Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA OPERASI

BILANGAN BULAT
Oleh : Eni Marliana
ABSTRAK
Miskonsepsi dapat dipandang sebagai suatu pengertian yang tidak akurat
terhadap konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang
salah, dan hubungan konsep-konsep yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat
berupa kesalahan konsep, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan gagasan
intuitif atau pandangan yang keliru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
siswa yang memahami konsep, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep siswa kelas
VII SMP Negeri 1 Karang Baru pada operasi bilangan bulat serta untuk
mengetahui karakteristik miskonsepsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Karang Baru
pada operasi bilangan bulat. Jenis penelitian yaitu kualitatif dengan metode
deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-C SMP Negeri 1
Karang Baru yang berjumlah 32 siswa. Sedangkan objek penelitian yaitu analisis
miskonsepsi pada operasi bilangan bulat. Instrumen penelitian yang digunakan
adalah test uraian yang dilengkapi dengan Certainty Of Reponse Indeks (CRI) dan
wawancara. Soal tes uraian berjumlah 10 soal dan diambil dari buku fokus ujian
nasional dan buku panduan kelas VII. Tes digunakan untuk mengetahui jumlah
persentase siswa yang memahami konsep, miskonsepsi, dan tidak tahu konsep
pada materi operasi bilangan bulat. Kemudian wawancara digunakan untuk
mengetahui karakteristik dari miskonsepsi siswa pada operasi bilangan bulat.
Wawancara dilakukan pada siswa yang memiliki variasi miskonsepsi terbanyak.
Berdasarkan penelitian ini dari hasil analisis tes uraian dan wawancara maka
hasilnya sebagai berikut: Siswa mengalami miskonsepsi pada operasi bilangan
bulat sebesar 35%, siswa tidak tahu konsep operasi bilangan bulat sebesar 44,38%
dan siswa memahami konsep operasi bilangan bulat dengan baik sebesar 19,38%.
Karakteristik miskonsepsi pada operasi bilangan bulat di siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Karang Baru yaitu miskonsepsi klasifikasional dan miskonsepsi
teoritikal. Miskonsepsi klasifikasional dalam operasi bilangan bulat yaitu siswa
mengalami miskonsepsi dalam memahami inti dari soal dan mengklasifikasikan
unsur yang diketahui dari soal sehingga siswa salah mengklasifikasikan soal ke
dalam model matematika. kesalahan siswa dalam memodelkan matematika
membuat siswa salah dalam memilih konsep penyelesaian masalah operasi
bilangan bulat. Kemudian miskonsepsi teoritikal banyak terjadi pada siswa yaitu
disaat siswa melakukan langkah penyelesaian, siswa miskonsepsi dalam
perubahan tanda bilangan, perubahan tanda operasi dan siswa memiliki
pemahaman sendiri yang lain dari aturan operasi bilangan bulat yang tidak sesuai
dengan kaidah operasi bilangan bulat. Dengan pemahaman awal dalam aturan
perubahan tanda bilangan dan aturan operasi bilangan bulat yang dimiliki siswa
membuat siswa salah dalam memahami aturan perubahan tanda dalam
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi operasi bilangan bulat .

Kata Kunci: Miskonsepsi, Certainty of Response Indeks (CRI)


PENDAHULUAN
Dalam usaha mengembangkan potensi tersebut salah satunya melalui

pembelajaran matematika. Matematika adalah sebuah ilmu pengetahuan eksak

yang istimewa, memiliki keteraturan, terorganisir secara sistematik, yang

mempelajari tentang bilangan, log ika, ruang, bentuk, perhitungan, dan penalaran.

Proses pembelajaran matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara

hierarkis, logis, dan sistematis artinya konsep disusun selanjutnya yang lebih

kompleks. Tracht mengatakan bahwa matematika merupakan merupakan mata

pelajaran yang penuh dengan konsep-konsep. Jika terdapat salah satu konsep tidak

dipahami maka akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep-konsep lainnya

karena konsep-konsep tersebut saling berkaitan. Artinya, diperlukan pemahaman

konsep-konsep dasar agar nantinya lebih mudah dalam memahami konsep-konsep

berikutnya (Karolin Natalia T , 2016: 191). Pemahaman konsep matematika yang

benar adalah hal mutlak yang harus dimiliki siswa. Tidak hanya benar saja, siswa

dituntut untuk memahami secara tepat terkait konsep-konsep matematika, karena

ia harus mengantisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi pada soal dimasa

yang akan datang. Siswa mempelajari konsep-konsep yang saling berkaitan. Bila

salah satu konsep tidak dipahami dengan baik, maka hal ini tentu akan

berpengaruh pada pemahaman konsep yang selanjutnya. Konsep awal yang

dimiliki oleh siswa kadang-kadang tidak sesuai dengan konsep para ilmuwan.

