Anda di halaman 1dari 9

Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700

Ambon, 09 Februari 2018

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL-


SOAL POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 14 AMBON
Nur Afriani Nukuhaly 1), Gamar Assagaf 2), Jumini Muhamad 3)
1,2)
Dosen Prodi Pendidikan Matematika FITK IAIN Ambon
3)
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FITK IAIN Ambon
Email: juminimuhamad94@gmail.com

Abstrak

Siswa SMP Negeri 14 Ambon masih melakukan banyak kesalahan dalam


menyelesaikan soal-soal matematika, termasuk pada materi pola bilangan yang
berdampak rendahnya nilai yang diperoleh siswa. Oleh karena itu perlu dilakukan
analisis terhadap kesalahan ini agar diketahui jenis kesalahan apa yang dilakukan dan
mengapa siswa melakukan kesalahan tersebut. Sehingga, guru dapat memberikan jenis
bantuan kepada siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa sajakah jenis-jenis
kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal Pola Bilangan pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 14 Ambon serta apa sajakah faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam
menyelesaikan soal-soal pola bilangan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 14 Ambon.
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-13 SMP Negeri 14 Ambon
sebanyak 31 orang, yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 25 orang perempuan.
Berdasarkan hasil analisis terhadap lembar jawaban siswa, maka dipilih 2 orang sebagai
subjek untuk diwawancarai dengan menggunakan teknik purposive sampling. Adapun
tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, studi hasil jawaban kerja siswa, wawancara dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan (verifikasi).
Indikator kesalahan yang digunakan mengacu pada objek matematika langsung
menurut Gagne yaitu, kesalahan fakta, konsep, pinsip dan skill. Setelah dilakukan
analisis diperoleh hasil penelitian bahwa jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa
adalah kesalahan fakta, konsep, prinsip dan skill. Penyebab kesalahan tersebut adalah
siswa tidak memahami penggunaan tanda kurung, masalah kealpaan (lupa), tidak
memahami soal, tidak memahami cara substitusi dan eliminasi, salah menggunakan
aturan-aturan matematika sebelumnya, tidak menguasai teknik pembagian angka yang
besar dan anggapan-anggapan yang keliru baik untuk menuliskan yang diketahui dan
yang ditanyakan dalam soal maupun untuk menuliskan cara atau rumus yang
digunakan.

Kata kunci: analisis kesalahan siswa, soal pola bilangan

PENDAHULUAN

Berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap


matematika sebenarnya telah banyak dilakukan, misalnya dengan penyempurnaan
kurikulum, penerbitan buku paket, pengembangan metode pengajaran serta pemantapan
guru dalam penguasaan materi, tetapi sering diinformasikan oleh banyak pihak tentang
rendahnya kemampuan siswa dalam memahami matematika.

