Tercapainya tujuan pembelajaran matematika dapat dinilai dari keberhasilan siswa dalam
memahami matematika dan memanfaatkan pemahaman ini untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan matematika maupun ilmu-ilmu yang lain. Untuk itu, perlu dilakukan evaluasi atau tes hasil
belajar siswa yang merupakan prestasi belajar dari siswa. Akan tetapi, pada kenyataannya dewasa ini
prestasi belajar matematika siswa relatif rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika ini
ditunjukkan antara lain dengan rendahnya nilai ulangan harian, ulangan semester, maupun UAN
(Ujian Akhir Nasional) matematika, Sumadiasa (2014).
Rendahnya kemampuan matematika siswa dapat diukur dari penguasaan siswa terhadap
materi. Salah satunya adalah dengan memberikan tes atau soal tentang materi tersebut kepada siswa.
Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui
sejauh mana siswa menguasai materi. Oleh karena itu, adanya kesalahan-kesalahan tersebut perlu
diidentifikasi, kemudian dicari solusi penyelesaiannya, dengan demikian informasi tentang
kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal matematika tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki
prestasi belajar siswa dalam bidang matematika, Machmud (2013).
Operasi pecahan bentuk aljabar merupakan salah satu materi yang diajarkan di sekolah SMP,
materi operasi pecahan bentuk aljabar yang diajarkan antara lain yaitu penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian pecahan bentuk aljabar. Berdasarkan hasil dialog yang dilakukan peneliti
dengan seorang guru matematika di SMP Negeri 19 Palu, diperoleh informasi bahwa siswa sering
melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal operasi pecahan bentuk aljabar. misalnya
adalah kesalahan dalam perhitungan pada bentuk aljabar, kesalahan menyamakan penyebut pada
operasi penjumlahan dan pengurangan dan sebagainya.
Menindaklanjuti kebenaran adanya informasi yang diberikan guru, peneliti memberikan tes
identifikasi guna untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan
soal operasi pecahan bentuk aljabar. Tes diberikan kepada siswa yang telah mengikuti materi
operasi pecahan bentuk aljabar yaitu siswa kelas VIII sebanyak 20 siswa. Tes identifikasi yang
diberikan sebanyak lima butir soal, empat diantaranya yaitu: Selesaikanlah kebentuk yang sederhana
operasi pecahan bentuk aljabar berikut: 1) 2) 3) 4)
Jawaban siswa terhadap soal nomor satu sebagaimana terlihat pada Gambar 1, jawaban siswa
terhadap soal nomor dua sebagaimana terlihat pada Gambar 2, Jawaban siswa terhadap soal nomor
tiga sebagaimana terlihat pada Gambar 3 dan jawaban siswa terhadap soal nomor 4 sebagaimana
terlihat pada Gambar 4.
Gambar 1. Jawaban TKT pada soal tes Gambar 2. Jawaban BRM pada soal tes
identifikasi identifikasi
STK301
RTI403 RTI401 RT1402
Gambar 3. Jawaban STK pada soal tes Gambar 4. Jawaban RTI pada soal tes
identifikasi identifikasi
Berdasarkan Gambar 1, kesalahan yang dilakukan siswa yaitu salah menentukan pecahan
yang senilai (TKT101). Kesalahan ini merupakan kesalahan prinsip. Selain itu siswa salah karena
250 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 02, Desember 2016
tidak menyederhanakan pecahan bentuk aljabar kebentuk yang sederhana (TKT102). Kesalahan ini
merupakan kesalahan prosedur tidak lengkap.
Berdasarkan Gambar 2, kesalahan yang dilakukan siswa yaitu tidak melanjutkan jawaban
karena tidak mengoperasikan jawaban yang seharusnya dapat dioperasikan (BRM201).
Kesalahan ini merupakan kesalahan prosedur tidak lengkap.
Berdasarkan Gambar 3, kesalahan yang dilakukan siswa yaitu kesalahan hasil penjumlahan suku
yang sejenis pada pembilang pecahan (STK301). Kesalahan ini merupakan kesalahan konsep
penjumlahan suku sejenis pada bentuk aljabar. Selain itu siswa salah karena tidak mengoperasikan suku
sejenis pada pembilang pecahan (STK301). Kesalahan ini merupakan kesalahan prosedur tidak lengkap.
