Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIK KERJA MATEMATIKA TERAPAN

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

Kelompok 3
Nama Taruna Muda :
Andhika Adiwidya Maheswara (22011002)
Dwi Mahardika Darari Yushila (22011011)
Restu Ramadhani (22011053)
Mata Kuliah : Matematika Terapan
Dosen Pengajar : Joko Siswanto, M.Kom
Program Studi : D-IV Rekayasa Sistem Transportasi Jalan
Kelas : B
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika
ISSN: 2722-679 (Sesiomadika) 2021

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS


SISWA SMP PADA MATERI BARISAN DAN DERET
ARITMATIKA
Dhita Rosalina Putri1, Nita Hidayati2
Universitas Singaperbangsa Karawang
Email : 1910631050056@student.unsika.ac.id1, nita.hidayati@fkip.unsika.ac.id2
Abstrak
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa saat ini dimana Kurikulum 2013 sudah digunakan sejak lama dengan
materi barisan dan deret aritmatika sebagai instrumen penelitian. Penelitian ini dilakukan
dengan metode penelitian kualitatif. 19 orang siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat
yang menjadi subjek penelitian. Karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka variabel bebas dalam penelitian ini
adalah siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat dan variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam materi barisan dan deret
aritmatika. Setelah penelitian dilakukan dengan metode pengumpulan data berupa tes uraian
dan wawancara, kemampuan pemecahan masalah matematis siswa khususnya dalam materi
barisan dan deret aritmatika adalah berkualifikasi rendah, karena siswa belum mampu untuk
mengidentifikasi kecukupan data pada gambar, membuat model matimatik berdasarkan data
yang ada dan menyelesaikannya, menentukan serta mempraktikkan strategi menyelesaikan
permasalahan dan menerangkan serta membuktikan kebenaran hasil sesuai dengan
permasalahan awal.
Kata kunci : Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis, Barisan dan Deret Aritmatika