103
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

Hal ini terlihat dari rendahnya nilai matematika siswa dibanding dengan nilai mata
pelajaran lainnya (Rianto, 2012).Secara khusus antara lain ditunjukkan dengan rendahnya
nilai ulangan harian, ulangan semester, maupun UAN (Ujian Akhir Nasional) mata
pelajaran matematika.
Berdasarkan Data dari Dinas Pendidikan Propinsi Maluku terkait prestasi belajar
siswa Pada tahun 2017, nilai rata-rata hasil UAN di Propinsi Maluku untuk mata pelajaran
matematika pada jenjang SMP/MTs lebih rendah daripada pelajaran yang lain, yaitu Bahasa
Indonesia dan IPA. Keberhasilan siswa kelas IX mengerjakan soal UAN tidak terlepas dari
kemampuan siswa dalam memahami materi matematika pada kelas-kelas sebelumnya. Hal
ini juga terjadi pada SMP Negeri 14 Ambon.
Menurut infomasi dari salah seorang guru matematika pada sekolah tersebut, secara
umum ketidakaktifan dan rendahnya nilai tes sebagian siswa diantaranya disebabkan oleh
minimnya penguasaan matematika dasar,mereka mengalami kesulitan dalam memahami
gambar, misalnya pada materi pola bilangan. Mereka juga kesulitan memahami
penggunaan rumus maupun simbol-simbol matematika. Selain itu, minat dan bakat juga
berpengaruh terhadap keaktifan mereka, serta tergantung dari pokok bahasan yang
dibawakan.Menurut beliau, salah satu materi yang sulit dipahami siswa adalah materi yang
berhubungan dengan geometri dan bilangan, misalnya pada pokok bahasan pola bilangan.
Jadi selain minat dan bakat, ketidakaktifan dan rendahnya nilai tes siswa pada SMP Negeri
14 Ambon sangat dipengaruhi oleh kesulitan memahami materi dalam berbagai
aspek.Kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi akan memungkinkan
terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan soal (Juliant dan Noviartati, 2016). Selain itu,
materi pola bilangan adalah salah satu materi prasyarat untuk mempelajari materi barisan
dan deret pada jenjang SMA. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika ternyata siswa msih
melakukan banyak kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal pola bilangan.
Kesalahan sebenarnya merupakan hal yang wajar dilakukan. Namun, apabila
kesalahan yang dilakukan cukup banyak dan berkelanjutan, maka diperlukan penanganan.
Begitu juga dalam mempelajari matematika. Hal ini mengingat matematika adalah ilmu
yang kompleks yang memuat objek-objek pembelajaran yang berkaitan satu sama lain.
Objek-objek tersebut didefenisikan sebagai hal yang dihadapi secara langsung oleh siswa
yaitu meliputi fakta, konsep, prinsip dan skill (keterampilan). Sehingga, ketika siswa
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika, maka berarti siswa telah
melakukan kesalahan dalam memahami dan menggunakan objek-objek matematika
tersebut. Apabila kesalahan-kesalahan yang muncul baik berupa fakta, konsep, prinsip
maupun skill tersebut tidak segera mendapat perhatian dan tindak lanjut, maka akan
berdampak buruk bagi siswa. Mengingat dalam pelajaran matematika, materi yang telah
diberikan akan saling terkait dan saling menunjang bagi materi berikutnya.
Kesalahan siswa perlu adanya analisis untuk mengetahui kesalahan apa saja yang
banyak dilakukan dan mengapa kesalahan tersebut dilakukan siswa. Melalui analisis
kesalahan akan diperoleh bentuk dan penyebab kesalahan siswa, sehingga guru dapat
memberikan jenis bantuan kepada siswa (Sahriah, 2012:2).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian deskriptif ini
digunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Ambon
pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 terhitung selama 1 bulan, dimulai dari tanggal
18 Oktober sampai dengan 17 November 2017. Adapun sumber data penelitian ini adalah
siswa kelas VIII-13 yang berjumlah 31. Siswa kelas VIII-13 yang berjumlah 31 orang
tersebut diberikan soal tes uraian yang berjumlah satu butir soal. Tujuan pemberian tes ini

