari hasil budaya manusia

dan berperan besar dalam perkembangan budaya itu sendiri.

Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika bertujuan

melatih dan menumbuhkan cara berfikir sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten untuk

menghadapi materi-materi matematika pada tingkat lanjut, serta mengembangkan sikap gigih

dan percaya diri dalam menyelesaikan masalah dan mempunyai nilai utama yang terkandung

sehingga matematika bermanfaat dalam membentuk pola pikir siswa.

2.2. Hasil Belajar

2.2.1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana

(2009:3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah “perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik”. Dimyati dan Mudjiono (2006:3-4) juga menyebutkan “hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar”.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis

perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:

1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa,
pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang
dipelajari.
3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi
masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
12

4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian


sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi
masalah menjadi bagian yang telah kecil.
5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan
menyusun suatu program
6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil

belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data

pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif

yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan

(C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif

adalah tes.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas

tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Berhasil atau

tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi

pencapaian hasil belajar yaitu yang berasal dari dalam peserta didik yang belajar (faktor

internal) dan ada pula yang berasal dari luar peserta didik yang belajar (faktor eksternal).

Menurut Alisuf Sabri (2010:59) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar siswa secara garis besar terbagi dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal.

1. Faktor internal siswa


1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik, serta kondisi
panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan-
kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berpikir dan kemampuan
dasar pengetahuan yang dimiliki.
13

2. Faktor-faktor eksternal siswa


1) Faktor lingkungan siswa
Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor lingkungan alam atau non sosial seperti
keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore, malam), letak madrasah,
dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental
Yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung atau sarana fisik kelas, sarana
atau alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan kurikulum atau materi
pelajaran serta strategi pembelajaran.

Sugihartono, dkk. (2007:76-77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, sebagai berikut:

1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor
internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi:
faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya hasil

belajar peserta didik dipengaruhi banyak faktorfaktor yang ada, baik yang bersifat internal

maupun eksternal. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil

belajar siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses pembelajaran, sehingga

dapat tercapai tujuan pembelajaran.

2.3. Media Pembelajaran

2.3.1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan peralatan yang digunakan oleh guru untuk membantu

proses penyampaian materi. Media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk membantu

mempermudah dalam hal penyampaian materi. Sadiman (2006:7) mengemukakan bahwa

“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim

ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Sedangkan Arsyad

(2007:4) menyatakan bahwa “media adalah alat yang menyampaikan pesan-pesan

pembelajaran”.
14

Menurut Hanafiah & Suhana (2010:59) “media pembelajaran merupakan segala

bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorang siswa belajar secara

cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme”. Selain pendapat tersebut,

Prihatin (2008:50) menerangkan bahwa “media pembelajaran adalah media yang dapat

digunakan untuk membantu siswa di dalam memahami dan memperoleh informasi yang

dapat didengar ataupun dilihat oleh panca indera sehingga pembelajaran dapat berhasil guna

dan berdaya guna”.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti

menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang digunakan oleh guru

untuk menyampaikan materi kepada siswa guna merangsang siswa agar dapat belajar secara

cepat, tepat, mudah, benar dan tidak terjadinya verbalisme sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

2.3.2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran Pembelajarn tematik pada dasarnya

memerlukan optimalisasi penggunaan media pembelajaran yang bervariasi sehingga akan

membantu saswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak. Media pembelajaran

memiliki berbagai fungsi dan manfaat. Suprihatiningrum (2013: 320-321) menyatakan bahwa

media pembelajaran memiliki enam fungsi utama sebagai berikut:

1) Fungsi atensi, menarik perhatian siswa dengan menampilkan sesuatu yang


menarik dari media tesebut.
2) Fungsi motivasi, menumbuhkan kesadaran siswa untuk lebih giat beajar.
3) Fungsi afeksi, menumbuhkan kesadaran emosi dan sikap siswa terhadap materi
pelajaran dan orang lain.
4) Fungsi kompensatori, mengakomodasi siswa yang lemah dalam menerima dan
memahami pelajaran yang disajikan secara teks atau verbal.
5) Fungsi psikomotorik, mengakomodasi siswa untuk melakukan suatu kegiatan
secara motorik.
6) Fungsi evaluasi, mampu menilai kemampuan siswa dalam merespons
pembelajaran.
15

Selain memiliki berbagai fungsi, media pembelajaran juga memiliki berbagai

manfaat.

