1, April 2013
Abstrak
Penelitian ini bertujuan menjelaskan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar
(EMI) di kelas, bagaimana persepsi guru dan siswa tentang penggunaan bahasa tersebut
dan konsekuensinya terhadap proses pembelajaran. Data dikumpulkan dari empat sekolah
menengah atas unggulan di Bali melalui rekaman penggunaan bahasa di kelas, kuesioner
persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan bahasa Inggris dan wawancara. Data
dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan adanya komitmen dari
guru dan siswa untuk menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dalam proses
pembelajaran walaupun baik guru maupun siswa memiliki keterbatasan dalam hal
penguasaan bahasa asing tersebut. Data persepsi menunjukkan bahwa guru secara umum
kurang percaya diri dalam menggunakan bahasa asing tersebut dalam proses
pembelajaran. Secara konsisten siswa merasa bahasa Inggris yang digunakan oleh guru
dalam mengajar kurang jelas. Sebagai kosekuensinya siswa mengalami kesulitan
memahami pelajaran dan pengerjaan tugas-tugas. Penelitian ini memberikan bukti empiris
tentang perlunya peninjauan kebijakan tentang pendidikan bilingual dalam konteks
pendidikan formal di Indonesia.
Abstract
This study aims at discussing the use of English as medium of instructions (EMI) in classes,
how teachers and students perceive the use of it and what the consequences are to the
teaching and learning process. Data were collected from four reputable senior high schools
in Bali through recording the classroom language, questionnaires to collect data on
WHDFKHUV¶ DQG VWXGHQWV¶ SHUFHSWLRQV DERut the use of English as medium of instructions, and
interview. The data were analyzed descriptive qualitatively. The findings indicate
commitment of both teachers and students to use as much English as they possibly can
despite their limitation in English. From perception data, it can be concluded that teachers
were generally lack of confidence to use the foreign language in the process of teaching and
OHDUQLQJ &RQVLVWHQWO\ VWXGHQWV SHUFHLYH WHDFKHUV¶ XVH RI (QJOLVK ZDV XQFOHDU 7KH
consequence was that students found it hard to understand the lesson and to do the tasks.
This research provides empirical evidence for the need to reconsider government policy on
bilingual education in public schools in Indonesia.
baik oleh siswa (Baker, 1988). Sejalan berbahasa Inggris yang rendah pada guru
dengan ini, Artini (2011) menyatakan bahwa bisa diramalkan memiliki konsekwensi
apabila guru menggunakan bahasa di luar negative terhadap hasil belajar
jangkauan berbahasa peserta didik, bisa sebagaimana yang disampaikan oleh
dipastikan akan terjadi masalah dalam Crandall, (1998:18):
pembelajaran. Siswa menjadi kurang ³Learners may fail to understand
mampu menangkap pesan atau memahami academic concepts through the language
informasi yang disampaikan oleh gurunya. they are still learning because their
Lebih jauh, Coleman (2010) menegaskan subject content teachers are incapable of
bahwa penggunaan bahasa yang kurang DVVLVWLQJ WKHP WR GR VR´
dipahami peserta didik sebagai bahasa
pengantar dalam pembelajaran di sekolah (Pebelajar mungkin akan gagal memahami
sebenarnya merupakan penghambat bagi konsep akademis yang diajarkan dengan
kemajuan belajar siswa. bahasa yang sedang mereka pelajari karena
Dalam era globalisasi sekarang ini, guru tidak akan mampu mengajarkan konten
bahasa Inggris sudah menjadi lingua franca sambil membantu mereka belajar bahasa).
dalam kancah pergaulan internasional. Saat Pendapat ini mempertegas pentingnya
ini ada sekitar 479 juta orang penutur asli pemilihan bahasa pengantar yang tepat
bahasa Inggris, dan lebih dari 700 juta dalam mengajar.
adalah orang yang bisa berbahasa Inggris
sebagai bahasa kedua maupun bahasa METODE
asing (Nationmaster, 2010). Angka itu Penelitian ini adalah penelitian
memiliki kecendrungan peningkatan yang deskriptif kualitatif yang terfokus pada
tajam mengingat semakin banyaknya análisis wacana kelas (classroom discourse
sekolah yang memasukkan bahasa Inggris analysis), persepsi guru dan siswa terhadap
dalam kurikulum mereka. Demikian penggunaan EMI dan konsekuensinya
pentingnya posisi bahasa Inggris sekarang terhadap proses pembelajaran. Subjek
ini sehingga bahasa ini sangat diperlukan penelitian adalah 16 orang guru (terdiri dari
dalam berbagai bidang kehidupan seperti masing-masing 4 orang guru Matematika,
misalnya pendidikan, pekerjaan maupun Biologi, Fisika dan Kimia) dan 80 orang
sosial sebagaimana yang tercantum pada siswa (masing-masing 20 orang) dari empat
kutipan berikut ini., SMA unggulan di Bali.
