Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA INGGRIS YANG BERWAWASAN SOSIOKULTURAL

DI MI KOTA BENGKULU

Risnawati dkk
Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu
Jl. Raden Fatah Pagar Dewa Kota Bengkulu

Abstrak

Pembelajaran Bahasa Inggris pada tingkat MI sebagai mata pelajaran muatan lokal bertujuan untuk memberikan
ketrampilan berbahasa (bercakap) menggunakan kalimat-kalimat sederhana. Permasalahan dalam penelitian ini
mencakup: (1) Bagaimana materi ajar mulok bahasa Inggris yang digunakan oleh guru Madrasah Ibtidaiyah di
Bengkulu? (2) Bagaimana kondisi kemampuan guru bahasa Inggris MI dalam mengembangkan model materi
ajar mulok bahasa Inggris di MI Bengkulu? dan (3) Bagaimana desain model materi ajar yang dihasilkan dalam
pengembangan materi ajar mulok bahasa Inggris yang berwawasan sosiokultural sebagai pengembangan materi
ajar mulok bahasa Ingggris MI Bengkulu? Desain penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan
Research and Development. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dijabarkan dalam 3 (tiga)
langkah kegiatan, yakni tahap eksplorasi, tahap pengembangan model, dan tahap pengujian model.
Pengumpulan data tahap I dilakukan dengan menggunakan angket, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Subjek penelitian adalah 21 orang guru bahasa Inggris MI di kota Bengkulu. Model analisis yang dilakukan pada
tahap ini adalah analisis interaktif. Penelitian tahap II dilakukan uji coba model yang dilakukan dengan metode
action research dan expert. Berdasarkan materi ajar yang digunakan guru, banyak ditemukan materi ajar yang
tidak sesuai dengan kurikulum yang ada di Bengkulu. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya guru bahasa Inggris
menggunakan materi ajar dari penerbit yang belum mengusung pada tujuan pembelajaran bahasa Inggris di MI,
khususnya di Bengkulu. Untuk itu, dalam penelitian ini dirancang pengembangan model materi ajar Mulok
bahasa Inggris yang berwawasan sosiokultural yang dapat dimanfaatkan oleh guru-guru bahasa Inggris di MI.
Pengembangan materi ajar ini dikembangkan dengan mempertimbangkan: (1) acuan pengembangan (dasar
pemikiran), (2) isi materi, (3) organisasi materi, (4) pengembangan materi, (5) penyajian, dan (6) evaluasi.
Materi ajar dalam pengembangannya meliputi kegiatan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat, serta memasukkan unsur-unsur sosiokultural setempat (adat-istiadat, kebiasaan). Meskipun dalam
organisasi materi disebutkan bahwa buku ini disusun berdasarkan beberapa keterampilan atau skills yakni;
listening (menyimak), speaking (bicara), reading (membaca) dan writing (menulis), namun dalam penyajiannya
bersifat integratif. Model pengembangan materi ajar yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kerangka acuan guru bahasa Inggris MI dalam mengembangkan materi ajar.

Kata Kunci: Materi Ajar Muatan Lokal, Pendekatan Sosiokultural, Madrasah Ibtidaiyah.

Latar Belakang Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (1998),


Indonesia sebagai salah satu kawasan ternyata pemahaman pihak pelaksana di lapangan
perdagangan bebas (APEC) akan mengalami termasuk guru terhadap kurikulum muatan lokal
globalisasi ekonomi dan kebudayaan pada tahun belum sempurna. Oleh karena itu, perlu dilakukan
2020. Hal ini menantang masyarakat Indonesia untuk upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut.
meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris untuk Hasil penelitian yang dilakukan oleh
mengantisipasi para pendatang asing. Tanpa Direktorat Pendidikan Dasar menunjukkan bahwa
kemampuan berbahasa Inggris masyarakat Indonesia bahasa Inggris telah mulai diperkenalkan di
akan mendapatkan kesulitan bersaing dengan Madrasah Ibtidaiyah di semua wilyah Indonesia. Di
masyarakat global (Alwasilah 1997:89). Sebagai Propinsi Bengkulu, pembelajaran bahasa Inggris
antisipasi global tersebut, pemerintah Indonesia sebagai muatan lokal bahkan telah diterapkan di
melalui UU Sistem Pendidikan Nasional 1989 dan sebagian besar kabupaten/kota. Hal ini menunjukkan
diperkuat UU No. 20 /2003 memutuskan mata indikator adanya keinginan masyarakat agar bahasa
pelajaran bahasa Inggris pada tingkat SD/MI sebagai Inggris diajarkan di MI.
mata pelajaran muatan lokal. Hasil penelitian dari Direktorat Pendidikan
Dalam tataran konseptual, Kurikulum Muatan Dasar juga menunjukkan masih banyaknya kendala
Lokal sudah disosialisasikan oleh pemerintah jauh dalam pembelajaran. Kendala itu mencakupi kendala
sebelum pelaksanaannya tahun 1994, namun yang berkaitan dengan (1) ketersediaan guru
kenyataannya di lapangan berdasarkan penilaian dan (pengajar) bahasa Inggris, (2) kurikulum/pedoman
pemantauan oleh Pusat Pengembangan Kurikulum pembelajaran, (3) buku ajar/materi pembelajaran
dan Sarana Pendidikan, Badan Penelitian dan
Manhaj, Vol. 5, Nomor 3, September – Desember 2017
yang digunakan, (4) ketersediaan buku pembelajaran (yang pengembangan model materi ajar Bahasa Inggris akan
sesuai), dan (5) metode pembelajaran sebagaimana memberikan sumbangan besar dalam rangka meningkatkan
dipaparkan dalam tabel berikut. mutu pembelajaran bahasa Inggris di MI.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan A. Model Materi Ajar Mulok Bahasa Inggris yang
memberikan rekomendasi perlunya dikembangkan Digunakan Guru MI
kesiapan berbagai pihak terutama ketersediaan guru yang Hal dan masalah utama yang sering dihadapi guru
berkompeten dan materi ajar yang benar menurut dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau
paradigma pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang
asing (foreign language). Terkait masalah strategi tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensi.
pembelajaran, materi ajar yang digunakan oleh guru Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa dalam kurikulum
bahasa Inggris MI ini kurang sesuai dengan kedudukan dan atau silabus, materi ajar hanya dituliskan secara garis besar
harapan dalam pembelajarannya, yakni memperkenalkan dalam bentuk “materi pokok”.
Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang menyenangkan. Tugas guru adalah untuk menjabarkan materi pokok
Semua yang dipatok dari kerangka kurikulum ternyata tersebut menjadi materi ajar yang lengkap (Dirjen
masih jauh dari harapan untuk dapat memajukan prestasi Dikdasmen Depdiknas, 2006). Selain itu, bagaimana cara
pembelajaran bahasa.. memanfaatkan materi ajar juga merupakan masalah.
Bagaimana memilih strategi dalam pembalajaran Pemanfaatan yang dimaksud adalah bagaimana cara
bahasa Inggris sehingga anak merasa perlu mengajarkannya ditinjau dari pihak guru, dan cara
mempelajarinya dan tidak menjadi sebuah paksaan. mempelajarinya ditinjau dari pihak siswa. Berkenaan
Kelemahan lainnya, buku ajar yang digunakan guru tidak dengan pemilihan materi ajar ini, secara umum masalah
bersifat merangsang murid berkreativitas, malah dimaksud meliputi cara penentuan jenis materi, kedalaman,
membingungkan anak maupun orangtuanya yang ingin ruang lingkup, urutan penyajian, dan perlakuan (treatment)
memberi bantuan ketika mengerjakan PR. Demikian pula terhadap materi pembelajaran. Masalah lain yang
si guru, asal tidak sesuai dengan kunci, jawaban siswa berkenaan dengan materi ajar adalah memilih sumber di
pasti salah padahal dari sisi konteks berbahasa, jawaban mana materi ajar itu didapatkan/dikembangkan.
siswa bisa dibenarkan. Ada kecenderungan sumber materi ajar
Berdasarkan keadaan dan kebutuhan ini, kurikulum dititikberatkan pada buku ajar saja. Padahal banyak sumber
bahasa Inggris di MI memerlukan perubahan yang lebih materi ajar selain buku yang dapat digunakan. Namun
mendasar secara fungsional. Perubahan ini salah satunya karena keterbatasan fasilitas di sekolah guru jarang bisa
dapat diwujudkan dengan melakukan perubahan dalam menggunakan surat kabar, majalah, dan bahkan VCD
materi ajar yang digunakan diikuti dengan pendekatan interaktif yang menuntut penggunaan alat-alat elektronik
pembelajaran agar anak MI memiliki keterampilan yang belum tentu bisa disediakan di sekolah tersebut
berbahasa Inggris yang baik. Hal ini dilakukan karena (Richard, 2002).
meteri ajar (buku) yang ada, beredar, dan banyak dipakai Di samping itu Selain itu, termasuk masalah yang
di Madrasah Ibtidaiyah saat ini tidak memberikan sering dihadapi guru berkenaan dengan pengembangan
kemudahan atau bimbingan kepada guru untuk materi ajar, yang menjadi tuntutan dalam kurikulum adalah
mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan guru memberikan materi/bahan ajar terlalu luas atau terlalu
sosiokultural. sedikit, terlalu mendalam atau terlalu dangkal, urutan
Karena itu upaya pembaruan materi ajar harus penyajian yang tidak tepat, dan jenis materi ajar yang tidak
segera dilakukan berdasarkan dengan menggunakan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai oleh siswa.
pendekatan kontekstual yang dapat diterapkan dalam Akibatnya, hasil dari pembelajaran yang dilakukan
pengembangan kompetensi berbahasa sesuai dengan menjadi melenceng dari kurikulum yang telah ditetapkan.
tuntutan pasar. Alasanya, materi ajar memiliki peran yang Imbasnya dalam pembelajaran ke jenjang (kelas
cukup strategis dalam menopang pelaksanaan berikutnya) siswa mengalami kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran bahasa Inggris MI. Hal ini sejalan dengan pembelajaran. Bisa juga siswa merasa patah semangat
pendapat Cunningsworth (1995) yang menyatakan bahwa dalam mengikuti pembelajaran yang dikemas oleh guru
tidak ada sesuatu yang mampu mempengaruhi bahan dan mereka dengan seakan-akan menjadi pembelajaran yang
suasana mengajar dan belajar lebih dari buku pelajaran. menyulitkan dan menyeramkan.
Oleh karena penerapannya yang penting itu,
2
Risnawati dkk; Pengembangan Materi Ajar

Ini tidak sesuai dengan konsep pembelajaran bahasa parting, games, family, proffesion, order and request,
Inggris untuk anak yang mengedepankan pada teknik memorizing new vocabularies, guessing the picture, daily
bermain untuk belajar (Richard, 2002). Di sisi lain perlu activities, conversation, vocabulary learning, telling story,
disadari pula bahwa pengembangan kurikulum yang anak berlatih percakapan-percakapan dan tanya jawab
berlandaskan pada peng uasaan standar kompetensi, sesama teman.
berpusat pada kebutuhan siswa, dan berpihak pada Lebih khusus pada materi untuk speaking, guru
kebutuhan daerah berimplikasi terhadap metode baru mengembangkan materi ajar dalam hal bahan untuk
pengembangan materi ajar yang digunakan sebagai sumber tanya jawab, dialog dan percakapan dengan bahasa
belajar dan pemandu kegiatan siswa, baik di kelas maupun sederhana, dan audio visual sebagai contoh percakapan
di rumah. Artinya, karakteristik pengembangan kurikulum bahasa Inggris yang baik, serta drilling pengucapan kosa
yang demikian meniscayakan penyediaan materi ajar yang kata bahasa Inggris yang benar, dan menyanyi. Materi
representatif. yang dikembangkan guru untuk kompetensi reading adalah
Pentingnya materi ajar yang diwujudkan dalam guru membaca cerita siswa menirukan, mencari kata-kata
bentuk buku (modul) diharapkan mampu memainkan peran sulit, menceritakan kembali dengan kalimat sendiri,
utama dalam pembelajaran bahasa di kelas pada semua membaca buku-buku cerita anak-anak, cerita legenda,
jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta, jenjang cerita lucu yang digemari anak, bacaan-bacaan teks
pendidikan dasar/menengah maupun perguruan tinggi, di sederhana, cerita bergambar, dan sebagainya.