Berdasarkan Gambar 4, kesalahan yang dilakukan siswa yaitu siswa salah karena tidak
membalikan pecahan kedua setelah tanda operasi dirubah menjadi perkalian (RTI401). Kesalahan ini
merupakan kesalahan konsep. Kesalahan selanjutnya yaitu salah karena adanya ketidakjelasan
prosedur pada jawaban (RTI402). Kesalahan ini merupakan kesalahan mengerjakan sembarang.
Selain itu siswa salah karena tidak menyederhanakan pecahan bentuk aljabar kebentuk yang
sederhana (RTI403). Kesalahan ini merupakan kesalahan prosedur tidak lengkap.
Berdasarkan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal tes identifikasi, diperoleh informasi
bahwa jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal operasi pecahan bentuk
aljabar yaitu kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural. Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan
oleh Sahria (2012) bahwa jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal
operasi pecahan bentuk aljabar yaitu kesalahan konseptual dan kesalahan prosedural. Kesalahan
konseptual meliputi kesalahan konsep, prinsip dan fakta. Sejalan dengan itu Ramlah (2016) dan
Sumadiasa (2014) menyatakan kesalahan konseptual meliputi kesalahan konsep, prinsip dan fakta.
Sedangkan kesalahan prosedural meliputi kesalahan prosedur tidak lengkap, kesalahan mengerjakan
sembarang, kesalahan operasi hitung dan kesalahan menyederhanakan pecahan bentuk aljabar.
Sejalan dengan itu Ramlah (2016) menyatakan, kesalahan prosedural meliputi kesalahan prosedur
tidak lengkap, kesalahan mengerjakan sembarang, kesalahan operasi hitung dan kesalahan
menyederhanakan pecahan.
Kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal tersebut dapat dijadikan petunjuk untuk
mengetahui sejauh mana siswa menguasai materi. Oleh karena itu, adanya kesalahan perlu dianalisis
secara mendetail, agar kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dapat diketahui sehingga
membantu mengatasi kesalahan yang dialami oleh siswa.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti melakukan analisis kesalahan siswa kelas VIII SMP
Negeri 19 Palu dalam menyelesaikan soal operasi pecahan bentuk aljabar. Rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu, bagaimana jenis-jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal operasi pecahan bentuk aljabar?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas
VIIIC SMP Negeri 19 Palu tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan subjek dilakukan dengan cara
memberikan tes tertulis yang terdiri dari lima nomor tentang operasi pecahan bentuk aljabar.
Informan dalam penelitian ini adalah tiga siswa kelas VIIIC SMP Negeri 19 Palu yang mewakili
masing-masing jawaban siswa yang lainnya, informan dalam penelitian ini berinisial ARS, EWP dan
SFN. Pemilihan subjek ini berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu: 1) siswa yang melakukan
kesalahan terbanyak pada tes yang diberikan, 2) kesalahan yang dilakukan berbeda dan bervariasi,
3) kemampuan berkomunikasi dengan baik dan 4) berdasarkan rekomendasi dari guru. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes dan wawancara. Data yang diperoleh dari tes adalah
kesalahan yang dilakukan siswa. Data yang diperoleh dari wawancara yaitu letak kesalahan yang
Rofi Julian, Sudarman Bennu, dan Rita Lefrida, Analisis Kesalahan Siswa … 251
dilakukan oleh siswa. Teknik pengumpulan data meliputi tes tertulis dan wawancara. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini adalah tes tertulis, pedoman wawancara dan peneliti sebagai
instrumen utama. Untuk menguji keabsahan data, dilakukan dengan teknik triangulasi metode yaitu
mencari kesesuaian data hasil tes dan data hasil wawancara. Analisis data yang dilakukan mengacu
pada analisis data kualitatif model Miles dan Huberman yaitu, reduksi data, penyajian data dan
kesimpulan, Silalahi (2009).
HASIL PENELITIAN
Peneliti memberikan tes tertulis mengenai operasi pecahan bentuk aljabar di kelas VIIIC
sebanyak 16 siswa. Tes yang diberikan terdiri atas lima butir soal. Soal yang diberikan yaitu:
Selesaikanlah kebentuk yang sederhana operasi pecahan bentuk aljabar berikut: (1) +
(2) (3) (4) × (5 ÷ . Berikut ini merupakan analisis
kesalahan ARS, EWP dan SFN dalam menyelesaikan soal operasi pecahan bentuk aljabar.