³(QJOLVK WDNLQJ XS VXFK DQ LPSRUWDQW Ada tiga metode dan instrumen
position in many educational systems pengumpulan data yang digunakan dalam
around the world, it has become one of penelitian ini yaitu: observasi kelas untuk
WKH PRVW SRZHUIXO« +RDUH -RKQVRQ mendapat data tentang penggunaan bahasa
´ Inggris sebagai bahasa pengantar (melalui
perekaman audio), penyebaran angket
Kutipan di atas menekankan bahwa Bahasa untuk mendapat data tentang persepsi guru
Inggris tidak hanya penting tetapi sudah dan siswa tentang penggunaan EMI
PHQMDGL EDKDVD \DQJ SDOLQJ µNXDW¶ powerful) (menggunakan kuesioner), dan wawancara
dan dipakai dalam sistem pendidikan di untuk mendapat data persepsi siswa
seluruh dunia. Akan tetapi penggunaan EMI tentang konsekuensi penggunaan bahasa
harus mempertimbangkan kemampuan Inggris sebagai bahasa pengantar (dengan
bahasa Inggris dari guru dan siswa. menggunakan pedoman wawancara
Berdasarkan pengamatan awal di sekolah- terstruktur).
sekolah unggulan di Bali ditemukan bahwa Analisis data dilakukan secara
baik guru maupun siswa masih dalam tahap deskriptif kualitatif dimana penggunaan
belajar bahasa Inggris. Kemampuan bahasa disimpulkan dari frekuensi
berbahasa Inggris yang dihitung dari yang diteliti memiliki persepsi positif tentang
kekerapan penggunaan ujaran-ujaran lisan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa
bahasa Inggris yang digunakan oleh guru pengantar. Mereka menganggap bahwa ada
selama proses belajar mengajar di kelas. manfaat ganda dari penggunaan bahasa
Persepsi guru dan siswa didapatkan melalui asing tersebut bagi siswa, yaitu belajar
perhitungan prosentase respon mereka bahasa dan sekaligus konten sebagaimana
terhadap butir-butir kuesioner, sementara yang dikemukan oleh Crandall (1998).
konsekuensi penggunaan bahasa Inggris di Masing-masing guru menunjukkan
kelas (EMI) didapat melalui triangulasi keseriusan dalam mengampu proses
angket persepsi siswa an wawancara. pembelajaran dengan menggunakan
bahasa Inggris sebanyak yang mereka bisa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini ditunjukkan oleh frekuensi
Penggunaan EMI di kelas Matematika penggunaan bahasa Inggris yang berbeda.
dan Sains Rerata frekuensi penggunaan bahasa di
Secara umum guru-guru keempat SMA unggulan yang diteliti bisa
Matematika dan Sains dari keempat SMA dirangkum sebagai berikut:
Table 01: Rerata Proporsi Penggunaan Bahasa oleh Guru Matematika dan Sains di empat SMA
Unggulan dalam satu kali pertemuan
No. Guru Total jml Jumlah ujaran Jumlah ujaran Jumlah ujaran (%)
ujaran (%) dalam (%) dalam kombinasi antara
bahasa Inggris bahasa bahasa Indonesia
Indonesia dan Inggris
1. Matematika 508 250 (49,2%) 228 (44,9%) 30 (5,9%)
2. Kimia 718 237 (32,9%) 321 (44,7%) 161 (22,4%)
3. Biologi 716 234 (33%) 387 (54%) 93 (13%)
4. Fisika 850 616 (72,5%) 209 (24,6%) 25 (2,94%)
TOTAL 2792 1338 (47,9%) 1145 (41%) 309 (11%)
(100%)
guru lebih banyak mengalokasikan waktu mereka menggunakan bahasa Inggris saat
bagi siswanya untuk mengerjakan tugas. mengajar, sesungguhnya mereka belum
Sementara itu satu orang guru Fisika percaya diri dengan ucapan mereka dalam
menghasilkan 212,5 ujaran selama 2 jam berbahasa Inggris.
