belajar berbantuan ICT yang mampu menunjang efektivitas pembelajaran dengan baik yaitu Geogebra.
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah efektivitas pembelajaran berbasis masalah berbantuan Geogebra
terhadap kemampuan penalaran matematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Swasta di kota cimahi, sedangkan
sampelnya dipilih tiga kelas yang banyaknya 80 dari satu SMK swasta di kota Cimahi. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat tes kemampuan penalaran yang berbentuk soal uraian
sebanyak 4 soal. Soal tersebut sudah memenuhi soal yang baik berdasarkan validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan indeks kesukaran. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 18 diperoleh hasil
bahwa model berbasis masalah dengan bantuan Geogebra dengan model berbasis masalah maupun biasa
memiliki nilai sign. sebesar 0,000, karena nilai sign. < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan model berbasis masalah berbantuan Geogebra lebih efektif dibandingkan model
pembelajaran berbasis masalah maupun model biasa ditinjau dari kemampuan penalaran matematis
siswa. Dengan demikian penerapan model berbasis masalah berbantuan Geogebra lebih efektif
dibandingkan model berbasis masalah maupun konvensional terhadap kemampuan penalaran matematis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa pada aspek koneksi
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat mencapai KKM, hasil belajar pada aspek
matematika siswa
Penelitian ini bertujuan menganalisis kemampuan penalaran analogi siswa SMP dalam
memecahkan masalah fungsi ditinjau dari tingkat kemampuan matematis siswa. Jenis
penelitian ini deskriptif kualitatif. Dengan Instrumen tes dan wawancara. Penelitian
menggunakan 6 subjek dari 39 siswa kelas VIII SMP IT Asshodiqiyah Semarang. Hasil
penelitian ini adalah (1) kelompok siswa dengan kemampuan analogi tinggi yaitu dapat
memenuhi semua indikator penalaran analogi dengan baik yakni structuring, mapping,
applying, dan verifying, (2) kelompok siswa dengan kemampuan analogi sedang dapat
memenuhi indikator structuring dan mapping dengan baik, namun pada tahap applying
dan verifying cukup melakukannya, (3) kelompok siswa dengan kemampuan analogi
rendah hanya cukup memenuhi indikator structuring, sedangkan pada tahap mapping,
applying, dan verifying siswa dengan kemampuan ini tidak mampu melakukannya
adalah penalaran. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang
menjadikan kemampuan penalaran merupakan salah satu tuntutan yang harus dikuasai
matematika pada tingkat sekolah menengah yakni membantu siswa untuk tidak sekadar
menghitung, kesulitan dalam menafsirkan symbol, dan kesulitan memahami materi. Hal
tersebut dikarenakan siswa hanya fokus dengan pengetahuan yang baru diketahui.Ini
Indikator penalaran analogi yang dipakai adalah merujuk pada markus Roppert
(2013) dalam tahap pemecahan masalah polya yaitu structuring, mapping, applying, dan
Verifying.
adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar (Sugiyono, 2015).
Sedangkan desain penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif karena penelitian ini
akan mendeskripsikan fenomena secara sistematis, masalah faktual, dan akurat mengenai
kejadian yang ada pada masa sekarang ini serta berhubungan dengan masalah yang diteliti
(Annisah., 2016).
untuk membandingkan hasil jawaban siswa dengan hasil wawacara untuk kemudian
dianalisis. Hasil tes dan wawancara nantinya dibahas dan dikaji berdasarkan indikator