Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK KELAS VIII DALAM

MENYELESAIKAN SOAL CERITA BARISAN ARITMATIKA


BERDASARKAN TAHAPAN ANALISIS NEWMAN

ARTIKEL

OLEH
MARIA ANGELA JESSICA HARIADI
NIM 140311605077

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JULI 2018
Artikel oleh Maria Angela Jessica Hariadi
telah diperiksa dan disetujui

Malang, 4 Agustus 2018


Pembimbing

Dr. Susiswo, M.Si


NIP 19650328 199001 1 001

Penulis

Maria Angela Jessica Hariadi

NIM 140311605077
ANALISIS KESALAHAN PESERTA DIDIK KELAS VIII DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA BARISAN ARITMATIKA
BERDASARKAN TAHAPAN ANALISIS NEWMAN

Maria Angela Jessica Hariadi1 dan Susiswo2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas MIPA UM Malang
2
Dosen Jurusan Matematika Fakultas MIPA UM Malang
E-mail: mariaangela_jessicahariadi@yahoo.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendeskripsikan kesalahan peserta didik kelas VIII SMPN 10 Malang
dalam menyelesaikan soal cerita barisan aritmatika berdasarkan tahapan
analisis kesalahan Newman. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subjek adalah 6
peserta didik yang diambil dari kelas VIII E, yaitu masing-masing 2
peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Data diperoleh
dari hasil tes dan wawancara. Soal tes terkait materi barisan aritmatika
diberikan kepada seluruh peserta didik kelas VIII E untuk melihat
kesalahan yang terjadi, dan kemudian dinilai untuk dipilih 6 subjek yang
diwawancarai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan
tingkat kemampuan tinggi tidak melakukan kesalahan pada kelima
tahap analisis kesalahan Newman, subjek dengan tingkat kemampuan
sedang melakukan kesalahan pada tahap transformasi dan tahap
penulisan jawaban akhir, sedangkan subjek dengan tingkat kemampuan
rendah melakukan kesalahan pada kelima tahap analisis Newman yakni
tahap membaca, memahami, transformasi, dan keterampilan proses,
serta tahap penulisan jawaban akhir.
Kata Kunci: analisis kesalahan, soal cerita, barisan aritmatika,
prosedur Newman

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan


penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegiatan dalam kehidupan kita yang
harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika seperti menghitung,
mengukur, dan lain-lain. Bahkan, saat ini banyak sekali penyampaian informasi
menggunakan bahasa matematika, seperti tabel, grafik, diagram, dan sebagainya.
Matematika juga merupakan ilmu dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
lainnya selain matematika (Gafoor & Kurukkan, 2015). Inilah alasan mengapa
matematika diberikan pada setiap jenjang pendidikan.

1
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (dalam Haryati, 2016)
tentang Standar Isi (SI) Mata Pelajaran, salah satu tujuan pembelajaran
matematika adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika, dan
menafsirkan solusi yang diperoleh. Pemecahan masalah dalam matematika
sekolah biasanya diwujudkan melalui soal cerita. Menurut Hartini (2008), soal
cerita merupakan salah satu bentuk soal yang menyajikan permasalahan terkait
dengan kehidupan sehari-hari dalam bentuk cerita, dan Mukunthan (2013) juga
mendefinisikan soal cerita matematika sebagai masalah matematika yang lebih
banyak disajikan dalam kata-kata daripada simbol matematika. Namun, tidak
semua soal cerita otomatis akan menjadi masalah, sebagaimana tertulis dalam
NCTM (dalam Haryati, 2016), “some story problems are not problematic enough
for students and hence should only be considered as exercise for students to
perform.”
Soal cerita matematika bukan merupakan hal yang baru bagi peserta didik
karena mulai dari sekolah dasar sudah dikenalkan dengan permasalahan yang
berbentuk soal cerita. Soal cerita memiliki peranan penting dalam pembelajaran
matematika, hal ini didukung oleh pendapat Mananggel (2015) yang mengatakan
bahwa soal cerita matematika memiliki peranan untuk melatih keterampilan
matematika peserta didik. Selain itu Makhrubi (2017) juga menyebutkan adanya
soal cerita dalam matematika akan memberikan pandangan kepada peserta didik
bahwa belajar matematika memiliki kegunaan dalam kehidupan sehari-hari.
Barisan aritmatika merupakan salah satu materi pelajaran matematika di
kelas VIII SMP semester I. Permasalahan yang terkait dengan materi barisan
aritmatika disajikan dalam bentuk soal cerita. Berdasarkan pengalaman peneliti
ketika melaksanakan KPL di SMPN 10 Malang pada tahun 2017, peneliti
menjumpai bahwa pelajaran matematika masih menjadi pelajaran yang tidak
disukai oleh peserta didik. Hal ini dapat dilihat dari kesalahan-kesalahan yang
terjadi ketika peserta didik mengerjakan soal cerita matematika terkait materi
barisan aritmatika. Berdasarkan hasil pekerjaan peserta didik kelas VIII E SMPN
10 Malang, tidak ada satu pun peserta didik yang dapat mengerjakan dengan tepat.
Dalam soal cerita yang diberikan, peserta didik diharapkan dapat mengetahui suku

