Oleh:
Wawan Kartiwa
Abstract: The purpose of this research was to describe and analyze the supporting
and inhibiting factors in the process of organizing the PPLP of
Palangkaraya City, Central Kalimantan. The research process was
done through qualitative approach with grounded research model, and
coding analysis with withdrawal technique of purposive sampling, with
focus of supporting factor research.
The results of the research indicate that the supporting factors in
coaching and training of student athletes and trainers in PPLP were
government policy, facility provision, fund support, ease of study and
provision of training location. The lack of funds, facilities /
infrastructure can be overcome through the attitude of discipline,
cooperation, enterprising practice, dedication, loyalty and hard work.
Pendahuluan
Dalam perjalananya bahwa pendidikan jasmani dan olahraga itu berkembang
tidak sendiri, yaitu sebagai sebuah sistem, hal ini juga terkait dengan sistem yang
besar sehingga jika dikaitkan dengan pembangunan nasional yang bersifat makro,
maka perkembangan pendidikan jasmani dan olahraga sangat dipengaruhi oleh
subsistem lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai rintisan awal (tahun 1980-an) Pendidikan dan Latihan Olahraga
Pelajar (PPLP) diseluruh Indonesia hanya diselenggarakan oleh 8 propinsi saja,
dengan pembinaan terhadap cabang-cabang olahraga sepak bola, bulu tangkis,
tinju, atletik, dan sepak takraw. Sesuai dengan perkembangannya dan menurut data
terakhir Tahun 2007 sampai dengan sekarang Pusat Pendidikan dan Latihan
Olahraga Pelajar (PPLP) di seluruh Indonesia sudah tersebar di 33 provinsi, dengan
jumlah PPLP sebanyak 165 PPLP dengan biaya APBN, dan 43 PPLPD yang
dibiayai oleh APBD, sedangkan total atlet (pelajar) yang dapat ditampung sebanyak
1769 orang, yang terdiri dari 1208 atlet putra, dan 561 atlet putri, dengan tenaga
pelatih yang telibat sebanyak 371 orang. Sedangkan cabang olahraga yang
dibinanya oleh seluruh PPLP yang ada terdiri dari atletik, anggar, angkat
besi/angkat berat, bola voli. Bola basket, balap sepeda, dayung, gulat, golf, yudo,
karate, kempo, loncat indah, pencak silat, panahan, renang, sepak bola, sepak
takraw, senam, taekwondo, tinju, tennis, tennis meja, dan wushu.
Penerapan dan hakekat kebijakan di tingkat nasional untuk pengembangan
dan pembentukan pembinaan pendidikan dan olahraga dilaksanakan melalui
Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP), yaitu merupakan suatu lembaga
pendidikan untuk menjaring dan membina pelajar berbakat olahraga agar mencapai
prestasi olahraga yang tinggi ditingkat nasional dan bahkan internasional, serta
merupakan bagian dari subsistem dalam sistem pembinaan olahraga nasional yang
memiliki peran strategis untuk menghasilkan olahragawan yang berprestasi baik
dibidang olahraga maupun akademik (Kementerian Pemuda dan Olahraga RI:
2006). Keberadaan PPLP menjadi sangat penting dan strategis, hal ini mengingat
selain peningkatan prestasi olahraga yang memang didambakan oleh masyarakat,
tetapi juga tidak mengabaikan prestasi akademik sebagai upaya menyongsong masa
depan.
Tujuan secara umum Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP)
diantaranya: (1). Menyiapkan olahragawan pelajar berbakat untuk dibina,
ditingkatkan dan dikembangkan guna menunjang prestasi olahraga nasional. (2).
Mempersiapkan bibit olahragawan pelajar berbakat untuk diteruskan
pembinaannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, (3). Mempersiapkan dan
mengembangkan olahragawan pelajar berbakat untuk kegiatan-kegiatan olahraga
pelajar baik tingkat Nasional maupun Intemasional.