seluruh dunia (Lamie, 1999:1). Melalui penyebaran angket Materi yang dikembangkan guru untuk
serta wawancara, diperoleh keterangan bahwa materi ajar pengembangan kompetensi writing adalah latihan
yang telah dikembangkan oleh guru selama ini masih menuliskan nama-nama benda di sekitar, anggota tubuh,
berupa materi pembelajaran yang bersifat parsial. Padahal dan keluarga, menulis kalimat sederhana, menulis paragraf,
pembelajaran bahasa yang paling efektif, untuk saat ini, menulis cerita yang pernah dibaca atau didengarkan
adalah pembelajaran dengan pendekatan integratif. dengan bahasa sendiri, membuat karangan pengalaman
Tema merupakan payung keterpaduan dari pelbagai pribadi, dan sebagainya. Sementara itu, materi ajar yang
kegiatan belajar sehingga satu sama lain memiliki bersifat utuh dalam bentuk buku diwujudkan dengan
keterkaitan yang erat. Sebagai sebuah jembatan pemanfaatan materi ajar yang sudah dipublikasikan di
antarkegiatan belajar, tema dapat berupa masalah, kasus, pasaran. Pemerolehannya dilakukan dengan cara membeli
wacana, karya sastra, atau proyek. Penggunaan tema yang sendiri, baik dengan dana dari sekolah, dana pribadi guru,
sangat menonjol dalam pendekatan integratif ini atau membebankan kepada siswa dalam menyediakan
mengakibatkan pendekatan ini kerap disebut juga sebagai buku-buku ajar yang telah ditentukan oleh guru
Pendekatan Tematik. Secara singkat, ketiga tipe sebelumnya.
pendekatan integrasi dalam bahasa tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut. B. Kondisi Kemampuan Guru MI dalam
Berkaitan dengan hal tersebut pengembangan Mengembangkan Model Materi Ajar Mulok Bahasa
materi ajar yang telah dikembangkan oleh guru Inggris
diwujudkan dalam bentuk dialog langsung dengan bahasa Penerapan kurikulum dalam praktik pembelajaran
sederhana, teks, tanya jawab, sering membaca dan bahasa Inggris menggunakan kurikulum muatan lokal dari
menirukan, reading and tenses, praktik percakapan Dinas Pendidikan Propinsi Bengkulu, kurikulum sesuai
langsung, perkenalan diri dan keluarga, percakapan sehari- KBK 2004. Namun ada pula yang bersikap fleksibel
hari yang sederhana, percakapan bebas, menyanyi, dengan melakukan penyesuaian dengan tema yang
presentasi, demonstrasi, menirukan ucapan guru, membaca diajarkan, kemudian ada yang mengaku berorientasi pada
kalimat, menyimak suara kaset yang sesuai dengan kurikulum namun menggunakan metode dan teknik lain
kemampuan yang ada, membuat dan melakukan belum sesuai dengan kemampuan dan kondisi sosiokultural
percakapan dengan tema yang diajarkan, memberi tugas siswa. Umumnya pembelajaran dilakukan secara klasikal,
siswa untuk melakukan percakapan dari yang sederhana namun ada juga yang menerapkan one by one to practise
menuju percakapan yang lebih rumit, introduction, dan diajarkan sesuai dengan buku sumber yang ada.
greeting and parting, hobbies, telling time, greeting and Terdapat guru yang melaksanakan pembelajaran bahasa
3
Manhaj, Vol. 5, Nomor 3, September – Desember 2017
Inggris secara inisiatif dan tidak berpedoman pada Pada umumnya, sebagian besar responden belum
kurikulum apapun. pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris. Hanya
Hal tersebut terjadi karena guru yang bersangkutan sebagian kecil responden yang pernah mengikuti pelatihan
tidak memiliki pemahaman yang baik terhadap kurikulum. bahasa Inggris sedangkan 135 orang selebihnya belum
Sebagian besar menyatakan kebingungannya dalam pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris. Hal ini dapat
memilih kurikulum yang sesuai di antara beberapa pilihan kita lihat pada chart berikut ini:
kurikulum yang ada. Selain itu, adanya anggapan bahwa
bahasa Inggris adalah muatan lokal yang tidak perlu ada
standarisasinya, turut mempengaruhi penerapan kurikulum 69
dalam praktik pengajaran bahasa Inggris. Namun demikian 70
upaya untuk menerapkan kurikulum muatan lokal tetap
dilakukan, meskipun dengan tetap melakukan 60
penyesuaian-penyesuaian yang dianggap tepat dengan 50
situasi dan kondisi peserta didik di setiap sekolah.
40 31
Berkaitan dengan materi ajar yang digunakan,
penelitian yang ditujukan kepada 21 guru MI ini diperoleh 30
kondisi kemampuan guru MI dalam mengembangkan
20
model materi ajar Mulok bahasa Inggris masih dikatakan
memprihatinkan. Kondisi ini dapat dilihat dari kemampuan 10
guru, status guru, tingkat pendidikan, pelatihan bahasa 0
Inggris yang diikuti menunjukkan capaian persetase yang Pernah Belum Pernah
minim.