2
awal, beda, dan juga suku yang ditanyakan, akan tetapi pada kenyataannya peserta
didik tidak ada yang menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, bahkan
9 dari 35 peserta didik tidak menjawab soal cerita yang diberikan. Dua puluh dari
35 peserta didik melakukan kesalahan dalam menentukan metode penyelesaian,
yakni menjawab soal cerita dengan menggunakan metode yang tidak sesuai
dengan soal cerita.
Berdasarkan kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa peserta didik belum
sepenuhnya menguasai materi barisan aritmatika. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran guru harus mengetahui apa saja kesalahan yang dilakukan oleh
peserta didik. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui kesalahan
peserta didik adalah dengan melakukan kajian analisis kesalahan (Satoto, 2012:4).
Melalui analisis kesalahan akan diketahui apa saja kesalahan yang dilakukan
peserta didik, sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan yang tepat kepada
peserta didik (Sahriah, 2011:2). Hal ini didukung oleh pendapat White (2005)
yakni kesalahan bisa menjadi mengakar, sehingga analisis kesalahan adalah
langkah pertama yang relevan untuk melakukan sesuatu yang akan
menghilangkan penyebab kesalahan, dan juga Mukunthan (2013) berpendapat
bahwa dalam penelitiannya, guru harus mengidentifikasi bentuk kesalahan yang
terjadi dan mengambil langkah-langkah perbaikan.
Salah satu prosedur yang dapat digunakan untuk mengatasi kesalahan-
kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita yaitu
dengan menggunakan tahapan Newman. White (2005) menyatakan bahwa jika
dibandingkan dengan yang lain, analisis kesalahan berdasarkan prosedur Newman
memiliki kredibilitas yang paling tinggi. Hal ini didukung oleh pendapat Singer &
Voica (2012) yang menyatakan, “while Polya's PS framework is decribed in
behavioral terms, Newman's model merges cognitive and behavioral levels. For
example, read, comprehend, apply the process skills demanded by the selected
strategy refer to specific behaviors, while carry out a mental transformation
addresses cognition.” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk-bentuk
kesalahan yang dilakukan peserta didik dalam menyelesikan soal cerita barisan
aritmatika dengan menggunakan tahapan analisis kesalahan Newman.

3
METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Subjek
penelitian diambil 6 dari 33 peserta didik kelas VIII E tahun ajaran 2017/2018.
Lokasi penelitian ini yaitu di SMP Negeri 10 Malang. Instrumen dalam penelitian
ini terdiri dari instrumen utama dan instrumen pendukung. Instrumen utama
adalah peneliti sendiri, sedangkan instrumen pendukung dalam penelitian ini yaitu
lembar tes soal cerita materi barisan aritmatika dan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara digunakan peneliti untuk memperoleh penjelasan secara
mendalam mengenai uraian jawaban peserta didik. Dalam proses wawancara,
peneliti dibantu dengan alat perekam suara agar bisa berulang-ulang
mendengarkan penjelasan peserta didik dan tidak melewatkan informasi di dalam
data.
Langkah pertama untuk pengambilan subjek yaitu, semua peserta didik
diberikan soal tes yang telah divalidasi, hasil pekerjaan peserta didik diberi skor
yang kemudian digolongkan menjadi 3 kriteria penggolongan kemampuan
kognitif yakni peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Setelah itu
peneliti melakukan wawancara dengan guru matematika untuk diminta
pertimbangan tentang pemilihan peserta didik sebagai subjek penelitian, dari 33
peserta didik diambil 2 peserta didik untuk masing-masing tingkat kemampuan
kognitif. Keenam subjek yang telah dipilih kemudian diwawancara dengan
pedoman wawancara yang telah divalidasi sebagai acuan pelaksanaan wawancara.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data ini diperoleh setelah peserta didik menyelesaikan soal tes yang
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2018. Pada tahap pendahuluan terdiri dari
pengumpulan data dan pengurusan perizinan. Dalam tahap perencanaan ini
dilakukan penyusunan instrumen penelitian. Sedangkan pada tahap pelaksanaan
terdapat kegiatan pengerjaan tes soal cerita barisan aritmatika oleh peserta didik,
kemudian pemaparan data hasil tes soal cerita.
Keenam subjek yang telah dipilih berdasarkan tingkat kemampuan
kognitif kemudian diwawancara untuk mengetahui lebih lanjut kesalahan yang

