Anda di halaman 1dari 13

ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No.

1, April 2013

PENGGUNAAN ENGLISH AS MEDIUM OF INSTRUCTIONS (EMI) DAN


KONSEKUENSINYA TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN DITINJAU
DARI PERSEPSI SISWA
Luh Putu Artini
Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Pendidikan Ganesha
e-mail: lpartini_undiksha@co.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjelaskan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
(EMI) di kelas, bagaimana persepsi guru dan siswa tentang penggunaan bahasa tersebut
dan konsekuensinya terhadap proses pembelajaran. Data dikumpulkan dari empat sekolah
menengah atas unggulan di Bali melalui rekaman penggunaan bahasa di kelas, kuesioner
persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris dan wawancara. Data
dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya komitmen dari
guru dan siswa untuk menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dalam proses
pembelajaran walaupun baik guru maupun siswa memiliki keterbatasan dalam hal
penguasaan bahasa asing tersebut. Data persepsi menunjukkan bahwa guru secara umum
kurang percaya diri dalam menggunakan bahasa asing tersebut dalam proses
pembelajaran. Secara konsisten siswa merasa bahasa Inggris yang digunakan oleh guru
dalam mengajar kurang jelas. Sebagai kosekuensinya siswa mengalami kesulitan
memahami pelajaran dan pengerjaan tugas-tugas. Penelitian ini memberikan bukti empiris
tentang perlunya peninjauan kebijakan tentang pendidikan bilingual dalam konteks
pendidikan formal di Indonesia.

Kata kunci: English as medium of instructions, konsekuensi, persepsi siswa

Abstract
This study aims at discussing the use of English as medium of instructions (EMI) in classes,
how teachers and students perceive the use of it and what the consequences are to the
teaching and learning process. Data were collected from four reputable senior high schools
in Bali through recording the classroom language, questionnaires to collect data on
WHDFKHUV¶ DQG VWXGHQWV¶ SHUFHSWLRQV DERut the use of English as medium of instructions, and
interview. The data were analyzed descriptive qualitatively. The findings indicate
commitment of both teachers and students to use as much English as they possibly can
despite their limitation in English. From perception data, it can be concluded that teachers
were generally lack of confidence to use the foreign language in the process of teaching and
OHDUQLQJ &RQVLVWHQWO\ VWXGHQWV SHUFHLYH WHDFKHUV¶ XVH RI (QJOLVK ZDV XQFOHDU 7KH
consequence was that students found it hard to understand the lesson and to do the tasks.
This research provides empirical evidence for the need to reconsider government policy on
bilingual education in public schools in Indonesia.

Key words: English as medium of LQVWUXFWLRQV FRQVHTXHQFH VWXGHQWV¶ SHUFHSWLRQV

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 166


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

PENDAHULUAN tentang dampak penggunaannya sudah


Sejak dimulainya reformasi di dilakukan, tetapi penelitian yang terfokus
bidang pendidikan pada tahun 2002, pada persepsi guru dan siswa serta
wacana peningkatan kualitas pendidikan konsekuensi penggunaan EMI di sekolah-
menjadi isu strategis di Indonesia. Salah sekolah di Bali belum banyak dilakukan
satu kebijakan pemerintah yang dituangkan orang.
melalui UUSPN 20/2003, pasal 50 ayat 3 Secara khusus penelitian ini
adalah menyelenggarakan program bertujuan untuk: (1) membahas penggunaan
pendidikan sekolah yang berorientasi EMI di sekolah-sekolah unggulan di Bali, (2)
internasinal yang mana salah menjelaskan bagaimana persepsi guru dan
satu penandanya adalah penggunaan siswa tentang penggunaan bahasa asing
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar tersebut, serta (3) mendeskripsikan apa
atau English as Medium of Instruction, atau konsekwensi penggunaan EMI terhadap
selanjutnya disebut EMI. Tujuan dari proses belajar ditinjau dari persepsi siswa.
kebijakan ini adalah mewujudkan manusia Dalam konteks penelitian ini, kata persepsi
Indonesia yang cerdas dan kompetitif didefinisikan sebagai cara pandang dan
secara internasional, yang mampu bersaing pemahaman terhadap sesuatu (orang,
dan berkolaborasi secara global (Depdiknas, situasi atau kejadian) yang didasari oleh
2006:4-5). pengalaman dan pendapat pribadi (personal
Penggunaan EMI bisa dikatakan opinion) sebagaimana yang dijelaskan oleh
sebagai usaha pembaharuan di bidang Banya & Cheng (1997). Sementara itu,
pembelajaran yang menargetkan µNHODV¶ \DQJ GLPDNVXG GDODP SHQHOLWian ini
pencapaian dua tujuan sekaligus (Crandall, adalah kelas-kelas dalam mata pelajaran
1998). Kedua tujuan tersebut adalah: (1) Matematika dan Sains di SMA unggulan,
kompetensi pada konten bidang studi yaitu SMA yang menjadi pelopor
(subject competence) dan (2) kompetensi penyelenggara program RSBI sebelumnya.
bahasa (language competence). Berbagai Penelitian ini dilakukan karena adanya
upaya telah dilakukan pemerintah dalam fenomena semakin banyaknya sekolah dari
mendukung kebijakan sekolah unggulan semua jenjang, baik negeri maupun swasta
berorientasi internasional ini. Upaya yang menggunakan EMI di kelas dewasa ini.
tersebut lebih menyasar guru, yang meliputi
kesempatan meningkatkan kualifikasi, in EMI dalam Proses Pembelajaran
service training, peningkatan kualitas dan Bahasa pengantar dalam proses
kuantitas sarana dan prasarana pembelajaran di kelas sangatlah penting
pembelajaran serta pembinaan dan (Martin, 2003; Saeed & Jarwar, 2012).
pendampingan guru dalam implementasi Penggunaan bahasa pengantar
kurikulum. Dalam kegiatan mengajar yang berhubungan langsung dengan proses dan
menggunakan EMI, sekolah memiliki strategi hasil belajar karena guru sebagai fasilitator
yang berbeda-beda. Sebuah sekolah pembelajaran memiliki tanggung jawab
mungkin memilih strategi pendampingan mengantarkan peserta didik pada
guru oleh dosen perguruan tinggi, sekolah pencapaian kompetensi melalui bahasa
lain mungkin memilih model team teaching lisan maupun tulisan yang dipakai pada saat
atau pendampingan oleh tenaga ahli baik menjelaskan, memberi instruksi dan
dari dalam maupun luar negeri. Upaya ini feedback, mengelola kelas, serta
dilakukan untuk menjamin pelaksanaan mengevaluasi hasil belajarnya. Bahasa
pembelajaran yang berkualitas dan yang digunakan tidak saja harus benar dan
berorientasi internasional. Trend sesuai dengan tingkat perkembangan
penggunaan EMI memang sudah mendunia bahasa peserta didik, tetapi juga harus
(Uys, dkk., 2007) dan berbagai penelitian merupakan bahasa yang dipahami dengan