Analisis jawaban ARS dan EWP terhadap soal nomor satu dipaparkan sebagaimana Gambar
berikut:
ARSS101 EWPS101 EWPS102
Gambar 1. Jawaban ARS terhadap soal Gambar 2. Jawaban EWP terhadap soal
nomor 1 nomor 1
Jawaban ARS terhadap soal nomor 1, sebagaimana terdapat pada Gambar 1. Berdasarkan
Gambar 1, siswa ARS menjawab hasil penjumlahan suku sejenis pada pembilang pecahan
dengan hasil yang diperoleh yaitu (ARSS101) dan ARS tidak menyederhanakan
(ARSS101). Seharusnya jawaban yang benar yaitu dan disederhanakan menjadi . Peneliti
melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan ARS yaitu
(ARSS101). Berikut petikan wawancara dengan ARS yang telah direduksi:
P009 : Selanjutnya jawaban adik peroleh dari mana.
ARS010S : Kalau hasil dari ditambah terus kalau penyebutnya kak.
P011 : Memangnya sudah benar , sehingga jawaban adik .
ARS012S : Setau saya sudah benar kak.
P013 : Selanjutnya dapat disederhanakan atau tidak.
ARS014S : Iya, bisa kak seharusnya jadi .
P015 : Tapi kenapa tidak adik sederhanakan.
ARS016S : Saya lupa kak.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ARS salah dalam penjumlahan suku sejenis dan
menganggap bahwah hasil penjumlahan suku sejenis sudah benar (ARS010S) dan (ARS012).
Selanjutnya ARS salah karena tidak menyederhanakan pecahan bentuk aljabar disebabkan ARS
lupa (ARS016S). Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi metode, di peroleh data kredibel
252 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 02, Desember 2016
yaitu kesalahan yang dilakukan ARS adalah 1) kesalahan konsep penjumlahan suku sejenis, 2)
kesalahan tidak menyederhanakan pecahan bentuk aljabar kebentuk yang sederhana.
Jawaban EWP terhadap soal nomor 1, sebagaimana terdapat pada Gambar 2. Berdasarkan
Gambar 2, EWP menjawab (EWPS101) dan (EWPS101 ). Seharusnya jawaban yang
benar yaitu + = = = . Peneliti melakukan wawancara untuk
memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan EWP yaitu (EWPS101). Berikut
petikan wawancara dengan EWP telah direduksi:
P017 : Coba adik jelaskan jawaban adik
EWP018S : Pertama, saya tambah 3 dengan 2 terus 4x ditambah 3x
P019 : Jadi adik jumlah antara pembilang dengan pembilang dan penyebut
dengan penyebut
EWP020S : Iya kak
P021 : Adik tidak menyamakan penyebut terlebih dahulu?
EWP022S : Tidak kak.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa EWP salah karena menyelesaikan dengan cara
menjumlah antara pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut dan EWP tidak
menyamakan penyebut pada penjumlahan pecahan bentuk aljabar dengan penyebut berbeda
(EWP018S) dan (EWP022S). Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi metode, di peroleh
data kredibel yaitu kesalahan yang dilakukan EWP adalah kesalahan tidak menyamakan
penyebut pada operasi penjumlahan pecahan bentuk aljabar dengan penyebut berbeda.
Analisis jawaban SFN terhadap soal nomor satu dan analisis jawaban ARS terhadap soal
nomor dua dipaparkan sebagaimana Gambar berikut:
ARSS201
SFNS101 SFNS102
Gambar 3. Jawaban SFN terhadap soal Gambar 4. Jawaban ARS terhadap soal
nomor 1 nomor 2
Jawaban SFN terhadap soal nomor 1, sebagaimana terdapat pada Gambar 3. Berdasarkan
Gambar 3, SFN menjawab dengan jawaban yaitu (SFNS101) dan (SFNS101).
Seharusnya jawaban yang benar yaitu + = = = . Peneliti
melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan SFN yaitu
(SFNS101). Berikut petikan wawancara dengan SFN yang telah direduksi:
P023 : Coba jelaskan jawaban adik
SFN024S : Pertama saya cari KPK dari 4x dan 3x ka, KPKnya saya dapat 12x, jadi
penyebutnya 12x.
P025 : Kemudian setelah KPKnya diperoleh adik apakan?
SFN026S : Pembilangnya langsung ditambah kak.