4
dilakukan dari hasil pengerjaannya. Peserta didik dengan tingkat kemampuan
tinggi dituliskan dengan S1 dan S2, dan peserta didik dengan tingkat kemampuan
sedang dituliskan dengan S3 dan S4, serta peserta didik dengan tingkat
kemampuan rendah dituliskan dengan S5 dan S6. Adapun bentuk-bentuk
kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik berdasarkan tingkat kemampuannya
adalah sebagai berikut.
1. Kesalahan peserta didik pada tahap membaca (reading)
Pada dasarnya, tahap membaca merupakan tahapan yang sangat penting
bagi peserta didik terutama ketika peserta didik menghadapi soal cerita.
Penelitian Tuohimaa, Aunola dan Nurmi (dalam Budiarto & Putri, 2017)
menunjukkan bahwa rendahnya kemampuan membaca peserta didik
mempengaruhi pemahaman peserta didik terhadap soal cerita, sehingga
menyebabkan jawaban akhir yang kurang tepat dalam menyelesaikan soal
cerita. Berikut penjelasan kesalahan pada tahap membaca yang dilakukan
peserta didik pada tiap tingkat kemampuan peserta didik.
Peserta didik dengan tingkat kemampuan tinggi dan tingkat kemampuan
sedang melakukan kesalahan pada tahap membaca yakni kurang lengkap
dalam menuliskan kata kunci dari informasi yang diketahui dan ditanyakan
oleh soal, serta ada subjek yang tidak menuliskan informasi yang diketahui
dan ditanyakan. Namun pada pelaksanaan wawancara, peserta didik pada
kedua tingkat kemampuan ini dapat membacakan soal dengan baik dengan
menyebutkan kata kunci dalam soal. Dapat disimpulkan bahwa peserta didik
dengan tingkat kemampuan tinggi dan tingkat kemampuan sedang tidak
melakukan kesalahan pada tahap membaca.
Peserta didik dengan tingkat kemampuan rendah melakukan kesalahan
pada tahap membaca, yakni peserta didik tidak dapat menemukan kata kunci
pada soal, dan tidak dapat memaknai kalimat secara utuh sehingga mereka
tidak dapat memaknai soal cerita dengan baik. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Rindyana (2013), peserta didik dapat membaca dengan lancar
dikarenakan bentuk soal merupakan soal cerita yang menggunakan bahasa
Indonesia. Kata-kata yang digunakan di dalam soal juga tidak ada yang
menggunakan istilah asing yang menyulitkan pengucapan peserta didik.