ANALYSIS OF MATHEMATICAL PROBLEM SOLVING ABILITY


OF JHS STUDENTS ON ARITHMETIC SEQUENCES AND SERIES
MATERIALS
Dhita Rosalina Putri1, Nita Hidayati2
Singaperbangsa Karawang University
Email : 1910631050056@student.unsika.ac.id1, nita.hidayati@fkip.unsika.ac.id2
Abstract
The purpose of this research was to determine the current level of students' mathematical
problem solving abilities where the 2013 Curriculum has been used for a long time with
arithmetic sequences and series material as research instruments. This research was conducted
with qualitative research methods. 19 students of class IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat
who became the research subjects. Because the purpose of this research was to determine the
level of students' mathematical problem solving abilities, the independent variable in this
research was students of class IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat and the dependent variable
in this research was students' mathematical problem solving abilities in arithmetic sequences
and series. After the research was carried out using data collection methods in the form of
description tests and interviews, students' mathematical problem solving abilities, especially in
arithmetic sequences and series material are low qualification, because students had not been
able to identify the adequacy of the data in the picture, create mathematical models based on
existing data and solve them, determine and practice strategies to solve problems and explain
and prove the truth of the results in accordance with the initial problem.
Keywords :Mathematical Problem Solving Abilities, Arithmetic Sequences and Series
105
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, kita sangat memerlukan matematika. Dalam kehidupannya,
manusia menggunakan matematika untuk kegiatan jual-beli, mengukur atau menghitung
panjang suatu benda sampai membuat suatu bangunan. Hal ini membuat matematika menjadi
bidang studi yang wajib diajarkan sedari dini, baik dalam pendidikan non-formal maupun
formal. Dalam matematika diperlukan keterampilan khusus untuk menyelesaikan persoalan
matematika selain keterampilan berhitung juga dibutuhkan keterampilan lainnya seperti
kemampuan pemecahan masalah matematis.
Pemecahan masalah berarti membuat solusi baru yang lebih kompleks dari segala
sesuatu yang diketahui yang sudah diajarkan sebelumnya (Woollfolk, 2009). Dalam
pemecahan masalah terdapat indikator-indikator yang dapat disebut sebagai strategi untuk
menyelesaikan persoalan pemecahan masalah matematis (Hendriana, 2017). Adapun tahap-
tahap yang harus dilakukan dalam persoalan pemecahan masalah menurut Gagne, 2017 :
1) permasalahan yang ada disajikan ke dalam bentuk yang lebih ringkas dan jelas
2) permasalahan yang ada dinyatakan ke dalam bentuk operasional
3) membuat hipotesis dan rancangan kerja untuk memecahkan permasalahan
4) menguji hipotesis yang telah dibuat (mengumpulkan data, mengolah data dan
menyimpulkan hasil dari olahan data)
5) hasil yang telah diperoleh diperiksa kembali kebenarannya.
Setiap siswa harus memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis. Karenanya
sejak kurikulum sekolah dibuat, pemerintah sudah mengusahakan untuk memberikan
persoalan berbentuk pemecahan masalah. Dalam kurikulum yang digunakan sebelum tahun
2013, siswa lebih banyak diberikan soal pemecahan masalah dan siswa diperintahkan untuk
berdiskusi saat menyelesaikan persoalan tersebut (Kemendikbud, 2016). Namun setelah
Kurikulum 2013 ditetapkan dan digunakan, soal pemecahan masalah menjadi lebih jarang
diberikan. Karena pada Kurikulum 2013, siswa diminta untuk memiliki 6 (enam) kemampuan
matematis lain selain kemampuan pemecahan masalah, yaitu, kemampuan pemahaman
matematis, kemampuan komunikasi matematis, kemampuan penalaran matematis,
kemampuan koneksi matematis, kemampuan berpikir kreatif matematis serta kemampuan
berpikir kritis matematis (Darwanto, 2019). Sehingga besar kemungkinan bahwa kemampuan
pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa yang menggunakan Kurikulum 2013 rendah.
Dalam hasil tes Program for International Student Assesment (PISA) tahun 2018,
kemampuan pemecahan masalah siswa Indonesia masih tergolong rendah. Dari banyaknya
siswa yang mengikuti tes PISA siswa yang mampu lolos di level 5 hanya 1% dimana rata-rata
OECD sebesar 11%. Pada level 5, siswa diajak untuk memperluas model matematis dengan
keadaan yang kompleks, kemudian memlilih, membandingkan dan mengevaluasi strategi
pemecahan masalah yang tepat untuk menghadapinya. (OECD, 2018)
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada kelas IX SMA Negeri Pasundan
Cikalongkulon oleh Asih dan Ramdhani (2019), hasil posttest kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas kontrol dimana model pembelajaran konvensional digunakan
lebih rendah jika disamakan dengan yang didapatkan oleh siswa kelas eksperimen.
Hal-hal tersebut yang menjadi dasar tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk
mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa saat ini yang dimana
Kurikulum 2013 sudah digunakan sejak lama dengan materi barisan dan deret aritmatika
sebagai instrumen penelitian.

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
106
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
merupakan sebuah penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi subjek penelitian yang
mengalami suatu peristiwa. Metode penelitian ini biasanya digunakan untuk meneliti perilaku
atau sikap subjek penelitian. 19 orang siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat yang
menjadi subjek penelitian. Karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka variabel bebas dalam penelitian ini
adalah siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat dan variabel terikat dalam penelitian
ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan menerapkan metode
tes uraian berisi 5 persoalan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam materi barisan
dan deret aritmatika serta wawancara. Setiap soal berisi indikator kemampuan pemecahan
masalah matematis sehingga siswa dapat menjawab secara mendetail masing-masing
indikator dalam setiap soal yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kompetensi dan Indikator Soal
Nomor Bentuk
Kompetensi Indikator
Soal Soal
Memahami konsep suatu barisan
1 aritmatika dengan menggunakan data Mengidentifikasi kecukupan data pada
berupa gambar gambar Uraian