Suprihatiningrum (2013:321) mengungkapkan bahwa media pembelajaran juga


memiliki manfaat antara lain: memperjelas proses pembelajaran, meningkatkan
ketertarikan dan interaktivitas siswa, meningkatkan efisiensi dalam waktu dan tenaga,
meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan di tempat mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa
terhadap materi dan proses belajar, mengubah peran guru ke arah yang lebih positif
dan produktif, mengkonkretkan materi yang abstrak, membantu mengatasi
keterbatasan panca indera manusia, menyajikan objek pelajaran berupa benda atau
peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas, dan meningkatkan daya retensi siswa
terhadap materi pembelajaran.
Selain itu, Aqib (2013:51) mengungkapkan manfaat umum media pembelajaran

adalah sebagai berikut:

1) Menyeragamkan penyampaian materi.


2) Pembelajaran lebih jelas dan menarik.
3) Proses pembelajaran lebih interaksi.
4) Efisisensi waktu dan tenaga.
5) Meningkatkan kualitas hasil belajar.
6) Belajar dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja.
7) Menumbuhkan sikap positif belajar terhadap proses dan materi belajar.
8) Meningkatkan peran guru ke arah yang lebih positif.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti

menyimpulkan bahwa fungsi dan manfaat media pembelajaran adalah memudahkan guru

dalam proses pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pengalaman belajar pada diri

siswa dengan menggerakkan segala sumber belajar yang efektif dan efisien. Media yang

ditampilkan diharapkan membuat siswa merasa tertarik terhadap materi yang diajarkan

sehingga proses pembelajaran tidak terkesan membosankan.

2.3.3. Klasifikasi Media Pembelajaran

Ada banyak media pembelajaran, mulai dari yang sangat sederhana hingga yang

kompleks dan rumit, mulai dari yang hanya menggunakan indera mata hingga perpaduan

lebih dari satu indera. Dari yang murah dan tidak memerlukan listrik hingga yang mahal dan

sangat tergantung pada perangkat keras. Dalam perkembangannya media mengikuti


16

perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar

adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio-

visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran..

Menurut Suharjo (2006:109) Jenis-jenis media pembelajaran yang dapat

dimanfaatkan dalam pembelajaran adalah:

1) Benda sebenarnya
Benda sebenarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu obyek (object) dan
benda/barang contoh (speciment). Benda asli (object) adalah semua benda yang masih
dalam keadaan asli, alami seperti dimana ia hidup dan berada. Sedangkan
benda/barang contoh (speciment) adalah benda-benda asli yang digunakan sebagai
contoh.
2) Presentasi grafis
Presentasi grafis adalah suatu media yang disajikan dalam bentuk grafis, misalnya
grafik, chart, peta, diagram, lukisan, gambar.
3) Gambar diam (potret)
Media gambar dapat digunakan untuk mengungkapkan bentuk nyata maupun kreasi
khayalan belaka sesuai dengan bentuk yang pernah dilihat orang yang
menggambarkannya.
4) Gambar gerak
Media gambar gerak seperti Video Tape Recorder, VCD, film dan televisi.
5) Media Audio
Media Audio adalah media pembelajaran yang hanya memberikan rangsangan suara
atau isi pesan yang hanya dapat diterima oleh indra pendengaran.
6) Pengajaran terprogram
Pengajaran terprogram adalah salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan
media cetak yang memungkinkan siswa belajar secar individual sesuai dengan
kemampuan dan kesempatan belajarnya.
7) Simulasi (peniruan situasi)
Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja.
8) Komputer
Komputer merupakan suatu alat yang dapat membantu kelancaran tugas-tugas dalam
berbagai bidang kehidupan umat manusia.

