Oleh:
Susan Daniel & Natan Prasetya
Abstract: This study is a descriptive research. The data analysis technique uses
descriptive statistics, presentated through tables, graphs, pie charts,
mean calculations, to the calculation of the percentage of mistake step
by step that students make.
This study concluded, mistakes made by class VIII students of the
Pancasila Middle School in Palangka Raya in solving the problem is
75% make mistakes that are viewed from the aspect of understanding
the problem, then 81% in terms of aspects of making a problem solving
plan, and 87% in terms of aspects of implementing the problem solving
plan.
Keywords: student mistake, story matter, area and circumference of the circle
Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu bidang yang menduduki peranan penting
dalam pendidikan. Menurut Hudojo, (2001: 8) “matematika merupakan ide-ide
abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya
deduktif, sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi”.
Sedangkan James (Hudojo, 2001) menyatakan bahwa “Matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan
lainnya dengan jumlah banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar,
analisis dan geometri”. Sehingga Matematika mampu meningkatkan kemampuan
untuk berfikir dengan jelas, logis, teratur dan sistematis. Matematika merupakan
ilmu pengetahuan yang banyak dimanfaatkan orang dalam kehidupan sehari-hari
hal ini menunjukkan bahwa matematika dibutuhkan oleh manusia. Wajar saja
apabila matematika dimasukkan kedalam kurikulum formal di setiap jenjang
pendidikan dasar yang akan digunakan sebagai bekal untuk menghadapi kehidupan
sehari-hari, dunia kerja dan studi lanjut.
Soal yang berbentuk masalah juga mempunyai peranan penting dalam
pembelajaran matematika karena siswa akan lebih mengetahui hakekat dari suatu
yang paling banyak dialami oleh siswa. Akan tetapi jika ditinjau dari tahap-tahap
pemecahan masalah matematika yang diungkap oleh Polya (1973), maka
kesalahan-kesalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat jenis yaitu: 1)
kesalahan-kesalahan pada waktu memahami masalah; 2) membuat rencana
pemecahan masalah; 3) melaksanakan rencana pemecahan masalah; dan 4) melihat
kembali penyelesaian masalah.
Dari uraian di atas maka peneliti berupaya mengetahui kesalahan siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika khususnya pada materi menghitung luas dan
keliling lingkaran dengan cara mendeskripsikan kesalahan siswa yang ditinjau dari
1) aspek kesalahan dalam memahami masalah; 2) kesalahan dalam membuat
rencana pemecahan masalah; dan 3) kesalahan dalam melaksanakan rencana
pemecahan masalah.
Kesalahan pada satu langkah penyelesaian dapat menyebabkan kesalahan
pada langkah selanjutnya sehingga dapat berakibat kekeliruan dalam
menyelesaikan masalah matematika tersebut. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan
oleh siswa bukan suatu hal yang kebetulan atau disengaja. Gambaran umum yang
terjadi bahwa siswa yang melakukan kesalahan sebelumnya tidak diperbaiki
sehingga tidak mengetahui dimana letak kesalahannya. Bentuk kesalahan yang
dilakukan beraneka ragam misalnya kesalahan dalam memahami masalah atau
kesalahan dalam membuat rencana pemecahan masalah sehingga perlu adanya
deskripsi kesalahan agar dapat diketahui kesalahan siswa yang mengalami
kesulitan.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha
menggambarkan masalah-masalah yang diteliti sesuai dengan keadaan apa adanya
yaitu tanpa ditambah atau dikurangi (Kuswana, 2011: 37).
Penelitian ini berusaha mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan
oleh siswa dalam menyelesaikan soal cerita, kemudian menyajikannya dalam
bentuk tabel, persentase dan grafik.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Pancasila Palangka
Raya Tahun Ajaran 2016/2017 sebanyak 28 orang.
Butir soal tes dalam penelitian ini divalidasi melalui validitas logik.
“Validitas logik yaitu validitas sampling (sampling validity) yang menunjukkan
pada sejauh mana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak
diukur” (Azwar, 2000: 47). Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi, suatu
tes harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya isi yang
relevan dan perlu menjadi bagian tes secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang
hendak diungkap oleh tes haruslah dibatasi terlebih dahulu kawasan perilakunya
secara seksama dan konkret. Batasan-batasan tersebut adalah:
1. Materi
a. Rumusan butir tes sesuai dengan indikator.
b. Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diuji sudah jelas.
c. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran.
d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan kurikulum SMP.
2. Konstruksi
a. Rumus butir tes sudah menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut
jawaban uraian/jawaban singkat.
b. Rumusan butir tes tidak menimbulkan penafsiran ganda.
