Anda di halaman 1dari 10

Machine Translated by Google

(JIML) JURNAL PEMBELAJARAN MATEMATIKA INOVATIF P-ISSN 2621-4733


E-ISSN 2621-4741
Volume 4, No. 4, Desember 2021

https://dx.doi.org/10.22460/jiml.v4i4.p178-187

MENINGKATKAN MATEMATIKA SISWA


MEMAHAMI KEMAMPUAN PADA DUA VARIABEL LINEAR

MATERI SISTEM PERSAMAAN DENGAN MENGGUNAKAN MASALAH


PEMBELAJARAN BERBASIS

Adelia Tasya A1 , Usman Aripin2


1Pendidikan Matematika, IKIP Siliwangi, Jl. Terusan Jend. Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
adeliatasya0405@gmail.com
2Pendidikan Matematika, IKIP Siliwangi, Jl. Terusan Jend. Sudirman, Cimahi, Jawa Barat, Indonesia
usman.aripin@ikipsiliwangi.ac.id

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan matematika siswa


Sejarah artikel:
kemampuan memahami materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) dengan
Diterima 25 Desember 2021 penerapan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Jenis penelitian ini adalah penelitian
Direvisi 27 Des 2021
tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Multimedia di salah satu
Diterima 31 Desember 2021
SMK di Kota Cimahi. Pada awal dan akhir pembelajaran siswa diberikan soal-soal tes.
Kata kunci: Subyek penelitian ini adalah 15 siswa. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan
adalah 8 soal pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) yang lebih
Pemahaman Matematika
menitikberatkan pada kemampuan pemahaman matematis siswa mengenai materi
Kemampuan
Dua Variabel Linear sistem persamaan linear dua variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek
Sistem Persamaan kemampuan pemahaman matematis siswa mengalami peningkatan yang terlihat dari
Pembelajaran Berbasis Masalah soal-soal yang diujikan pada setiap tes. Berdasarkan hasil penelitian, penulis
menyimpulkan bahwa kemampuan pemahaman matematis siswa kelas X multimedia
salah satu SMK di Kota Cimahi dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis
masalah.

Hak Cipta © 2021 IKIP Siliwangi.

Seluruh hak cipta.

Penulis yang sesuai:


Usman Aripin,
Departemen Pendidikan Matematika,
Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi,
Jl. Terusan Jend. Sudirman, Cimahi, Indonesia
Email: usman.aripin@ikipsiliwangi.ac.id

Cara Mengutip:

Tasya, A., Aripin, U. (2021). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa pada Materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. JIML, 4(4), 178-187.

178
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif 179


Volume 4, No. 4, Desember 2021 hlm 178-187

PENGANTAR

Dunia pendidikan merupakan sesuatu yang dinamis, sehingga kita harus selalu siap menghadapi setiap perubahan
yang terjadi di era globalisasi ini. Kita hadir untuk memiliki kemampuan bersaing, bekerja, gesit, cerdas, disiplin, jujur
dan sebagainya. Karakter seperti ini akan tertanam dalam diri siswa sebagai generasi penerus bangsa melalui
pembelajaran matematika, karena pembelajaran matematika akan mampu membentuk kemampuan nalar pada diri
siswa yang dapat dilihat melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, berkarakter, dan berkarakter. disiplin
dalam memecahkan suatu masalah baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi. matematika atau dalam
kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya selalu ada kendala dalam pembelajaran matematika, matematika
sering dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang paling sulit dijangkau (Gardenia, 2016).

Matematika memiliki 2 versi pembelajaran yang berbeda, yaitu; (1) Dapat mengarahkan pembelajaran matematika
untuk dapat memahami suatu konsep dan mampu memecahkan masalah dan ilmu-ilmu lainnya. (2) Dapat mengarah
pada masa depan yang lebih luas, yaitu matematika dapat memberikan keterampilan pemecahan masalah, sistematis,
kritis, objektif dan terbuka. Karena memiliki kemampuan tersebut dapat membantu manusia untuk menghadapi masa
depan yang selalu berubah dari waktu ke waktu (Bani, 2011).