Memahami konsep suatu barisan Membuat model matimatik


2 aritmatika dengan menggunakan data pada berdasarkan data yang ada dan Uraian
kehidupan sehari-hari menyelesaikannya
Memahami konsep suatu barisan Menentukan serta mempraktikkan
3 aritmatika dengan menggunakan data pada strategi untuk menyelesaikan Uraian
kehidupan sehari-hari permasalahan
Memahami konsep suatu barisan dan deret Menerangkan serta membuktikan
4 aritmatika dengan menggunakan data pada kebenaran hasil sesuai dengan Uraian
kehidupan sehari-hari permasalahan awal
Memahami konsep suatu deret aritmatika Menentukan serta mempraktikkan
5 dengan menggunakan data pada kehidupan strategi untuk menyelesaikan Uraian
sehari-hari permasalahan

Adapun rubrik penilaian tes yang disusun untuk menilai hasil tes siswa dalam setiap
soal dan indikatornya yang tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Rubrik Penilaian
Keterangan Skor
Memberi keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui 1
Tidak memberi keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui 0
Menjawab persoalan indikator yang tersedia 1
Tidak menjawab persoalan indikator yang tersedia 0
Melakukan perhitungan dengan benar dan menghasilkan jawaban benar 3
Melakukan perhitungan salah namun menghasilkan jawaban yang mungkin benar dan sebaliknya 2
Melakukan perhitungan dengan salah dan menghasilkan jawaban salah 1
Tidak melakukan perhitungan 0

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
107
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

Setiap soal memiliki skor berjumlah 5 (lima) yang nantinya nilai akhir akan dihitung dengan:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Lalu nilai akhir siswa ini akan dikelompokkan menurut kualifikasi kemampuan pemecahan
masalah matematis dengan Tabel 3.
Tabel 3. Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Nilai Kualifikasi Kemampuan
Akhir Pemecahan Masalah Matematis
65 − 100 Tinggi
55 − 64,99 Sedang
0 − 54,99 Rendah
(Sumber: Adaptasi dari Fatmawati & Murtafiah, 2018)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, berikut adalah jumlah siswa yang
mempunyai kemampuan pemecahan masalah dengan kualifikasinya.
Tabel 4. Jumlah Siswa Dengan Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematisnya
Nilai Kualifikasi Kemampuan
Jumlah Siswa
Akhir Pemecahan Masalah Matematis
65 − 100 Tinggi 0
55 − 64,99 Sedang 0
0 − 54,99 Rendah 19

Pada Tabel 4 terlihat bahwa siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat
memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis yang tergolong rendah, karena seluruh
siswa siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat berkualifikasi kemampuan pemecahan
masalah matematis rendah.
Pada persoalan nomor 1 yaitu mengidentifikasi kecukupan data pada gambar, skor 4
atau 5 tidak diperoleh oleh para siswa. Namun terdapat skor 3 yang diberikan kepada 7 siswa,
skor 2 yang diberikan kepada 8 siswa, skor 1 yang diberikan kepada 2 siswa dan skor 0 yang
diberikan kepada 2 siswa. Di bawah ini merupakan pembahasan jawaban dari beberapa siswa
untuk persoalan nomor 1.

Gambar 1. Jawaban siswa 18 dengan Nilai Akhir 48


Skor yang diperoleh oleh siswa 18 untuk nomor 1 adalah 3. Karena ia hanya
melakukan perhitungan dengan benar dan menghasilkan jawaban benar namun tidak memberi
keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui dan tidak menjawab persoalan
indikator yang tersedia, yaitu kecukupan data pada soal. Ketika dilakukan wawancara, siswa
tersebut menjawab bahwa ia sudah memahaminya, sehingga tidak menulis keterangan

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
108
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui. Untuk pertanyaan mengenai persoalan


indikator yang tersedia, ia menjawab bahwa ia kira persoalan tersebut tidak perlu dijawab.
Beberapa siswa lainnya melakukan hal yang sama pula. Namun adapula kasus
lainnya, seperti siswa 09.