Status guru memiliki pengaruh juga dalam Chart 2. Persentase responden menurut keikutsertaan
memberikan pelayanan pembelajaran di kelas. Adapaun pelatihan Bahasa Inggris
persentase guru yang memberikan pelajaran bahasa
Inggris, dapat kita dilihat pada chart dibawah ini: Melalui tabel di atas terlihat bahwa responden yang
pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris sebanyak 31%,
dan responden yang belum pernah mengikuti pelatihan
67
bahasa Inggris sebanyak 69%. Dengan demikian jumlah
70
60 guru yang pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris lebih
33
50 sedikit dari jumlah guru yang belum pernah mengikuti
40
30 pelatihan bahasa Inggris.
20
10
0 C. Desain Model Materi Ajar Mulok Bahasa Inggris
s ris
ela g yang Dikembangkan Berwawasan Sosiokultural
K g
u In Pengidentifikasian kemampuan guru MI dalam
ur a
G has menyusun materi ajar memberikan masukan untuk
Ba menyusun model materi ajar yang berwawasan
u
ur sosiokultural. Untuk itu, diperlukan panduan yang dapat
G
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan materi
Chart 1. Persentase guru yang memberikan pelajaran
bahasa Inggris ajar. Pedoman ini didasarkan pada perkembangan
psikologi anak dan sosiokultural di mana pemebelajaran
Berdasarkan chart diatas, dapat kita lihat bahwa bahasa Inggris ini dilakukan. Pengembangan model materi
terdapat 67% responden berstatus sebagai guru kelas dan ajar Mulok bahasa Inggris berwawasan sosiokultural
sebanyak 33% berstatus sebagai guru muatan lokal bahasa dikembangkan dengan mempertimbangkan 1) acuan
Inggris. Dari hasil persentase ini dapat disimpulkan bahwa pengembangan (dasar pemikiran), 2) isi materi, 3)
jumlah guru muatan lokal bahasa Inggris masih sangat organisasi materi, 4) pengembangan materi, 5) penyajian,
kecil dibandingkan jumlah guru kelas yang mengajar dan 6) evaluasi
bahasa Inggris.
4
Risnawati dkk; Pengembangan Materi Ajar

Acuan Pengembangan (Dasar Pemikiran) mengenal huruf (alphabeth); (2) mengenal angka
Pengembangan materi ajar muatan lokal bahasa (number); (3) mengenal kata kongkrit, seperti kata benda,
Inggris di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya menggunakan dan kata tunjuk (adverb), misalnya di atas, di bawah, di
acuan yang lengkap, yaitu (1) kurikulum yang berlaku, (2) samping, ini, itu, di sini, dan di sana); dan (4) melafalkan
teori-teori yang relevan, seperti teori pendidikan, (spelling) huruf, angka, kata benda, dan kata tunjuk. Kata
pengajaran bahasa, perkembangan anak, psikologi belajar, benda atau kosakata (vocabolary) yang berhubungan
dan teori pengajaran sastra, (3) kebutuhan bahasa dengan warna, benda-benda di sekitanya, buahbuahan,
anak/siswa, (4) buku-buku atau reference yang menunjang sayur-sayuran, makanan, minuman, nama-nama anggota
pembelajaran, dan (5) pengetahuan serta pengalaman guru tubuh, anggota keluarga. Selain itu, siswa dapat membaca
dalam merancang pembelajaran bahasa Inggris Kurikulum tulisan bahasa Inggris dengan benar, dapat menjodohkan
bahasa Inggris yang berlaku menjadi acuan dalam gambar dengan kata yang tersedia.
menentukan apa standar kompetensi dan kompetensi dasar Sementara standar kompetensi untuk kelas tinggi
muatan lokal bahasa Inggris yang harus dimiliki siswa (IV, V, dan VI) Madrasah Ibtidaiyah adalah siswa mampu
Madrasah Ibtidaiyah beserta indikator hasil belajarnya. dalam empat aspek keterampilan berbahasa Inggris
Suatu hal yang menjadi pertimbangan penting (English skills), yaitu listening, speaking, reading, dan
dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah peran writing; mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
pendekatan dalam penggunaan bahasa berdasarkan phrasa dan kalimat sederhana dengan bahasa Inggris dalam
kebermaknaan. Kebermaknaan merupakan tujuan kehidupan sehari-hari, mampu membaca kalimat-kalimat
pembelajaran berdasarkan pendekatan fungsional. Sejalan sederhana kemudian mampu menuliskan ide–ide secara
dengan pendekatan fungsional ini pengetahuan tentang sederhana yang sesuai dengan kehidupan mereka sehari-
konsep linguistik yang mendasari lahirnya sebuah hari .
pendekatan pembelajaran bahasa apa pun sangat penting.
Sebuah pendekatan akan mengalami nasib ‘mati suri’ dan
tidak berdaya untuk membelajarkan peserta didiknya untuk Organisasi Materi
memiliki keterampilan berbahasa apabila pendekatan yang Organisasi materi yang disajikan dalam
diterapkan tidak didukung oleh konsep teoretik. pengembangan model materi ajar Mulok bahasa Inggris di
Bagi Halliday (2001) bahasa merupakan sistem Bengkulu yang berwawasan sosiokultural berdasarkan
makna (system of meanings). Artinya, ketika orang strategi pembelajaran yang dikemukakan olah Hammond,
menggunakan bahasa, tindak bahasa orang tersebut adalah yakni Building Knowledge of the Field, Modelling of the
pengujaran makna. Dari sudut pandang ini, gramatika Text, Joint Construction of the Text dan Independent
menjadi suatu kajian bagaimana makna dibentuk melalui Construction of the Text. Namun demikian, masukan dari
penggunaan kata dan kalimat (bentuk bahasa) dan para praktisi ( guru) yang didapat melalui kuisioner,
kemudian menanyakan bagaimana bentuk bahasa organisasi materi juga mencakup empat kompetensi, yakni
mewujudkan makna-makna. Dengan dasar pertimbangan listening competence, speaking competence, reading
inilah gramatika adalah semantik (berhubungan dengan competence, dan writing competence.
makna) dan fungsional (berhubungan dengan bagaimana Building Knowledge of Field merupakan kegiatan
bahasa digunakan). meliputi talking atau membicarakan topik yang akan
dibahas. Materi listening dan speaking mencakup monolog
Isi Materi dan dialog. Menyimak kata (vocabulary) (monolog).