Konsepsi-konsepsi yang lain yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmuwan secara

umum disebut miskonsepsi. Berbagai miskonsepsi yang terjadi pada siswa akan

mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal-

soal yang diberikan dan tentunya berpengaruh juga terhadap hasil belajar. Oleh
sebab itu miskonsepsi yang dimiliki siswa ini tidak boleh dibiarkan bertahan lama

pada diri siswa. Namun demikian, bagi guru mengubah miskonsepsi yang sudah

mengakar bukan pekerjaan yang sederhana.

Salah satu materi yang terdapat masalah dalam penyelesaiannya yaitu

materi bilangan bulat. Nursalam dalam Anita Purnama Putri mengatakan bahwa

bilangan adalah ruh dari matematika dan matematika merupakan bahasa murni

ilmu pengetahuan dimana setiap bilangan memiliki nilai yang disebut angka.

Tidak ada satupun aspek kehidupan yang tidak bersentuhan dengan dengan angka.

Dari pagi hingga malam, dari bayi hingga orang tua, dari kelahiran sampai

kematian, angka-anga bertebaran di hadapan manusia, melintas batas, tidak

mengenal jenis kelamin, bahasa, suku, budaya, dan agama. Semuanya sepakat dan

saling mengerti satu sama lainnya, apabila dihadapkan pada angka. Bahkan

manusia sendiri disadari atau tidak dikenali dengan deretan angka-angka yang

tergambar dari nomor induk mahasiswa, nomor induk pegawai, nomor telepon,

nomor wajib pajak dan lain sebagainya. Dapat dikatakan bahwa kehidupan

manusia di muka bumi tidak terlepas dari bilangan (Anita Purnama Putri, 2014:

21). Banyak penerapan operasi bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari seperti

perdagangan, jual-beli, perhitungan suhu dan cuaca, perhitungan data statistik dan

bidang lainnya. Dengan demikian menjadi tuntutan terhadap peserta didik agar

memahami materi bilangan bulat dengan baik. Contoh penerapan bilangan bulat

yaitu termometer. Dalam melihat termometer untuk menyatakan suhu dibawah nol

digunakan tanda negatif. Dalam matematika yang menjadi dasar sebuah ilmu

yaitu mengenai bilangan. Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri atas
bilangan negatif, nol dan bilangan positif (J.Dris Tasari, 2011: 2). Materi bilangan

bulat telah didapatkan mulai dari sekolah dasar. Walaupun demikian masih

banyak masalah yang dihadapi siswa ketika menyelesaikan permasalahan-

permasalahan yang berkaitan dengan bilangan bulat. Dalam bilangan bulat

terdapat operasi-operasi penyelesaian yaitu operasi penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian bilangan bulat. Pada kenyataannya dalam kegiatan

penyelesaian masalah siswa sering mengalami kesulitan sehingga siswa tidak

mampu menjawab dengan benar permasalahan tersebut. Kesulitan siswa sering

terjadi ketika melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan, Jika terdapat

bilangan bulat yang dalam bentuk negatif dijumlahkan dengan bilangan bulat

positif, bilangan bulat negatif dikurangkan dengan bilangan bulat positif.

Demikian juga ketika siswa menyelesaikan operasi dalam bentuk perkalian dan

pembagian bilangan bulat. Siswa sering melakukan kesalahan ketika terdapat

aturan perubahan tanda dalam pembagian dan perkalian bilangan bulat. Sehingga

dari kesalahan tersebut perlu dilakukan analisis apakah sebenarnya siswa

mengalami miskonsepsi atau tidak dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan operasi bilangan bulat tersebut.