Gambar 2. Jawaban siswa 09 dengan Nilai Akhir 36


Skor yang diperoleh siswa 09 untuk nomor 1 adalah 2. Karena ia melakukan
perhitungan dengan salah namun menghasilkan jawaban benar, tidak memberi keterangan
elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui dan tidak menjawab persoalan indikator yang
tersedia, yaitu kecukupan data pada soal. Ketika dilakukan wawancara, siswa tersebut
menjawab bahwa soal yang diberikan cukup mudah sehingga dapat diselesaikan secara
manual, tidak perlu menggunakan rumus. Ia pun menjelaskan hal yang serupa dengan siswa
sebelumnya mengenai keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui dan
persoalan indikator yang tersedia.
Terdapat beberapa siswa lain yang memperoleh skor 1 untuk persoalan nomor 1
dikarenakan mereka melakukan perhitungan dengan salah dan menghasilkan jawaban salah,
seperti siswa 19. Ketika dilakukan wawancara, mereka mengatakan bahwa mereka tidak
mengerti sehingga memilih untuk menjawab sebisanya.

Gambar 3. Jawaban siswa 19 dengan Nilai Akhir 32


Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan untuk
mengidentifikasi kecukupan data pada gambar. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putra, Harry Dwi., dkk (2018) yang menjelaskan bahwa kemampuan siswa
dalam mengidentifikasi kecukupan data pada soal masih rendah.
Pada persoalan nomor 2 yaitu membuat model matimatik berdasarkan data yang ada
dan menyelesaikannya, skor 3, 4 atau 5 tidak diperoleh oleh para siswa. Namun terdapat skor
2 yang diberikan kepada 13 siswa, skor 1 yang diberikan kepada 5 siswa dan skor 0 yang
diberikan kepada 1 siswa. Di bawah ini merupakan pembahasan jawaban dari beberapa siswa
untuk persoalan nomor 2.

Gambar 4. Jawaban siswa 06 dengan Nilai Akhir 44

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
109
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

Gambar 5. Jawaban siswa 12 dengan Nilai Akhir 40


Untuk nomor 2, skor yang diperoleh siswa 06 adalah 2 dan siswa 12 adalah 1. Karena
melakukan perhitungan dengan salah dan menghasilkan jawaban salah serta tidak menjawab
persoalan indikator yang tersedia, yaitu menuliskan permasalahan ke dalam model
matematika. Namun perbedaannya, siswa 06 memberi keterangan elemen-elemen yang
ditanyakan serta diketahui. Ketika dilakukan wawancara, mereka menjawab bahwa soal yang
diberikan dapat diselesaikan secara manual menggunakan logika. Mereka pun mengatakan
bahwa mereka tidak memahami makna dari model matematika.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan untuk
membuat model matimatik berdasarkan data yang ada dan menyelesaikannya. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daud dan Nurman (2017) bahwa kemampuan
membuat model matematik siswa sebelum diberikan tindakan hanya sebesar 46,43%.
Pada persoalan nomor 3 yaitu menentukan serta mempraktikkan strategi
menyelesaikan permasalahan, skor 3 atau 5 tidak diperoleh oleh para siswa. Namun terdapat
skor 4 yang diberikan kepada 1 siswa, skor 2 yang diberikan kepada 9 siswa, skor 1 yang
diberikan kepada 8 siswa dan skor 0 yang diberikan kepada 1 siswa. Di bawah ini merupakan
pembahasan jawaban dari beberapa siswa untuk persoalan nomor 3.

Gambar 6. Jawaban siswa 10 dengan Nilai Akhir 44


Skor yang diperoleh siswa 10 untuk nomor 3 adalah 4. Karena ia melakukan
perhitungan dengan benar dan menghasilkan jawaban benar serta menjawab persoalan
indikator yang tersedia, yaitu rumus yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.
Namun ia tidak memberi keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui. Ketika
dilakukan wawancara, ia menjawab bahwa ia sudah memahaminya, sehingga tidak menulis
keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui.