104
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

adalah untuk melihat kesalahan yang dilakukan siswa sehingga bisa dilakukan penjaringan
atau penentuan subjek penelitian. Teknik penentuan subjek yang digunakan adalah teknik
purposive sampling atau sampel bertujuan. Menurut Sugiono (2011:217) teknik sampel
bertujuan adalah penentuan subjek peneltian yang didasarkan pada pertimbangan
tertentu.Pertimbangan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu siswa yang melakukan
kesalahan terbanyak, terunik, variatif kesalahan dan berdasarkan pertimbangan dari guru
mata pelajaran agar siswa yang dipilih sebagai subjek mudah untuk diwawancarai.
Berdasarkan analisis hasil pekerjaan siswa dan kriteria penentuan subjek, maka diperoleh 2
orang siswa sebagai subjek penelitian, yaitu subjek pertama (S-1) yang diinisialkan dengan
PLM dan subjek kedua (S-2) yang diinisialkan dengan SU. Namun, pada jurnal ini hanya
akan dibahas hasil analisis terhadap hasil pekerjaan S-1, sebagai perwakilan untuk
mempersingkat pembahasan.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument utama yaitu
peneliti sendiri dan instrument pendukung yaitu soal tes dan pedoman wawancara. Soal tes
dimaksudkan untuk melihat bentuk kesalahan yang dilakukan siswa sedangkan pedoman
wawancara dimaksudkan untuk mengkonfimasi dan mengklarifikasi kesalahan kesalahan
yang dilakukan siswa serta untuk menjaring data kualitaif sebanyak-banyaknya terkait
factor-faktor penyebab kesalahan siswa. Jadi, panduan wawancara yang dilakukan
berpatokan pada mengapa siswa melakukan kesalahan dan bagaimana untuk memperbaiki
kesalahan tesebut.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, studi jawaban hasil
kerja siswa, wawancara dan dokumentasi. Observasi dimaksudkan untuk memperoleh
informasi terkait pengelolaan kegiatan belajar-mengajar di sekolah tersebut dan jenis soal
tes yang sesuai untuk instrument tes serta hal-hal lain yang dapat membantu peneliti dalam
melaksanakan kegiatan wawancara. Studi jawaban dimaksudkan untuk melihat bentuk
besalahan yang dilakukan sekaligus untuk menentukan calon subjek penelitian. wawancara
yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur. Dokumentasi, adalah cara untuk
mempeoleh data dengan melihat atau menelti dokumen. Teknik analisis data yang
digunakan mengacu pada pendapat Miles dan Huberman (Sugiono, 2011:217) yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Dalam penelitian ini, kriteria kesalahan fakta, konsep, prinsip dan skill yang akan
digunakan berpatokan pada indikator kesalahan menurut Clement yang telah dikembangkan
dan disesuaikan dengan defenisi masing-masing jenis kesalahan. Sehingga ditetapkan
indikator kesalahan yang akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan jenis kesalahan
adalah sebagai berikut:
a. Kesalahan fakta
Kriteria siswa melakukan kesalahan fakta, diantaranya siswa melakukan kesalahan
dalam menuliskan simbol-simbol matematika yang terkandung dalam soal dan atau
jawaban.
b. Kesalahan konsep
Kriteria siswa melakukan kesalahan konsep, diantaranya kesalahan membaca soal,
keliru menuliskan kembali simbol-simbol yang terkandung di dalam soal, kesalahan
memahami soal, tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan, menuliskan yang
diketahui tidak sesuai permintaan soal, menuliskan yang diketahui dalam bentuk
simbol-simbol yang mereka buat sendiri tanpa ada keterangan yang jelas, menuliskan
hal yang ditanyakan dengan singkat sehingga tidak jelas, tidak sesuai permintaan, tidak
mengetahui maksud pertanyaan.
c. Kesalahan prinsip
Kriteria siswa melakukan kesalahan prinsip, diantaranya siswa menuliskan metode yang
tidak tepat, siswa melakukan kesalahan transformasi, siswa melakukan kesalahan dalam

105
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

menggunakan aturan matematika atau prinsip-prinsip sebelumnya, siswa tidak


menuliskan metode yang digunakan.
d. Kesalahan skill
Kriteria siswa melakukan kesalahan skill, diantaranya siswa tidak melanjutkan prosedur
penyelesaian (macet), siswa tidak menuliskan jawaban akhir, siswa melakukan
kesalahan dalam perhitungan.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil analisis terhadap pekerjaan S-1, diketahui bahwa subjek