Menurut Hidayat, dengan pembelajaran matematika siswa mampu: (1) matematika mampu melatih siswa bagaimana
memahami suatu masalah melalui berpikir dan bernalar untuk menentukan suatu kesimpulan. (2) mampu
mengembangkan kreativitas siswa dengan melibatkan intuisi, imajinasi dan penemuan dari rasa ingin tahunya
sehingga dapat membuat prediksi atau dugaan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi. (3) dapat
mengembangkan keterampilan pemecahan masalah pada siswa, dan (4) siswa dapat mengembangkan atau
menyampaikan informasi atau ide yang diperolehnya dari suatu masalah (Dini, M., Muraeni, & Anita, 2018).

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah lebih menekankan pada hafalan dan disini guru berperan
penuh dalam menentukan jawaban dari siswa apakah jawaban tersebut benar atau salah. Kurangnya kemampuan
pemahaman siswa dapat menyulitkan siswa untuk dapat menyelesaikan masalah matematika yang diberikan oleh
guru. Oleh karena itu, dengan adanya kemampuan pemahaman matematis ini akan membantu siswa mengembangkan
kemampuannya untuk berpikir dan mengambil keputusan.

Kemampuan memahami pemahaman matematis siswa merupakan salah satu tujuan penting dari setiap materi yang
disampaikan oleh guru, karena disini guru berperan penting bagi siswa untuk dapat mencapai konsep-konsep
matematika yang diharapkan. Selain itu, ada pendapat lain yang menyatakan bahwa setiap pelajaran yang diberikan
oleh guru harus dipahami oleh siswa karena kegiatan ini merupakan kegiatan belajar mengajar. Pernyataan ini juga
didukung oleh pendapat para ahli lainnya, beliau berpendapat bahwa pendidikan yang baik dapat mengantarkan siswa
mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai sehingga materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami sepenuhnya
oleh siswa (Yanti et al., 2019). .

Pendapat lain mengemukakan bahwa kemampuan memahami matematika merupakan salah satu kemampuan
matematika yang penting dalam pembelajaran, memberikan pemahaman tentang hal-hal yang perlu dilihat secara
seksama dalam pembelajaran, memberikan pemahaman bahwa materi yang diberikan kepada siswa tidak hanya
Machine Translated by Google

180 Tasya, Aripin.

menghafal. Memahami juga bukan sekedar memahami informasi, tetapi siswa dapat menginterpretasikan dan mentransformasikan

informasi yang ada dalam pikirannya ke dalam bentuk lain yang lebih bermakna, sehingga dapat membantu siswa dalam memecahkan

masalah matematika yang lebih sulit. Akibatnya, kemampuan memahami matematika sangat penting dalam pembelajaran matematika

(Subroto & Sholihah, 2018).

Dalam proses pembelajaran matematika, pemahaman matematis merupakan bagian yang sangat penting, dengan memberikan

pemahaman bahwa materi yang diajarkan kepada siswa tidak hanya dihafal, tetapi lebih agar pemahaman siswa dapat lebih

memahami konsep materi pelajaran yang disajikan.

Menurut beberapa pendapat ahli yang dikemukakan dalam (Alan & Afriansyah, 2017) seorang siswa dikatakan telah memiliki

kemampuan memahami matematis jika ia mampu melakukan hal-hal berikut:

1. Menjelaskan konsep dan fakta matematika ditinjau dari konsep dan fakta matematika yang telah dimilikinya.

2. Dapat dengan mudah membuat hubungan logis antara konsep dan fakta yang berbeda ini.

3. Menggunakan hubungan yang ada menjadi sesuatu yang baru (baik di dalam maupun di luar matematika)
berdasarkan apa yang dia ketahui.

4. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang ada dalam matematika sehingga membuat semua pekerjaan berjalan dengan baik.

5. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang ada dalam matematika sehingga membuat semua pekerjaan berjalan dengan baik.

6. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang ada dalam matematika sehingga membuat semua pekerjaan berjalan dengan baik.

Tujuan pertama dalam pembelajaran matematika menurut Depdiknas (Permendiknas no. 22 Tahun 2006) meliputi pentingnya

pemahaman konsep matematika, yaitu pertama untuk dapat memahami konsep matematika, menjelaskan hubungan antara

penerapan algoritma atau konsep. akurat, fleksibel, tepat, dan efisien dalam pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuannya, dalam

proses pembelajaran disini siswa diharapkan mampu memahami suatu konsep dalam matematika agar dapat membantu siswa

memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika (Khoirunnisa & Soro, 2021).

Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu adanya pendekatan pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa dan mendorong

siswa untuk aktif dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Banyak sekali metode pembelajaran matematika yang relevan untuk

digunakan, salah satunya adalah dengan menerapkan pendekatan berbasis masalah dalam pembelajaran matematika.

Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah, dengan awal

pembelajaran menghadirkan masalah nyata bagi siswa kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan

menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Prayoga & Setyaningtyas, 2021).

Menurut para ahli lain, pembelajaran berbasis masalah adalah strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses

pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam pola pemecahan masalah, mulai dari analisis, perencanaan,

pemecahan, dan penilaian yang melekat pada setiap tahap.

Pembelajaran berbasis masalah tidak terstruktur untuk membantu guru dalam menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai

penyaji masalah, mengajukan pertanyaan, dan fasilitator (Magdalena, 2016).


Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif 181


Volume 4, No. 4, Desember 2021 hlm 178-187

Selain itu, pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dapat
memecahkan suatu masalah otentik dengan tujuan untuk dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri,
mampu mengembangkan inkuiri, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan kemampuan
berpikir kritis. , dan dapat mengembangkan kemandirian. dan rasa percaya diri bagi siswa

Pembelajaran berbasis masalah memiliki tiga ciri, yaitu (1) pembelajaran berbasis masalah tidak mengharapkan siswa
hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, tetapi dengan pembelajaran berbasis masalah
siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. (2) kegiatan pembelajaran
diarahkan pada pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci
dalam proses pembelajaran, artinya tanpa masalah tidak ada proses pembelajaran. (3) pemecahan masalah dilakukan
dengan menggunakan pendekatan berpikir natural.
Berpikir dengan metode ilmiah merupakan proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir dalam proses
pembelajaran akan terasah pada ranah kognitif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris (Yelvalinda
et al., 2019).

Maka berdasarkan latar belakang tersebut kami menyatakan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemahaman matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dengan
pembelajaran berbasis masalah.

METODE

Metode yang saya gunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan langkah

nyata yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada
permasalahan yang dihadapi oleh guru yang sangat beragam dalam kegiatan belajar mengajar.
Masalah harus diidentifikasi dan dirumuskan untuk menemukan solusi dalam penelitian tindakan kelas

forum agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif (Ani Widayati, 2008).

Keseluruhan subjek penelitian tindakan kelas ini diambil 50% dari satu kelas X multimedia di salah satu SMK di Kota
Cimahi. Subjek terdiri dari 15 siswa, yaitu: 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dengan memberikan soal pretest dan posttest kepada siswa pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui
bagaimana meningkatkan kemampuan pemahaman siswa dengan menggunakan pendekatan problem based.
Kemudian setelah dilakukan pengujian terhadap siswa, penulis melakukan analisis untuk mengetahui hasil peningkatan
tersebut.

Menurut Raka Joni dalam (Robandi, 2008) pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini memiliki lima kegiatan,
tahapannya meliputi:

1. Pengembangan fokus masalah penelitian, disini proses analisis masalah harus dilakukan dengan cermat dan
hati-hati karena keberhasilan analisis masalah ini akan menentukan keberhasilan keseluruhan proses penelitian
tindakan kelas. Oleh karena itu perlu dilakukan pemecahan masalah, dengan mencari beberapa alternatif
pemecahan yang mudah dipahami.

2. Perencanaan tindakan, artinya kita harus dapat menemukan cara yang tepat untuk dapat mengatasi masalah
tersebut. Dalam penelitian tindakan kelas disebut hipotesis tindakan, yaitu jika ada perubahan yang akan
terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Machine Translated by Google

182 Tasya, Aripin.

3. Subjek yang diteliti, dalam menjelaskan subjek penelitian atau sumber informasi/data perlu dijelaskan siapa
yang menjadi sumber data, tergantung dari isi teori atau konsep yang digunakan.

4. Pelaksanaan tindakan observasi, jika semua data telah disiapkan maka langkah selanjutnya yang harus
dilakukan adalah melaksanakan siklus, yang dilanjutkan dengan kegiatan observasi dan refleksi. Observasi
adalah tindakan mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang akan terjadi selama tindakan. Dalam
mengamati hal-hal yang harus diperhatikan antara lain perencanaan, fokus, penentuan kriteria, keterampilan
dalam melakukan pengamatan dan umpan balik. Dalam melakukan observasi ada tiga tahapan kegiatan,
yaitu perencanaan, observasi kelas, dan diskusi. Observasi juga dapat dilakukan dengan mengunggah
video, foto atau hasil karya siswa.