Pengembangan materi ajar di Madrasah Ibtidaiyah Menyimak teks-teks sederhana (monolog). Menyimak
hendaknya menggunakan rancangan yang jelas dengan wawancara langsung dengan bahasa sederhana (dialog).
memperhatikan (1) standar kompetensi untuk kelas rendah Modelling of Text merupakan kegiatan guru
dan (2) standar kompetensi kelas tinggi, mengingat muatan menyajikan teks percakapan sederhana yang relevan
lokal bahasa Inggris telah diberikan di kelas satu di dengan kehidupan anak baik di sekolah, di rumah dan
beberapa Madrasah Ibtidaiyah di Bengkulu. lingkungan sekitarnya, siswa mendengarkan dengan
Standar kompetensi untuk kelas rendah (I, II, dan seksama model ucapan yang dilakukan oleh guru,
III) Madrasah Ibtidaiyah adalah siswa mampu (1) kemudian mempraktekkannya.
5
Manhaj, Vol. 5, Nomor 3, September – Desember 2017
Joint Construction of Text, pada bagian ini, siswa yang ada disekitar, jenis tarian, permainan
secara bersama-sama baik kelompok maupun berpasangan, tradisional, menceritakan adat istiadat di daerah
diminta mengisi atau menyusun kalimat sederhana, masing-masing, membuat kerangka bacaan dan
menciptakan percakapan sederhana sesuai dengan mengisi peristiwa kebudayaan dari daerah di
kebutuhannya, berdasarkan pengetahuan yang mereka mana mereka berasal. Visualisasi media kegiatan
dapat pada tahap Building Knowledge of the Text dan budaya dengan memberikan komentar dalam
Modelling of Text. bahasa Inggris. Dengan demikian ada kedekatan
Independent Construction of Text, pada tahap ini, emosional dan pengalaman yang dialami oleh
siswa diharapkan mampu melakukan percakapan atau siswa terhadat materi-materi yang disampaikan
monolog yang melibatkan tindak tutur yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris di Madrasah
dalam beberapa contoh yang disajikan dalam tahapan- Ibtidaiyah.
tahapan sebelumnya
Sociocultural Reinforcement merupakan suatu Penyajian Materi
catatan kecil di setiap unit dapat berupa percakapan, atau Meskipun dalam organisasi materi disebutkan
cerita, atau lagu, yang dapat dilakukan oleh siswa untuk bahwa buku ini disusun berdasarkan beberapa ketrampilan
pengayaan, dan tidak bergantung kepada jadwal atau skills yakni; listening ( menyimak), speaking (bicara),
pembelajaran di sekolah (dapat diberikan untuk pekerjaan reading ( membaca) dan writing ( menulis), namun dalam
rumah). Dengan kegiatan ini diharapkan bahwa siswa akan penyajiannya bersifat integratif, tidak selalu terpisah
senang melakukan hal-hal seperti membuka kamus untuk masing-masing ketrampilan, mungkin dua ketrampilan bisa
mencari arti kata, kemudian mengenal berbagai macam dipadukan, misal listening dan speaking, kemudian
kosakata yang ada di sekitar mereka. reading dan writing. Mengingat materi ajar yang disajikan
akan menjadi model guna penyusunan materi yang lain,
maka hasil penelitian ini dipadukan dengan :
Pengembangan Materi a. Standar Isi Badan Standar Nasional
Materi ajar mulok bahasa Inggris yang berwawasan Pendidikan (BSNP) 2006, yang merujuk pada
sosiokultural yang dikembangkan harus memperhatikan kerangka dasar dan struktur kurikulum MI/MI
hal-hal sebagai berikut: yang mensyaratkan adanya komponen muatan
a. Nama, baik nama anak-anak, guru atau orang lokal yaitu bahasa Inggris untuk kelas IV,V dan
yang menjadi tokoh di dalam buku ajar, sebaiknya VI yang beralokasi waktu 2 jam pembelajaran.
menggunakan nama yang lazim digunakan di b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Bengkulu saat ini. Kurikulum, 2006, yang mencakup performative,
b. Mengaitkan kegiatan sehari-hari di lingkungan functional, informational dan epistemic dengan
keluarga, sekolah, dan masyarakat, seperti tujuan mengembangkan kompetensi
pengenalan benda-benda yang ada di sekitar berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas
keluarga, sekolah, dan masyarakat yang untuk mengiringi tindakan dalam konteks sekolah
mencerminkan budaya Bengkulu. yang meliputi aspek menyimak, berbicara,
c. Memasukkan unsur-unsur sosiokultural setempat membaca dan menulis.
(adat-istiadat, kebiasaan) Upaya-upaya untuk c. Pedoman Pengembangan Buku Pelajaran
memasukkan budaya lokal terhadap pelajaran Departemen Pendidikan Nasional Pusat
bahasa Inggris dapat dilakukan dengan menyusun Perbukuan, yang meliputi beberapa tahap yaitu;
sejumlah buku cerita lokal berbahasa Inggris a) merencanakan pendekatan system, b)
sebagai materi pengayaan atau suplemen yang melakukan analisis kebutuhan c) mendiskripsikan
melengkapi buku pelajaran bahasa Inggris yang kelompok sasaran, d) menuliskan kompetensi
sudah ada. Banyak hal yang dapat ditulis sebagai yang dapat diukur, e) mengidentifikasi jenis
suplemen selain cerita lokal, juga belajar, pemilihan media dan metode belajar f)
memperkenalkan pakaian adat, rumah adat, obyek membuat lay out dan g) melakukan penulisan
wisata, ragam suku bangsa, menyebutkan upacara naskah.