Saleem Hasan dalam Izza Auliyayatul Muna mengatakan cukup sulit

untuk membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan tidak paham

konsep, untuk itu mereka menggunakan instrumen CRI untuk mengidentifikasi

adanya miskonsepsi (Izza Auliyatul Muna, 2015: 314). Hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa metode CRI efektif dalam mendiagnosis siswa yang tidak

paham konsep dan siswa yang mengalami miskonsepsi. Instrumen Certainty of


Responses Index (CRI), telah dikembangkan oleh para ahli dengan menambahkan

instrumen yang dapat menentukan kualitas kepastian jawaban responden.

Rumusan masalah berdasarkan latar belakang tersebut yaitu Bagaimana

miskonsepsi siswa dan karakteristik miskonsepsi siswa kelas VII SMP Negeri 1

Karang Baru pada operasi bilangan bulat.

Berdasarkan rumusan masalah yang diurai diatas maka tujuan penelitian ini

adalah Mengetahui apakah siswa paham konsep, miskonsepsi atau tidak tahu

konsep serta karakteristik miskonsepsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Karang

Baru

LANDASAN TEORITIS

1. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi dapat dipandang sebagai suatu pengertian yang tidak akurat

terhadap konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang

salah, dan hubungan konsep-konsep yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat

berupa kesalahan konsep, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan gagasan

intuitif atau pandangan yang keliru (Sarlina, 2015: 195).

2. Jenis-jenis Miskonsepsi

Terdapat beberapa jenis miskonsepsi yang didasarkan pada jenis konsep

yang didefinisikan oleh Moh. Amin: (a) Miskonsepsi klasifikasional, merupakan

bentuk miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan klasifikasi fakta-fakta ke

dalam bagan-bagan yang terorganisir. (b) Miskonsepsi korelasional, merupakan

bentuk miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan mengenai kejadian-kejadian


khusus yang saling berhubungan atau observasi-observasi yang terdiri atas

dugaan-dugaan terutama bentuk formulasi prinsip-prinsip umum. (c) Miskonsepsi

teoritikal, merupakan bentuk miskonsepsi yang didasarkan atas kesalahan dalam

mempelajari fakta-fakta atau kejadian-kejadian dalam sistem yang terorganisir

(Dhika Asri Fitriani, 2013: 329)

3. Miskonsepsi dalam Matematika

Sementara miskonsepsi-miskonsepsi dalam matematika khususnya dalam

operasi bilangan bulat yaitu sebagai berikut: (a) Miskonsepsi dalam

mengoperasikan tanda operasi pengurangan jika bertemu dengan bilangan negatif.

Miskonsepsi ini terjadi ketika siswa salah mengoperasikan tanda operasi jika

bertemu dengan tanda bilangan. (b) Miskonsepsi dalam menuliskan tanda negatif

atau positif pada hasil operasi hitung. (c) Miskonsepsi dalam urutan penyelesaian

operasi hitung dalam matematika. (d) Miskonsepsi dalam operasi penjumlahan

bilangan negatif dijumlahkan dengan bilangan positif.

4. Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah bilangan yang terdiri dari bilangan positif, nol dan

bilangan negatif. Dimana bilangan bulat bukan merupakan bilangan pecahan dan

desimal (Roslina, 2015: 98). Bilangan bulat terbagi menjadi bilangan cacah dan

bilangan asli. Bilangan asli dibagi menjadi bilangan ganji, bilangan genap,

bilangan prima dan bilangan komposit. Operasi dalam bilangan bulat terdiri dari

operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, perkalian, dan campuran.


5. Certainty Of Response Index (CRI)

Untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakan

tidak tahu konsep, Saleem Hasan telah mengembangkan suatu metode identifikasi

yang dikenal dengan istilah Certainty of Response Index (CRI) yang merupakan

ukuran tingkat keyakinan atau kepastian responden dalam menjawab pertanyaan

yang diberikan. CRI yang rendah menandakan ketidakyakinan konsep pada diri

responden dalam menjawab suatu pertanyaan, sedangkan CRI yang tinggi

mencerminkan keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri responden.