melakukan jenis kesalahan konsep dan prinsip. Adapun bentuk dari masing-masing jenis
kesalahan tersebut adalah:
a. Kesalahan Konsep
Bentuk dari jenis kesalahan konsep yang dilakukan subjek adalah tidak
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Adapun penyebab subjek
melakukan kesalahan ini adalah subjek menganggap bahwa menulis yang diketahui dan
ditanyakan tidak terlalu penting, karena itu tidak mempengaruhi jawaban. Sehingga
penulisan ini bisa dilakukan setelah ditemukan hasil akhirnya. Hal ini sesuai dengan
kutipan wawancara berikut.
P : kenapa kamu tidak menuliskan yang diketahuidan ditanyakan dari soal?
S-1 : karena saya pikir itu hanya akan membuang-buang waktu saja,
lagipula tidak terlalu penting juga menulis yang diketahui karena tidak
mempengaruhi jawaban akhir
b. Kesalahan Prinsip
1) Subjek tidak menuliskan bagaimana cara mendapatkan dan .
Subjek melakukan kesalahan ini karena subjek berpikir bahwa nilai a itu
bisa diperoleh dengan cara langsung, tanpa menggunakan rumus. Sehingga tidak
perlu menuliskan bagaimana cara mendapatkan nilai a tersebut. Hal ini sesuai
dengan kutipan wawancara berikut.
P : mengapa tidak ditulis bagaimana cara mendapatkan a=22 dan
b=30?
S-1 : karena waktu itu saya berpikir bahwa untuk dapatkan nilai a
dan b tidak menggunakan rumus yang panjang, dapat digunakan
cara langsung. Jadi, tidak perlu dituliskan lagi bagaimana
mendapatkan nilai a dan b nya. Dengan melihat saja, langsung
sudah dapat diketahui

2) Kesalahan dalam menentukan nilai awal (a) dan beda (b)

Gambar 1
Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.
P : dapat a=22 ini dari mana?
S-1 : karena ini pertamanya 22

106
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

Subjek melakukan kesalahan ini karena di dalam soal tidak disebutkan


nilai awalnya. Sehingga, terpaksa subjek menggunakan nilai U3 sebagai a. Hal ini
sesuai dengan kutipan wawancara:
P : coba sekarang kamu perhatikan apakah benara=22?
S-1 : belum jelas
P : tapi mengapakamu taruh di sini, a itu nilainya 22?
S-1 : karena tidak ada jawaban lain lagi
Dari kutipan wawancara di atas, tampak secara tersirat bahwa subjek tidak
mengetahui cara lain untuk menentukan nilai awal, misalnya dengan cara eliminasi-
substisusi. Selain menentukan nilai a, Subjek juga melakukan kesalahan dalam menentukan
nilai b, sebagaimana eksplorasi berikut

Gambar 2
P : bedanya itu berapa?
S-1 : Bedanya itu 52-22 =30
Subjek melakukan kesalahan ini karena subjek tidak mengetahui prinsip
beda dengan baik. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.
P : kenapa bedanya 52-22?
S-1 : karena rumusnya kan U2-U1
Selain itu, subjek juga tidak mengetahui bahwa dari data yang ada dalam soal dapat
dibuat persamaan-persamaan untuk memperoleh nilai a dan b dengan cara
substitusi dan eliminasi. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.
P : untuk menentukan nilai a dan b, kenapa kamu tidak menggunakan metode
eliminasi-substitusi saja seperti yang tadi?
S-1 : soalnya eliminasi dan substitusi itu caranya ribet, jadi saya kurang
mengingatnya

Soal Nomor 2
Bentuk kesalahan yang dilakukan oleh subjek adalah kesalahan fakta, konsep dan
prinsip. Adapun bentuk kesalahan dari masing-masing jenis kesalahan tersebut adalah:
a. Kesalahan Fakta
1) Tidak menuliskan tanda operasi perkalian antara 2 dengan 50 yang merupakan nilai
.

Gambar 3
Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek terburu-buru,
sehingga lupa menulis tanda operasi perkalian antara 2 dengan 50. Hal ini sesuai
dengan kutipan wawancara berikut.
P : yang ini 250 ya?
S-1 : bukan, yang ini 2 kali 50
P : tapi mengapa tidak ada tanda perkalian antara 2 dengan 50 ini?
S-1 : o ia, saya tidak ingat kalau harus ditulis tanda perkalian di sini, karena
kemarin saya terburu-buru.