pernikahan, tata cara orang punya hajat dengan d. Standar Mutu Buku Pelajaran Bahasa Inggris
bahasa Inggris, menyebutkan nama-nama benda Departemen Pendidikan Nasional Pusat
6
Risnawati dkk; Pengembangan Materi Ajar

Perbukuan yang mengutamakan ketepatan dalam  Dialog yang serupa diberikan kepada
aspek materi, aspek penyajian aspek bahasa dan siswa. Kemudian siswa disuruh
keterbacaan. menjawab pertanyaan secara lisan.
e. Pendekatan Pengajaran-The Teaching-Learning 3) Joint Construction of Texts
Cycle Approach. Yang sangat komunikatif dan Terdiri dari empat (4) kegiatan atau activities
alamiah, yaitu berupa siklus pengajaran dan dengan penekanan pada speaking (berbicara) dan
pembelajaran yang cocok untuk pengembangan writing (menulis).
kompetensi orasi dan literasi.  Matching gambar dengan kalimat
f. Adapun ketentuan mekanika penulisan  Mengisi kalimat sederhana
berdasarkan standar penerbitan.  Menyusun kalimat menjadi dialog
 Membuat dialog baru berdasarkan
Kerangka Penyajian Model
gambar
Sebagaimana diterangkan terdahulu bahwa
4) Independent Construction of Text.
penyajian dari model materi ajar ini mengacu pada
Berisi empat (4) kegiatan atau activities yang
beberapa hal, sedangkan untuk kerangka dari masing
penekanannya pada speaking (berbicara) dan
masing unit, dapat digambarkan sebagai berikut: 1 unit
writing ( menulis).
pembelajaran berisi 16 kegiatan yang masing-masing
 Menyusun kata atau phrasa
mengikuti strategi pembelajaran sebagai berikut:
 Menyusun kata - kata menjadi kalimat
1) Building Knowledge of field
 Mengutip ujaran atau kalimat dan
Berisi empat (4) kegiatan, masing masing :
listening dan speaking mencakup monolog dan menyusun menjadi dialog
dialog. Menyimak kata (vocabulary) (monolog).  Mengutip kalimat dengan ujaran-ujaran
Menyimak teks-teks sederhana (monolog). yang bermuatan sosiokultural.
 Expressions untuk Listening dan 5) Sociocultural note, lagu untuk reinforcement dan
Speaking cerita rakyat.
 Dialog untuk reinforcement Listening Catatan pendek untuk guru yang berisi muatan
sosiokultural mengenai apa yang boleh dan apa
dan Speaking
yang tidak boleh dikatakan oleh guru sewaktu
 Exercises dalam dialog atau monolog
mengajar dalam bahasa Inggris. Catatan
untuk mengecek /evaluasi pemahaman
dihubungkan dengan tema atau topik. Lagu yang
expressions
ditampilkan dalam notasi dan rekaman,
 Satu game, bisa berupa matching, puzzle
disesuaikan dengan topik. Cerita rakyat
dsb.
merupakan bagian sosiokultural yang sulit,
2) Modelling of Text
dibacakan oleh guru Karena memerlukan banyak
Berisi empat (4) kegiatan atau activities. Kegiatan
penjelasan, baik kosakata maupun muatan
listening (menyimak) dan reading ( membaca) sangat
sosiokulturalnya.
dominan di bagian ini.
 Dialog dijadikan model, dibaca oleh
Evaluasi
guru dan ditirukan siswa. Evaluasi merupakan salah satu unsur penting yang
 Monolog juga diperkenalkan, dengan harus dimiliki dalam setiap pemberian perlakukan
dibaca oleh guru. pembelajaran. Tujuannya agar setiap selesai pembelajaran
 Berdasarkan monolog yang dibaca oleh guru dapat melakukan evaluasi guna mengetahui
guru tadi, siswa diberi pertanyaan kedalaman pemahaman pokok bahasa yang telah dipelajari
sederhana. Diharapkan, siswa akan dapat bersama siswa.
menjawab pertanyaan dengan Berikut ini beberapa alternatif yang diberikan dalam
menggunakan kalimat sederhana yang pengembangan materi ajar mulok bahasa Inggris berbasis
benar. sosiokultural.

7
Manhaj, Vol. 5, Nomor 3, September – Desember 2017
a. Model evaluasi Listening dan structure, dan memahami materi yang disampaikan
Metode evaluasi yang banyak dipilih responden guru. Silabus, menurut responden, dimanfaatkan sebagai
untuk hasil pembelajaran listening adalah acuan dan batasan pada proses belajar mengajar. Silabus
demonstrasi dan pertanyaan. berfungsi sebagai acuan untuk membuat atau menyusun
b. Model evaluasi Reading lesson plan, yang tujuannya untuk memonitor
Metode evaluasi yang banyak dipilih responden perkembangan dan mengontrol proses pembelajaran yang
untuk hasil pembelajaran reading adalah ada, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
menjawab pertanyaan, presentasi, dan demontrasi. baik.
c. Model evaluasi Speaking Pemanfaatan silabus dalam proses belajar mengajar
Metode evaluasi yang banyak dipilih responden ini sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan kondisi
untuk hasil pembelajaran speaking adalah dan situasi peserta didik di sekolah masing-masing. Pada
presentasi dan demonstrasi. pembelajaran yang terbaik untuk pembelajaran listening,
d. Model evaluasi Writing responden menyatakan bahwa metode pembelajaran yang
Metode evaluasi yang banyak dipilih responden baik untuk listening adalah metode drilling. Tujuan
untuk hasil pembelajaran writing adalah pekerjaan pembelajaran menurut metode drilling ini adalah melatih
rumah (take a home test) dalam bentuk menyalin, kemampuan listening siswa. Salah satu tekniknya adalah
membuat kalimat dan membuat karangan dengan cara menyimak percakapan berbahasa Inggris yang
sederhana. bertemakan kegiatan sehari-hari. Siswa diberikan contoh
dan simulasi percakapan dengan memanfaatkan media
Saran yang dilontarkan juga menyangkut masalah pembelajaran berupa VCD, dan kaset yang memutar
standar Kompetensi untuk Kelas Rendah. Responden dialog-dialog berbahasa Inggris. Kemudian siswa diminta
menyatakan bahwa standar kompetensi untuk kelas I, II, untuk menirukan dan mempraktekannya ke depan kelas.