3. Bahasa
a. Rumusan butir tes sudah menggunakan bahasa yang sederhana hingga
komunikatif.
b. Rumusan butir tes tidak menimbulkan salah pengertian.
c. Butir tes menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berdasarkan ketiga batasan di atas, maka seorang ratter dapat menilai setiap
butir soal dengan memberikan nilai atau skor A, B, dan C. Untuk setiap kriteria
penelaahan pada kolom sebagaimana kartu telaah berikut.
Tabel Kartu Telaah Butir Soal
Kriteria Butir Tes
Bidang Penelaah
Penelaahan 1 2 3 4 5
Materi A
B
C
D
E
Konstruksi
F
G
Bahasa H
I
Nilai J
Keterangan:
BP : Bidang Penelaahan
KP : Kriteria Penelaahan
a : Rumusan butir tes sesuai indikator
b : Batasan jawaban atau ruang lingkup yang di uji sudah jelas
c : Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran
d : Isi materi yang ditanyakan sesui dengan kurikulum SMP
e : Rumusan butir tes sudah menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut
jawaban singkat
f : Rumusan butir tes tidak menimbulkan jawaban ganda
g : Rumusan butir tes sudah menggunakan bahasa yang sederhana hingga
komunikatif
h : Rumusan butir tes tidak menunjukkan salah pengertian
i : Butir tes menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
j : Memberi nilai A jika butir tes dapat digunakan, memberi nilai B jika butir tes
perlu diperbaiki, atau memberi nilai C jika butir tes perlu dihilangkan.
Butir soal tes divalidasi oleh tiga orang reters yaitu seorang guru matematika
kelas VIII SMP Pancasila Palangka Raya dan dua orang dosen program studi
pendidikan matematika FKIP Unpar. Jika paling sedikit dua orang memberi nilai A
maka butir tes dapat digunakan, memberi nilai B maka butir tes perlu diperbaiki,
atau memberi nilai C jika butir tes perlu dihilangkan.
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif. Statistik
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono 2012: 208).
Statistik deskriptif dalam penelitian ini antara lain adalah penyajian data
melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, perhitungan mean, hingga perhitungan
persentase kesalahan per langkah yang dilakukan oleh siswa.
Dimana:
P = Persentase kesalahan siswa
∑ 𝐵 = Jumlah jawaban siswa yang benar
∑ 𝑆 = Jumlah jawaban siswa yang salah
Adapun kriteria kesalahan siswa dapat dilihat pada klasifikasi persentase
menurut Mohammad Ali (dalam Syahidah Sukma 2002: 28):
0% ≤ P < 20% sangat rendah
20% ≤ P < 40% rendah
40% ≤ P < 60% sedang
60% ≤ P < 80% tinggi
80% ≤ P ≤ 100% sangat tinggi
Berdasarkan kriteria di atas maka siswa yang dianggap melakukan kesalahan
lebih tinggi yaitu 60% ≤ P ≤ 100%. Sedangkan siswa yang dianggap berhasil yaitu
yang tingkat kesalahannya dalam menjawab soal P < 60%.
Dari data di atas dapat dikatakan bahwa 75 % siswa melakukan kesalahan tergolong
tinggi dan sangat tinggi. Dari data tersebut jika disajikan dalam bentuk diagram
lingkaran dapat dilihat pada Gambar 8 berikut:
Gambar Data Presentase Siswa per Kriteria Kesalahan
4%
8%
25 %
13 %
50 %
Bila dilihat per langkah, maka kesalahan masing-masing langkah dapat dilihat
pada Tabel 7 berikut (pengelompokan pada lampiran 1).
Tabel Kesalahan Siswa Per Langkah Penyelesaian
Langkah Nomor Soal
No B/S Jumlah Persentase
Penyelesaiannya 1 2 3 4 5
1. Memahami B 6 5 5 7 7 30 25 %
Masalah S 18 19 19 17 17 90 75 %
2. Merencanakan B 5 5 3 4 6 23 19 %
penyelesaian
Masalah S 19 19 21 20 18 97 81 %
3. Melaksanakan B 4 1 2 3 3 13 11 %
Rencana
Penyelesaian S 20 23 22 21 21 107 89 %
Total Siswa 24 24 24 24 24 120
21
Nomor 3 = 24 x 100 % = 88 %
20
Nomor 4 = 24 x 100 % = 83 %
18
Nomor 5 = 24 x 100 % = 75 %
benar, hal ini dapat terlihat dari grafik diatas bahwa 87 % siswa tidak mampu
mengerjakan soal dengan tepat dan benar.
Hasil tes siswa menunjukan bahwa hampir semua siswa yaitu 75% yang
berada di kelas VIII SMP Pancasila Palangka Raya mempunyai tingkat kesalahan
yang tinggi dan sangat tinggi. Hanya terdapat 5 orang siswa saja yang memiliki
tingkat kesalahan yang sangat rendah, rendah dan sedang (pada tabel 5). Hal ini
menunjukan bahwa hampir semua siswa kelas VIII SMP Pancasila Palangka Raya
ini yang berjumlah 28 orang (yang mengikuti tes) mengalami kesalahan dalam
mengerjakan soal-soal terutama soal yang berbentuk cerita.