Gambar 7. Jawaban siswa 02 dengan Nilai Akhir 32

Gambar 8. Jawaban siswa 11 dengan Nilai Akhir 20

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
110
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

Untuk nomor 3, skor yang diperoleh siswa 02 adalah 2 dan siswa 11 adalah 1. Karena
melakukan perhitungan dengan salah dan menghasilkan jawaban salah serta tidak menjawab
persoalan indikator yang tersedia, yaitu menuliskan permasalahan ke dalam model
matematika. Namun perbedaannya, siswa 02 memberi keterangan elemen-elemen yang
ditanyakan serta diketahui walaupun sederhana. Ketika dilakukan wawancara, mereka
mengatakan bahwa permasalahan dalam soal terlalu rumit sehingga sulit untuk diselesaikan.
Mereka pun mengatakan bahwa mereka kebingungan untuk menentukan rumus yang akan
digunakan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan untuk
menentukan serta mempraktikkan strategi menyelesaikan permasalahan. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Indriyani, Fitri., dkk (2018) bahwa subjek
penelitian masih terkendala pada pelaksanaan strategi.
Pada persoalan nomor 4 yaitu menerangkan serta membuktikan kebenaran hasil sesuai
dengan permasalahan awal, skor 3, 4 atau 5 tidak diperoleh oleh para siswa. Namun terdapat
skor 2 yang diberikan kepada 7 siswa, skor 1 yang diberikan kepada 7 siswa dan skor 0 yang
diberikan kepada 5 siswa. Di bawah ini merupakan pembahasan jawaban dari beberapa siswa
untuk persoalan nomor 4.

Gambar 9. Jawaban siswa 05 dengan Nilai Akhir 40


Skor yang diperoleh siswa 05 untuk nomor 4 adalah 2. Karena ia melakukan
perhitungan dengan salah namun menghasilkan jawaban benar. Ia tidak memberi keterangan
elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui dan tidak menjawab persoalan indikator yang
tersedia, yaitu membuktikan kembali hasil yang telah ditemukan. Ketika dilakukan
wawancara, ia mengatakan bahwa ia tidak terlalu memahami persoalan yang ada, sehingga
tidak menulis keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui dan menjawab
sebisanya. Untuk pertanyaan mengenai persoalan indikator yang tersedia, ia menjawab bahwa
ia kira menaruh penyelesaian setelah jawaban adalah bentuk pembuktian.

Gambar 10. Jawaban siswa 07 dengan Nilai Akhir 24


Untuk nomor 4, siswa 07 memperoleh skor 1. Karena ia hanya melakukan
perhitungan dengan salah dan menghasilkan jawaban salah. Ketika dilakukan wawancara, ia
mengatakan bahwa ia tidak mengerti sehingga memilih untuk menjawab asal.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa masih kesulitan untuk
menerangkan serta membuktikan kebenaran hasil sesuai dengan permasalahan awal. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar, Nur Fauziah (2019) bahwa siswa

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
111
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

masih kesulitan dalam melakukan pembuktian matematika disebabkan oleh kesulitan


memahami konsep pernyataan dan menyusun kebenaran secara matematis.
Pada persoalan nomor 5 yaitu menentukan serta mempraktikkan strategi
menyelesaikan permasalahan, skor 5 tidak diperoleh oleh para siswa. Namun skor 4 yang
diberikan kepada 1 siswa, skor 3 yang diberikan kepada 3 siswa, skor 2 yang diberikan
kepada 4 siswa, skor 1 yang diberikan kepada 7 siswa dan skor 0 yang diberikan kepada 4
siswa. Di bawah ini merupakan pembahasan jawaban dari beberapa siswa untuk persoalan
nomor 5.