dan III siswa mampu mengenal huruf, dapat menggunakan Selain percakapan berbahasa Inggris, dapat pula
kosakata, dapat menunjukkan letak benda (atas, bawah, dilakukan pemutaran lagu-lagu berbahasa Inggris, dan
samping, dalam), dapat mengucapkan beberapa nama kata-kata dalam bahasa Inggris yang diucapkan guru.
benda di sekitarnya, angka, warna, sayur-sayuran, buah- Pembelajaran yang baik untuk pembelajaran speaking
buahan, makanan, minuman, nama-nama anggota tubuh, menurut responden adalah tanya jawab, wawancara,
anggota keluarga, dan seterusnya, yang diharapkan dapat demonstrasi, simulasi, sosiodrama, diskusi, role playing,
menambah kosakata. Siswa dapat membaca tulisan bahasa menirukan ucapan guru, praktik berdialog dalam bahasa
Inggris dengan benar, dapat menjodohkan gambar dengan Inggris, practice speaking, metode drilling, penghafalan
kata yang tersedia. dan pengucapan, communication approach, menghafal
Standar Kompetensi untuk Kelas IV, V, dan VI benda-benda yang ada di sekitar kelas, menggunakan
dikembangkan berdasarkan empat kemampuan bahasa. Hal bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari, mendengarkan
ini dikarenakan pada siswa telah mampu memahami empat suara tape dan percakapan, membaca cerita dan
aspek english skills yaitu: listening, speaking, reading, dan menceritakan kembali degan kata-kata sendiri, melalui
writing. Siswa diharapkan mampu menggunakan bahasa pembiasaan menggunakan bahasa Inggris, latihan
Inggris dalam kegiatan sehari-hari mereka. Kemudian mengucap vokal, siswa diajak untuk melihat dan
dapat mengidentifikasi dan mengungkapkan keadaan mengamati benda yang ada di lingkungan sekolah
lingkungan. Mampu membaca kalimat-kalimat yang cukup kemudian guru menyebutkan namanya dan ditirukan oleh
panjang. Mampu menuliskan dan menerjemahkan kalimat- siswa dan dilakukan berulangulang, bernyanyi syair bahasa
kalimat berbahasa Inggris yang dibacakan. Inggris, memanfaatkan media audio visual.
Memahami grammar dan conversation. Mampu Menurut responden cara yang terbaik untuk
menguasai vocabulary, yang dibuktikan dengan cara pembelajaran reading adalah metode drilll dan praktik
tanya-jawab menggunakan bahasa Inggris. Dapat setiap hari (minimal jika ada pelajaran bahasa Inggris),
menjawab pertanyaan yang diajukan. Mampu practice in english, metode reading, exercise, quistions
menyebutkan angka hingga 100. Mengenal benda and answer, metode discussion, metode communication
disekitarnya. Mampu mengucap salam dan menjawab approach, membaca cerita dan menceritakan kembeli
salam. mampu mengenal kata-kata dan kalimat sederhana degan kata-kata sendiri, melalui pembiasaan, dan daily
dalam bahasa Inggris. Mengenal dan mengerti kosakata conversation. Metode yang baik menurut responden adalah
8
Risnawati dkk; Pengembangan Materi Ajar

metode tugas, dengan memanfaatkan media buku-buku tambahan pelajaran dapat dilaksanakan sesuai tujuan
cerita bergambar. Guru dapat menggunakan media gambar semula. Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru
yang dibuat sebagai cerita berseri yang menarik, yang dan siswa, diperoleh bahwa pelaksanaan pembelajaran
dapat meningkatkan minat siswa untuk membaca. muatan lokal bahasa Inggris di MI kurang didukung oleh
Dengan menampilkan gambar-gambar dan diartikan kesiapan siswa yang baik dalam belajar bahasa Inggris.
dengan bahasa inggris kemudian diucapkan atau dibaca Faktor kurikulum, materi ajar, proses belajar
serta diberi catatan khusus misal; a /ei/, b /bi:/ , c /si:/, d mengajar, kompetensi guru, dan minat siswa masih
/di:/, i /ai/, book /buk/ dan sebagainya. Siswa diminta menjadi kendala bagi pengembangan sikap bahasa siswa.
menuliskan kembali nama-nama benda sesuai gambar yang Kedudukan bahasa Inggris sebagai kurikulum muatan lokal
ada dalam buku serta jika memungkinkan, siswa diminta tampaknya kurang dipahami secara konseptual di
memberikan penjelasan dari gambar tersebut. Selain lapangan. Implementasinya tampak pada anggapan yang
menulis di buku masing-masing, siswa juga diminta untuk kurang positif di kalangan sekolah dan guru untuk
menulis di atas papan tulis untuk melatih keberanian siswa menempatkan pelajaran bahasa Inggris sebagai pelajaran
dan memberi motivasi pada siswa lain. Siswa juga perlu yang penting seperti pelajaran non-muatan lokal. Padahal
diajak ke perpustakaan untuk membaca buku-buku kedudukan ini mengisyaratkan adanya muatan
berbahasa Inggris, yang kemudian ditulis ulang sesuai sosiokultural yang relevan dengan konteks belajar siswa.