pelajaran dimana 159,4 di antaranya Di balik ketidakyakinan para guru
dengan bahasa Inggris. terhadap kemampuan berbahasa Inggris,
semua guru menyatakan bahwa mereka
Persepsi Guru tentang Kemampuan menggunakan strategi khusus untuk
Berbahasa Inggris mengatasi keterbatasan yang mereka miliki
Hasil analisis kuesioner persepsi 16 dalam menggunakan bahasa Inggris. Pada
guru yang diteliti menunjukkan bahwa 50% saat tiba-tiba tidak tahu suatu kata dalam
guru merasa memiliki kemampuan dan bahasa Inggris, guru menggunakan strategi
kepercayaan diri yang cukup dalam yang bervariasi, misalnya: (1) mengganti
menggunakan EMI dan sebagian lainnya kata-kata bahasa Inggris yang mereka tidak
merasa tidak yakin jika mereka selalu bisa ketahui dengan bahasa Indonesia, (2)
menggunakan bahasa Inggris untuk meminta tolong kepada siswanya, (3)
mengajar. Prosentase seperti ini juga berbicara pelan dan mengulangi apa yang
muncul pada pernyataan yang berhubungan dikatakan, serta (4) mencari kata yang tidak
dengan dampak kemampuan berbahasa diketahui di kamus. 75% guru menyatakan
mereka terhadap pemahaman siswa. Hanya bahwa mereka melakukan upaya
separuh guru merasa yakin bahwa siswa memotivasi siswa untuk meningkatkan
bisa memahami penjelasan mereka yang bahasa Inggrisnya disamping memotivasi
menggunakan bahasa Inggris saat diri sendiri untuk berani menggunakan
mengajar. bahasa Inggris untuk mengajar. Guru
Data tentang persepsi guru tersebut merasa yakin bahwa keberanian ini
mengisyaratkan bahwa setelah berdampak terhadap motivasi peserta didik
melaksanakan pembelajaran dengan untuk mengembangkan kemampuan
bahasa Inggris selama bertahun-tahun, menggunakan bahasa asing tersebut.
masih banyak guru yang belum merasa
yakin dengan kemampuan bahasa Persepsi Siswa tentang Bahasa Inggris
Inggrisnya. Hasil analisis data menunjukkan sebagai bahasa Pengantar
75% dari guru Matematika dan Sains Analisis terhadap hasil kuesioner
merasa tidak yakin bahwa siswa mereka yang dibagikan kepada 80 siswa di kelas
tidak akan menemukan kesulitan dalam Matematika dan Sains di empat SMA
memahami penjelasan dalam bahasa unggulan menghasilkan temuan berupa
Inggris. Selanjutnya, semua guru merasa persepsi mereka tentang penggunaan
tidak yakin jika mereka mampu melafalkan bahasa Inggris sebagaimana yang
kata-kata bahasa Inggris dengan baik. Ini ditampilkan pada tabel berikut.
berarti guru menyadari bahwa meskipun
kesulitan dalam memahami penjelasan guru mereka berusaha belajar sendiri untuk
PHQJJXQDNDQ (0,"´ PHQJDWDNDQ meningkatkan kemampuan berbahasa
bahwa mereka kadang-kadang sulit Inggris tersebut.
PHPDKDPL .DWD ¶NDGDQJ-NDGDQJ¶ PHPDQJ Temuan di atas menyisakan
relatif, tetapi yang jelas siswa tidak selalu beberapa pertanyaan besar tentang
bisa memahami penjelasan guru dengan penggunaan EMI di SMA unggulan.
mudah. Biasanya siswa di sekolah unggulan dipilih
Dari semua temuan tentang secara ketat dengan kriteria yang jelas.
penggunaan EMI oleh guru Matematika dan Salah satu kriteria adalah kemampuan
Sains, ada satu poin positif dimana siswa berbahasa Inggris dan prestasi belajar
merasa tertantang untuk lebih meningkatkan Matematika dan Sains. Jadi dengan
bahasa Inggrisnya. Ini bisa dilihat dari demikian, sebelum memulai pendidikan di
temuan bahwa 79,55% siswa merasa SMA unggulan, siswa sebenarnya telah
penggunaan bahasa Inggris di kelas PHPLOLNL ¶EHNDO¶ \DQJ FXNXS XQWXN PHQJLNXWL
berpengaruh terhadap penguasaan bahasa kelas yang menggunakan EMI karena telah
Inggris mereka secara umum. Hal ini sudah dinilai layak untuk diterima berdasarkan nilai
tentu perlu penelitian lebih lanjut, pada background knowledge serta bahasa Inggris
ketrampilan berbahasa yang mana yang semestinya sudah di atas rata-rata.
peningkatan penguasaan berbahasa Inggris Pada kenyataannya, siswa menghadapi
tersebut paling dominan. Menurut Arkoudis masalah dalam proses pembelajaran yang
(2003), guru memiliki peran utama dalam menggunakan EMI. Masalah terutama
peningkatan berbahasa siswanya, yang diakibatkan oleh keterbatasan kemampuan
meliputi pengetahuan dan ketrampilan guru dalam menggunakan bahasa Inggris,
mendengar, berbicara, menulis dan apalagi untuk mengajar mata pelajaran yang
membaca. Demikian juga perlu diteliti memang tergolong sulit dari segi
apakah peningkatan penguasaan bahasa konsep.Analisis terhadap kuesioner yang
Inggris terjadi akibat bahasa yang ditriangulasi dengan data wawancara
digunakan oleh guru atau karena motivasi mengasilkan data sebagai berikut.