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 167


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

baik oleh siswa (Baker, 1988). Sejalan berbahasa Inggris yang rendah pada guru
dengan ini, Artini (2011) menyatakan bahwa bisa diramalkan memiliki konsekwensi
apabila guru menggunakan bahasa di luar negative terhadap hasil belajar
jangkauan berbahasa peserta didik, bisa sebagaimana yang disampaikan oleh
dipastikan akan terjadi masalah dalam Crandall, (1998:18):
pembelajaran. Siswa menjadi kurang ³Learners may fail to understand
mampu menangkap pesan atau memahami academic concepts through the language
informasi yang disampaikan oleh gurunya. they are still learning because their
Lebih jauh, Coleman (2010) menegaskan subject content teachers are incapable of
bahwa penggunaan bahasa yang kurang DVVLVWLQJ WKHP WR GR VR´
dipahami peserta didik sebagai bahasa
pengantar dalam pembelajaran di sekolah (Pebelajar mungkin akan gagal memahami
sebenarnya merupakan penghambat bagi konsep akademis yang diajarkan dengan
kemajuan belajar siswa. bahasa yang sedang mereka pelajari karena
Dalam era globalisasi sekarang ini, guru tidak akan mampu mengajarkan konten
bahasa Inggris sudah menjadi lingua franca sambil membantu mereka belajar bahasa).
dalam kancah pergaulan internasional. Saat Pendapat ini mempertegas pentingnya
ini ada sekitar 479 juta orang penutur asli pemilihan bahasa pengantar yang tepat
bahasa Inggris, dan lebih dari 700 juta dalam mengajar.
adalah orang yang bisa berbahasa Inggris
sebagai bahasa kedua maupun bahasa METODE
asing (Nationmaster, 2010). Angka itu Penelitian ini adalah penelitian
memiliki kecendrungan peningkatan yang deskriptif kualitatif yang terfokus pada
tajam mengingat semakin banyaknya análisis wacana kelas (classroom discourse
sekolah yang memasukkan bahasa Inggris analysis), persepsi guru dan siswa terhadap
dalam kurikulum mereka. Demikian penggunaan EMI dan konsekuensinya
pentingnya posisi bahasa Inggris sekarang terhadap proses pembelajaran. Subjek
ini sehingga bahasa ini sangat diperlukan penelitian adalah 16 orang guru (terdiri dari
dalam berbagai bidang kehidupan seperti masing-masing 4 orang guru Matematika,
misalnya pendidikan, pekerjaan maupun Biologi, Fisika dan Kimia) dan 80 orang
sosial sebagaimana yang tercantum pada siswa (masing-masing 20 orang) dari empat
kutipan berikut ini., SMA unggulan di Bali.
³(QJOLVK WDNLQJ XS VXFK DQ LPSRUWDQW Ada tiga metode dan instrumen
position in many educational systems pengumpulan data yang digunakan dalam
around the world, it has become one of penelitian ini yaitu: observasi kelas untuk
WKH PRVW SRZHUIXO« +RDUH -RKQVRQ mendapat data tentang penggunaan bahasa
´ Inggris sebagai bahasa pengantar (melalui
perekaman audio), penyebaran angket
Kutipan di atas menekankan bahwa Bahasa untuk mendapat data tentang persepsi guru
Inggris tidak hanya penting tetapi sudah dan siswa tentang penggunaan EMI
PHQMDGL EDKDVD \DQJ SDOLQJ µNXDW¶ powerful) (menggunakan kuesioner), dan wawancara
dan dipakai dalam sistem pendidikan di untuk mendapat data persepsi siswa
seluruh dunia. Akan tetapi penggunaan EMI tentang konsekuensi penggunaan bahasa
harus mempertimbangkan kemampuan Inggris sebagai bahasa pengantar (dengan
bahasa Inggris dari guru dan siswa. menggunakan pedoman wawancara
Berdasarkan pengamatan awal di sekolah- terstruktur).
sekolah unggulan di Bali ditemukan bahwa Analisis data dilakukan secara
baik guru maupun siswa masih dalam tahap deskriptif kualitatif dimana penggunaan
belajar bahasa Inggris. Kemampuan bahasa disimpulkan dari frekuensi