Sedangkan menurut Sanaky (2011:50) beberapa jenis media yang sering digunakan

yaitu:

1) Media cetak
Media cetak adalah jenis media yang paling banyak digunakan dalam proses belajar.
Jenis media ini memiliki bentuk yang sangat bervariasi, mulai dari buku, brosur,
leaflet, studi guide, jurnal dan majalah ilmiah.
2) Media pameran
Jenis media yang memiliki bentuk dua atau tiga dimensi. Informasi yang dapat
dipamerkan dalam media ini, berupa benda-benda sesungguhnya (realia) atau benda
17

reproduksi atau tiruan dari bendabenda asli. Media yang dapat diklasifikasikan
kedalam jenis media pameran yaitu poster, grafis, realia dan model.
a) Realia yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan diruang kuliah untuk keperluan
proses pembelajaran. Pengajar dapat menggunakan realia untuk menjelaskan
konsep bentuk dan mekanisme kerja suatu sistem misalnya peralatan laboratorium.
b) Model yaitu benda tiruan yang digunakan untuk mempresentasikan realitas. Model
mesin atau benda tertentu dapat digunakan untuk menggantikan mesin riel.
3) Media yang diproyeksikan
Media yang diproyeksikan juga memiliki bentuk fisik yang bervariasi, yaitu overhead
transparasi, slide suara dan dan film strip.
4) Rekaman audio
Rekaman audio adalah jenis medium yang sangat tepat untuk digunakan dalam
pembelajaran bahasa asing, al-quran dan latihan –latihan yang bersifat verbal.
5) Video dan VCD
Video dan vcd dapat digunakan sebagai media untuk mempelajari obyek dan
mekanisme kerja dalam mata kuliah tertentu. Gambar bergerak yang disertai dengan
unsur suara dapat ditayangkan melalui media video dan vcd.
6) Komputer
Sebagai media pembelajaran, komputer memiliki kemampuan yang sangat luar biasa
dan komputer mampu membuat proses belajar mengajar menjadi interaktif.

Dari pendapat para ahli di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa terdapat

berbagai jenis media pembelajaran baik media yang sangat sederhana dan mudah didapat

hingga media yang canggih dan mahal harganya. Dari berbagai macam jenis media

pembelajaran dimaksudkan agar guru dapat memanfaatkan media yang diperlukan tersebut

dalam kegiatan pembelajaran dikelas guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

2.4. Media Kantong Bilangan

2.4.1. Pengertian Media Kantong Bilangan

Menurut Dwi Yuniarto (2012:23) “Kantong bilangan merupakan suatu alat sederhana

yang ditujukan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi operasi hitung dalam

matematika”. Media ini berbentuk segi empat dengan beberapa kotak yang menempel atau

disebut kantong bilangan. Kantong bilangan tersebut digunakan untuk penentu nilai suatu

bilangan. Sedangkan sedotan pada media ini digunakan sebagai penentu jumlah suatu

bilangan. Apabila satu sedotan diletakkan pada kantong yang bernilai tempat ribuan, maka

nilai satu sedotan tersebut adalah seribu. Begitu juga apabila sedotan tersebut diletakkan pada
18

kantong nilai tempat ratusan maka sedotan tersebut bernilai seratus dan seterusnya. Media ini

dapat membantu siswa dalam memahami konsep penjumlahan dalam.

Menurut Raharjo dalam (Siti Zulaichah, 2014:72) mengemukakan bahwa “kantong

bilangan merupakan media konkret berupa kantong-kantong yang diisi dengan lidi atau

sedotan, di mana untuk satuan sedotan tidak diikat, sedangkan untuk 1 puluhan terdiri dari 10

lidi/sedotan yang diikat menggunakan karet gelang. Kantong-kantong tersebut ditempel pada

sebuah bidang datar sesuai nilai tempat dan digunakan untuk mencari hasil penjumlahan

melalui peragaan”.

Sejalan dengan pernyataan di atas, Heruman (2007:08) menjelaskan bahwa “kantong

bilangan dibuat berbentuk kantong-kantong sebagai tempat penyimpanan dan menempel

pada selembar kain atau kertas. Kantong tersebut menyimbolkan nilai tempat pada suatu

bilangan. Sedangkan sedotan sendiri digunakan sebagai pengisi kantong-kantong yang

tersedia sebagai indikator jumlah bilangan yang akan dihitung. Kantong bilangan dirancang

untuk memudahkan siswa dalam pembelajaran matematika, khususnya pada penjumlahan”.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media kantong bilangan