Gambar 11. Jawaban siswa 18 dengan Nilai Akhir 48


Skor yang diperoleh siswa 18 untuk nomor 5 adalah 4. Karena ia melakukan
perhitungan dengan benar dan menghasilkan jawaban benar serta menjawab persoalan
indikator yang tersedia, yaitu menulis rumus yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan. Namun ia tidak memberi keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta
diketahui. Ketika dilakukan wawancara, ia menjawab bahwa ia sudah memahaminya,
sehingga tidak menulis keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui

Gambar 12. Jawaban siswa 10 dengan Nilai Akhir 44


Untuk nomor 5, skor yang diperoleh siswa 10 adalah 3. Karena ia melakukan
perhitungan dengan salah namun menghasilkan jawaban yang mungkin benar serta menjawab
persoalan indikator yang tersedia, yaitu menuliskan rumus yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan. Namun ia tidak memberi keterangan elemen-elemen yang
ditanyakan serta diketahui. Ketika dilakukan wawancara, ia menjelaskan bahwa ia keliru
dalam memahami soal sehingga melakukan kesalahan. Untuk pertanyaan mengenai persoalan
indikator yang tersedia, ia menjawab bahwa ia terburu-buru sehingga tidak sempat.

Gambar 13. Jawaban siswa 13 dengan Nilai Akhir 40

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
112
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

Skor yang diperoleh siswa 13 untuk nomor 5 adalah 2. Karena ia melakukan


perhitungan dengan salah namun menghasilkan jawaban benar. Namun ia tidak memberi
keterangan elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui dan menjawab persoalan
indikator yang tersedia, yaitu menulis rumus yang digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan. Ketika dilakukan wawancara, ia menjelaskan bahwa ia kurang mengerti
persoalan yang ada sehingga melakukan penyelesaian dengan sebisanya.

Gambar 14. Jawaban siswa 03 dengan Nilai Akhir 28


Skor yang diperoleh siswa 03 untuk nomor 5 adalah 1. Karena ia hanya melakukan
perhitungan dengan salah dan menghasilkan jawaban salah. Ketika dilakukan wawancara, ia
mengatakan bahwa ia tidak mengerti sehingga memilih untuk menjawab asal.
Terakhir, untuk siswa yang memperoleh skor 0 adalah siswa yang melakukan
perhitungan dengan salah dan menghasilkan jawaban salah, tidak memberi keterangan
elemen-elemen yang ditanyakan serta diketahui dan tidak menjawab persoalan indikator yang
tersedia. Sebagai contoh yaitu siswa 01. Ia memperoleh nilai akhir 0 karena ia tidak
melakukan perhitungan sama sekali untuk semua soal. Ketika dilakukan wawancara, ia
mengatakan bahwa ia tidak mengerti sehingga memilih untuk menjawab dengan asal bahkan
tidak memberikan jawaban. Ia pun menjelaskan bahwa selama waktu penelitian berlangsung,
ia hanya melamun karena bingung.

Gambar 15. Jawaban siswa 01 dengan Nilai Akhir 0


SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan kepada siswa kelas IX-F SMP
Negeri 1 Karawang Barat yang berisi 19 orang siswa menggunakan metode penelitian
kualitatif berupa tes uraian dan wawancara, kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa khususnya dalam materi barisan dan deret aritmatika tergolong rendah, karena seluruh
siswa siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Karawang Barat berkualifikasi kemampuan pemecahan
masalah matematis rendah disebabkan oleh siswa belum mampu untuk mengidentifikasi
kecukupan data pada gambar, membuat model matimatik berdasarkan data yang ada dan
menyelesaikannya, menentukan serta mempraktikkan strategi menyelesaikan permasalahan
dan menerangkan serta membuktikan kebenaran hasil sesuai dengan permasalahan awal.

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
113
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