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi yang mendapat
kepercayaan untuk menjadi salah satu tempat penyelenggaraan Pusat Pembinaan
Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) tersebut yang terletak di kota Palangkaraya, hal
tersebut didasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah,
Pemuda dan Olahraga pada tangal 10 Januari 1993. yang pengelolaannya dibawah
Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Tengah. Adapun
cabang-cabang olahraga yang dipercayakan untuk dokelola oleh Pusat Pendidikan
dan Latihan Pelajar (PPLP) Provinsi Kalimantan Tengah tersebut sebanyak empat
cabang yaitu: (1). Atletik, (2). Dayung, (3). Panahan, dan (4). Sepak Takraw.
Seiring dengan perjalanan waktu, dan paradigma sistem pemerintahan terus
berkembang maka tata pengelolaan Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP)
Provinsi Kalimantan Tengah dari pihak Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Tengah dilimpahkan ke Kantor Badan
Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Kalimantan Tengah dengan sistem
pengelolaannya relatif sama {Surat Perjanjian No. 429/1341/XI/2005 (BAPORA
KALTENG) — No. 426/1587/XI/2005 (Dinas P & K Prov. Kalteng)}.
Adapun pelajar yang dibina di PPLP Palangkaraya adalah siswa dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), yang terlebih dahulu
telah di monitor melalui kemampuan olahraga dan melalui hasil seleksi
(pertandingan perlombaan yang diselenggarakan baik ditingkat pelajar maupun
umum pada tingkat daerah maupun provinsi, baik yang diselenggarakan oleh
instansi pemerintah maupun pribadi).
Proses pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan terbatas kepada hal-
hal yang berhungan dengan daya dukung dan penghambat dalam penyelenggaraan
PPLP Provinsin Kalimantan Tengah di Palangka Raya.
Sedangkan tujuan dari proses penelitian ini adalah Mendeskripsikan dan
Menganalisis faktor pendukung dan penghambat di dalam sistem pengelolaan Pusat
Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Palangkaraya Kalimantan
Tengah.
Konsep pembinaan diartikan dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah
berarti membina, memperbarui, atau proses perbuatan, cara membina dan kegiatan
yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Pembinaan adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sadar,
terencana, teratur dan terarah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan subjek dengan tindakan pengarahan dan pengawasan. Dalam
kaitannya dengan PPLP maka tugas dan fungsinya merupakan tindakan sadar dari
organisasi tersebut untuk melakukan peningkatan kemampuan dan keterampilan
atlet pelajar dan pelatih dalam proses belajar dan berlatih olahraga yang meliputi
aspek pengetahuan, etika, sikap, sebagai atlet pelajar dan pelatih. Dalam konsep
yang lain pembinaan diartikan sebagai usaha memberi pengarahan dan bimbingan
guna mencapai tujuan tertentu, pembinaan menekankan pada pendekatan praktis,
pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan. Ini dapat diartikan bahwa dalam
proses belajar dan berlatih setiap atlet pelajar dan pelatih saling memberikan
kontribusi yaitu pelatih melakukan tindakan mengajar, membimbing dan
mengarahkan kepada atlet pelajar, sementara itu atlet pelajar bertindak aktif, kreatif,
dan inovatif dalam menerima pembelajaran dari pelatih, sehingga di peroleh proses
pembelajaran yang tidak hanya berpusat pada pelatih namun proses belajar dan
berlatih tersebut menjadi multi arah yang ditampilkan dalam setiap tindakan atlet
pelajar sebagai suatu umpan balik. Dengan demikian tujuan yang di inginkan yaitu
peningkatan kemampuan dan peningkatan berolahraga dari potensi yang dimiliki
oleh atlet pelajar dapat dicapai. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka setiap
peningkatan potensi olahraga dari setiap atlet pelajar merupakan hasil dari proses
belajar dan berlatih. Setiap peningkatan potensi olahraga tersebut dari atlet pelajar
tidak berjalan dengan sendirinya, melainkan ada kontribusi yang tidak kecil dari
pelatih yang meliputi aspek kognitif, affektif, psikomotor, estetika dan nilai-nilai
sosial budaya dalam hal berolahraga.