CRI dikembangkan dengan skala enam (0-5) seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.11 Kriteria Skor CRI

CRI Kriteria
(Totally guessed answer)
0
Menebak
(Almost gues)
1
Agak Menebak
(Not Sure)
2
Tidak yakin benar
(Sure)
3
Benar
(Almost certain)
4
Hampir pasti benar
(Certain)
5
Yakin benar
Skor nol berarti tidak tahu konsep sama sekali tentang teknik, metode atau

rumus yang diperlukan untuk menjawab suatu pertanyaan (jawaban dengan cara

menebak), sementara skor lima menandakan kepercayaan diri yang penuh atas

kebenaran pengetahuan tentang teknik, metode, strategi, atau rumus yang

dipergunakan untuk menjawab suatu pertanyaan. Jika derajat kepastiannya rendah

(CRI 0-2), maka hal ini menggambarkan bahwa dalam menjawab soal dilakukan

dengan menebak. Jika CRI tinggi (CRI 3-5), maka responden memiliki tingkat
kepercayan diri (confidence) yang tinggi dalam menjawab soal atau pertanyaan.

Terdapat dua kemungkinan tingkat kepercayaan diri tinggi, confidence bahwa

jawabannya memang benar akan menunjukkan bahwa responden menguasai

konsep dan memiliki strategi yang tepat atau confidence bahwa jawabannya salah

yang berarti adanya kesalahan-kesalahan konsep atau strategi yang digunakan

salah. Dengan menggunakan metode CRI ini dalam kita dapat menentukan mana

siswa yang mengalami miskonsepsi dan mana yang tidak tahu konsep.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan beberapa metode

yaitu metode tes esai dan wawancara. Tes yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu bentuk tes esai yang dilengkapi dengan instrumen CRI (Certainty of

Response Index) yang bertujuan untuk mendapatkan subjek wawancara.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan setelah data tes didapat. Tujuan

diadakannya wawancara ini adalah untuk memastikan miskonsepsi yang dimiliki

siswa pada materi operasi bilangan bulat. Wawancara tidak dilakukan pada semua

siswa yang mengikuti tes tertulis, melainkan hanya beberapa subjek yang dipilih

berdasarkan banyak variasi miskonsepsi. Subjek wawancara dipilih karena

dianggap dapat memberikan lebih banyak informasi yang dibutuhkan peneliti bila

dibandingkan siswa yang tidak dipilih sebagai subjek.


1. Sumber Data Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 1 Karang baru.

Objek yang diambil satu kelas yaitu kelas VII-C yang berjumlah 32 orang, tetapi

subjek dipilih untuk tes wawancara berdasarkan hasil tes esai siswa dengan

metode CRI, yaitu siswa yang memiliki miskonsepsi tinggi sesuai rentang yang

ditetapkan pada materi operasi bilangan bulat. Penelitian ini dilakukan pada kelas

VII-C SMP Negeri 1 Karang Baru. Pemilihan subjek didasarkan pada variasi dan

kekayaan akan miskonsepsi siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil analisis tes terlihat bahwa sebanyak 35% mengalami miskonsepsi,

44,38% siswa mengalami tidak tahu konsep, dan 19,38% memahami

penyelesaian dari materi operasi bilangan bulat. Untuk mengetahui lebih dalam

tentang jumlah persen setiap butir soal yang dipahami dengan baik, miskonsepsi,

dan tidak tahu konsep pada siswa adalah sebagai berikut:

1. Siswa mengalami miskonsepsi sebesar 37,188%. Siswa mengalami

miskonsepsi tertinggi dengan menjawab soal pada CRI tinggi namun jawaban

salah pada soal nomor 9 tentang operasi perkalian bilangan bulat 56,25% dan

terendah pada soal nomor 10 tentang operasi pembagian bilangan bulat yang

melibatkan perubahan tanda bilangan sebesar 9,38%. Miskonsepsi yang

banyak terjadi dalam tahap siswa akan menggunakan konsep operasi yang

tepat dalam permasalahan yang dihadapkan dan miskonsepsi dalam aturan

penyelesaian seperti halnya dalam bentuk operasi pengurangan bilangan


negatif dengan bilangan negatif, penjumlahan bilangan positif dan negatif, dan

perubahan tanda dalam operasi pembagian dan perkalian. Kemudian sebanyak

44,38% siswa tidak tahu konsep dalam penyelesaian masalah operasi

bilangan. Siswa tidak paham konsep tertinggi dengan menjawab soal benar

maupun salah namun CRI pada soal tentang operasi pembagian bilangan bulat

yang melibatkan perubahan tanda bilangan sebesar 90,63% dan terendah pada

soal tentang operasi pengurangan bilangan bulat yang melibatkan masalah

kontekstual sebesar 13%. Dan sebanyak 19,38% siswa memahami konsep

dengan baik dalam operasi bilangan bulat pada soal tentang operasi

pengurangan bilangan bulat yang melibatkan masalah kontekstual yaitu

sebanyak 43,75 % siswa dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar dan

