PENDAHULUAN
1
2
Haryati, 2016), “some story problems are not problematic enough for students
and hence should only be considered as exercise for students to perform.”
Tujuan pembelajaran tersebut terkadang tidak sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh setiap peserta didik yang tentunya berbeda-beda dapat dilihat
dari kesalahan-kesalahan yang timbul ketika peserta didik mengerjakan soal cerita
matematika terkait materi barisan aritmatika. Hal ini ditunjukkan dari hasil
pengerjaan peserta didik kelas VIII E tahun ajaran 2017/2018 ketika diberikan
satu soal cerita, “Rina naik taksi dari kota A ke kota B yang berjarak 9 kilometer.
Besarnya argo taksi adalah Rp. 8.000,00 untuk 1 kilometer pertama, kemudian
bertambah Rp. 700,00 tiap 100 meter selanjutnya. Tentukan besarnya ongkos taksi
yang harus dibayar Rina”. Berdasarkan hasil pengerjaan peserta didik terhadap
soal cerita tersebut, tidak ada satu pun peserta didik yang dapat mengerjakan
dengan tepat, dengan kata lain peserta didik melakukan kesalahan dalam
pengerjaannya.
Kesalahan yang dilakukan peserta didik adalah tidak dapat memahami soal
cerita dengan baik, sehingga peserta didik tidak dapat menuliskan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan. Dalam soal cerita ini, peserta didik diharapkan
dapat mengetahui suku awal, beda, dan juga suku yang ditanyakan. Dalam hal ini,
semua peserta didik tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan. Sembilan dari 35 peserta didik tidak menjawab soal cerita tersebut.
Kesalahan selanjutnya adalah peserta didik tidak dapat menentukan metode
penyelesaian yang sesuai untuk menyelesaikan soal cerita tersebut. Dua puluh dari
35 peserta didik hanya menjawab dengan menggunakan metode yang tidak sesuai
dengan soal cerita tersebut karena tidak mengerti metode apa yang harus
digunakan untuk menyelesaikannya. Seperti contoh pada Gambar 1.1, peserta
didik menuliskan metode penyelesaian yang tidak sesuai dengan soal cerita, yakni
hanya menuliskan “= 8000 × 9 𝑘𝑚 = 72000” sehingga peserta didik belum
menemukan jawaban akhir soal cerita dengan benar.
3
Dalam soal cerita ini, peserta didik diharapkan dapat menggunakan rumus
barisan aritmatika, yaitu 𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏, dimana 𝑈𝑛 sebagai suku yang
ditanyakan, 𝑎 sebagai suku awal yang diketahui pada soal, 𝑏 sebagai beda yang
juga telah diketahui pada soal.
Namun, 5 dari 35 peserta didik mengerjakan soal cerita tersebut dapat
menentukan metode penyelesaian soal cerita yang sesuai sehingga peserta didik
memperoleh jawaban akhir yang benar, seperti pada Gambar 1.2 berikut.
menuliskan hasil akhir dari proses tersebut. Peserta didik hanya menulis 𝑆80 =
𝑈81 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏 = 8000 + (81 − 1) × 700, tanpa melanjutkan proses nya.
Seharusnya peserta didik menuliskan “= 8000 + 56000 = 64000” sebagai
kelanjutan dari proses tersebut.
Sedangkan pada Gambar 1.4 peserta didik melakukan kesalahan dalam
menuliskan metode penyelesaiannya. Peserta didik menuliskan 𝑆80 = 𝑈81 = 𝑎 +
(𝑛 − 1)𝑏 = 8000 + (81 − 1) = 7000, menunjukkan bahwa peserta didik tidak
dapat menuliskan proses matematis yang benar, akibatnya peserta didik tidak
dapat memperoleh jawaban yang benar.
Pada Gambar 1.5 peserta didik menuliskan dua jawabannya. Yang pertama
dia menuliskan 𝑈81 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏 = 8000 + (81 − 1) × 700 = 560000 ×
700 = 392000000 sebagai jawabannya. Terjadi kesalahan proses matematis dan
kesalahan penulisan jawaban akhir. Sedangkan jawaban yang kedua dia
menuliskan 𝑈9 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏 = 8 + (9 − 1) × 7 = 8 + 56 = 64, lalu
dibawahnya dituliskan pula “𝑅𝑝 64000”. Peserta didik telah menuliskan jawaban
akhir dengan benar, yaitu 𝑅𝑝 64000, akan tetapi pada proses matematisnya, dia
tidak menuliskan nominal uang “8000 𝑑𝑎𝑛 700” melainkan hanya menulisnya
sebagai “8 𝑑𝑎𝑛 7”.
Berdasarkan hasil pekerjaan peserta didik tersebut, menunjukkan bahwa
peserta didik belum sepenuhnya menguasai materi barisan aritmatika. Oleh karena
itu, dalam proses pembelajaran guru harus mengetahui apa saja kesalahan yang
dilakukan oleh peserta didik. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui kesalahan peserta didik adalah dengan melakukan kajian analisis
kesalahan (Satoto, 2012:4). Melalui analisis kesalahan akan diketahui apa saja
kesalahan yang dilakukan peserta didik, sehingga guru dapat memberikan jenis
bantuan yang tepat kepada peserta didik (Sahriah, 2011:2). Hal ini didukung oleh
pendapat White (2005) yakni kesalahan bisa menjadi mengakar, sehingga analisis
kesalahan adalah langkah pertama yang relevan untuk melakukan sesuatu yang
akan menghilangkan penyebab kesalahan, dan juga Mukunthan (2013)
berpendapat bahwa dalam penelitiannya, guru harus mengidentifikasi bentuk
kesalahan yang terjadi dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
6