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 168


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

berbahasa Inggris yang dihitung dari yang diteliti memiliki persepsi positif tentang
kekerapan penggunaan ujaran-ujaran lisan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
bahasa Inggris yang digunakan oleh guru pengantar. Mereka menganggap bahwa ada
selama proses belajar mengajar di kelas. manfaat ganda dari penggunaan bahasa
Persepsi guru dan siswa didapatkan melalui asing tersebut bagi siswa, yaitu belajar
perhitungan prosentase respon mereka bahasa dan sekaligus konten sebagaimana
terhadap butir-butir kuesioner, sementara yang dikemukan oleh Crandall (1998).
konsekuensi penggunaan bahasa Inggris di Masing-masing guru menunjukkan
kelas (EMI) didapat melalui triangulasi keseriusan dalam mengampu proses
angket persepsi siswa an wawancara. pembelajaran dengan menggunakan
bahasa Inggris sebanyak yang mereka bisa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini ditunjukkan oleh frekuensi
Penggunaan EMI di kelas Matematika penggunaan bahasa Inggris yang berbeda.
dan Sains Rerata frekuensi penggunaan bahasa di
Secara umum guru-guru keempat SMA unggulan yang diteliti bisa
Matematika dan Sains dari keempat SMA dirangkum sebagai berikut:

Table 01: Rerata Proporsi Penggunaan Bahasa oleh Guru Matematika dan Sains di empat SMA
Unggulan dalam satu kali pertemuan
No. Guru Total jml Jumlah ujaran Jumlah ujaran Jumlah ujaran (%)
ujaran (%) dalam (%) dalam kombinasi antara
bahasa Inggris bahasa bahasa Indonesia
Indonesia dan Inggris
1. Matematika 508 250 (49,2%) 228 (44,9%) 30 (5,9%)
2. Kimia 718 237 (32,9%) 321 (44,7%) 161 (22,4%)
3. Biologi 716 234 (33%) 387 (54%) 93 (13%)
4. Fisika 850 616 (72,5%) 209 (24,6%) 25 (2,94%)
TOTAL 2792 1338 (47,9%) 1145 (41%) 309 (11%)
(100%)

Berdasarkan data yang disajikan bahasa pengantar sehingga mereka


dalam tabel di atas terlihat bahwa guru sanggup berbahasa Inggris secara dominan
Fisika menggunakan bahasa Inggris dengan pada kegiatan pembelajaran di kelas.
proporsi tertinggi yaitu 72,5% dan yang Sementara itu guru Kimia dan Biologi
terendah adalah Kimia dan Biologi (33%). menyatakan bahwa mereka tidak yakin bisa
Terlepas dari kualitas bahasa Inggris yang berbahasa Inggris dengan baik sehingga
dipakai oleh guru, frekuensi penggunaan tidak mengherankan kalau mereka tidak
yang tinggi menunjukkan upaya yang keras banyak menggunakan bahasa Inggris dalam
dari guru untuk berbahasa Inggris saat mengajar.
mengajar. Hasil wawancara menunjukkan Tabel di atas juga menunjukkan
bahwa guru Matematika dan Sains yang bahwa, hampir sama dengan guru Biologi
diteliti umumnya tidak merencanakan dan Kimia, guru Matematika tidak banyak
sebelumnya proporsi target penggunaan berbicara dalam bahasa Inggris. Dari empat
bahasa melainkan berusaha untuk kelas yang direkam, jumlah ujaran yang
menggunakan bahasa Inggris sebanyak- dihasilkan oleh empat guru Matematika di
banyaknya. Guru Fisika mungkin memiliki empat sekolah hanya 508. Jadi rata-rata
rasa percaya diri yang tinggi dalam seorang guru matematika berbicara 127
menggunakan bahasa Inggris sebagai ujaran selama 2x45 menit. Dengan kata lain

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 169


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

guru lebih banyak mengalokasikan waktu mereka menggunakan bahasa Inggris saat
bagi siswanya untuk mengerjakan tugas. mengajar, sesungguhnya mereka belum
Sementara itu satu orang guru Fisika percaya diri dengan ucapan mereka dalam
menghasilkan 212,5 ujaran selama 2 jam berbahasa Inggris.
pelajaran dimana 159,4 di antaranya Di balik ketidakyakinan para guru
dengan bahasa Inggris. terhadap kemampuan berbahasa Inggris,
semua guru menyatakan bahwa mereka
Persepsi Guru tentang Kemampuan menggunakan strategi khusus untuk
Berbahasa Inggris mengatasi keterbatasan yang mereka miliki
Hasil analisis kuesioner persepsi 16 dalam menggunakan bahasa Inggris. Pada
guru yang diteliti menunjukkan bahwa 50% saat tiba-tiba tidak tahu suatu kata dalam
guru merasa memiliki kemampuan dan bahasa Inggris, guru menggunakan strategi
kepercayaan diri yang cukup dalam yang bervariasi, misalnya: (1) mengganti
menggunakan EMI dan sebagian lainnya kata-kata bahasa Inggris yang mereka tidak
merasa tidak yakin jika mereka selalu bisa ketahui dengan bahasa Indonesia, (2)
menggunakan bahasa Inggris untuk meminta tolong kepada siswanya, (3)
mengajar. Prosentase seperti ini juga berbicara pelan dan mengulangi apa yang
muncul pada pernyataan yang berhubungan dikatakan, serta (4) mencari kata yang tidak
dengan dampak kemampuan berbahasa diketahui di kamus. 75% guru menyatakan
mereka terhadap pemahaman siswa. Hanya bahwa mereka melakukan upaya
separuh guru merasa yakin bahwa siswa memotivasi siswa untuk meningkatkan
bisa memahami penjelasan mereka yang bahasa Inggrisnya disamping memotivasi
menggunakan bahasa Inggris saat diri sendiri untuk berani menggunakan
mengajar. bahasa Inggris untuk mengajar. Guru
Data tentang persepsi guru tersebut merasa yakin bahwa keberanian ini
mengisyaratkan bahwa setelah berdampak terhadap motivasi peserta didik
melaksanakan pembelajaran dengan untuk mengembangkan kemampuan
bahasa Inggris selama bertahun-tahun, menggunakan bahasa asing tersebut.
masih banyak guru yang belum merasa
yakin dengan kemampuan bahasa Persepsi Siswa tentang Bahasa Inggris
Inggrisnya. Hasil analisis data menunjukkan sebagai bahasa Pengantar
75% dari guru Matematika dan Sains Analisis terhadap hasil kuesioner
merasa tidak yakin bahwa siswa mereka yang dibagikan kepada 80 siswa di kelas
tidak akan menemukan kesulitan dalam Matematika dan Sains di empat SMA
memahami penjelasan dalam bahasa unggulan menghasilkan temuan berupa
Inggris. Selanjutnya, semua guru merasa persepsi mereka tentang penggunaan
tidak yakin jika mereka mampu melafalkan bahasa Inggris sebagaimana yang
kata-kata bahasa Inggris dengan baik. Ini ditampilkan pada tabel berikut.
berarti guru menyadari bahwa meskipun