adalah sebuah alat pembelajaran yang memanfaatkan prinsip nilai tempat untuk mengajarkan

materi penjumlahan yang berbentuk kantong. Dengan kata lain, katong bilangan adalah

sebuah media pembelajaran matematika yang berbentuk kantong-kantong yang menunjukkan

nilai tempat suatu bilangan. Media dibuat dari bahan kertas atau kantong plastik transparan

dan dibentuk sesuai dengan urutan nilai tempat. Kantong bilangan merupakan media

pembelajaran yang digunakan untuk penjumlahan secara bersusun baik dalam teknik

menyimpan maupun tidak menyimpan. Dengan menggunakan kantong bilangan sebagai

media pembelajaran matematika dalam pokok bahasan penjumlahan secara bersusun

mempermudah siswa dalam menguasai konsep serta mempermudah guru dalam

menyampaikan materi penjumlahan secara bersusun.


19

2.4.2. Fungsi Media Kantong Bilangan

Kantong bilangan berfungsi sebagai penentu nilai tempat suatu bilangan, yaitu satuan,

puluhan, ratusan, dan ribuan. Dengan adanya pengelompokan nilai suatu bilangan, maka

memudahkan siswa dalam melakukan operasi hitung baik penjumlahan maupun

pengurangan. Heruman (2007:19) juga menyebutkan fungsi penggunaan kantong bilangan

sebagai berikut :

1) Sebagai media dalam pembelajaran matematika, khususnya pada operasi hitung


matematika.
2) Sebagai salah satu sumber belajar matematika pada operasi bilangan.
3) Sebagai motivasi belajar bagi siswa karena ditampilkan dengan media yang sederhana
tetapi menarik.

Dengan demikian manfaat penggunaan media kantong bilangan dalam pembelajaran

yaitu (1) Meningkatkan minat dan mendorong siswa lebih memperhatikan pelajaran, (2)

Lebih memusatkan perhatian siswa, (3) Memindahkan suatu pemikiran kedalam / situasi

yang nyata dan sesungguhnya. Dengan menggunakan alat media kantong bilangan serta

melalui penyampaian materi yang menarik dari guru, diharapkan siswa dapat lebih

termotivasi dalam proses belajar dan lebih jelas memberikan pelajaran sehingga tidak terjadi

pengetahuan yang verbalisme.

2.4.3. Kelebihan dan Kekurangan Media Kantong Bilangan

1. Kelebihan Media Kantong Bilangan

Kelebihan penggunaan kantong bilangan menurut Siti Zulaichah (2014:81) yaitu

“menkonkretkan konsep yang dipelajari. Kantong bilangan merupakan media 3 dimensi yang

memberikan gambaran proses konkret dalam pembelajaran, gambaran nyata ini diperoleh

dari pengoperasian yang dilakukan menggunakan kantong-kantong dan sedotan yang

dijadikan bentuk konkret dari simbol matematika”. Berdasarkan hal tersebut diharapkan anak

akan lebih mudah dalam memahami konsep. Media kantong bilangan dibuat berdasarkan

keefektifan media, salah satunya yaitu media kantong bilangan dibuat berdasarkan konsep
20

pembelajaran. Dwi Yuniarto (2012:42) menyampaikan kelebihan penggunaan media kantong

bilangan sebagai berikut :

1) Membantu guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan lebih menarik.


2) Membantu guru untuk bisa menyampaikan suatu konsep pembelajaran yang abstrak
menjadi sebuah situasi yang nyata.
3) Memantapkan pengetahuan siswa dalam memahami nilai tempat suatu bilangan.
4) Membantu siswa untuk menyelesaikan masalah operasi hitung dengan cara yang
sistematis.

Setelah diperoleh media pembelajaran berupa media kantong bilangan diharapkan

siswa mampu belajar dengan mudah dan cepat, untuk itu siswa diberikan media konkret, agar

bisa membantu dalam proses belajar berhitung dengan baik.