DAFTAR PUSTAKA
Amam, Asep. (2017). Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP.
TEOREMA : Jurnal Teori dan Riset Matematika, 2(1), 39-49.
Arsyad, Arvina B., dkk. (2019). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada
Materi Himpunan Ditinjau dari Langkah-langkah Polya. (Undergraduate thesis,
Universitas PGRI Banyuwangi, Banyuwangi, Indonesia).
Asih, N., & Ramdhani, S. (2019). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
dan Kemandirian Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Means End
Analysis. Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika, 8(3), 435-446.
Darwanto. (2019). Hard Skill Matematik Siswa (Pengertian dan Indikatornya). Jurnal
Eksponen, 9(1), 21-27.
Daud, Asma & Nurwan. (2017). Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membuat Model
Matematika Pada Materi Program Linear Melalui Pendekatan Matematika Realistik.
Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pembelajarannya Universitas Negeri
Gorontalo, 395-402.
Fatmawati, Fanny & Murtafiah. (2018). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta
Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Majene. SAINTIFIK : Jurnal Matematika, Sains dan
Pembelajarannya, 4(1), 63-73.
Fitriani, Diyah S. (2017). Matematika Kelas 8, Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. Klaten,
Indonesia : Galileo.
Indriyani, Fitri., dkk. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Berdasarkan
Langkah IDEAL PROBLEM SOLVING. PHYTAGORAS : Jurnal Matematika dan
Pendidikan Matematika, 7(2), 56-67.
KEMENDIKBUD. (2016). Kurikulum Matematika 1, Sejarah Filsafat dan Aljabar 1. Diakses
dari http://repositori.kemdikbud.go.id/1088/
Mawaddah, Siti & Anisah, Hana. (2015). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Pada Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Generatif
(Generative Learning) Di SMP. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 3(2),
166-175
Munfahiq, Maflahul. (2020). Proses Berpikir Peserta Didik Dalam Menyelesaikan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Jenis Kelamin Dan Kemampuan Matematika.
(Undergraduate thesis, Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik, Indonesia).
Diakses dari http://eprints.umg.ac.id/3675/
My, Nurhalimah. (2020). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Luas Dan Keliling Trapesium Dan Belah Ketupat Melalui
Pembelajaran Daring Selama Kondisi Covid-19 (Undergraduate thesis, Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry, Darussalam Banda Aceh, Indonesia). Diakses dari
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/13301/
OECD. (2019). Results From Programme for International Student Assessment (PISA) 2018.
Diakses dari https://www.oecd.org/pisa/publications/PISA2018_CN_IDN.pdf
Putra, Harry Dwi., dkk. (2018). Kemampuan Mengidentifikasi Kecukupan Data Pada
Masalah SPLDV Dan Self-Efficacy Siswa MTS. JNPM : Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika, 2(1), 48-61.

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
114
Dhita Rosalina Putri, Nita Hidayati- Sesiomadika 2021

Rahayu, Diar V., & Afriansyah, Ekasatya A. (2015). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa Melalui Model Pembelajaran Pelangi Matematika.
Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(1), 29-37.
Rofiqoh, Zeni. (2015). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X
Dalam Pembelajaran Discovery Learning Berdasarkan Gaya Belajar Siswa
(Undergraduate thesis, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia). Diakses
dari http://lib.unnes.ac.id/22322/
Sholihah, Silfi Z., & Afriansyah, Ekasatya A. (2017). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Proses
Pemecahan Masalah Geometri Berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele. Mosharafa :
Jurnal Pendidikan Matematika, 6(2), 287-298.
Siregar, Nur Fauziah. (2019). Kesulitan Mahasiswa Dalam Pembuktian Matematis Pokok
Bahasan Sifat Urutan Pada Bilangan Real. Forum Pendagoik, 10(2), 45-54.
Siregar, Vera N. (2018). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME)
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. SESIOMADIKA :
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 1(1), 245-257.
Sundayana, R. (2016). Kaitan antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar dan Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa SMP dalam Pelajaran Matematika. Mosharafa : Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(2), 75-84.
Syaharuddin. (2016). Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Dalam
Hubungannya Dengan Pemahaman Konsep Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas
VIII SMPN 4 Binamu Kabupaten Jeneponto (Undergraduate thesis, Universitas
Negeri Makassar, Makassar, Indonesia). Diakses dari http://eprints.unm.ac.id/4405/
Woolfolk, A. (2009). Educational Psuchology Active Learning Edition. Yogyakarta,
Indonesia : Pustaka Pelajar.

homepage : http://conference.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/Sesiomadika2021
115

Anda mungkin juga menyukai