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 170


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

Tabel 02: Persepsi Siswa terhadap Penggunaan EMI


NO. Indikator Respon siswa (%)

1 Perasaan pada saat guru Sangat Senang Biasa saja Tidak


mengajar menggunakan EMI senang (27.40 %) (53.42 %) senang
(6.76 %) (13.67 %)
2 Kemampuan dalam mengikuti Sangat Mampu Kurang Tidak
pelajaran dengan mampu (65.75 %) mampu mampu
menggunakan EMI ( 6.85 %) (26.03 %) (1.37 %)
3 Kesan tentang penggunaan Sangat Menarik Kurang Tidak
EMI oleh guru menarik (64.36 %) menarik menarik
(10.96 %) (13.67 %) (10.96 %)
4 Kejelasan perkataan atau Sangat Jelas Kurang Tidak
penjelasan guru ketika jelas (24.46 %) jelas jelas
menggunakan EMI (1.37 %) (49.36 %) (26.03 %)
5 Kesulitan dalam memahami Sangat Sering Kadang- Tidak
penjelasan guru ketika sering (24.66 %) kadang pernah
menggunakan EMI (15.07 %) (57.53 %) (2.74 %)

Sebagaimana yang terlihat pada bekerja keras untuk memelihara perasaan


tabel 03 di atas, hanya sekitar 34% dari bersemangat (feeling of enthusiasm) peserta
siswa yang diteliti merasa senang dengan didik dalam rangka mengoptimalisasi
digunakannya EMI di kelas. Walaupun kualitas dan hasil belajar. Data
sebagian besar siswa menganggap bahwa menunjukkan bahwa di mata siswa, guru
pembelajaran dengan EMI itu menarik, tidak memiliki kemampuan berbahasa
tetapi 75,39% siswa mengatakan bahwa Inggris yang cukup memadai untuk
penjelasan guru kurang atau tidak jelas. menyelenggarakan proses belajar dan
Selain itu sekitar 53% siswa beranggapan mengajar dalam bahasa Inggris. Hal ini
bahwa penggunaan bahasa Inggris tidak sesuai dengan hasil penelitian Pena
ada istimewanya (biasa saja). Pendidikan 2009 dalam Sultan, dkk. (2012)
yang menemukan bahwa profisiensi
Konsekuensi Penggunaan EMI terhadap berbahasa guru Matematika dan Sains di
Proses Pembelajaran Indonesia sangat rendah yang dibuktikan
Kuesioner persepsi siswa dan dengan hasil TOEFL yang sangat rendah.
wawancara mengantarkan pada temuan Sundusiyah (2010) dan Kustulasari (2009)
tentang beberapa konsekuensi penggunaan seperti yang dikutip dalam Sultan, dkk.
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. (2012) juga menemukan bahwa sebagian
Pertama, dari persepsi siswa bahwa terbesar guru-guru RSBI yang diteliti
pembelajaran dengan bahasa Inggris tidak memiliki kemampuan berbahasa Inggris
ada istimewanya (biasa saja) menunjukkan yang rendah. Jadi bisa dibayangkan
bahwa siswa kurang tertantang untuk pengalaman belajar seperti apa yang
bersemangat dalam belajar di kelas. dialami siswa apabila penggunaan EMI di
Padahal sesungguhnya semangat kelas kurang efektif. Siswa kemungkinan
(enthusiasm) dalam belajar sangat penting mengalami kebingungan dalam memahami
untuk menciptakan suasana belajar yang konten pembelajaran akibat tidak jelasnya
kondusif yang berdampak terhadap bahasa yang digunakan oleh guru.
peningkatan kualitas belajar. Untuk itu, Dari data respon siswa terhadap
menurut Brewster, dkk. (2007), guru harus SHUWDQ\DDQ ´$SDNDK NDPX PHQJDODPL