Pelatih/coaching mempunyai falsafahnya "memenangkan setiap
pertandingan". Maka sikap dan perilakunya, serta cara menangani olahraga dan
aflet-atletnya adalah tercermin dalam falsafahnya tersebut. Aspek-aspek falsafah
dan etika coaching adalah saling berhubungan, yang keduanya mengacu kepada
system nilai-nilai seseorang, sikap, kepercayaan (believe), dan prinsip-prinsip yang
menuntun (guide) perilaku orang sebagai pelatih. Tugas pelatih bukan hanya
membantu atlet untuk meraih prestasi, akan tetapi lebih jauh dari itu, pelatih juga
harus menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam olahraga. Artinya
bukan hanya juara yang dikejar oleh pelatih akan tetapi prilaku sosial atlet juga
harus dapat perhatian, karena atlet adalah model bagi masyarakat. Beberapa bentuk
tugas utama seorang pelatih, dan juga termasuk bagaimana sebenarnya perilaku
seorang pelatih dalam masyarakat, diantranya: (1). Perilaku seorang pelatih
dimasyarakat harus menjadi contoh yang baik, (2). Jiwa kepemimpinan harus
dimiliki oleh seorang pelatih. (3). Seorang pelatih harus memberikan contoh sikap
yang sportif kepada atletnya. (4). Seorang pelatih harus memiliki dan menguasai
pengetahuan yang luas terutama pengetahuan tentang ilmu-ilmu yang mendukung
dalam proses pelatihan, juga harus mampu memberikan contoh yang baik dalam
hal keterampilan cabang olahraganya. (5). Kemampuan bersikap wajar dalam
kondisi dan situasi yang sangat tertekan. (6). Kemampuan berimajinasi adalah
kemampuan untuk membentuk hayalan-hayalan mental tentang obyek yang tidak
nampak. (7). Harus mempunyai tingkat kesehatan yang prima. (8). Pelatih yang
sukses biasanya adalah pelatih yang sangat memperhatikan atlet-atletnya. (9).
Pelatih harus melatih atlet-atletnya agar mereka selalu berpikiran positif, optimistik,
dan selalu memusatkan pada kekuatan yang dimiliki bukan kepada kelemahan pada
saat/disetiap pertandingan. (10). Pelatih janganlah menggunakan wewenang untuk
kepentingan pribadi, (11). Pelatih harus secara sungguh-sungguh untuk
mempersiapkan mentalnya seperti halnya siap mengabdikan diri sepenuhnya,
mengamalkan segala pengetahuan yang dimiliki dan yang terpenting berani
berkorban baik fisik maupun mental untuk profesinya tersebut.
Proses penyelenggaraan PPLP merupakan suatu hasil kebijakan, dimana
persfektifnya Menurut Nichols (1977:8) kebijakan adalah suatu keputusan yang
dipikirkan secara matang dan hati-hati oleh pengambil keputusan puncak dan bukan
kegiatan-kegiatan berulang dan rutin yang terprogram atau terkait dengan aturan-
aturan keputusan. Demikian pula pada hakekat kebijakan yaitu berupa keputusan
yang substansinya, tujuan, prinsip, dan aturan-aturan. Pernyataan tersebut sesuai
pendapat Syaparuddin (2008:77) bahwa hakekat kebijakan adalah berupa
keputusan yang substansinya tujuan, prinsip, dan aturan-aturan, format kebijakan
biasarnya dicatat dan dituliskan untuk dipedomani oleh pimpinan, staf dan personal
organisasi, serta interaksinya dengan lingkungan eksternal.
Pusat Pembinaan dan Latihan Pelajar (PPLP) Provinsi Kalimantan Tengah
adalah suatu organisasi, dan pengertiannya adalah dikemukakan oleh Mc.Farland
(1959) organisasi adalah suatu kelompok yang dapat dikenal yang menyumbangkan
usahanya terhadap suatu tujuan, berkaitan dengan itu Dimock (1960)
mendefinisikan organisasi sebagai berikut suatu perpaduan secara sistematis
and sentiment). Teori ini berasumsi bahwa semakin terjadi interaksi dan partisipasi
dalam kegiatan bersama semakin meningkat perasaan saling menyukai /
menyenangi satu sama lain dan semakin memperjelas, pengertian atas norma--
norma kelompok.