5
Namun walaupun demikian, peserta didik ternyata tidak dapat memaknai
kalimat yang mereka baca secara tepat.

2. Kesalahan peserta didik pada tahap memahami (comprehension)


Pada tahap memahami, peserta didik dituntut untuk dapat menuliskan
informasi yang ada dalam soal cerita. Selain itu, peserta didik juga harus dapat
menjelaskan kembali isi soal seperti menyebutkan informasi yang diketahui
dan ditanyakan dalam soal. Dengan mampu menuliskan dan menjelaskan
informasi-informasi dalam soal tersebut, akan dapat membantu peserta didik
untuk memahami maksud dari soal yang akan dikerjakan. Berikut penjelasan
kesalahan pada tahap memahami yang dilakukan peserta didik pada tiap
tingkat kemampuan peserta didik.
Peserta didik dengan tingkat kemampuan tinggi dan tingkat kemampuan
sedang tidak melakukan kesalahan pada tahap memahami, karena meskipun
mereka kurang lengkap dan bahkan tidak menuliskan informasi yang diketahui
dan ditanyakan, namun mereka dapat menjelaskan kembali isi dari soal cerita
tersebut dengan baik. Sedangkan pada peserta didik dengan tingkat
kemampuan rendah, terjadi kesalahan pada tahap memahami yakni tidak
menuliskan secara lengkap informasi yang diketahui dan ditanyakan,
menuliskan informasi yang diketahui namun tidak menuliskan informasi yang
ditanyakan dalam soal, serta mereka tidak dapat menjelaskan kembali isi dari
soal cerita tersebut.
Kesalahan peserta didik dalam tahap memahami tersebut sesuai dengan
pernyataan Jha (2012) yang menyatakan bahwa peserta didik dikatakan
melalui tahap memahami ditandai dengan kemampuan peserta didik dalam
menjelaskan kembali isi soal seperti menyebutkan informasi yang diketahui
dan yang ditanyakan dalam soal. Jika peserta didik tidak dapat menyebutkan
informasi apa yang ada dalam soal dan yang ditanyakan dalam soal, maka
peserta didik dikatakan melakukan kesalahan pada tahap memahami. Dan juga
menurut Rindyana (2013), walaupun tidak ada kalimat yang dianggap sulit
ketika diwawancarai, namun dalam kenyataannya peserta didik tidak
memaknai betul kalimat yang mereka baca.

6
3. Kesalahan peserta didik pada tahap transformasi (transformation)
Tahapan transformasi sangat penting dalam menyelesaikan soal cerita,
yaitu dalam menentukan metode penyelesaian yang akan digunakan. Berikut
penjelasan kesalahan pada tahap transformasi yang dilakukan peserta didik
pada tiap tingkat kemampuan peserta didik.
Peserta didik dengan tingkat kemampuan tinggi dapat menentukan metode
penyelesaian soal cerita dengan tepat dan dapat menjelaskan metode yang
akan mereka gunakan dengan baik, hanya saja mereka kurang menuliskan
keterangan pada tiap langkah pengerjaannya. Selanjutnya, terjadi kesalahan
pada peserta didik dengan tingkat kemampuan sedang, yakni kurang lengkap
dalam menentukan metode yang digunakan, sehingga mereka belum
menemukan jawaban yang diharapkan. Demikian juga pada peserta didik
dengan tingkat kemampuan rendah, terjadi kesalahan pada tahap ini yaitu
tidak dapat menentukan metode penyelesaian dengan tepat karena mereka
mengabaikan informasi yang diketahui pada soal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rindyana (2013), peserta didik tidak dapat mentransformasi
informasi yang mereka peroleh dikarenakan peserta didik tidak memahami arti
atau maksud kalimat dalam soal tersebut.
Kesalahan yang terjadi sesuai dengan pernyataan Jha (2012) yakni peserta
didik dikatakan melalui tahap transformasi ditandai dengan kemampuan
peserta didik dalam menentukan strategi penyelesaian soal dengan tepat.
Apabila peserta didik tidak dapat menentukan strategi yang tepat dalam
menyelesaikan soal, maka peserta didik dikatakan melakukan kesalahan pada
tahap transformasi. Selain itu jika peserta didik menentukan strategi yang
kurang tepat juga dapat dikategorikan sebagai kesalahan pada tahap
transformasi.
4. Kesalahan peserta didik pada tahap keterampilan proses (process skills)
Pada tahap keterampilan proses, peserta didik diminta untuk menjalankan
prosedur matematis yang telah ia tetapkan pada tahap sebelumnya sampai
mendapatkan hasil akhir. Berikut penjelasan kesalahan pada tahap
keterampilan proses yang dilakukan peserta didik pada tiap tingkat
kemampuan peserta didik.