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 171


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

kesulitan dalam memahami penjelasan guru mereka berusaha belajar sendiri untuk
PHQJJXQDNDQ (0,"´ PHQJDWDNDQ meningkatkan kemampuan berbahasa
bahwa mereka kadang-kadang sulit Inggris tersebut.
PHPDKDPL .DWD ¶NDGDQJ-NDGDQJ¶ PHPDQJ Temuan di atas menyisakan
relatif, tetapi yang jelas siswa tidak selalu beberapa pertanyaan besar tentang
bisa memahami penjelasan guru dengan penggunaan EMI di SMA unggulan.
mudah. Biasanya siswa di sekolah unggulan dipilih
Dari semua temuan tentang secara ketat dengan kriteria yang jelas.
penggunaan EMI oleh guru Matematika dan Salah satu kriteria adalah kemampuan
Sains, ada satu poin positif dimana siswa berbahasa Inggris dan prestasi belajar
merasa tertantang untuk lebih meningkatkan Matematika dan Sains. Jadi dengan
bahasa Inggrisnya. Ini bisa dilihat dari demikian, sebelum memulai pendidikan di
temuan bahwa 79,55% siswa merasa SMA unggulan, siswa sebenarnya telah
penggunaan bahasa Inggris di kelas PHPLOLNL ¶EHNDO¶ \DQJ FXNXS XQWXN PHQJLNXWL
berpengaruh terhadap penguasaan bahasa kelas yang menggunakan EMI karena telah
Inggris mereka secara umum. Hal ini sudah dinilai layak untuk diterima berdasarkan nilai
tentu perlu penelitian lebih lanjut, pada background knowledge serta bahasa Inggris
ketrampilan berbahasa yang mana yang semestinya sudah di atas rata-rata.
peningkatan penguasaan berbahasa Inggris Pada kenyataannya, siswa menghadapi
tersebut paling dominan. Menurut Arkoudis masalah dalam proses pembelajaran yang
(2003), guru memiliki peran utama dalam menggunakan EMI. Masalah terutama
peningkatan berbahasa siswanya, yang diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan
meliputi pengetahuan dan ketrampilan guru dalam menggunakan bahasa Inggris,
mendengar, berbicara, menulis dan apalagi untuk mengajar mata pelajaran yang
membaca. Demikian juga perlu diteliti memang tergolong sulit dari segi
apakah peningkatan penguasaan bahasa konsep.Analisis terhadap kuesioner yang
Inggris terjadi akibat bahasa yang ditriangulasi dengan data wawancara
digunakan oleh guru atau karena motivasi mengasilkan data sebagai berikut.
berprestasi mereka memang tinggi sehingga

Tabel 03. Persepsi Siswa terhadap penggunaan EMI dan konsekuensinya terhadap strategi
belajar
No Pernyataan Masalah Konsekuensi
1 Pilihan kata & 36,7% siswa Bahasa Inggris yang dipergunakan guru bagi
kalimat bahasa merasa pilihan sebagian besar siswa kurang bisa dimengerti
Inggris yang kata dan kalimat sebagai akibat dari pilihan kata maupun
digunakan oleh guru sulit konstruksi kalimat yang dipilih atau karena
guru dimengerti dan ucapan yang kurang jelas. Sebagai
50,68% merasa konsekuensinya, siswa merasa perlu untuk
biasa saja mereview pelajaran di kelas dengan cara
membaca kembali (belajar sendiri) atau
berkelompok, mengikuti les tambahan dari
guru atau dari bimbingan belajar.
2 Kesulitan dalam 28,77% siswa Kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang
mengerjakan soal merasa sering harus dikerjakan di dalam kelas maupun
atau tugas yang mengalami sebagai pekerjaan rumah dialami siswa
menggunakan kesulitan karena guru kurang mampu menjelaskan
bahasa Inggris mengerjakan maksud dari tugas tersebut atau apa yang

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 172


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

tugas dalam diharapkan oleh guru dari sebuah tugas.


bahasa inggris Walaupun kesulitan semacam ini tidak selalu
dan 63% merasa terjadi, tetapi menyebabkan kebingungan
kadang-kadang siswa pada saat itu terjadi. Konsekuensinya
sulit. adalah siswa bertanya kepada temannya
atau mereka mengerjakan tugas sesuai
dengan interpretasinya. Siswa lebih
berorientasi pada penyelesaian tugas dari
pada kualitas tugas.
3 Komunikasi 42,47% siswa Siswa memiliki persepsi yg berimbang
antara guru dan merasa tentang apakah komunikasi antara guru dan
siswa ketika komunikasi siswa lancar atau tidak. Ini bisa dipahami
kegiatan belajar dengan bahasa karena ada kemungkinan siswa memiliki
mengajar Inggris di kelas GHILQLVL µODQFDU¶ \DQJ EHUEHGD %DJL VHEDJLDQ
berlangsung lancar dan 38% siswa lancar berarti guru bisa berbicara
mengatakan tanpa keraguan, dengan kecepatan normal
kurang lancar seperti saat orang berbicara dalam konteks
sehari-hari. Sementara itu sebagian siswa
menganggap kelancaran harus disertai
dengan kejelasan makna yang disampaikan
yang diimbangi dengan respon dari siswa.
Jadi, lancar atau tidaknya komunikasi di
kelas ditentukan oleh komunikasi antara guru
dan siswa dan juga antara siswa dan guru.
Konsekuensi dari kurang lancarnya
komunikasi antara kedua belah pihak adalah
siswa lebih memilih untuk bertanya kepada
temannya dari pada bertanya pada guru.
Kadang-kadang siswa harus
menginterpretasikan makna atau maksud
guru ketika menjelaskan maupun penugasan
karena mereka enggan untuk bertanya atau
meminta penjelasan kembali dari guru.
4 Kemampuan 64,38% siswa Sebagian besar siswa merasa mampu
merespon merasa mampu merespon instruksi guru dalam bahasa
instruksi guru merespon Inggris. Instruksi yang dimaksud adalah
dalam bahasa instruksi guru perintah atau suruhan dengan bahasa
Inggris dalam bahasa ,QJJULV VHSHUWL PLVDOQ\D ³Who can answer
Inggris dan 33% TXHVWLRQ " :KR KDYH DQLPDO DW KRPH"´
merasa kurang Pertanyaan-pertanyaan seperti ini adalah
mampu. bahasa kelas (classroom language) yang
terjadi secara rutin di kelas sehingga siswa
sebenarnya tidak memiliki kesulitan untuk
memahami maupun merespon dengan
bahasa Inggris sederhana. Banyak siswa
yang menyatakan kurang mampu merespon
karena ada interpretasi yang berbeda
tentang apa yang dimaksud dengan instruksi
dalam bahasa Inggris. Mereka menganggap