P027 : Apa tujuan mencari KPK dan apakah setelah adik peroleh KPKnya, pembilang
dari masing-masing pecahan tidak dikalikan dengan hasil bagi antara KPK
dengan penyebut pecahan yang semula?
SFN028S : Mencari KPK untuk menyamakan penyebut kak dan yang saya tahu pembilang
nya tidak dikalikan lagi tapi langsung dijumlah.
Rofi Julian, Sudarman Bennu, dan Rita Lefrida, Analisis Kesalahan Siswa … 253
Hasil wawancara menunjukkan bahwa SFN salah menentukan pecahan yang senilai karena
langsung mengurangkan pembilang dengan pembilang setelah penyebut disamakan (SFN026S)
dan (SFN028S). Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi metode, di peroleh data kredibel
yaitu kesalahan yang dilakukan SFN adalah kesalahan menentukan pecahan yang senilai.
Jawaban ARS terhadap soal nomor 2, sebagaimana terdapat pada Gambar 4. Berdasarkan
Gambar 4, ARS tidak mengoperasikan suku sejenis pada pembilang pecahan (ARSS201).
Seharusnya ARS mengoperasikan suku sejenis pada pembilang sehingga hasilnya yaitu dan
disederhanakan menjadi . Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih
lanjut tentang kesalahan ARS yaitu (ARSS201). Berikut petikan wawancara dengan ARS
yang telah direduksi:
P029 : Selanjutnya di peroleh dari mana.
ARS030S :15xy dari 3x kali 5y terus dari 4x kali 2y, sedangkan penyebut dari
2y kali 5y kak.
P031 : Memangnya sudah benar hasil perkaliannya
ARS032S : Benar kak.
P033 : Selanjutnya bagaimana?
ARS034S : Tidak tau kak.
P035 : Jadi adik menjawab sampai yang adik tau saja ya?
ARS036S : Iya kak.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ARS salah karena tidak melanjutkan jawaban pada
pembilang pecahan disebabkan ARS menjawab sampai yang ARS tau saja (ARS034S) dan
(ARS036S). Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi metode, di peroleh data kredibel yaitu
kesalahan yang dilakukan ARS adalah kesalahan karena tidak melanjutkan jawaban.
Analisis jawaban ARS dan SFN terhadap soal nomor 3 dipaparkan sebagaimana gambar
berikut:
Gambar 5. Jawaban ARS terhadap soal Gambar 6. Jawaban SFN terhadap soal
nomor 3 nomor 3
Jawaban ARS terhadap soal nomor 3, sebagaimana ditunjuk pada Gambar 5. Berdasarkan
Gambar 5, ARS menjawab dengan jawaban (ARSS301) dan
(ARSS302). Seharusnya jawaban yang benar yaitu = =
. Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang
kesalahan ARS yaitu (ARSS301). Berikut petikan wawancara dengan
ARS yang telah direduksi:
P037 : Coba jelaskan jawaban adik.
254 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 02, Desember 2016
ARS038S : Caranya saya kali penyebut dengan penyebut, supaya penyebutnya sama kak.
P039 : Lalu setelah penyebutnya sudah sama adik apakan lagi.
ARS040S : Langsung pembilangnya dikurang yaitu 4 dikurang 5 kak.
P041 : Apakah setelah adik peroleh penyebut yang sama, pembilang dari masing-masing
pecahan tidak dikalikan dengan hasil bagi antara penyebut yang sudah sama dengan
penyebut pecahan sebelum dikali.
ARS042 : Tidak kak.
P043 : Selanjutnya di peroleh dari mana
ARS044S : Kalau -1 dari 4 kurang 5, kalau dari kali
P045 : Selanjutnya bagaimana?
ARS046S : Tidak tau kak.
P047 : Adik menjawab sampai yang adik tau ya?
ARS048S : Iya kak.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa ARS salah menentukan pecahan senilai karena salah
menentukan pembilang setelah penyebut disamakan (ARS040S) dan (ARS042). Selanjutnya ARS
salah karena tidak melanjutkan jawaban pada pembilang pecahan disebabkan ARS menjawab
sampai yang ARS tau (ARS046S) dan (ARS048S). Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi
metode, di peroleh data kredibel yaitu kesalahan yang dilakukan ARS adalah 1) kesalahan
menentukan pecahan senilai, dan 2) kesalahan tidak melanjutkan jawaban yang seharusnya
dapat dioperasikan.