5. Analisis dan refleksi, tindakan ini merupakan kegiatan dalam mengembangkan kegiatan berpikir. Sedangkan
reflektif adalah kemampuan untuk menelaah kembali secara rinci semua kegiatan yang telah dilakukan.

Dalam penelitian tindakan kelas, jika 5 tahap ini telah berhasil dilakukan, maka dilanjutkan dengan tindakan
selanjutnya, antara lain:

1. Perencanaan tindak lanjut, hasil analisis dan refleksi dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah mampu mengatasi masalah atau belum. Jika hasilnya tidak
memuaskan atau masalah belum teratasi, maka harus dilakukan kegiatan lanjutan sampai masalah dapat
teratasi.

2. Teknik pengolahan data dan analisis data, teknik pengolahan data dan analisis data yang akan dilakukan
adalah kualitatif, mengkategorikan dan mengklarifikasi berdasarkan hasil analisis kemudian diinterpretasikan
dalam keseluruhan konteks masalah penelitian.
3. Tahap Validasi Tahap ini merupakan tindakan yang dapat membuktikan apakah suatu proses/metode dapat
memberikan hasil yang konsisten atau tidak.

Untuk lebih jelasnya kegiatan tersebut dapat digambarkan pada gambar berikut :

Ide utama Tinjauan Perencanaan

Babak Kedua Memantau Aksi Pertama

Gambar 1. Siklus model Elliot

Pada tahap ini pelaksanaan penelitian dilakukan, mulai dari kegiatan perencanaan hingga refleksi, kegiatan
tersebut dilakukan pada siklus II, dan yang membantu dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah guru senior sebagai
observer dan siswa dari salah satu X Multimedia. kelas di SMK TI Garuda Nusantara. Instrumen yang digunakan
adalah guru

dan lembar observasi siswa disamping instrumen lainnya yaitu 8 soal untuk
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif 183


Volume 4, No. 4, Desember 2021 hlm 178-187

siswa tentang materi sistem persamaan linear dua variabel. Teknik yang digunakan untuk pengolahan
data dan sebagainya dilakukan secara kualitatif.

HASIL DAN DISKUSI

Hasil

Pada tahap ini yang pertama dilakukan adalah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
berdasarkan silabus yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
Kemudian peneliti membuat lembar observasi yang ditunjukkan kepada guru dan siswa, dan membuat
alat evaluasi untuk tes siklus I (siklus I). Persiapan lainnya adalah untuk lebih memperkuat pengetahuan
dan pemahaman peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan problem based.

Siklus 1 dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan yang diikuti oleh 15 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki
dan 8 siswa perempuan. Penulis disini hanya mengambil sampel setengah dari seluruh siswa dalam satu
kelas, dalam satu kelas X Multimedia terdapat 30 siswa, namun karena sekolah saat ini hanya
melaksanakan pembelajaran tatap muka yang hanya 50% dalam satu kelas, maka sampel dalam
penelitian ini hanya 50% siswa. satu kelas, yaitu hanya 15 siswa yang diambil sebagai subjek dalam
penelitian ini. Dalam satu kelas dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B, masing –
masing jumlah siswa dari setiap kelompok adalah 15 orang. Oleh karena itu, sampel untuk penelitian ini adalah kelompok A

Kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilakukan oleh penulis sebagai guru pengajar yang dibantu oleh
seorang guru matematika yang sudah berpengalaman, disini beliau sebagai observer dengan salah satu
teman saya yang menjadi observer. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan selama 2 x 30 menit.
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan problem based pada materi Sistem
Persamaan Linier Dua Variabel. Perancangan siklus 1 dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah yang
disusun dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang secara keseluruhan menggambarkan
kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Data hasil belajar dari 15 siswa diperoleh hasil
yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Persamaan Linier Satu Variabel (SPLDV)
Siklus I

Keterangan Banyaknya siswa Persentase

Selesai 3 20%

Belum selesai 12 80%

Total 15 100%

Dapat dilihat pada tabel 1 bahwa keberhasilan penerapan pendekatan berbasis masalah yang skornya
tidak memenuhi kriteria keberhasilan masih lebih banyak dibandingkan yang telah memenuhi kriteria.
Pencapaian nilai tes hasil belajar siswa hanya mencapai 20%.
Machine Translated by Google