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 173


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

semua pertanyaan yang diajukan guru dan


harus dijawab dalam bahasa Inggris sebagai
instruksi sehingga banyak yang mengatakan
kurang mampu menjawab instruksi guru
dalam bahasa Inggris. Kosekuensinya
adalah siswa yang merasa kurang mampu
menjadi kurang aktif dalam kegiatan di kelas.
Mereka berusaha agar tidak ditunjuk oleh
guru untuk menjawab pertanyaan.
5 Pengaruh 79,55% siswa Bagi sebagian besar siswa, penggunaan
penggunaan EMI merasa bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
terhadap penggunaan EMI berpengaruh terhadap kemampuan
penguasaan bhs berpengaruh berbahasa Inggris mereka. Ketidakpahaman
Inggris terhadap mereka membuat mereka mempelajari
kemampuan sendiri materi yang ditulis dalam dua bahasa
berbahasa Inggris (bilingual) sehingga secara tidak langsung
dan 21% merasa mereka juga mempelajari bahasa Inggris
kurang yang digunakan. Sebagian kecil siswa
berpengaruh menganggap bahwa bahasa Inggris sebagai
bahasa pengantar tidak berpengaruh pada
bahasa Inggris mereka. Hal ini diakibatkan
oleh monotonnya bahasa kelas yang
digunakan oleh guru sehingga tidak ada hal
baru yang mereka rasakan dari segi
penggunaan bahasa Inggris.
Konsekuensinya adalah siswa menjadi
kurang bersemangat dalam proses
pembelajaran.

Data di atas menunjukkan bahwa tidak jelas. Pada saat hal ini terjadi, siswa
ada keterkaitan antara persepsi siswa memilih untuk bertanya kepada teman
tentang penggunaan EMI dengan proses sekelasnya dari pada bertanya kepada guru.
pembelajaran di kelas. Sebagai contoh, Hal ini juga berdampak pada proses
berdasarkan hasil wawancara terungkap pembelajaran dimana siswa mengerjakan
bahwa siswa selalu berusaha untuk tugas berdasarkan interpretasi mereka
mempelajari kembali materi yang mereka terhadap task requirement atau tagihan
dapat di kelas di rumah. Hal ini yang diminta guru. Pada akhirnya siswa
berhubungan dengan kurang jelasnya lebih mengutamakan penyelesaian tugas
pembelajaran di kelas sebagai akibat dari daripada belajar dari tugas. Selain itu pola
kurang bagusnya bahasa Inggris guru untuk interaksi yang dominan adalah interaksi
mengajar. Jadi ketidakjelasan bahasa guru guru-siswa dimana frekuensi guru berbicara
dalam mengajar memiliki konsekuensi kepada siswa jauh lebih tinggi daripada
kurang aktifnya siswa di dalam kelas karena frekuensi siswa berbicara kepada guru. Hal
mereka lebih memilih untuk mengulangi ini diakibatkan oleh kendala bahasa baik
belajar di rumah, baik dengan membaca dari pihak guru maupun siswa. Jadi proses
sendiri maupun ikut bimbingan belajar pembelajaran di kelas berjalan secara
ataupun les privat. klasikal dimana guru memegang peran
Pada saat penugasan di dalam dominan (teacher-centered learning)
kelas, penjelasan guru juga kadang-kadang

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 174


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

Hasil penelitian ini berujung pada menggunakan bahasa Inggris sebagai


beberapa pertanyaan besar yaitu, (1) bahasa pengantar di kelas, mereka
Apakah prestasi belajar siswa sekolah menunjukkan persepsi positif terhadap
unggulan diakibatkan oleh kemampuan guru dampak penggunaan bahasa tersebut
dalam mengajar dengan menggunakan EMI terhadap peningkatan pencapaian belajar
atau memang karena motivasi siswa untuk dan kemampuan berbahasa Inggris siswa.
belajar memang tinggi?, (2) Apakah Pendapat ini dipengaruhi oleh pemahaman
peningkatan kemampuan berbahasa Inggris guru tentang tujuan yang telah dicanangkan
siswa di sekolah unggulan memang oleh pemerintah dalam UUSPN 20/2003,
merupakan dampak langsung dari pasal 50 ayat 3 tentang Rintisan Sekolah
penggunaan bahasa Inggris oleh guru di Berstandar Internasional (RSBI). Hasil
kelas atau merupakan dampak tidak review pelaksanaan RSBI yang mengikuti
langsung karena siswa berusaha belajar kurikulum pendidikan bilingual telah
sendiri di rumah sebagai akibat kurang dianggap telah gagal (The Jakarta Post,
jelasnya penjelasan guru? January 09, 2013). Penelitian ini, yang
Sesungguhnya apabila kemampuan dilakukan sebelum keputusan Mahkamah
berbahasa Inggris siswa dan guru memadai Institusi tentang penghapusa RSBI
dalam proses pembelajaran, bisa dilakukan, telah menunjukkan bahwa
diharapkan prestasi belajar dan kemampuan sebagian terbesar guru (75%) tidak yakin
berbahasa Inggris siswa akan meningkat kalau siswa mereka tidak akan mengalami
(Bostwick, 2005). Bahkan menurut Seikkula- kesulitan dalam memahami pembelajaran
Leino (2007), penggunaan bahasa Inggris yang mereka laksanakan dengan bahasa
sebagai bahasa pengantar tidak akan Inggris. Dengan kata lain, mereka sudah
mengganggu penggunaan bahasa pertama bisa meramalkan bahwa siswa kemungkinan
(Bahasa Indonesia) siswa. Ini disebabkan besar akan mengalami kesulitan dalam
oleh adanya fenomena diglossia dimana memahami penjelasan mereka yang
siswa secara tidak sadar membangun menggunakan bahasa Inggris. Gambaran
kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam persepsi guru seperti ini menunjukkan
situasi yang berbeda yaitu: menggunakan bahwa penggunaan bahasa Inggris sebagai
bahasa pertama (bahasa Indonesia) dalam bahasa pengantar berangkat dari
kehidupan sehari-hari dan bahasa Inggris ketidakyakinan guru tentang efektifitas
dalam suasana akademis di sekolah. pembelajaran karena mereka merasa
Sayangnya penelitian ini menunjukkan kurang percaya diri dengan kemampuan
lemahnya bahasa Inggris guru dan siswa berbahasa Inggris mereka. Hal ini bisa
sehingga besar kemungkinan pencapaian dipahami karena dari riwayat pendidikan
tujuan yaitu peningkatan pencapaian hasil para guru Matematika dan Sains, mereka
belajar konten dan bahasa Inggris sulit tidak memiliki latar belakang bahasa Inggris
untuk tercapai. yang memadai untuk menyelenggarakan
Secara singkat penelitian ini pembelajaran dalam bahasa asing tersebut.
memberi gambaran tentang penggunaan (2) Frekuensi penggunaan bahasa Inggris
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar sebagai bahasa pengantar bervariasi
(EMI) dan konsekuensi penggunaan tergantung dari jenis mata pelajaran dan
bahasa asing tersebut terhadap proses guru yang mengampu mata pelajaran
pembelajaran ditinjau dari persepsi siswa. tersebut. Dalam mata pelajaran Matematika
Dari respon guru terhadap kuesioner misalnya, proporsi kelihatan berimbang
persepsi bisa dirangkum beberapa hal antara penggunaan bahasa Inggris dan
sebagai berikut: Bahasa Indonesia. Namun demikian, pada
(1) Walaupun sebagian besar guru mata pelajaran Fisika, bahasa Inggris
menyadari kekurangmampuan digunakan dengan frekuensi yang jauh lebih