Jawaban SFN terhadap soal nomor 3, sebagaimana terdapat pada Gambar 6. Berdasarkan
Gambar 6, SFN menjawab (SFN301) dan diperoleh hasil (SFN302). Seharusnya jawaban
yang benar yaitu = = . Peneliti melakukan
wawancara untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan SFN yaitu
(SFN301) dan (SFN302).Berikut petikan wawancara dengan SFN yang telah direduksi:
P049 : Selanjutnya nomor 3, coba jelaskan jawaban yang adik peroleh
SFN050S : Saya cari KPK nya kak, saya dapat
P051 : Memangnya sudah benar itu KPK nya , terus adik peroleh dari mana
KPK
SFN052S : KPKnya saya langsung tulis kak.
P053 : Jadi adik kerja sembarang
SFN054S : Iya kak.
P055 : Jadi setelah adik peroleh KPK nya, adik apakan lagi
SFN056S : Tinggal dikurang 4 dengan 5 karena penyebutnya sudah sama kak.
P057 : Selanjutnya dari mana?
SFN058S : 1 dari 4 kurang 5 kalau KPK nya kak.
P059 : Memangnya sudah benar hasil 4 dikurang 5 sama dengan 1
SFN060S : Salah kak Seharusnya -1.
P061 : Kenapa adik tulis 1.
SFN062S : Kurang teliti saya kak.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa SFN salah menentukan pecahan yang senilai karena
langsung mengurangkan pembilang dengan pembilang setelah penyebut disamakan (SFN056S).
Selanjutnya SFN salah menentukan penyebut pecahan disebabkan mengerjakan dengan
Rofi Julian, Sudarman Bennu, dan Rita Lefrida, Analisis Kesalahan Siswa … 255
sembarang (SFN052S) dan (SFN054S) dan SFN salah karena tidak menuliskan tanda negatif
pada hasil operasi yang seharusnya bernilai negatif disebabkan kurang teliti (SFN062S).
Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi metode, diperoleh data kredibel yaitu kesalahan
yang dilakukan EWP adalah 1) kesalahan menentukan pecahan yang senilai, 2) salah karena
mengerjakan sembarang dan 3) salah karena tidak menuliskan tanda negatif pada hasil operasi
yang seharusnya bernilai negatif.
Analisis jawaban EWP dan SFN terhadap soal nomor 4 dipaparkan sebagaimana
Gambar berikut:
ARSS501 SFNS502
2
Gambar 10. Jawaban SFN terhadap soal
Gambar 9. Jawaban ARS terhadap soal
nomor 5
nomor 5
Jawaban ARS terhadap soal nomor 5, sebagaimana ditunjuk pada Gambar 9. Berdasarkan
Gambar 9, ARS menjawab ÷ dengan jawaban (ARSS501) sehingga diperoleh
hasil perkalian (ARSS502). Seharusnya jawaban yang benar yaitu ÷ =
= = = . Peneliti melakukan wawancara untuk
memperoleh informasi lebih lanjut tentang kesalahan ARS yaitu (ARSS501) dan
(ARSS502). Berikut petikan wawancara dengan ARS telah direduksi:
PEMBAHASAN
merupakan kesalahan konsep. Sejalan dengan itu, Setiyasih (2012) menyatakan bahwa yang
merupakan kesalahan konsep yaitu kesalahan siswa tidak membalik pecahan dari pembilang
menjadi penyebut atau dari penyebut menjadi pembilang, d) Kesalahan memahami sifat
distributif perkalian bentuk aljabar. Kesalahan tersebut dilakukan oleh EWP pada nomor 3, 4
dan 5 yaitu 3) = , 4) dan 5) = .
Kesalahan ini merupakan kesalahan konsep. Sejalan dengan itu, Dewi (2014) dan Sari (2013)
menyatakan bahwa yang merupakan kesalahan konsep yaitu kesalahan dalam memahami
sifat distributif bentuk ajabar.
Kesalahan prinsip yang dilakukan siswa yaitu kesalahan menentukan pecahan senilai.
Kesalahan tersebut seperti dilakukan oleh ARS pada nomor 3 yaitu
dan kesalahan yang dilakukan oleh SFN pada nomor 1,2 dan 3 yaitu 1. + , 2.
. Hal ini sejalan dengan temuan Ramlah (2016), Untari (2013) dan Marsetyorini
(2012) yang menyatakan bahwa kesalahan menentukan pecahan senilai merupkan kesalahan
prinsip.