2. Kekurangan Media Kantong Bilangan

Kelemahan media pembelajaran kantong bilangan menurut Dwi Yuniarto (2012:42)

sebagai berikut:

1) tidak bisa digunakan dalam pembelajaran operasi hitung yang melibatkan bilangan
negatif maupun desimal.
2) Media yang digurakan harus banyak atau mmencukupi seluruh siswa
3) Kondisi anak kelas satu yang masih individual sulit untuk bekerjasama dalam
kelompok.
4) Karakter anak kelas satu yang masih cenderung bermain, sehingga media kadang
langsung rusak.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media sebenarnya akan

sangat membantu dalam mewujudkan tujuan pendidikan meskipun banyak kekurangan yanng

ada didalamnya. Setiap media pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan yang

antara lain, memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis berdasarkan

perkembangan teknologi. Maka diharapkan kekreatifitasan guru dalam memilih media mana

yang lebih cocok untuk diterapkan dalam kelas. Dalam hal ini yang harus diperhatikan adalah

materi yang akan disampaikan, situasi kelas dan sarana pra sarana.
21

2.4.4. Desain Media Kantong Bilangan

Menurut Rahardi (2003:6) “Desain Kantong Bilangan dibuat berbentuk kotak dengan

empat kantong yang menempel dibagian tengah kotak utama. Sedangkan sedotan sendiri

digunakan sebagai pengisi kantong-kantong yang tersedia sebagai indikator jumlah bilangan

yang akan dihitung”. Adapun desain media pembelajaran Kantong Bilangan dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Media Pembelajaran Kantong Bilangan


Sumber: http//www: edu-rezqimenggapaimimpi.blogspot.com
Akses: 03 November 2017

Bahan dan alat yang digunakan dalam mendesain media pembelajaran Kantong

Bilangan adalah benda-benda yang mudah kita temui di lingkungan kita yaitu :

1) 1 buah kardus bekas.


2) 4 buah botol air mineral kosong ukuran gelas.
3) Kertas warna-warni.
4) Sedotan 4 warna secukupnya.
5) Spidol.
6) Gunting
7) Lem kertas dan lem plastik
Contoh penerapan media Sedotan (Drinking Straws) dan Kantong Bilangan dalam

menyelesaikan soal penjumlahan : Soal : 1342 + 245 = …

Maka langkah yang dilakukan yaitu :

1. Letakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, yaitu 1 sedotan pada kantong ribuan,
3 sedotan pada kantong ratusan, 4 sedotan pada kantong puluhan, dan 2 sedotan pada
kantong satuan.
22

2. Tambahkan sedotan pada kantong berdasarkan nilai tempatnya, yaitu 2 sedotan pada
kantong ratusan, 4 sedotan pada kantong puluhan, dan 5 sedotan pada kantong satuan.
3. Hitung sedotan yang ada pada masing-masing kantong.
4. Tulis hasil penghitungan sedotan ke dalam lembar jawab.

Menurut Rahardi (2003:7) cara membuat media pembelajaran kantong bilangan

sangatlah sederhana dan mudah. Adapun langkah-langkahnya yaitu :

1) Siapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti kardus bekas, botol air mineral ukuran
gelas, kertas warna-warni, sedotan warna, spidol, gunting, lem kertas dan lem
plastik.
2) Potong kardus dengan ukuran sesuai yang diinginkan untuk digunakan sebagai
tempat menempelkan 4 buah botol plastik air mineral.
3) Lapisi kardus dengan kertas warna agar terlihat menarik.
4) Tempelkan 4 buah botol plastik air mineral ukuran gelas dengan menggunakan lem
khusus untuk bahan plastik.
5) Gunakan spidol untuk memberi tulisan sebagai pelengkap desain media pembelajaran
Kantong Bilangan.

Penggunaan media pembelajaran Kantong Bilangan sangatlah mudah, yaitu hanya

dengan memasukkan sedotan sesuai dengan nilai angka yang akan kita hitung kemudian

masukkan atau ambil sedotan lagi sesuai dengan nilai angka yang digunakan sebagai angka

penambah, pengurang, pengali ataupun pembaginya. Agar lebih jelas lagi, prosedur

penggunaan media pembelajaran Kantong Bilangan dalam pembelajaran yang di aplikasikan

oleh Rahardi (2003:6) adalah sebagai berikut :

