Anda di halaman 1dari 6

Mata Kuliah : Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya

Angota kelompok : 1. Imas Intan Putri

2. Marwiyah

3. Tri Kholifah Widiawati

Kelas :B

RUANG KOLABORASI TOPIK 1 PEMAHAMAN TENTANG PESERTA DIDIK


DAN PEMBELAJARANYA

1. Kasus 1

Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat ini Anda
hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial yakni mencari nilai rata-rata
(mean). Untuk memudahkan peserta didik dalam memahami pembelajaran, Anda
mencoba untuk membuat urutan atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta
didik agar dapat mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta
didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta didik mampu
mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang telah Anda siapkan. Beberapa
saat kemudian, Anda meminta kepada peserta didik untuk mengulangi soal yang sama
tanpa melihat urutan pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan
benar.

 Menurut Anda, apa yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal dengan
baik pada percobaan kedua (tanpa melihat urutan/langkah pengerjaan soal)?
 Sebagai seorang calon guru, dalam kegiatan belajar yang seperti apa metode di atas
dapat diterapkan? Elaborasi jawaban Anda dengan menyertakan teori yang
berkaitan.

 Menurut kami yang membuat peserta didik mampu mengerjakan soal tersebut
dengan baik karena guru membuat langah- langkah pembelajaran dan metode
yang mudah dipahami peserta didik. Selain itu langkah-langkah yang disusun
oleh guru tersebut lebih menanamankan pada pemahaman konsep bukan hanya
sekedar menghafalkan rumus. Sehingga peserta didik tetap dapat mengerjakan
dengan baik walau tanpa melihat langkah-langkah yang dituliskan oleh guru.
 Kegiatan pembelajaran diatas dapat diterapkan ketika guru telah mengetahui
kemampuan awal dan tahap perkembangan dari peserta didiknya, sehingga
dalam penentuan pendekatan pembelajaran, metode dan langkah-langkah
pembelajaran dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik. Sejalan
dengan itu pembelajaran diatas tentu saja dapat diterapkan dalam pembelajaran
kenapa demikian karena metode itu berhasil ketika peserta didik mampu
memahami apa yang guru berikan dengan baik. Tentunya guru harus selalu
kreatif sesuai dengan Teori Perkembangan. Sebagai seorang guru atau pengelola
pendidikan, guru perlu mempelajari dan memahami dengan baik tentang
pertumbuhan dan perkembangan setiap peserta didik. Seorang guru bertanggung
jawab atas banyaknya ragam variasi peserta didik di kelas. Semakin guru belajar
dan memahami tentang perkembangan peserta didik, semakin guru dapat paham
di tingkat mana anda harus mengajar mereka. Semakin guru memahami tingkat
perkembangan peserta didik, semakin efektif proses pembelajaran yang di
berikan. Perkembangan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada
suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya.

2. Kasus 2

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya belum bisa
berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang sesuai untuk membantu
setiap peserta didik menyelesaikan tantang belajarnya.

 Menurut Anda, apa yang dapat Rina lakukan untuk membantu peserta didiknya
sesuai dengan tahapan perkembangan usia?
 Mengapa Anda menyarankan hal tersebut? Elaborasi jawaban Anda dengan
menyertakan teori yang berkaitan.

 Menurut kami jika dilihat dari tahap perkembangan peserta didik kelas 1
berkisar umur 6-8 tahun berarti masuk pada tahap Tahap Operasional Konkrit
menurut tahap perkembangan Jean Piaget. Menurut Piaget peserta didik telah
menunjukkan penalaran yang logis dan konkret. Umumnya, sebagian besar anak
yang berada pada tahapan ini sudah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan ingatan tentang ukuran, panjang atau jumlah benda cair.
Dengan kata lain, mereka sudah mampu memahami bahwa satu kuantitas akan
tetap sama walaupun penampakan luarnya terlihat berubah. Menurut kami yang
dilakukan Rina dengan mengunakan metode bermain atau game. Bermain atau
game tentu sangat menyenangkan bagi usia mereka. Rina bisa mengunakan
game yang menarik sesuai dengan kempuan peserta didik misalnya: Permainan
Papan Saku terbagi menjadi dua bagian yaitu papan yang dibuat dari bahan
stereoform dan saku yang dibuat dari plastik. Jadi papan saku adalah papan yang
memuat saku dimana saku tersebut digunakan untuk menyimpan media benda.
Pada permainan ini, media benda yang digunakan adalah sedotan. Bilangan yang
dimaksud dalam pembelajaran akan diwakili oleh banyaknya sedotan yang
masuk pada saku. Banyaknya sedotan adalah 6 maka gambar menunjukkan
angka 6, jika ditambahkan lagi dua sedotan ke dalam saku, maka banyaknya
sedotan menjadi 8 maka bilangan hasil penjumlahannya adalah 6 + 2 = 8. Jadi
permainan papan saku digunakan untuk melatih kemampuan peserta didik pada
operasi bilangan. Sebagaimana kurikulum pendidikan matematika yang
digunakan maka operasi bilangan yang dimaksud adalah penjumlahan dan
pengurangan bilangan 1 sampai 20. Tahapan permainan dengan papan saku
disajikan sebagai berikut:
1) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok heterogen
berdasarkan kemampuannya.
2) Guru menyebutkan bilangan pertama kemudian peserta didik menghitung
sejumlah sedotan sesuai dengan bilangan yang disebutkan guru untuk
dimasukan pada saku pertama.
3) Guru menyebutkan bilangan kedua kemudian peserta didik menghitung
sejumlah sedotan sesuai dengan bilangan yang disebutkan guru untuk
dimasukkan pada saku kedua.
4) Setiap wakil kelompok menyelesaikan soal berhitung (penjumlahan,
pengurangan) menggunakan papan saku.
5) Hasil operasinya diletakkan pada saku yang ke tiga
6) Wakil kelompok yang dapat menyelesaikan soal berhitung menggunakan
papan saku dengan benar yang menjadi pemenang.
7) Kelompok yang wakilnya paling banyak menjawab benar dan cepat menjadi
pemenangnya.
Permainan papan saku dilakukan dengan dua media yang serupa, untuk
pembelajaran bilangan 1 sampai 10 maka pada papan saku hanya digunakan satu
buah saku untuk menunjukkan sebuah bilangan sedangkan untuk bilangan 11
sampai 20 digunakan dua buah saku yang menunjukkan bilangan puluhan dan
bilangan satuan.