107
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

2) Tidak menuliskan tanda kurung balasan (tutup kurung)

Gambar 4
Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek tidak mengetahui
aturan matematika terkait penggunaan tanda kurung. Hal ini sesuai dengan kutipan
wawancara berikut.
P : mengapa kamu tidak menulis tanda kurung balasan (tutup kurung) di
hasil pekerjaan mu ini?
S-1 : saya tidak tahu kalau bentuk seperti ini harus pakai tanda tutup kurung
lagi.

3) Tidak mengganti n pada Sn dengan 40

Gambar 5
Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek lupa mengganti n nya
dengan 40. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.
P : mengapa kamu tidak mengganti n ini dengan 40?
S-1 : oh iya, saya lupa

b. Kesalahan Konsep
1) Tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal
Adapun penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek berpikir
bahwa menulis yang diketahui dan ditanyakan dari soal tidak terlalu penting,
sehingga dapat dilakukan jika telah selesai mendapatkan hasil akhir. Hal ini sesuai
dengan kutipan wawancara berikut.
P :mengapa kamu tidak menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal
dulu baru tulis rumus?
S-1 : menulis yang diketahui dan ditanyakan itu tidak terlalupenting kan, jadi
nanti saja kalau sudah ditemukan jawabannya

2) Kesalahan dalam menentukan nilai

Gambar 6

Hal ini sebagaimana kutipan wawancara


P : dapat n =40 ini dari mana?
S-1 : karena ini dalam soal disuruh menghitung barisan sampai ada 40 batu-
bata

108
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

Kesalahan ini terjadi karena subjek tidak benar-benar memahami


permasalahan dalam soal serta permintaan soal. Hal ini terbukti setelah
memasukan rumus , subjek memasukan nilai n pada adalah 40. Hal ini karena
subjek salah dalam memahami soal. Subjek memahami bahwa permintaan soal
adalah menghitung deret batu-bata sampai dengan susunan terakhir, yaitu 40
susunan. Padahal susunan batu-bata yang terdapat dalam soal tidak sampai
memenuhi 40 susunan, tetapi hanya sampai 11 susunan saja.
Sebagaimana kutipan wawancara berikut:
P : mengapa di n ini nilainya 40?
S-1 : karena ini kan diminta menghitung banyak batu-bata keseluruhan hingga
barisan ke-40

c. Kesalahan Prinsip
1) kesalahan dalam menggunakan aturan matematika, yakni mengurangkan 39 dengan
1 yang seharusnya dikalikan.

Gambar 7
Penyebab jenis kesalahan ini adalah subjek terkecoh dengan tanda mines
pada angka 1, yang sebenarnya itu berarti mines satu (-1), bukan berarti harus
dikurangi dengan satu. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.
P : o ia, dapat 38 ini dari mana?
S-1 : dari 39-1
P : kenapa dikurangi?
S-1 : karena ada tanda kurang di depan satu ini.
2) kesalahan karena mengoperasikan angka yang berada di luar kurung terlebih
dahulu, baru di dalam kurung.

Gambar 8
Penyebab subjek melakukan kesalahan ini karena subjek berpikir bahwa
kalau bentuk seperti itu, maka harus mendahulukan perkalian baru penjumlahan.
Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara berikut.
P : mengapa kamu mengalikan 40 dengan 100?
S-1 : karena harus mendahulukan perkalian baru penjumlahan

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh


siswa dalam menyelesaikan soal-soal pola bilangan dapat digolongkan menjadi 4 jenis
kesalahan yaitu kesalahan fakta, konsep, prinsip dan skill.
Jenis kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh siswa adalah kesalahan prinsip.
Bentuk kesalahan prinsip yang dilakukan siswa adalah tidak menuliskan bagaimana cara
mendapatkan nilai a dan b. Selain itu, subjek juga melakukan kesalahan dalam menentukan
nilai a dan b nya. Misalnya pada soal nomor 1, beberapa siswa memperoleh nilai