Sesuai dengan analisis kualitatif maka diperlukan teori. Teori perilaku social
diasumsikan oleh Max Weber, sangat mementingkan struktur organisasi karena ia
tidak begitu percaya terhadap kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
yang rasional dan obyektif, sehingga manusia perlu dibantu oleh suatu struktur
organisasi untuk membuat suatu pertimbangan dan keputusan yang tepat.
Munculnya perilaku diuraikan oleh Adam Ibrahim (2010) melalui Persepsi yaitu di
dalam organisasi akan muncul dari proses komunikasi dari seseorang dengan
kelompok, maupun di dalam kelompok, dari proses komunikasi itu muncul inisiatif
(baik dari pimpinan atau bawahan) pengambil inisiatif selalu berharap agar
tujuannya berkomunikasi diterima dan dimengerti oleh yang menerima, penerima
ini disebut persepsi. Proses belajar dapat mengubah perilaku para anggota
organisasi, menurut Luthans (1973) harus memperhatikan: 1). Proses belajar,
mencakup suatu proses perubahan, walaupun tidak selalu berupa perbaikan
perilaku. Belajar biasarnya selalu mempunyai konotasi dengan perbaikan prestasi,
tetapi sesuai dengan pengertian di atas maka kebiasaran buruk, prasangka,
stereotype dan sebagainya adalah hal-hal yang dipelajarinya; 2). Perubahan
perilaku sebaiknya lebih bersifat permanen, sehingga dapat terjadi proses belajar.
Dalam pengertian ini tidak termasuk penyesuaian yang sifatnya sementara atau
terjadi karena kebosanan; 3). Bentuk pemberian pengalaman diperlukan untuk
terjadinya proses belajar; 4). Pemberian pengalaman perlu dibantu dan diperkuat
sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar. Jika bantuan dan usaha
memperkuat tersebut tidak diberikan, maka perilaku baru tersebut akan hilang
kembali. Perilaku terjadi di dalam kelompok, pengertian kelompok diungkapkan
oleh Schein (1970) yaitu kelompok adalah sejumlah orang yang: 1) saling
berhubungan, 2) saling memperhatikan (secara psichologis), 3) menerima suatu
kenyataan sebagai suatu kelompok. Demikian pula Hammer dan Organ (1978)
menyatakan: adanya saling berhubungan, saling memperhatikan, merasa sebagai
suatu kelompok, dan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan Ducan (1981)
menyatakan bahwa suatu kelompok terdiri dari dua orang atau lebih yang
berinteraksi untuk tujuan bersama, interaksi tersebut bersifat relatif tetap dan
mempunyai struktur tertentu.
Organisasi dikemukakan oleh Mc.Farland (1959) organisasi adalah suatu
kelompok yang dapat dikenal yang menyumbangkan usahanya terhadap suatu
tujuan, berkaitan dengan itu Dimock (1960) mendefinisikan organisasi sebagai
berikut suatu perpaduan secara sistematis daripada bagian-bagian yang saling
ketergantungan/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui
kewenangan, koordinasi, dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Pandangan klasik tentang organisasi dikemukakan oleh Max Weber, dalam
hal ini Weber membedakan kelompok kerja sama dengan organisasi
kemasyarakatan. Kelompok kerja sama adalah suatu tata hubungan sosial yang
dihubungkan dan dibatasi oleh aturan-aturan. Aturan-aturan ini sejauh mungkin
dapat memaksa seseorang untuk melakukan kerja sebagai suatu fungsinya yang
ajek, baik dilakukan oleh pimpinan maupun oleh pegawai-pegawai lainnya (Max
Weber, terjemahan dalam Bahasa Inggris oleh A.M. Henderson dari Talcot Parson,
1947: 145-146).
Aspek yang dikemukakan oleh Max Weber tersebut bahwa suatu organisasi
atau kelompok kerja sama ini mempunyai unsur kekayaan sebagai berikut:
- Organisasi merupakan tata hubungan sosial, dalam hal ini seseorang individu
melakukan proses interaksi sesamanya di dalam organisasi tersebut.
- Organisasi mempunyai batasan-batasan tertentu (boundaries), dengan demikian
seseorang yang melakukan hubungan interaksi dengan lainnya tidak atas
kemauan sendiri. Mereka dibatasi oleh aturan-aturan tertentu.