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 175


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

tinggi dari penggunaan bahasa Indonesia. berbeda tergantung dari kemampuan


Temuan ini menunjukkan bahwa setiap guru berbahasa Inggris masing-masing guru. (2).
berusaha menggunakan bahasa Inggris DGD ¶NRQVLVWHQVL¶ DQWDUD SHUVHSVL JXUX GDQ
semampunya tanpa mempertimbangkan siswa dalam hal penggunaan EMI dalam
latar belakang teori pembelajaran bilingual mata pelajaran Matematika dan Sains di
yang sesuai dengan tujuan atau target empat sekolah unggulan di Bali. Pada saat
pembelajaran. Padahal penggunaan bahasa guru menyatakan bahwa mereka kurang
pengantar yang tidak jelas dapat berakibat percaya diri dalam berbahasa Inggris, siswa
fatal terhadap hasil belajar siswa (lihat juga merasa bahwa bahasa Inggris guru
Crandall 1998:18 di atas). mereka kurang jelas atau tidak mudah
(3) Berdasarkan analisis data persepsi siswa dimengerti. Di satu pihak semua guru
ditemukan bahwa efektifitas penggunaan percaya akan dampak positif dari
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar penggunaan bahasa Inggris tersebut tetapi
dalam pembelajaran Matematika dan Sains di pihak lain hanya sebagian guru yang
di SMA unggulan di Bali bisa dikategorikan memiliki keyakinan dan rasa percaya diri
kurang efektif. Temuan ini disimpulkan dari bahwa mereka mampu mengajar dengan
persepsi siswa tentang kejelasan bahasa penggunaan EMI. Rendahnya kemampuan
Inggris yang digunakan guru untuk mengajar berbahasa guru menyebabkan kebingungan
yang dinilai masih kurang yang berpotensi pada siswa karena ketidakjelasan bahasa
menyebabkan kebingungan bagi siswa pengantar, baik dari segi penggunaan kata
dalam pemahaman materi. Selain itu siswa maupun pengucapannya. Hal ini tentu harus
mengalami kesulitan dalam mengerjakan mendapat perhatian yang serius karena
tugas-tugas yang dirancang oleh guru sebagaimana yang disebutkan sebelumnya,
karena instruksi yang diberikan kurang jelas. sebenarnya kualitas bahasa pengantar
Guru memiliki keterbatasan kemampuan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
mengungkapkan makna dalam bahasa siswa (Martin, 2003; Saeed & Jarwar,
Inggris yang efektif karena terbatasnya kata- 2012). (3) Ada keterkaitan antara persepsi
kata bahasa Inggris mereka dan kurangnya siswa dengan konsekuensi pengunaan EMI.
kemampuan mengucapkan kata-kata Menurut siswa, keterbatasan kemampuan
bahasa Inggris dengan tepat. Oleh sebab guru dalam menggunakan bahasa Inggris
itu, siswa merasa berkewajiban untuk memiliki konsekuensi terhadap proses
berusaha sendiri untuk memahami apa yang pembelajaran di kelas. Siswa menjadi
dimaksud oleh guru dengan cara kurang aktif, kurang bersemangat dan
mempelajari kembali di rumah materi yang memilih untuk bertanya kepada teman
mereka dapat di kelas. dibandingkan bertanya kepada guru. Selain
itu siswa memilih untuk mengulang
SIMPULAN pelajaran di rumah untuk memastikan
Penelitian bertujuan membahas mereka mengerti dengan materi yang
bagaimana penggunaan EMI di kelas,, diajarkan di kelas. Pemilihan bahasa kelas
menjelaskan bagaimana persepsi guru dan oleh guru juga cenderung monoton
siswa terhadap penggunaan EMI tersebut sehingga sebagai konsekuensinya, siswa
dan mendeskripsikan apa konsekwensi merasa bosan dan kurang termotivasi.
penggunaan EMI terhadap proses Demikian juga kurang jelasnya tugas-tugas
pembelajaran ditinjau dari persepsi siswa. yang diberikan menyebabkan siswa
Simpulan yang bisa ditarik berdasarkan mengutamakan penyelesaian tugas dari
tujuan tersebut adalah: (1). EMI digunakan pada kualitas tugas.
sebanyak/sesering mungkin oleh guru
dalam pembelajaran. Antara guru satu dan SARAN
lainnya memiliki frekuensi penggunaan yang Berdasarkan hasil penelitian