berprestasi mereka memang tinggi sehingga
Tabel 03. Persepsi Siswa terhadap penggunaan EMI dan konsekuensinya terhadap strategi
belajar
No Pernyataan Masalah Konsekuensi
1 Pilihan kata & 36,7% siswa Bahasa Inggris yang dipergunakan guru bagi
kalimat bahasa merasa pilihan sebagian besar siswa kurang bisa dimengerti
Inggris yang kata dan kalimat sebagai akibat dari pilihan kata maupun
digunakan oleh guru sulit konstruksi kalimat yang dipilih atau karena
guru dimengerti dan ucapan yang kurang jelas. Sebagai
50,68% merasa konsekuensinya, siswa merasa perlu untuk
biasa saja mereview pelajaran di kelas dengan cara
membaca kembali (belajar sendiri) atau
berkelompok, mengikuti les tambahan dari
guru atau dari bimbingan belajar.
2 Kesulitan dalam 28,77% siswa Kesulitan mengerjakan tugas-tugas yang
mengerjakan soal merasa sering harus dikerjakan di dalam kelas maupun
atau tugas yang mengalami sebagai pekerjaan rumah dialami siswa
menggunakan kesulitan karena guru kurang mampu menjelaskan
bahasa Inggris mengerjakan maksud dari tugas tersebut atau apa yang
Data di atas menunjukkan bahwa tidak jelas. Pada saat hal ini terjadi, siswa
ada keterkaitan antara persepsi siswa memilih untuk bertanya kepada teman
tentang penggunaan EMI dengan proses sekelasnya dari pada bertanya kepada guru.
pembelajaran di kelas. Sebagai contoh, Hal ini juga berdampak pada proses
berdasarkan hasil wawancara terungkap pembelajaran dimana siswa mengerjakan
bahwa siswa selalu berusaha untuk tugas berdasarkan interpretasi mereka
mempelajari kembali materi yang mereka terhadap task requirement atau tagihan
dapat di kelas di rumah. Hal ini yang diminta guru. Pada akhirnya siswa
berhubungan dengan kurang jelasnya lebih mengutamakan penyelesaian tugas
pembelajaran di kelas sebagai akibat dari daripada belajar dari tugas. Selain itu pola
kurang bagusnya bahasa Inggris guru untuk interaksi yang dominan adalah interaksi
mengajar. Jadi ketidakjelasan bahasa guru guru-siswa dimana frekuensi guru berbicara
dalam mengajar memiliki konsekuensi kepada siswa jauh lebih tinggi daripada
kurang aktifnya siswa di dalam kelas karena frekuensi siswa berbicara kepada guru. Hal
mereka lebih memilih untuk mengulangi ini diakibatkan oleh kendala bahasa baik
belajar di rumah, baik dengan membaca dari pihak guru maupun siswa. Jadi proses
sendiri maupun ikut bimbingan belajar pembelajaran di kelas berjalan secara
ataupun les privat. klasikal dimana guru memegang peran
Pada saat penugasan di dalam dominan (teacher-centered learning)
kelas, penjelasan guru juga kadang-kadang
(EMI) in Indonesian Public Junior High ----------- (2009). Kualitas Bahasa Inggris
6HFRQGDU\ 6FKRRO 6WXGHQW¶V Guru Sekolah Internasional Rendah.
language use, attitudes/ motivation Harian Suara Merdeka On-line, 26
and foreign language outcomes. In Juni 2009. http//www.suaramerdeka
tesol.org.au/files/224_Sultan .com
Seikkula-Leino, J 2007, 'CLIL learning: The Jakarta Post. January 09, 2013.
Achievement levels and affective Constitutional Court Brings End to Era
factors', Language and Education, vol. of RSBI Schools. Available on
21, no. 4. http://www.thejakartaglobe.com/educa
tion/Retrieved on February 17, 2013.
Tomlinson, B. (1990). µ0DQDJLQJ FKDQJH LQ
Indonesian high schools. Uys, M., J. van der Walt, R. van der Berg,
EnglishTeaching Journal. 44(1), 25- and S.Botha. (2007). English as
37. Medium of Instruction: a situation
analysis. South African Journal of
UNESCO. (2001). The Reform of Secondary
Education. Vol.27 (1) pp. 69-82.
Education in Indonesia during the
1990s: Improving Relevance and
Quality through Curriculum Decentra-
lisasion. [On-line].