Kesalahan fakta yang dilakukan siswa yaitu terdiri atas: a) kesalahan tidak menuliskan
tanda negatif pada hasil operasi yang seharusnya bernilai negatif. Kesalahan tersebut
dilakukan oleh EWP pada nomor 3 dan 4 yaitu 3. = , EWP menjawab 3 kali -1
dengan hasil 3 seharusnya jawabannya -3 dan nomor 4. , EWP
menjawab 3 kali -2 dengan hasil 6 seharusnya jawabannya -6. Kesalahan ini merupakan
kesalahan fakta. Hal ini sejalan dengan temuan Ramlah (2016) yang menyatakan bahwah kesalahan
tidak menuliskan tanda negatif pada hasil operasi yang seharusnya bernilai negatif merupakan
kesalahan fakta. b) kesalahan dalam penulisan karena menuliskan variabel yang seharusnya tidak
ada variabel. Kesalahan tersebut dilakukan oleh ARS pada nomor 4 yaitu =
. Kesalahan ini merupakan kesalahan fakta. Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh
Ratna (2015), Sumadiasa (2014) dan Ramlah (2016) yang menyatakan bahwa kesalahan dalam
penulisan merupakan kesalahan fakta.
Kesalahan prosedural yang dilakukan siswa meliputi: (1) kesalahan prosedur tidak
lengkap, (2) kesalahan mengerjakan sembarang, (3) kesalahan operasi hitung pada bentuk
aljabar dan (4) kesalahan menyederhanakan pecahan bentuk aljabar. sejalan dengan itu
Ramlah (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kriteria jenis kesalahan prosedural
meliputi kesalahan prosedur tidak lengkap, kesalahan mengerjakan sembarang, kesalahan
operasi hitung dan kesalahan menyederhanakan pecahan.
Kesalahan prosedur tidak lengkap yaitu siswa tidak menyelesaikan soal sampai pada tahap
akhir. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sumadiasa (2014), Ratna (2015) dan Ramlah (2016)
bahwah Kesalahan prosedur tidak lengkap yaitu siswa tidak menyelesaikan soal sampai pada tahap
akhir. Kesalahan prosedur tidak lengkap yang dilakukan oleh siswa yaitu a) tidak menyederhanakan
pecahan bentuk ajabar kebentuk yang sederhana. Kesalahan tersebut dilakukan oleh ARS pada
nomor 1 yaitu . Kesalahan tersebut merupakan kesalahan prosedur tidak lengkap. Sejalan
dengan itu Ratna (2015) dan Ramlah (2016) menyatakan Kesalahan prosedur tidak lengkap yang
dilakukan oleh siswa yaitu tidak menyederhanakan pecahan kebentuk yang sederhana, b) kesalahan
tidak melanjutkan jawaban yang seharusnya dapat dioperasikan. Kesalahan ini dilakukan oleh ARS
pada nomor 2 yaitu . Sejalan dengan itu Dewi, (2014) menyatakan bahwa Kesalahan tidak
260 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 02, Desember 2016
melanjutkan proses penyelesaian disebabkan karena siswa tidak mengetahui dengan prosedur yang
harus dilakukan jadi siswa membiarkan saja dan tidak melanjutkannya.
Kesalahan mengerjakan sembarang yang dilakukan oleh siswa yaitu prosedur tidak tepat
sehingga terjadi ketidakjelasan pada jawaban siswa. Kesalahan ini seperti yang dilakukan oleh
ARS pada nomor 4 dan 5 yaitu 4. = dan 5) : = . Hal ini
sejalan yang dikemukakan oleh Ramlah (2016), Huljanna (2015) dan Febriani (2015) bahwa
kesalahan mengerjakan sembarang yang dilakukan oleh siswa yaitu prosedur tidak tepat
sehingga terjadi ketidakjelasan pada jawaban siswa.
Kesalahan operasi hitung yang dilakukan yaitu siswa melakukan kesalahan penjumlahan
pengurangan dan perkalian pada bentuk aljabar yang dilakukan EWP seperti pada nomor 4
yaitu , EWP melakukan kesalahan dalam operasi hitung perkalian yaitu
EWP menjawab 1 kali -4 dengan hasil -3. Sejalan dengan itu, Lestari (2011) menyatakan
kesalahan hitung yaitu kesalahan melakukan operasi hitung dalam matematika, seperti
menjumlah, mengurang, mengali dan membagi. Widodo (2013) mengatakan kesalahan operasi
adalah kesalahan dalam melakukan perhitungan. Kesalahan dalam menghitung terkadang
disebabkan karena kurangnya ketelitian dari siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sahria
(2012) bahwa siswa melakukan kesalahan dalam menghitung disebabkan kurangnya ketelitian
siswa.