184 Tasya, Aripin.

Tabel 2. Nilai Tes Hasil Belajar Siswa pada Materi Variabel Tunggal
Sistem Persamaan Linier (SPLDV) Siklus II

Keterangan Jumlah Siswa Presentase

selesai 11 73%

Belum selesai 4 27%

Total 15 100%

Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa hasil keberhasilan penerapan pendekatan berbasis masalah menunjukkan
adanya peningkatan skor yang memenuhi kriteria keberhasilan. Penyajian nilai tes yang dihasilkan dari
peningkatan hasil belajar siswa mencapai 73% sedangkan 4 siswa lainnya masih belum memenuhi kriteria
atau belum tuntas.

Diskusi

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan yang
dilaksanakan sesuai prosedur penelitian. Jumlah pertemuan dalam setiap siklus didasarkan pada kepadatan
materi yang telah dibahas. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pendekatan problem based
dengan lebih menekankan pada diskusi kelompok, dan siswa diarahkan untuk dapat menemukan dan
memecahkan suatu masalah yang telah diberikan oleh guru. Sebelum melakukan penelitian ini peneliti
terlebih dahulu melakukan wawancara dengan guru matematika di salah satu multimedia kelas X di salah
satu SMK di Kota Cimahi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman matematis siswa. Pada
siklus I masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan problem based, karena
siswa baru saja mendapatkan perlakuan pembelajaran seperti ini, sepertinya siswa tampak asing dengan
proses pembelajaran ini.

Pada siklus II terjadi peningkatan pada siklus II, terlihat dari hasil penyajian keaktifan siswa dalam menjawab
soal dan berani maju ke depan untuk menjawab soal yang telah diberikan. Hal ini juga diperkuat dengan
hasil tes akhir siswa yang menunjukkan nilai rata-rata meningkat mendekati nilai maksimal, dengan kata
lain pemahaman konsep siswa meningkat. Tentunya hal ini sangat memuaskan bagi peneliti dan guru
karena pembelajaran dengan pendekatan problem based dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
matematis siswa.

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Minarni, temuannya menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis masalah berpengaruh lebih baik terhadap kemampuan pemahaman matematis siswa. Dari hasil
yang diperoleh selama penelitian, diperoleh data bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat
mengembangkan kemampuan pemahaman matematis siswa, meskipun peningkatannya kurang signifikan.
Namun jika pembelajaran berbasis masalah dapat dilakukan secara konsisten dan untuk materi yang
sesuai, maka kemampuan pemahaman matematis siswa akan berkembang secara optimal (Yelvalinda et al., 2019b).
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif 185


Volume 4, No. 4, Desember 2021 hlm 178-187

Kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model


problem based learning lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model lain.
Pemahaman konsep matematika dapat dibangun dengan latihan dan latihan, dengan melatih siswa
menggunakan konsep, aturan dan prosedur yang telah diajarkan. Melalui rangkaian contoh konsep
dan pengetahuan yang dipelajari, siswa diberi kesempatan untuk berlatih agar dapat memahami dan
terampil menerapkan konsep dan pengetahuan tersebut (Maryani, 2021).

Kemampuan memahami konsep matematika siswa yang mendapat model pembelajaran berbasis
masalah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
pendapat lain yaitu siswa yang mendapatkan model pembelajaran berbasis masalah mencapai
ketuntasan belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran telah mencapai kriteria
ketuntasan, sehingga dapat dikatakan telah mencapai kriteria ketuntasan minimal. Pada prakteknya
model pembelajaran berbasis masalah kelas lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional, karena selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa dapat terlihat ketika siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas dan
ketika mereka mengungkapkan pendapatnya dengan antusias. Aktivitas siswa tersebut membuat
pemahaman konsep dan hasil belajar siswa mencapai nilai yang maksimal (Belladina et al., 2019).

Temuan lain, pembelajaran terbukti memberikan kontribusi yang baik dalam mengembangkan
kemampuan pemahaman matematis siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PBL
lebih berperan dalam mengembangkan kemampuan pemahaman matematis siswa (Yelvalinda et al.,
2019a).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman
matematis siswa kelas X SMK Multimedia pada materi “Sistem Persamaan Linier Dua Variabel” dapat
ditingkatkan dengan menggunakan pendekatan berbasis masalah. Hal ini diketahui dengan semakin
meningkatnya nilai setiap soal yang diberikan dan semakin banyak siswa yang menunjukkan
pemahamannya dengan mampu menyimpulkan dan menjelaskan apa yang telah dipelajarinya.