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 176


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

tersebut di atas bisa disarankan beberapa Bostwick, M. 2005. 'What is immersion?', in


hal sebagai berikut: (1) Untuk bisa memberi J Cohen, K.T. McAllister, K. Rolstad &
sebuah nilai plus terhadap kualitas output J. MacSwan (eds), ISB4: Proceedings
sekolah, penggunaan EMI bisa dikatakan of the International Symposium on
sebagai sebuah alternatif tetapi perlu Bilingualism, Cascadilla Press,
dimulai dengan penyiapan kondisi berupa Somerville MA, USA, pp. 1-4.
kemampuan berbahasa Inggris yang baik
Coleman, H. 2010. Teaching Learning in
dari guru dan siswa. (2) Dengan
Pakistan: The Role of Language in
dihapuskannya RSBI sekarang ini, KTSP
Education. retrieved on 11 Februari
masih menyediakan ruang bagi sekolah
2012.
untuk menyelenggarakan kelas khusus yang
menggunakan EMI tetapi harus dengan Crandall, J. 1998. Collaborate and
pertimbangan cerdas. Sekolah harus cooperate: Educator education for
memiliki pemahaman model kelas bilingual integrating language and content
yang sesuai dengan konteks sekolah dan instruction. Forum, 36:2.
menyesuaikan implementasi model tersebut
Depdiknas. 2007. Panduan
dengan kondisi dan potensi riil sekolah.
Penyelenggaraan Rintisan SMA
Bertaraf Internasional. Jakarta:
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Pembinaan Sekolah
Arkoudis, S. 2003. Teaching English as a
second language in Science classes: Menengah Atas

Incommensurate epistemologies? Language Depdiknas.2006. Menuju Pembangunan


Pendidikan Nasional Jangka Panjang
and Education, 17 (hal: 161-174).
2025. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Artini, L.P. (2011). Persepsi Guru dan Siswa Sekolah Menengah Atas
terhadap Penggunaan Bahasa Inggris
di Kelas Bilingual di Sekolah Dewaele, J.M., Alex Housen & Li Wei. 2003.
(eds) Bilingualism: Beyond Basic
Menengah Atas Berstatus RSBI di
Principles. Sydney: Multilingual
Bali. Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 17
Matters Ltd.
No.4, Februari 2011 (hal. 307-312).
Kompas.com 2 Juni, 2010. Penelitian RSBI:
Baker, C. 1988. Key Issue in Bilingualism
Bahasa Inggris bisa hambat
and Bilingual education, England:
µ.HPDMXDQ¶ (http://www.klubguru.com)
Multilingual Matters, Ltd.
Banya, K. and Cheng, M.A. 1997. Beliefs Martin, P. (2003). Bilingual Encounters in the
about Foreign Language Learning: A Classroom. In Dewaele, J.M., Alex
Housen & Li Wei (eds) Bilingualism:
Study of Beliefs of Teachers and
Beyond Basic Principles. Sydney:
6WXGHQWV¶ &URVVFXOWXUDO VHWWLQJ
Multilingual Matters Ltd.
(Paper presented at annual meeting
of the teachers of English to speakers Saeed, A. and Jarwar, A.Q. 2012. Impact of
other languages, Orlando, March 11- Medium of Instruction on Achievement
15, 1997). level of students at Higher Secondary
Stage in Hyderabad Region of Sindh.
Best, W.J. 1993. Research in Education,
In Interdisciplinary Journal of
New Jersay.USA.Brewster, J., G. Ellis
dan D. Girard. (2007). The Primary Contemporary Research in Business.
English Teacher Guide. Harlow: Vol. 4(4). August, 2012.
Pearson Education Ltd. Sultan, S., H. Borland, dan B. Eckersley.
(2012). English Medium Instruction

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 177


ISSN: 2303-2898 Vol. 2, No. 1, April 2013

(EMI) in Indonesian Public Junior High ----------- (2009). Kualitas Bahasa Inggris
6HFRQGDU\ 6FKRRO 6WXGHQW¶V Guru Sekolah Internasional Rendah.
language use, attitudes/ motivation Harian Suara Merdeka On-line, 26
and foreign language outcomes. In Juni 2009. http//www.suaramerdeka
tesol.org.au/files/224_Sultan .com
Seikkula-Leino, J 2007, 'CLIL learning: The Jakarta Post. January 09, 2013.
Achievement levels and affective Constitutional Court Brings End to Era
factors', Language and Education, vol. of RSBI Schools. Available on
21, no. 4. http://www.thejakartaglobe.com/educa
tion/Retrieved on February 17, 2013.
Tomlinson, B. (1990). µ0DQDJLQJ FKDQJH LQ
Indonesian high schools. Uys, M., J. van der Walt, R. van der Berg,
EnglishTeaching Journal. 44(1), 25- and S.Botha. (2007). English as
37. Medium of Instruction: a situation
analysis. South African Journal of
UNESCO. (2001). The Reform of Secondary
Education. Vol.27 (1) pp. 69-82.
Education in Indonesia during the
1990s: Improving Relevance and
Quality through Curriculum Decentra-
lisasion. [On-line].

Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora | 178

Anda mungkin juga menyukai