Dalam mengerjakan atau menyelesaikan suatu soal terlebih pula soal yang
berbentuk cerita yang memerlukan beberapa langkah penyelesaian, sehingga siswa
perlu memperhatikan setiap langkah-langkahnya guna dapat mencapai jawaban
yang tepat dan benar. Kesalahan pada satu langkah saja sangat dapat mempengaruhi
untuk menemukan jawaban yang tepat, dari hasil tes siswa menunjukan bahwa rata-
rata tingkat kesalahan per langkah adalah pada langkah dalam memahami masalah
sebesar 75%, pada langkah dalam merencanakan penyelesaian masalah sebesar
81% dan pada langkah dalam meleksanakan rencana penyelesaian adalah sebesar
87%. Hal ini berarti sejak pada langkah pertama saja para siswa telah mengalami
kesalahan yang teramat tinggi sehingga untuk melanjutkan ke langkah
selanjutnyapun siswa akan mengalami kesulitan yang dapat berakibatkan
kesalahan. Dengan demikian seorang guru haruslah sangat memperhatikan hal
tersebut sebab ternyata masih banyak siswa yang mengalami kesalahan dalam
mengerjakan soal-soal yang berbentuk cerita, sehingga dengan demikian dapat
mengantisipasi untuk mengurangi terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita
pada materi menghitung luas dan keliling lingkaran yaitu siswa belum mampu
dalam menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal (kesalahan
dalam memahami masalah), siswa belum mampu dalam menuliskan rumus yang
digunakan serta menentukan langkah penyelesaian (kesalahan dalam membuat
rencana penyelesaian), serta siswa juga belum mampu pada proses perhitungan
aljabar yang tepat dan akurat sehingga menghasilkan jawaban yang benar
(proses melaksanakan rencana penyelesaian masalah).
2. Kesalahan siswa dalam aspek memahami masalah yaitu sebesar tujuh puluh lima
persen (75%), pada aspek dalam membuat rencana penyelesaian persentase
kesalahan siswa sebesar delapan puluh satu persen (81%), dan pada aspek
melaksanakan rencana penyelesaian masalah persentase kesalahan siswa sebesar
delapan puluh tujuh persen (87%). Berdasarkan persentase kesalahan yang
dilakukan siswa, kesalahan yang paling banyak dilakukan dalam menyelesaikan
soal cerita pada materi menghitung keliling luas lingkaran adalah pada aspek
melaksanakan rencana pemecahan masalah. Hal ini disebabkan karena siswa
telah salah dalam langkah sebelumnya yaitu pada aspek memahami masalah dan
pada aspek membuat rencana pemecahan masalah sehingga pada langkah
terakhir siswa mengalami kesulitan dan melakukan kesalahan.
Implikasi Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui letak
kesalahan siswa dengan cara mendeskripsikan kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal yang berbentuk cerita pada materi lingkaran. Kesalahan-
kesalahan yang dilakukan siswa tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
guru dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik. Dengan
mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa, guru dapat melakukan
antisipasi agar kesalahan-kesalahan yang sejenis dapat dihindari.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa juga dapat menjadi gambaran
tentang pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi serta kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Dengan
demikian, guru dapat mengetahui apa yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan
kemampuannya dalam menyelesaikan soal tentang lingkaran terlebih pula soal yang
berbentuk cerita.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam melakukan penelitian pada
materi menghitung luas dan keliling lingkaran di kelas VIII SMP Pancasila
Palangka Raya tahun ajaran 2012/2013 adalah: terbatasnya pengawasan peneliti
dalam pelaksanaan tes yang memungkinkan ada beberapa siswa yang mencontek
jawaban temannya, sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan kemampuan
siswa tersebut. Karena hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil tes terhadap
siswa kelas VIII di SMP Pancasila Palangka Raya sehingga hasil penelitian ini
tidak dapat digeneralisasikan untuk sekolah lain. Dalam penelitian ini belum tentu
dapat mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita materi menghitung luas dan keliling lingkaran. Dikatakan demikian karena
kesalahan yang dilakukan setiap siswa berbeda-beda. Hal ini dilakukan karena
tidak mungkin menjadikan semua siswa sebagai subjek penelitian, sehingga
memungkinkan hasil penelitian ini tidak akurat. Penelitian ini juga terbatas hanya
melihat kesalahan-kesalahan ynag dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan soal
cerita pada materi menghitung luas dan keliling lingkaran sehingga tidak diketahui
faktor penyebab siswa dapat melakukan kesalahan tersebut.
Daftar Pustaka