- Organisasi merupakan suatu kumpulan tata aturan, yang bisa membedakan
suatu organisasi dengan kumpulan-kumpulan kemasyarakatan. Tata aturan ini
menyusun proses interaksi diantara orang-orang yang bekerja sama di
dalamnya, sehingga interaksi tersebut tidak muncul begitu saja.
- Organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang berstruktur di dalamnya
berisi wewenang, tanggung jawab, dan pembagian kerja untuk menjalankan
suatu fungsi tertentu. Istilah lain dari unsur ini adalah terdapatnya hierarki.
Konsekuensi dari adanya hierarki ini bahwa di dalam organisasi ada pinpinan
atau kepala dan bawahan atau staf.
- Sifat kerja sama dalam organisasi lebih bercorak kerja sama asosiatif, dan
bukannya kerjasama yang komunal atau kerja bersama-sama seperti dalam
keluarga (Max Weber, 1947: 145-146 dalam Miftah Thoha, 2010: 114).
motif, disamping itu juga ciri utama gerak pada kegiatan olahraga itu seperti pada
pernyataan Rusli Lutan, (2002: 44) bahwa “ orientasi fisikal dari kegiatan olahraga
merupakan ciri utama dalam konteks ini, seperti aspek gerak, daya tahan,
kecepatan, kekuatan dan keterampilan yang merupakan inheren dari kegiatan
olahraga”.
Pengertian olahraga prestasi di dalam Pasa1 1 ayat 12 Bab I Ketentuan
Umum, adalah “olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara
terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi
dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan”. Pembentukan
prestasi dalam prosesnya memerlukan seorang pemimpin yang akan dapat
mengatur dan mendekatkan proses tersebut kepada tujuan yang ingin dicapai.
Disadari atau tidak bahwa olahraga dapat mengharumkan nama bangsa dan negara
di kancah internasional, disamping secara individu juga dapat meningkatkan taraf
kehidupan atletnya. Oleh karena itu pemerintah selalu berusaha untuk
mengembangkan olahraga berprestasi, disamping juga menggalakkan olahraga dan
mengolahragakan masyarakat. Untuk membentuk olahraga prestasi pada Pusat
Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) memerlukan sebuah proses
pembinaan dengan kurikulum yang telah dibakukan di PPLP, sehingga nantinya
calon atlet pelajar yang masuk dan diterima sebagai atlet pelajar di PPLP betul-
betul dihasilkan dari tingkat kompetitor yang ketat, seleksi ketat, dan diperoleh
melalui sebuah kompetisi yang terencana, teratur, dan berkelanjutan. Demikian
pula keberadaan Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) akan
menjadi sangat penting dan strategis, hal ini mengingat selain peningkatan prestasi
olahraga yang memang didambakan oleh masyarakat, tetapi juga tidak
mengabaikan prestasi akademik sebagai upaya menyongsong masa depan pelajar
itu sendiri. Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) berlokasi di
Palangkaraya keberadaannya setingkat provinsi, dan merupakan suatu hasil dari
kebijakan pemerintah yang secara khusus melalui Kementrian Negara Pemuda dan
Olahraga.
Tujuan utama Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP)
Palangkaraya adalah sama dengan tujuan Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga
Pelajar (PPLP) yang ada di seluruh Indonesia, yang pada intinya menerima atau
menampung, mengembangkan pelajar yang mempunyai bakat dan minat senang
olahraga (prestasi) kearah yang lebih tinggi dengan tidak mengabaikan prestasi
akademik untuk masa depan pelajar itu sendiri.