PENGAKUAN

Peneliti sangat menyadari bahwa dalam penyusunan artikel ini banyak sekali bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada salah satu kepala sekolah SMK di Kota Cimahi, guru matematika, dan seluruh siswa
kelas X Multimedia SMK serta kepada Gida Kadarisma, M.Pd selaku PTK dosen mata kuliah. Atas
dukungan beliau, peneliti dapat menyelesaikan penelitian dan menulis artikel ilmiah ini.

REFERENSI

Alan, UF, & Afriansyah, EA (2017). Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Model
Pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition Dan Problem Based Learning.
Jurnal Pendidikan Matematika, 11(1). https://doi.org/10.22342/jpm.11.1.3890.
Machine Translated by Google

186 Tasya, Aripin.

Ani Widayati. (2008). Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Akuntansi – Universitas Negeri
Yogyakarta 87. JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI No. 1 –
Tahun 2008 Hal. 87 - 93 PENELITIAN, VI(1), 87–93.

Bani, A. (2011). peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematik Siswa


Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Sps Upi,
Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan, Edisi Khus(2), 154–163.

Belladina, N., Handayanto, A., & Shodiqin, A. (2019). Efektifitas Model Pembelajaran
Problem Based Learning Dan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan
Geogebra Terhadap Pemahaman Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas. Imajiner:
Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 1(6), 323–331.

Dini, M., Muraeni, & Anita, IW (2018). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis
Siswa SMK Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Materi SPLTV. Jurnal Indomath,
1, 1(1), 49–54.

Gardenia, N. (2016). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis


Siswa SMK Melalui Pembelajaran Konstruktivisme Model Needha. Formatif: Jurnal
Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(2), 110–118. https://doi.org/10.30998/formatif.v6i2.944

Khoirunnisa, A., & Soro, S. (2021). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
pada Materi SPLDV Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik. Jurnal Cendekia : Jurnal
Pendidikan Matematika, 5(3), 2398–2409. https://doi.org/10.31004/cendekia.v5i3.869

Magdalena, R. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning ( PBL ) serta
Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 5 Kelas XI Kota
Samarinda Tahun Ajaran 2015. Prosiding Konferensi Pendidikan Biologi, 13(1), 299–
306. https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/5728

MARYANI, E. (2021). peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Model


Problem Based Learning Menggunakan Software Geogebra Dan Dampaknya Terhadap
Kemandirian Belajar Siswa Smk. JURUSAN: Jurnal Inovasi Pendidikan Kejuruan, 1(1),
48–57. https://doi.org/1051878/vokasional.v1i1.81

Prayoga, A., & Setyaningtyas, EW (2021). Keefektifan Model Pembelajaran Problem Based
Learning dan Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa
Kelas V. Jurnal Cendekia : Jurnal Pendidikan Matematika, 5(3), 2652–2665. https://doi.org/
10.31004/cendekia.v5i3.938

Robandi, B. (2008). Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Diktat Nasional


Penelitian Tindakan Kelas, 13.

Subroto, T., & Sholihah, W. (2018). Analisis Hambatan Belajar Pada Materi Trigonometri
Dalam Pemahaman Pemahaman Matematis Siswa. IndoMath: Pendidikan Matematika
Indonesia, 1(2), 109. https://doi.org/10.30738/indomath.v1i2.2624

Yanti, rame nova, Melati, ai sri, & Zanty, luvy sylviana. (2019). 95-Teks Artikel-408-2-10-
20190613. 3(1), 209–219.

Yelvalinda, Pujiastuti, H., & Fatah, A. (2019a). Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Based Learning terhadap Pemahaman Matematis Ditinjau dari Kemampuan Awal
Matematika. Edumatica : Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1), 23–32. https://doi.org/
10.22437/edumatica.v9i1.6108
Machine Translated by Google

Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif 187


Volume 4, No. 4, Desember 2021 hlm 178-187

Yelvalinda, Y., Pujiastuti, H., & Fatah, A. (2019b). Pengaruh Model Pembelajaran Masalah
Berdasarkan Pemahaman Pemahaman Matematis. Prosiding Seminar Nasional & Call
For Papers, 633–640. http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/sncp/article/view/1106

Anda mungkin juga menyukai