memiliki tingkat CRI tinggi. Tingkat pemahaman yang rendah yang

menunjukkan siswa tidak memahami soal yaitu pada. Pada soal tentang

operasi campuran bilangan bulat melibatkan bilangan negatif dan positif dan

pada soal tentang operasi pembagian bilangan bulat yang melibatkan

perubahan tanda bilangan sebesar 6,25% dan 0%

2. Miskonsepsi yang terdapat dalam operasi bilangan bulat yaitu miskonsepsi

klasifikasional dan teoritikal. Miskonsepsi klasifikasional dalam operasi

bilangan bulat yaitu siswa mengalami miskonsepsi dalam memahami inti dari

soal sehingga siswa salah mengklasifikasikan soal ke dalam model

matematika. kesalahan siswa dalam memodelkan matematika membuat siswa

salah dalam memilih langkah-langkah penyelesaian. . Kemudian miskonsepsi

teoritikal banyak terjadi pada siswa yaitu disaat siswa melakukan langkah
penyelesaian, siswa miskonsepsi dalam perubahan tanda bilangan, perubahan

tanda operasi dan siswa memiliki pemahaman sendiri yang lain dari aturan

operasi bilangan bulat yang tidak sesuai dengan kaidah operasi bilangan bulat.

KESIMPULAN

Setelah dilakukan analisis tes esai dan wawancara di kelas VII-C SMP

Negeri 1 Karang Baru dan pembahasan penelitian maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pada operasi bilangan bulat siswa mengalami pesentase terbanyak yaitu

dikarenakan tidak tahu konsep sebanyak 44,38 %. Sedangkan pada urutan

kedua persentase terbanyak yaitu siswa mengalami miskonsepsi dalam operasi

bilangan bulat sebanyak 35% dan persentase terkecil yaitu siswa yang

memahami betul konsep dari operasi bilangan bulat yaitu sebesar 19,38%.

2. Miskonsepsi yang terdapat dalam operasi bilangan bulat yaitu: (a)

Miskonsepsi Klasifikasional, yaitu siswa mengalami miskonsepsi dalam

mengklasifikasikan unsur yang diketahui dari soal sehingga siswa mengalami

miskonsepsi dalam pemilihan konsep penyelesaian masalah operasi bilangan

bulat. (b) Miskonsepsi teoritikal, yaitu siswa mengalami miskonsepsi ketika

dihadapkan dalam penyelesaian dalam aturan perubahan tanda negatif dan

positif dalam operasi bilangan bulat.


SARAN

Adapun saran-saran yang penulis kemukankan dalam penelitian ini adalah:

Diharapkan kepada siswa agar selalu melatih dirinya dalam

menyelesaiakan soal operasi bilangan bulat agar terbiasa dengan masalah-masalah

yang berkaitan dengan operasi bilangan bulat. Soal-soal uraian yang dapat

mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami fakta-fakta yang diketahui

dalam soal serta mengubah ke dalam model matematika agar siswa dapat

menyelesaikan masalah matematika tersebut menggunakan konsep yang benar.

Kepada guru di SMP Negeri 1 Karang Baru tahun 2018/2019 pada

khususnya dan para guru serta siswa lain pada umumnya agar selalu menekankan

proses pembelajaran matematika terhadap pemahaman konsep bukan

mengutamakan pembelajaran yang menghafal konsep serta memberikan latihan-

latihan soal yang dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan

masalah. Dengan banyak berlatih dalam menjawab soal-soal bentuk uraian, hal

tersebut dapat melatih siswa dalam cara memahami maksud dari soal dan dapat

memilih operasi penyelesaian yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Agung Herutomo, Rezky dan Tri Edi Mulyono Saputro (2014), Analisis
Kesalahan dan Miskonsepsi Siswa Kelas VIII Pada Materi Aljabar,
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol.1, No.2, Juli 2014

Asri Fitriani, Dhika, Mardiyana, dan Getut Pramesti (2013), Analisis Miskonsepsi
Siswa Pada Pembelajaran Matematika Materi Pokok Bangun Ruang
Dimensi Tiga Ditinjau Dari Kecerdasan Visual Spasial Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Klaten T.A 2012/2013, Prosiding SNMPM Universitas
Sebelas Maret 2013 Volume 1
Auliyatul Muna, Izza (2015), Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa PGMI Pada
Konsep Hukum Newton Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI),
Cendekia Vol. 13 No. 2, Juli - Desember 2015

Departemen pendidikan kebudayaan, 1996

Fakhruddin, Azizahwati, dan Yelfi Rahmi(2018), Analisis Penyebab Miskonsepsi


Siswa Pada Pelajaran Fisika di Kelas XII SMA/MA Kota Duri, Jurnal
Pendidikan Matematika Vol. 3 No 1 Januari 2018

Gradini, Ega (2016), Miskonsepsi dalam pembelajaran matematika sekolah dasar


di dataran tinggi Gayo, Volume III. Nomor 2. Oktober 2016 ISSN 2355-
0074

Hergenhahn , B.R & Matthew H. Olson (2008), Theories Of Learning (Teori


Belajar Edisi Ke tujuh), Jakarta: KENCANA,2008

Jelita (2013), Evaluasi Proses Pembelajaran

Matitaputty, Christi (2016), Miskonsepsi Siswa dalam Memahami Konsep Nilai


Tempat Bilangan Dua Angka, Jurnal Pendidikan Matematika STKIP
Garut, jurnalmtk.stkip-garut.ac.id

Mujib, Abdul (2017), “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa Menggunakan Cri


Pada Mata Kuliah Kalkulus II” (Universitas Muslim Nusantara Al-
Washliyah Medan, Sumatera, Indonesia), Jurnal Mosharafa, Vol. 6 No 2,
Mei 2017
Mulyadi (2015), Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada
Materi Luas Permukaan Bangun Ruang Berdasarkan Newman’s Error
Analysis (Nea) Ditinjau Dari Kemampuan Spasial, Jurnal elektronik
pembelajarn matematika, Vol.3, No.4, Juni 2015

Natalia T, Karolin (2016), Miskonsepsi Pada Penyelesaian Soal Aljabar Siswa


Kelas Viii Berdasarkan Proses Berpikir Mason, Jurnal Pendidikan: Teori,
Penelitian, dan Pengembangan Vol:1, No: 10, Bulan Oktober Tahun 2016

Purnama Putri, Anita (2014), Pengaruh Penguasaan Materi Prasyarat Terhadap


Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Sinjai Timur, Mapan:
Jurnal Matematika dan Pembelajaran p-ISSN:2354-6883; e-ISSN: 2581-
172X, Volume 2, Nomor 1, juni 2014

Roslina dan Andriani (2015), “Pembelajaran matematika realistik pada materi


bilangan bulat berdasarkan kurikulum 2013 siswa SMP Negeri 13 Banda
Aceh, Jurnal ilmiah multi sains pebruari 2015
Sarlina (2015), Miskonsepsi Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Matematika
Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Siswa Kelas X5 SMA Negeri 11
Makasar, MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran, p-ISSN:2354-
6883;ISSN:2851-172X, Vol. 3, No.2, Desember 2015

Tasari, J.Dris (2011), Matematika Untuk SMP Kelas VII (BSE), Jakarta: Pusat
kurikulum dan Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional, 2011

Ulfah, Sri dan Harina Fitriyani (2017), Of Responses Index (CRI): Miskonsepsi
Siswa SMP Pada Materi Pecahan, Seminar Nasional Pendidikan, Sains
dan Teknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Muhammadiyah Semarang 2017, ISBN:978-602-61599-6-0,
2017

Undang Republik Indonesia (2003), Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun


2003, Bab I, Pasal 1, ayat 1

Wafiyah, Nurul (2012), Identifikasi Miskonsepsi Siswa dan Faktor-Faktor


Penyebab Pada Materi Permutasi dan Kombinasi di Sma Negeri 1
Manyar, Jurnal: Gamatika Vol. II No.2 Mei 2012

Anda mungkin juga menyukai