1) Persiapkan sedotan dan kantong bilangan yang akan digunakan untuk melakukan
operasi hitung.
2) Letakkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, misalnya 1312 berarti 2 sedotan
berada pada kantong satuan, 4 sedotan berada pada kantong puluhan, 3 sedotan
berada pada kantong ratusan, dan 1 sedotan berada pada kantong ribuan.
3) Lakukan operasi hitung (penjumlahan, pengurangan, perkalian ataupun pembagian)
dengan menambahkan sedotan ataupun mengurangi sedotan yang ada dalam kantong
sesuai dengan angka penjumlah atau pengurangnya.
4) Sedotan yang masih ada dalam kantong merupakan hasil operasi hitung yang
dilakukan.
5) Hitung jumlah sedotan yang masih ada dalam kantong bilangan sesuai dengan nilai
tempatnya.
6) Jika dalam satu kantong terdapat lebih dari sepuluh sedotan, maka ambil sepuluh
sedotan pada kantong tersebut, kemudian tambahkan satu sedotan pada kantong nilai
yang bernilai tempat lebih besar yang ada di sampingnya.
23

Dengan langkah penggunaan media kantong bilangan yang mudah, diharapkan dapat

membantu siswa dalam pembelajaran matematika khususnya materi Pecahan dan diharapkan

mampu memudahkan anak dalam memahami materi pembelajaran dan pada gilirannya dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa tentang Pecahan.

2.5. Materi Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Tiga Angka

2.5.1. Penjumlahan Bilangan Tiga Angka

Sebelum mempelajari materi tentang penjumlahan dan pengurangan tiga angka, mari

kita mempelajari nilai tempat bilangan tiga angka terlebih dahulu. Menurut Fajariyah

(2008:17) “Bilangan tiga angka memiliki tiga nilai tempat bilangan, nilai tiga tempat

bilangannya adalah ratusan, puluhan dan satuan. Penjumlahan bilangan tiga angka dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu Penjumlahan dengan cara bersusun panjang dan

penjumlahan dengan cara bersusun pendek”.

a. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang


1. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang tanpa teknik menyimpan

Pak Lurah membagiakn bibit tanaman penghijauan kepada warganya. Bibit yang
bibagikan terdiri atas 275 bibit rambutan dan 423 bibit mangga. Berapakah jumlah
seluruh bibit tanaman penghijauan yang dibagikan oleh pak lurah?
Untuk menghitung jumlah seluruh bibit tanaman yang dibagikan, dapat dilakukan
dengan cara penjumlahan.
Penyelesaian:
Penjumlahan itu dapat dituliskan 275 + 423.
Bagaimana cara penjumlahan bilangan tersebut?

Sumber: Fajariyah (2008:17)

275 + 423 dapat diselesaikan dengan cara penggunaan kantong bilangan sebagai berikut:

275 = 200 + 70 + 5
423 = 400 + 20 + 3
+
= (200 + 400) + (70 + 20) + (5 + 3)
= 600 + 90 + 8
= 698
24

Jika digambarkan pada tabel dibawah ini menjadi sebagai berikut:

Tabel 2.1. Perhitungan dengan Kantong Bilangan

Bilangan Kantong Bilangan Kantong Bialangan Kantong Bilangan


Ratusan Puluhan Satuan

275

200 70 5

423

400 20 3
Sumber: Rahardi (2003:12)

275 + 423 = 698


Jadi, bibit yang dibagikan oleh pak lurah ada 689.
Ingatlah bahwa
200 + 400 = 600
2 ratusan + 4 ratusan = 6 ratusan
70 + 20 = 90
7 puluhan + 2 puluhan = 9 puluhan
5 +3=8
5 satuan + 3 satuan = 8 satuan.

2. Penjumlahan dengan cara bersusun panjang dengan teknik menyimpan

Dalam menjumlahkan bilangan, kita sering menjumpai hasi yang melibatikan nilai

tempat yang berbeda. Penjumlahan seperti ini dapat diselesaikan dengan menggunakan

penjumlahan dengan teknik menyimpan.

Sebelum mempelajarinya, mari perhatikan penjelasan berikut.


70 + 80 = 150
150 = 100 + 50
= 1 ratusan + 5 puluhan.
9+4 = 13
13 = 10 + 3
= 1 puluhan + 3 satuan.
25

b. Penjumlahan dengan cara bersusun pendek

Selain cara bersusun panjang, ada cara penjumlahan yang lebih singkat. Cara ini

digunakan untuk menyelesaikan penjumlahan agar lebih cepat.