Kami menyarankan mengunakan game karena pada dasarnya meskipun


kemampuan berpikirnya masih belum mempunyai sistem yang terorganisasi
dengan baik, namun anak sudah mampu memahami realitas di lingkungan
dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Selain itu sesuai dengan tahap
perkembangannya yaitu operasional konkret salah satu media yang digunakan
bersifat nyata dan sangat mudah dipahami oleh peserta didik. Sehingga selain
menyenangkan media yang diunakan juga dapat dilihat dan dipegang oleh
peserta didik. Sesui teori Ruseffendi (2006) mendefinisikan metode permainan
matematika sebagai kegiatan yang menyenangkan (menggembirakan) yang
dapat menunjang tercapainya tujuan intruksional dalam pengajaran matematika
baik aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Morisson (2012) berpendapat
bahwa metode permainan adalah metode yang memberikan kesempatan praktik
dan berpikir, pengalaman belajar, mendorong kemampuan alami anak,
perkembangan fisik, mengembangkan makna sosial, memecahkan masalah dan
bekerjasama, kepercayaan diri, dan mendorong perkembangan kognitif. Selain
aspek kognitif yang ditingkatkan melalui metode permainan, ternyata metode ini
juga dapat mengembangkan aspek-aspek lainnya (Morrison, 2012; Ruseffendi,
2006; Somakin, 2008) misalnya motivasi yang tinggi untuk memperoleh
kemenangan dan sedapat mungkin menghindari atau bahkan siap menerima
kekalahan, mengembangkan keterampilan sosial, mengembangkan kecerdasan
lewat pengalaman atau praktik langsung mengembangkan keterampilan fisik,
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan bahasa dan baca tulis,
meningkatkan harga diri, dan menguasai situasi kehidupan.
3. Kasus 3

Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri wilayah Bali. Ia
mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak mengajarkan materi teks
deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak yang menjadi panduannya saat
mengajar, terdapat beberapa contoh teks deskripsi menceritakan tentang bangunan-
bangunan pencakar langit yang ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang
setiap peserta didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia
memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di Bali.

 Menurut Anda, apakah pertimbangan dan keputusan Made sudah sesuai? Mengapa
demikian?
 Prinsip apa yang Made gunakan dalam kasus tersebut? Elaborasi jawaban Anda
dengan menyertakan teori yang berkaitan.

 Menurut kami pertimbangan yang dipilih oleh pak Made sudah sangat sesuai
karena dalam pemahaman teks deskripsi adalah menggambarkan suatu objek.
Objek yang dijadikan contoh oleh pak Made merupakan objek yang dekat
dengan peserta didiknya, sehingga peserta didik tidak asing dan sudah langsung
bisa membayangkan apa yang disampaikan oleh pak Made mengenai
penggambaran objek tersebut. Karena dengan pemilihan objek yang dekat
dengan peserta didik dan tidak asing akan membuat peserta didik mudah
memahami konsep dari materi yang diberikan. Suatu proses pembelajaran akan
dapat berlangsung secara efektif atau tidak, sangat ditentukan oleh seberapa
tinggi tingkat pemahaman pendidik tentang karakteristik peserta didiknya.
Pemahaman karakteristik peserta didik sangat menentukan hasil belajar yang
akan dicapai. Aktivitas yang perlu dilakukan tentang keberagaman etnis di
kelasnya menjadi informasi yang sangat berharga bagi pendidik dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran. Tidak hanya etnik, tetapi guru juga
harus memahami mengenai budaya dan latar tempat tinggal.
 Sesuai dengan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan
materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai