ABSTRAK
1
Metodik Didaktik: Vol. XX No. X, [Bulan] [tahun], Hal [xx-xx]
PENDAHULUAN
Bahasa inggris telah menjadi media komunikasi yang sangat penting di dunia karena
kedudukanya sebagai bahasa internasional sekaligus bahsa teknologi. Dengan semakin
terglobalisasinya dunia dan kemajuan teknologi yang semakin pesat, tidak dapat dipungkiri
jika penguasaan terhadap bahsa Inggris menjadi salah satu kunci untuk mendapatkan
kesempetan kerja yang lebih baik atau kesuksesan. Berdasarkan hal tersebut, Indonesia
sebagai bagian dari masyarakat dunia menyadari akan pentingnya penguasaan terhadap
bahasa Inggris oleh karena itu pengajaran terhadap bahasa Inggris telah lama mulai
diterapkan didunia pendidikan indonesia. Bahasa Inggris telah lama menjadi bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia yang pada awalnya hanya diberikan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, namun seiring berjalannya waktu kebutuhan
sekaligus popularitas bahasa Inggris semakin meningkat yang mengakibatkan kurikulum
tentang pengajaran bahasa Inggris pun berubah (Nisa, 2020). Dengan tujuan untuk
memperbaiki kemampuan dan penguasaan bahasa Inggris bagi peserta didik salah satu cara
pemerintah dalam meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris adalah
memperkenalkan bahasa Inggris lebih dini, yaitu dimulai dari Sekolah dasar. Sebagai
Sekolah Standar Nasional (SSN) Sekolah Dasar ini sudah memasukkan pelajaran bahasa
Inggris pada seluruh tingkatan, atau kelas sejak tahun 2008. Pada perkembangan selanjutnya
mulok bahsa Inggris untuk SD semakin diakui dengan disebutkan dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun 2006. Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan, bahasa Inggris merupakan salah satu muatan lokal wajib bagi semua peserta didik
Sekolah Dasar dari kelas I hingga kelas VI dengan aloksi waktu pembelajaran yang
disediakan adalah 2x35 menit jam pelajran per minggu (Kalsum, 2016). Dengan KTSP
hampir semua SD di indonesia memasukkan bahasa inggris sebagai mulok bahkan yang pada
awalnya bahasa inggris hanya diajarkan di kelas IV-VI, menjadi diajarkan disemua kelas
mulai dari kelas I (Maduwu, B. 2016).
Bahasa Inggris di Indonesia secara umum diajarkan sebagai bahasa asing. Istilah ‘bahasa
asing’ dalam bidang pengajaran bahasa berbeda dengan ‘bahasa kedua’. Bahasa asing adalah
bahasa yang yang tidak digunakan sebagai alat komunikasi di negara tertentu di mana bahasa
tersebut diajarkan. Sementara bahasa kedua adalah bahasa yang bukan bahasa utama namun
menjadi salah satu bahasa yang digunakan secara umum di suatu negara, sehingga dalam
pendidikan di Indonesia kemampuan berbahasa Inggris merupakan salah satu keterampilan
yang harus dikuasai oleh peserta didik sejak awal. Dalam hal ini, pembelajaran bahasa
Inggris diarahkan pada empat keterampilan di dalam bahasa Inggris antara lain: kemampuan
mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan kemampuan menulis
(writing) (Wijaya, I. K. 2015).
Brown (1994: 89) mengatakan pembelajaran sering dianggap sebagai terjemahan dari istilah
“instructional” adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Uno (2007:54) menyatakan
bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar
dengan pengajar/instruktur dan atau sumber belajar pada suatu ingkungan belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu. Di sini terlihat bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
antara pesertadidik dengan Iingkunganya sehingga menjadi perubahan prilaku kearah yang
Iebih baik. Dalam proses pembelajaran, prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan
seluruh atau sebagaian besar potensi diri siswa dan kebermaknaanya bagi diri dan
2
[Nama Penulis]/[Judul Artikel]/[Hal]
kehidupannya saat ini dan masa yang akan datang. Lebih lanjut Gagne dan Briggs dalam
Brown (1994: 9-10) menjelaskan bahwa ada beberapa ciri pembelajaran, yaitu (1) menarik
perhatian agar peserta didik siap menerima pelajaran, (2) memberitahukan tujuan pelajaran,
(3) merangsang timbulnya ingatan atas ajaran sebelumnya, (4) presentasi bahan ajaran dan
alat bantu belajar (5) memberikan bimbingan belajar, (6) membangkitkan timbulnya unjuk
kerja dalam belajar, (7) memberikan umpan balik, (8) menilai unjuk kerja, dan (9)
memperkuat retensi dan transfer belajar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Menurut I Made Winartha (2006)
metode deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai
kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau
pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan bagaimana proses pembelajaran bahasa Inggris yang diajarkan
pada Sekolah Dasar Negeri 2 Manonjaya. Subjek penelitian ini terdiri dari kelas 1 yaitu
berjumlah 25 peserta didik, yang terdiri dari 12 laki-laki dan 13 perempuan. Di sini
mahasiswa sumber data primernya, karena Saya ditugaskan untuk melakukan praktik
mengajar di sekolah dasar yang telah dipilih sendiri tersebut selama satu kali pertemuan
untuk setiap orang. Kegiatan ini dilakukan setelah mahasiswa selesai melakukan
demonstrasi mengajar di dalam kelas dengan harapan bahwa apa yang telah
didemonstrasikan dikelas dapat dipraktikkan secara nyata. Jadi mahasiswa menjadi sumber
data primer karena harus menyerahkan laporan praktik mengajar di SD berdasarkan
pengalaman pribadinya langsung di lapangan. Pada penelitian ini, obyek yang diteliti yaitu
komponen refleksi pelaksanaan pembelajaran yang dilaporkan mahasiswa. Teknik
pengumpulan data berupa catatan metodologis: pengalaman peneliti ketika berupaya
menerapkan metode kualitatif di lapangan. Isi masing-masing catatan ada dua; pertama
catatan deskriptif: berisi bagian utama, kedua catatan reflektif/memo: berisi kritik terhadap
catatan deskriptif (Rijali, 2018: 86). Sedangkan proses analisis data berdasarkan Miles and
Huberman dalam Rijali (2018: 83) yaitu reduksi data, penyajian data setelah direduksi, dan
verifikasi data atau penarikan kesimpulan.
Langkah pertama analisis data penelitian adalah reduksi data. Pada reduksi data ini, peneliti
menyeleksi dan menemukan hal-hal pokok yang substantif mengenai cara membuka
pelajaran, materi pelajaran, media pembelajaran, metode atau teknik pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, dan menutup pelajaran serta memberikan fokus pada hasil
refleksi yang dilakukan peneliti pada aspek-aspek tersebut. Setelah melakukan reduksi data,
peneliti melakukan penyajian data yang berisi hasil akhir yang didapat setelah melakukan
rangkuman, penyeleksian, dan perhatian pada setiap fokus kecenderungan yang muncul pada
semua aspek tersebut. Ketika penyajian data sudah dilakukan, maka langkah akhir analisis
data adalah menarik kesimpulan atas data akhir yang telah disajikan. Dalam hal ini, peneliti
memberikan deskripsi kesimpulan terhadap semua aspek atas refleksi pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan dan mendiskusikan hasil data temuan dengan literatur
yang relevan.
3
Metodik Didaktik: Vol. XX No. X, [Bulan] [tahun], Hal [xx-xx]
Gambar 1. Bernyanyi
4
[Nama Penulis]/[Judul Artikel]/[Hal]
Setelah menyanyikan lagu, peserta didik diajak untuk bermain game. Game ini bernama
“touch”, peserta didik akan diminta mendengarkan terlebih dahulu lagu yang akan
dinyanyikan oleh penulis, dalam lirik lagu tersebut terdapat kalimat yang harus diperhatikan
oleh peserta didik, contohnya ketika penulis sudah menyebutkan “touch your bag”
kemudian peserta didik harus segera menyentuh bag (tas) penulis menghitung sampai 3 detik
dan berkata “time’s up”, jika peserta didik tidak menyentuh benda apapun maka peserta didik
tidak akan mendapat point. Kegiatan seperti ini dilakukan untuk menumbuhkan motivasi
peserta didik agar belajar lebih giat sehingga mampu berkomunikasi bahasa Inggris dengan
baik.
Gambar 2. Game
Setelah menyelsaikan game, peserta didik diminta untuk mengerjakan LKPD secara
berkelompok yang terdiri dari 3. Peserta didik menuliskan nama benda dengan
menggunakan bahasa Inggris.
Gambar 3. LKPD
5
Metodik Didaktik: Vol. XX No. X, [Bulan] [tahun], Hal [xx-xx]
6
[Nama Penulis]/[Judul Artikel]/[Hal]
Kegiatan pembelajaran dilakuan sesuai dengan RPP yang telah di buat sebelumnya, tetapi
penulis mendapatkan beberapa kendala dalam proses pembelajaran yang pertama mengenai
karakteristik peserta didik. Menurut Hamzah. B. Uno (2007) menyatakan bahwa
karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan peserta didik yang
terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar kemampuan berfikir, dan kemampuan
awal yang dimiliki. Karakteristik perkembangan anak yang berada di kelas awal SD adalah
anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa
perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi
kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal. Karakteristik anak pada kelas 1
sebagian besar fokusnya mudah teralihkan, tidak bisa diam di tempat duduk, saling
mengejek dan berkelahi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sabani (2019) mengatakan bahwa
secara khusus karakteristik peserta didik kelas 1 yakni waktu reaksinya terlambat, koordinasi
otot tidak sempurna, suka berkelahi, gemar bergerak, bermain memanjat, aktif bersemangat
terhadap bunyi yang teratur, kurangnya kemampuan pemusatan perhatian, kemampuan
berpikir sangat terbatas dan kegemaran untuk mengulangi macam-macam kegiatan. Tapi
disamping itu peserta didik sangat antusias saat belajar bahasa Inggris, dikarenakan sekarang
masih mengimplementasikan Kurikulum 2013 yang menghapuskan mata pelajaran Bahasa
Inggris, jadi ini merupakan kali pertama peserta didik belajar bahasa Inggris di sekolah dasar.
Kendala kedua yakni mengenai sarana dan prasarana yang kurang memadai, pada awalnya
penulis akan menggunakan media pembelajaran audiovisual menggunakan proyektor, tetapi
pada saat pelaksanaan praktik mengajar tidak dapat terealisasikan, karena pihak sekolah
hanya memiliki 1 proyektor dan sedang digunakan oleh guru. Salah satu hal yang
mendukung ialah Ratte (1967:279) yang mengatakan pembelajaran bahasa asing akan sangat
berguna apabila bahan pengajaran berkaitan dengan hal-hal kegiatan sehari hari, atau
nmenggunakan media yang sesungguhnya sehingga meningkatkan rasa ingin tahu siswa
serta motivasi belajarnya. Pendapat lain dari Hamalainen (1967) dalam Listia dan Kamal
(2008) yang mengatakan bahwa cara untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam
7
Metodik Didaktik: Vol. XX No. X, [Bulan] [tahun], Hal [xx-xx]
belajar ialah dengan menggunakan media pengajaran yang tepat misalnya film, gerakan
tubuh, globe, gambar tape recorder.
Hal lain yang penting diperhatikan ialah masalah penempatan meja dan kursi di kelas. Pada
kelas 1 peserta didik duduk di bangku yang berbaris dan guru menerangkan pelajaran di
depan kelas. Dalam situasi seperti ini hasil yang diharapkan tidak maksimal. Oleh karena itu
sekolah dan masyarakat saling membantu untuk menyediakan fasilitas kelas yang baik
sehingga kegiatan peserta didik di kelas dapat berlangsung lancar. Dunn (1983) mengatakan
penempatan meja dan kursi di kelas harus bisa di atur sedemikian rupa sehingga interaksi
peserta didik dengan guru dan peserta didik degan peserta didik dapat berlansung dengan
baik.
Kendala yang ketiga yakni peserta didik masih belum mengerti kalimat sederhana
menggunakan bahasa Inggris hal ini terjadi karena dalam pengembangan kurikulum 2013
khususnya tentang penghapusan mata pelajaran bahasa inggris sebagai muatan lokal.
Penghapusan ini mengakibatkan ketidak jelasan posisi bahasa inggris untuk tingkat SD
sehingga terjadi perbedaan isi pelajaran antara sekolah satu dan yang lain. Pengembangan
kurikulum 2013 yang memperhatikan kondisi peserta didik dan guru serta yang sesuai
dengan kebutuhan kemajuan jaman sekarang menjadi sangat penting sehingga kurikulum
pendidikan menjadi benar-benar efektif dan membawa dampak yang positif khususnya bagi
peserta didik dan dunia pendidikan yang lebih baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian praktik mengajar penulis melaksanakan kegiatan pembelajaran
sudah sesuai dengan RPP. Peserta didik memiliki antusias yang tinggi, karena belajar bahasa
Inggris baru pertama kali diajarkan. Akan tetapi penulis mengalami kendala pada saat proses
pembelajaran, yakni kendala mengenai arakteristik anak pada kelas 1 sebagian besar
fokusnya mudah teralihkan, tidak bisa diam di tempat duduk, saling mengejek dan berkelahi
sampai menangis, hal ini akan menghambat proses pembelajaran. Kendala kedua yakni
mengenai sarana dan prasarana yang kurang memadai, pada awalnya penulis akan
menggunakan media pembelajaran audiovisual menggunakan proyektor, tetapi pada saat
pelaksanaan praktik mengajar tidak dapat terealisasikan, karena pihak sekolah hanya
memiliki 1 proyektor dan sedang digunakan oleh guru. Kendala yang ketiga yakni peserta
didik masih belum mengerti kalimat sederhana menggunakan bahasa Inggris karena pada
kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa Inggri dihapuskan menjadi muatan lokal,
penghapusan pelajaran bahasa inggris pada jenjang pendidikan dasar menjadi kurang tepat
karena didunia yang sudah semakin terglobalisasi ini penguasaan terhadap bahasa inggris
menjadi sangat penting untuk bisa bersaing dengan masyarakat dunia. Oleh karena itu
pembelajaran bahasa Inggris sedini mungkin menjadi penting untuk membekali peserta didik
tingkat dasar agar memiliki dasar bahasa Inggris untuk belajar ditingkat pendidikan yang
lebih tinggi.
DAFTAR RUJUKAN
Brown, H. Douglas, Principles of Language Learning and Teaching, New
Jersey: Prentice Hall Regents, 2007.
Dunn, Opal. (1983), Beginning English With Young Children, the Macmillan
Press Limited, London.
8
[Nama Penulis]/[Judul Artikel]/[Hal]