7
Peserta didik dengan tingkat kemampuan tinggi dan tingkat kemampuan
sedang tidak melakukan kesalahan pada proses menghitung dan dapat
menjelaskan tahapan perhitungan dengan tepat. Jha (2012) menjelaskan bahwa
jika peserta didik dapat melakukan proses perhitungan dengan tepat
berdasarkan strategi yang dipilih, maka peserta didik dikatakan dapat melalui
tahap keterampilan proses.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rindyana (2013), pada tahap
keterampilan proses hanya 32,2% peserta didik yang melakukan kesalahan
dalam melakukan prosedur matematis, biasanya kesalahan itu terjadi sejak
tahap pemahaman sehingga tahap keterampilan proses ikut menghasilkan
penyelesaian yang salah tetapi bukan kesalahan pada prosedur matematikanya.
Sama halnya yang terjadi pada peserta didik dengan tingkat kemampuan
rendah, mereka melakukan kesalahan pada proses menghitung berdasarkan
pemahaman mereka serta strategi yang telah mereka pilih.
5. Kesalahan peserta didik pada tahap penulisan jawaban akhir (encoding)
Tahap penulisan jawaban akhir adalah tahap paling akhir yang dilakukan
dalam menyelesaikan soal cerita. Menurut Jha (2012) peserta didik dikatakan
melalui tahapan ini jika peserta didik dapat menuliskan jawaban secara tepat
sesuai dengan permintaan soal. Oleh karena itu, peserta didik dikatakan
melakukan kesalahan dalam tahapan ini apabila peserta didik tidak menuliskan
jawaban dengan diberikan keterangan-keterangan sesuai dengan permintaan
soal. Berikut penjelasan kesalahan pada tahap penulisan jawaban akhir yang
dilakukan peserta didik pada tiap tingkat kemampuannya.
Peserta didik dengan tingkat kemampuan tinggi tidak melakukan
kesalahan pada tahap ini. Peserta didik dapat menentukan jawaban akhir dari
soal cerita dengan tepat dan sesuai konteks soal, menuliskan satuan yang
sesuai, dan juga dapat menjelaskan jawaban akhir mereka dengan tepat pada
saat wawancara meskipun kalimat pada kesimpulan yang mereka tulis kurang
lengkap. Sedangkan pada peserta didik dengan tingkat kemampuan sedang
dan tingkat kemampuan rendah melakukan kesalahan pada tahap ini. Mereka
tidak dapat menentukan jawaban akhir dari soal cerita dengan benar sehingga
jawaban mereka tidak sesuai dengan konteks soal.

8
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Peserta didik dengan tingkat kemampuan tinggi tidak melakukan
kesalahan pada semua tahap. Peserta didik dapat menyebutkan kata kunci
dengan baik, dapat menjelaskan kembali isi dari soal cerita, dapat menentukan
metode penyelesaian dengan tepat, dapat melakukan proses menghitung
dengan benar, serta dapat menjelaskan jawaban akhir dengan tepat. Peserta
didik dengan tingkat kemampuan sedang melakukan kesalahan pada tahap
transformasi, yakni kurang lengkap dalam menentukan metode penyelesaian,
dan pada tahap menentukan jawaban akhir, peserta didik tidak dapat
menentukan jawaban akhir dengan benar. Selanjutnya, peserta didik dengan
tingkat kemampuan rendah melakukan kesalahan pada setiap tahap, yakni (1)
pada tahap membaca, peserta didik tidak dapat menentukan kata kunci pada
soal cerita dan tidak dapat memaknai kalimat secara utuh, (2) pada tahap
memahami, peserta didik kurang lengkap dalam menuliskan informasi yang
diketahui dan ditanyakan, menuliskan informasi yang diketahui namun tidak
menuliskan informasi yang ditanyakan, serta tidak dapat menjelaskan kembali
isi dari soal cerita, (3) pada tahap transformasi, peserta didik tidak dapat
menentukan metode penyelesaian soal cerita dengan benar, (4) pada tahap
keterampilan proses, peserta didik tidak menuliskan tahapan dalam
menghitung secara lengkap, terjadi kesalahan dalam menghitung, serta tidak
dapat menjelaskan proses perhitungan yang mereka tulis, (5) pada tahap
penulisan jawaban akhir, peserta didik tidak dapat menentukan jawaban akhir
dengan benar.

2. Saran
2.1 Pada tahap membaca, peserta didik tidak dapat menentukan kata kunci
dalam soal cerita. Oleh karena itu, sebaiknya guru melatih peserta didik
untuk menemukan kata kunci dan dapat memaknai kalimat dengan baik.
2.2 Pada tahap memahami, peserta didik tidak dapat menjelaskan kembali isi
dari soal cerita. Oleh karena itu, sebaiknya guru membimbing peserta
didik untuk dapat memahami maksud dari soal cerita.