109
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

dan . Sedangkan untuk mencari suku ke-15 sebagaimana permintaan soal, maka
harus dicari dahulu nilai awalnya dan nilai bedanya karena yang diketahui hanyalah U3 dan
U8. Namun, kebanyakan siswa melakukan kesalahan dalam menentukan kedua nilai
tersebut. Sebagian besar siswa menggunakan U3 sebagai a dan mencari beda dengan
mengurangkan U8 dengan U3. Kesalahan dalam menentukan nilai beda ini disebabkan
karena siswa tidak memahami bahwa beda dapat ditentukan dengan mudah jika diketahui
dua suku yang berurutannya. Tetapi jika tidak diketahui dua suku berurutannya maka, harus
menggunakan cara eliminasi-substitusi untuk menentukannya atau memperkirakannya
secara manual.
Selain itu, bentuk lain kesalahan prinsip yang dilakukan siswa adalah ketika
mengerjakan soal nomor 2, siswa mengurangkan 39 dengan 1 yang seharusnya dikalikan.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa ini menunjukan bahwa siswa tidak menguasai
materi operasi bilangan bulat dan aljabar sebagai materi prasyarat dalam mempelajari
materi pola bilangan.
Jenis kesalahan terbanyak berikutnya adalah kesalahan konsep. Bentuk kesalahan
konsep yang dilakukan siswa adalah tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
dari soal. Bentuk kesalahan ini adalah kesalahan ‘tersering’ yang dilakukan siswa. Sebagian
besar siswa melakukan kesalahan ini baik pada soal nomor 1 maupun 2. Hal ini terjadi
karena guru tidak membiasakan mereka untuk selalu menulis yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal, sehingga rata-rata mereka tidak menuliskannya..
Bentuk kesalahan konsep lain yang dilakukan yaitu kesalahan dalam menentukan
nilai . Subjek memperoleh nilai n pada Sn adalah 40. Hal ini terjadikarena subjek tidak
benar-benar memahami soal. Subjek memahami bahwa permintaan soal adalah menghitung
banyaknya batu-bata hingga barisan terakhir yakni barisan ke-40. Padahal barisan batu-bata
pada soal tidak sampai 40 barisan, tetapi hanya sampai 11 barisan saja.
Jenis kesalahan terbanyak berikutnya adalah kesalahan fakta. Bentuk kesalahan fakta
yang dilakukan oleh siswa adalah tidak menuliskan tanda kurung balasan (tutup kurung)
dan tanda operasi perkalian antara 2 dengan 50. Bentuk kesalahan lain yang dilakukan
subjek yaitu lupa mengganti n pada Sn dengan 40. Memang meskipun n diganti dengan 40,
tetap saja akan bernilai salah karena yang seharusnya n nya adalah 11. Akan tetapi
Kesalahan pada bagian ini dianalisis terlepas dari kesalahan memahami soal, sehingga
analisis tetap dilakukan terhadap hasil pekerjaan siswa dari awal penyelesaian soal hingga
akhir untuk melihat kesalahan fakta, konsep prinsip dan skill.
Jenis kesalahan berikutnya adalah kesalahan skill (keterampilan). Namun, pada hasil
pekerjaan S-1 tidak terdapat kesalahan skill. Bentuk kesalahan skill yang dilakukan siswa
yang ditemukan adalah tidak menuliskan hasil akhir. Sangat sedikit siswa yang melakukan
kesalahan ini. Kesalahan skill berkaitan dengan nilai hasil perhitungan, sehingga,
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ini menunjukan bahwa siswa memiliki dasar
perhitungan yang baik.
Penelitian yang dilakukan ini sesuai dengan objek matematika langsung menurut
teori Gagne yaitu fakta, konsep, pinsip dan skill dan berdasarkan indikator masing-masing
jenis kesalahan yang disesuaikan menurut Clement.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kajian teori yang didukung oleh hasil penelitian serta mengacu pada
tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis kesalahan yang dilakukan oleh S-1 adalah kesalahan fakta, konsep dan prinsip.
2. Penyebab S-1 melakukan kesalahan fakta adalahtidak memahami penggunaan tanda
kurung, lupa menuliskan tanda operasi perkalian antara 2 dengan 50, lupa mengganti n