Secara teori sistem dan pelaksanaan pendidikan dan pembinaan olahraga di
Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) di Palangkaraya akan
membangun dan membentuk, serta mengembangkan pelajar untuk berperilaku
olahraga, berprestasi dan berpendidikan sesuai dengan fungsi dan tujuan PPLP itu
sendiri. Munculnya prestasi olahraga dari Pusat Pembinaan dan Latihan Olahraga
Pelajar (PPLP) Palangkaraya, secara khusus bagi masyarakat Palangkaraya dan
Kalimantan Tengah dan secara umum bagi masyarakat Indonesia yang selalu
berharap dan menanti tingkat prestasi olahraga pada arena Internasional.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang memiliki ciri utama
sebagai berikut : (1) mempunyai setting alam sebagai sumber data langsung dan
peneliti adalah instrumen utamanya; (2) bersifat deskriptif, yaitu data-data
terkumpul berbentuk kata-kata, gambar bukan angka-angka, kalaupun ada angka--
angka, sifatnya hanya sebagai penunjang. Data yang diperoleh meliputi transkrip
review, catatan lapangan, foto dokumen pribadi, dan lain-lain; (3) lebih
menekankan proses kerja, yang seluruh fenomena kerja yang dihadapi
diterjemaahkan dalam kegiatan sehari-hari; (4) cenderung menggunakan
pendekatan induktif; dan (5) memberi titik tekan pada makna, yaitu fokus
penelaahan terpaut langsung dengan kehidupan manusia (Danim, 2002: 51).
Demikian pula dinyatakan oleh Moleong (1991: 173) untuk menetapkan keabsahan
(trustworthiness) data dalam penelitian kualitatif diperlukan teknik pemeriksaan.
Ada empat kriteria utama dalam pemeriksaan, yaitu derajat kepercayaan
(credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan
kepastian (confirmarbility).
Proses penelitian dilakaukan di lokasi Pusat Pembinaan dan Latihan
Olahraga Pelajar (PPLP) Palangkaraya yang beralamat di Jalan M.T. Amilono Km.
6,5 Gang Tampung Penyang Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah. Sebagai fokus
penelitian yang akan dilaksanakan berkaitan dengan permasalahan.
Instrumen penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif peneliti
sebagai instrument utama dalam rangka mengumpulkan data, hal tersebut sebagai
mana di jelaskan bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
membantu dalam mengumpulkan data, baik itu bersifat data dokumen, wawancara,
maupun observasi.
Sampel dalam penelitian ini adalah informan, yaitu orang yang memberi
informasi sesuai dengan permasalahan di atas. Mengingat teknik pemilihan
informan dengan teknik purposive sampling, maka penentuan informan dengan
memilih, sebab penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk merumuskan
karakteristik populasi atau untuk menarik inferensi yang berlaku bagi suatu
populasi.
Sesuai dengan fokus dalam penelitian ini, maka data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini meliputi:
1) Data umum tentang sistem penyelenggaraan Pusat Pendidikan dan Latihan
Olahraga Pelajar (PPLP) Palangkaraya, yaitu tentang: (1) Struktur Organisasi,
(2) Personalia Pengelola PPLP, (3) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab
Pengelola, (4) Program Pelaksanaan Pembinaan dan Latihan Cabang Olahraga,
(5) Terjaminnya Pendidikan Secara Akademik, (6) Pemeliharaan Kesehatan dan
Gizi Peserta, (7) Tempat Tinggal Peserta (Asrama), (8) Ketersediaan Sarana dan
Prasarana Latihan, dan (9) Peraturan Disiplin Peserta;
2) Data secara khusus, yaitu tentang: Faktor-faktor yang mendukung dan
menghambat baik langsung maupun tidak langsung terhadap sistem dan
penyelenggaraan PPLP, maupun terhadap perilaku berprestasi pelajar selama
berada di dalam maupun di luar PPLP Palangkaraya.
Simpulan
1) Pembinaan terhadap atlet pelajar dan pelatih yang ada di wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah melalui PPLP dengan peningkatan kualitas perilaku
organisasi, perilaku kelompok dan perilaku individu atau perilaku atlet pelajar
dan pelatih. Perilaku organisasi ditunjukkan dalam bentuk sikap transparansi,
koordinasi, komunikasi, dan membuat perencanaan atau program kerja dari
seluruh komponen organisasi PPLP. Perilaku transparansi harus dilakukan
Daftar Pustaka
Hammer, Clay, W dan Organ, Dennis, W. 1978. Organizational Behavior: An
Applied Psychologycal Approach. Dallas: Bussiness Inc.
Homand, Geoge C. 1950. The Human Group, Hcourt, Brace and Word. New York.