9
2.3 Pada tahap transformasi, peserta didik tidak dapat menentukan metode
untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar. Oleh karena itu, sebaiknya
guru dapat merancang suatu pembelajaran yang dapat melatih peserta
didik agar lebih terlatih dalam menentukan metode penyelesaian soal
cerita yang lebih sistematis.
2.4 Pada tahap keterampilan proses, terjadi kesalahan dalam proses
menghitung. Oleh karena itu, sebaiknya guru dapat membimbing peserta
didik dengan memberikan latihan-latihan soal cerita yang dapat
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan proses
menghitung.
2.5 Pada tahap penulisan jawaban akhir, peserta didik tidak dapat menentukan
jawaban akhir dengan benar. Oleh karena itu, sebaiknya guru sering
memberi latihan pada peserta didik untuk dapat menentukan jawaban akhir
dengan benar serta memberikan keterangan yang sesuai dengan konteks
soal.
2.6 Bagi peneliti lain, dalam melakukan wawancara terhadap subjek penelitian
sebaiknya peneliti dapat menggali lebih dalam informasi yang diberikan
oleh subjek sehingga dapat diketahui bahwa subjek tersebut benar-benar
melakukan kesalahan atau hanya tidak mampu atau malas
mengkomunikasikan atau menuliskan jawaban ketika tes dilakukan.

DAFTAR RUJUKAN
Budiarto, M.T. & Putri, A.M. 2017. “Analisis Kesalahan Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berdasarkan Tahapan Newman serta
Upaya untuk Mengatasinya Menggunakan Scaffolding”. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, Vol 2, No. 6

Gafoor, K.A., & Kurukkan, A. 2015. Why High School Students Feel Mathematics
Difficult? An Exploration of Affective Beliefs. Kerala: University of Calicut.

Hartini. 2008. Analisis Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita pada Kompetensi
Dasar Menemukan Sifat dan Menghitung Besaran-besaran Segi Empat Siswa
Kelas VII Semester II SMP It Nur Hidayah Surakarta Tahun Pelajaran
2006/2007. Tesis. Surakarta: Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret.

Haryati, T., Suyitno, A., & Junaedi, I. 2016. Analisis Kesalahan Siswa SMP Kelas VIII
Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pemecahan Masalah Berdasarkan Prosedur
Newman. Unnes Journal of Mathematics Educations. 5(1)

10
Jha, Sio Kumar. (2012). “Mathematics Performance of Primary School Students in
Assam (India): An Analysis Using Newman Procedure” International Journal of
Computer Applications in Engineering Science (Vol. II, Issue I, March 2012).

Makhrubi, A. 2017. Defregmentasi Struktur Berpikir Siswa Bergaya Kognitif Field-


Dependent dan Field-Independent dalam Menyelesaikan Soal Cerita. Tesis tidak
diterbitkan, Malang: Pascasarjana Universitas Negeri Malang.

Mananggel, M. 2015. Diagnosis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Terkait Pertidaksamaan Kuadrat dengan Menggunakan Mapping Mathematics
dan Scaffolding-nya. Tesis tidak diterbitkan, Malang: Pascasarjana Universitas
Negeri Malang.

Mukunthan, T. 2013. A Study on Students’ Errors on Word Problem. International


Journal of Management, IT and Engineering (Vol. 3, Issue 10, October 2013.

Rindyana, B. S. B. 2013. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita


Matematika Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Berdasarkan
Analisis Newman. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri
Malang.

Sahriah, S. 2011. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Matematika


Materi Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang.
Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

Satoto, Seto. 2012. Analisis Kesalahan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Kendal dalam Menyelesaikan Soal Materi Jarak Pada Bangun Ruang. Skripsi
tidak diterbitkan. Semarang: FMIPA UNS.

Singer, F.M. & Voica, C. 2012. A Problem-Solving Conceptual Framework and Its
Implications in Designing Problem-Posing Tasks. Romania: University of
Ploiesti.

White, A.L. 2005. Active Mathematics in Classrooms: Finding Out Why Children Make
Mistakes – And Then Doing Something To Help Them. Sydney: University of
Western Sydney.

11

Anda mungkin juga menyukai