Mari perhatikan caranya.

Penjumlahan dengan cara bersusun pendek tanpa teknik menyimpan.

256 + 342 = ....


Jawab:
Penjumlahan tersebut dapat digambarkan seperti pada tabel 2.2. berikut.

Tabel 2.2. Penjumlahan dengan cara bersusun pendek dengan menggunakan Kantong
Bilangan

Kantong Bilangan Kantong Bialangan Kantong Bilangan


Keterangan
Ratusan Puluhan Satuan

2 5 6 2 5 6

+ + +

3 4 2 3 4 2

5 9 8 5 9 8
Sumber: Rahardi (2003:13)
Langkah penyelesaian:
1. Jumlahkan satuan dengan satuan. 6 satuan + 2 satuan = 8 satuan.

2. Jumlahkan puluhan dengan puluhan. 5 puluhan + 4 puluhan = 9 puluhan.

3. Jumlahkan ratusan dengan ratusan 2 ratusan + 3 ratusan = 5 ratusan

4. Tuliskan seluruh hasil penjumlahan tersebut


26

Pada tempat ratusan terdapat angka 5, pada tempat puluhan terdapat angka 9 dan pada

tempat satuan terdapat angka 8.

Jadi, 256 + 342 = 598.

2.5.2. Pengurangan Bilangan Tiga Angka

Pengurangan bilangan dapat dilakukan dengan dua cara. Caranya adalah bersusun

panjang dan bersusun pendek

1. Pengurangan dengan cara bersusun panjang

Bu Ida adalah seorang pengusaha pakaian. Bulan ini ia mendapat pesanan 876 potong
kain di gudangnya tersimpan 452 potong pakaian. Berapa potong pakaian lagi yang
harus diusahakan oleh Bu Ida?
Jawab:

Soal diatas dapat diubah menjadi bentuk pengurangan sebagai berikut:


876-452 = ...
876 – 452 dapat diselesaikan degan cara bersusun panjang.

876 = 800 + 70 + 6
452 = 400 + 50 + 2
= (800 – 400) + (70 – 50) + (6 – 2)
= 400 + 20 + 4
= 424

Sumber: Fajariyah (2008:17)

Jika digambarkan menjadi seperti pada tabel 2.3. berikut:

Tabel 2.3. Pengurangan dengan cara bersusun panjang dengan Kantong Bilangan

Kantong Bilangan Ratusan Kantong Bialangan Puluhan Kantong Bilangan Satuan


27

8–4=4 7–5=2 6–2=4


4 2 4
Sumber: Rahardi (2003:13)

Pada gambar di atas terdapat 4 ratusan, 2 puluhan, dan 4 satuan. Dituliskan menjadi 424.

Jadi jumlah pakaian yang harus diusahakan oleh ibu Ida adalah 876 potong pakaian – 452

potong pakaian = 424 potong pakaian.

2. Pengurangan dengan cara bersusun pendek


Kamu sudah dapat melakukan pengurangan dengan cara bersusun panjang. Untuk
mengerjakan pengurangan lebih cepat, kamu dapat menggunakan cara bersusun pendek
Contoh:
685 – 273 = . . . .
Jawab:

Bentuk pengurangan diatas dapat di ubah seperti pada tabel 2.4. berikut ini:

Tabel 2.4. Bentuk Pengurangan

Bilangan Ratusan Puluhan Satuan

685 6 8 5
273 2 7 3

Dikurangkan (6 – 2) = 4 (8 – 7) = 1 (5 – 3) = 2

Pada tempat ratusan terdapat angka 4.


Pada tempat puluhan terdapat angka 1.
Pada tempat satuan terdapat angka 2.
Hasilnya : 412

Langkah-langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut:

1. Kurangkan satuan dengan satuan

6 8 5
5–3 2 7 3

2
28

2. Kurangkan puluhan dengan puluhan

6 8 5
8–7 2 7 3

1 2

3. Kurangkan ratusan dengan ratusan

6 8 5
6–2 2 7 3

4 1 2

Jadi, 685 – 273 = 412.

Anda mungkin juga menyukai