110
Prosiding SEMNAS Matematika & Pendidikan Matematika IAIN Ambon ISBN 9 786025 185700
Ambon, 09 Februari 2018

pada Sn dengan 40. Sedangkan penyebab S-1 melakukan kesalahan konsep adalah pola
pikir yang keliru untuk menuliskan yang diketahui dan ditanyakan serta kesalahan
memahami soal sehingga salah menentukan nilai n. Sedangkan penyebab S-1
melakukan kesalahan prinsip adalah anggapan-anggapan yang keliru terkait menuliskan
cara mendapatkan nilai awal dan beda, tidak memahami cara substitusi dan eliminasi
untuk mencari nilai awal dan beda yang jika tidak diketahui dua suku yang
berurutannya, salah menggunakan aturan-aturan matematika sebelumnya yaitu
mengurangkan 39 dengan 1 yang seharuskan dikalikan dan mengerjakan yang di dalam
kurung baru di luar kurung.
Adapun beberapa saran yang dapat dikemukan sebagai berikut:
1. Bagi guru
a. Guru memberikan latihan-latihan kepada siswa dari soal yang mudah ke soal yang
sulitsupaya siswa benar-benar menguasai materi dan guru memberikanEberbagai
macam variasi soal sehingga siswa menguasai konsep yang diterapkan dalam
berbagai macam soal.
b. Siswa diajari untuk lebih teliti dalam mengerjakan soal.
c. Guru lebih menekankan pada penguasaan konsep dalam kegiatan pembelajaran.
Salah satunya dengan memilih pembelajaran aktif yang memungkinkan konsep
bertahan lama dalam ingatan siswa, sehingga sifat lupa dan kurang teliti dapat
diminimalisir.
d. Memberikan latihan secara kontinu, memeriksa latihan dan mendiskusikan
kesalahan yang ditemukan maka siswa akan tahu letak kesalahannya. Sehingga
jenis kesalahan berupa fakta, konsep, prinsip dan skill dapat dihindari.
2. Bagi siswa
a. Siswa haruslah lebih sering melatih keterampilan proses dalam mengerjakan soal-
soal matematika khususnya pola bilangan
b. Siswa harus memperhatikan ketika guru mengejar di kelas.
c. Siswa bertanya ketika ada bagian materi pola bilangan yang tidak dimengerti.

DAFTAR RUJUKAN

Duskri, M. Kumaidi, Suryanto. 2014. Pengembangan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar


Matematika di SD. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor
1, 2014, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Juliant, A. dan Kurnia, N. 2016. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Pada
Materi Pola Bilangan Ditinjau dari Kemampuan Matematika Siswa. Jurnal
Riset Pendidikan Vol. 2, No. 2, November 2016 ISSN: 2460-1470, Program
Studi Pendidikan Matematika, STKIP Al Hikmah Surabaya.
Rianto, D. 2012. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-soal Jajar Genjang
dan Trapesium pada Kelas VII-A SMP Al-Anwar Baruharjo Durenan
Trenggalek Tahun 2011/2012 (Skripsi), Jurusan Tarbiyah Program Studi Tadris
Matematika Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Tulungagung 2012.
Sahriah, S., Muksar, M., Lestari, T. E. 2012. Analisis Kesalahan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Materi operasi Pecahan Bentuk Aljabar Kelas
VIII SMP Negeri 2 Malang. jurnal-online.um.ac.id, 1(1): 1-10.http://jurnal-
online.um.ac.id/article/do/detail-article/1/31/408.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2011).

111

Anda mungkin juga menyukai