Kesalahan menyederhanakan yang dilakukan siswa yaitu kesalahan dalam menyederhanakan
pecahan bentuk aljabar kebentuk sederhana. Kesalahan tersebut dilakukan oleh ARS pada nomor 4
yaitu . Siswa melakukan kesalahan menyederhanakan jawaban akhir dalam menyelesai-
kan operasi hitung bilangan pecahan. Sejalan dengan itu Setiyasih (2012) dan Untari (2013)
menyatakan bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung bilangan pecahan
diantaranya yaitu kesalahan dalam menyederhanakan pecahan.
KESIMPULAN
SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan
untuk mengurangi kesalahan siswa pada materi operasi pecahan bentuk aljabar antara lain: 1)
hendaknya guru lebih memperdalam pemahaman konsep siswa terutama dalam menentukan
pecahan senilai pada saat menyamakan penyebut pada operasi penjumlahan dan pengurangan
pecahan bentuk aljabar, 2) hendaknya guru lebih memperdalam pemahaman materi prasarat
siswa seperti: a) konsep penjumlahan pecahan, b) konsep pengurangan pecahan, c) konsep
pembagian pecahan, d) sifat distributif perkalian bentuk aljabar dan e) operasi hitung bentuk
aljabar, 3) hendaknya guru lebih membiasakan siswa untuk menyelesaikan soal dengan
langkah-langkah penyelesaian yang lengkap seperti menyederhanakan pecahan bentuk aljabar,
4) hendaknya siswa lebih aktif melakukan latihan sehingga memahami dengan baik konsep
penjumlahan, pengurangan, dan pembagian pecahan bentuk aljabar dan 5) hendaknya guru
perlu menganalisis secara mendetail kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam
menyelesaikan soal matematika. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dapat
mempermudah guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih tepat terhadap materi
yang diajarkan sehingga kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa tidak terulang kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K.I.S dan Kusrini. (2014). Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan
Soal pada Materi Faktorisasi Bentuk Aljabar SMP Negeri 1 Kamal Semester Gasal
Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal Ilmia Pendidikan Matematika. Volume 3 No 2 Tahun
2014. [Online]. Tersedia: 8724-11690-1-PB. [22 April 2016].
Hudojo, H. (2009). Belajar dan Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Husain, F.M. (2013). Analisis Kesalahan Menyelesaikan Pengurangan Pecahan di SDN 6
Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. [Online]. Tersedia: http://eprints.ung.ac.id/10
35/2/2013-2-86206-151408063-abstraksi-pdf. [23 Juni 2015].
Machmud, F.K. (2013). Analisis Kesalahan Menyelesaikan Penjumlahan Pecahan Desimal
pada Siswa Kelas V SDN 5 Telaga Kabupaten Gorontalo. [Online]. Tersedia: http://
kim.ung.ac.id/index.php/KIMFIP/article/viewFile/4118/4094. [30 januari 2015].
Marsetyorini, A.D dan Murwaningtyas, C.E. (2012). Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan
Pembelajaran Remedial dalam Materi Operasi pada Pecahan Bentuk Aljabar di Kelas
VIII SMPN 2 Jetis Bantul. Prosiding [Online]. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/7493
/1/P%20-%207.pdf. [17 Mei 2016].
Nurianti, E. (2015). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi
Pecahan Bentuk Aljabar di Kelas VIII SMP. Jurnal Untan. Vol 4, No 09. [Online].
Tersedia: http://jurnal.untan.ac.id/index.hp/jpdpb/article/viewFile/11206/10636.
[23 Oktober 2015].
Ramlah. (2016). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan di Kelas VII SMPN Model Terpadu Madani. Skripsi Pendidikan Matematika Universitas
Tadulako Palu: Tidak Diterbitkan.
Ratna. (2015). Analisis Kesalahan Siswa Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Operasi
Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bentuk Aljabar di SMP Negeri 7 Palu. Jurnal
262 Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Volume 04 Nomor 02, Desember 2016