pemahaman dan kemampuan masing-masing siswa, baik Materi ajar juga masih menjadi kendala karena
itu yang berbentuk karangan singkat atau dalam beberapa kurang dikembangkan menurut kebutuhan siswa selain
kalimat pendek. kurangnya ketersediaan materi ajar di lapangan. Kenyataan
Media yang baik untuk meningkatkan kompetensi adanya keragaman dialek bahasa Jawa kurang diperhatikan
reading menurut responden adalah teks bacaan bergambar, dalam penyusunan materi ajar. Akibatnya proses belajar
teks sederhana, teks book, teks bacaan cerita anak-anak mengajar juga kurang berkembang secara maksimal
yang menarik, majalah anak-anak, story book, media buku- dengan orientasi pada sikap dan kemampuan komunikatif
buku bahasa inggris, media buku ajar dan buku penunjang siswa. Kurangnya kompetensi guru menjadi kendala utama
lain, media artikel, cd komputer interaktif, gambar cerita bagi pengembangan sikap siswa. Sebab pada tingkat
berseri yang sesuai dengan dunia anak, bacaan atau pendidikan di MI guru merupakan sosok yang dominan
kosakata. Di samping audio visual seperti yang telah untuk membangun sikap dan perilaku belajar siswa.
disebutkan di atas untuk media peningkatan komptensi Terdapat kecenderungan di lapangan bahwa guru
writing adalah LKS bahasa Inggris sebagai bahan latihan bahasa Inggris masih berorinteasi pada pengetahuan
untuk siswa, majalah dinding, lomba mengarang, kamus, bahasa dan kurang dapat mengembangkan keterampilan
buku cerita bergambar, buku teks, buku panduan bahasa bahasa siswa. Kompetensi ini menyangkut pula kurangnya
Inggris, dan buku ajar. variasi metode dan media pelajaran yang digunakan guru
Model evaluasi listening yang banyak dipilih di kelas. Selain itu, banyaknya guru bahasa Inggris di MI
responden untuk hasil pembelajaran listening adalah yang tidak berlatar pendidikan bahasa Inggris juga
demonstrasi, kuis, dan tes tertulis. Model evaluasi reading merupakan kendala dalam pembelajaran bahasa Inggris di
yang banyak dipilih responden untuk hasil pembelajaran sekolah. Konsepsi panduan tentang materi ajar muatan
reading adalah kuis, presentasi, dan demontrasi. Model lokal bahasa Inggris MI yang berwawasan sosiokultural
evaluasi speaking yang banyak dipilih responden untuk merupakan suatu model dasar yang dikonstruksi secara
hasil pembelajaran speaking adalah presentasi dan mendalam dengan penekanan kepada keterampilan
demonstrasi. Model evaluasi writing yang banyak dipilih berbahasa Inggris siswa secara fungsional. Selain itu,
responden untuk hasil pembelajaran writing adalah model ini juga menekankan pada pembelajaran budaya
pekerjaan rumah (take home test), test tertulis, karyasiswa, lokal melalui pengenalan budaya-budaya yang ada di
dan penyusunan laporan. sekitar anak didik.
Hal lain yang disaranakan oleh para guru adalah
adanya program tambahan yang sebaiknya diberikan di Kesimpulan
luar jam kelas. Hal ini bertujuan agar pelaksanaannya tidak Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa data
mengganggu KBM yang sedang berlangsung dan inti dari penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut.
9
Manhaj, Vol. 5, Nomor 3, September – Desember 2017
Pertama, hasil kuesioner menunjukkan bahwa sebagian (menulis), namun dalam penyajiannya bersifat integratif,
besar materi ajar yang digunakan guru tidak sesuai dengan tidak terpisah masing-masing keterampilan. Evaluasi
kurikulum yang ada di Bengkulu. Hal itu dibuktikan dalam pembelajaran bahasa Inggris harus sesuai dengan
dengan banyaknya guru bahasa Inggris menggunakan keterampilan yang sedang dipelajari siswa.
materi ajar yang diterbitkan dari penerbit, baik dari luar
negeri atau dalam negeri yang belum mengusung pada Daftar Pustaka
tujuan pembelajaran bahasa Inggris di MI, khususnya di Alwasilah, A. Chaedar. 1997. "Bahasa Inggris di Sekolah
Bengkulu. Dasar". Dalam Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Rosda
Kedua, pembelajaran bahasa Inggris sebagai mata Karya.
pelajaran muatan lokal seharusnya mampu menyajikan
Bloor, T. dan Bloor, M., 1995. The Functional Analysis of
nilai-nilai lokal untuk dikenalkan kepada siswa melalui English: A Hallidayan Approach. London: Arnold.
bahasa Inggris. Kurangnya materi ajar yang
menyuguhkkan nilai-nilai lokal daerah menjadikan Bogdan, Robert, S. dan Binklen. 1982. Qualitative
Research for Education: An Introduction to Thory and
pentingnya pengembangan materi ajar. Untuk itu, dalam
Metdhodds. Boston: Ally and Bacon, Inc.
penelitian ini dirancang pengembangan model materi ajar
Mulok bahasa Inggris yang berwawasan sosiokultural yang Borg, Walter R, Meredith Damin Gal. 1983. Educational
dapat dimanfaatkan oleh guru-guru bahasa Inggris di MI. Recearch : An Introduction. New York & London : Longman
Pengembangan materi ajar ini dikembangkan dengan Brown, H.D. 1980. Classrrom Interaction. New Jersey:
mempertimbangkan: (1) acuan pengembangan (dasar Practice Hall Inc. Brown, H.D. 1987 Principles of Language
pemikiran), (2) isi materi, (3) organisasi materi, (4) Learning and Teaching. Englewood Cliffs: Prentice Hall Regents.
pengembangan materi, (5) penyajian, dan (6) evaluasi.
Brown, H.D. 2000. Teaching by Principles. New Jersey:
Ketiga, pengembangan materi ajar muatan lokal Practice Hall Inc
bahasa Inggris di Madrasah Ibtidaiyah hendaknya
menggunakan acuan yang lengkap, yaitu: (1) kurikulum Charbonneau, M.P. dan Reider, B.E. (1995). The
Integrated Elementary Classroom: A Developmental Model of
yang berlaku, (2) teori-teori yang relevan, (3) kebutuhan Education for the 21st Century. Boston: Allyn & Bacon.
bahasa anak, (4) buku-buku atau reference yang
menunjang pembelajaran, dan (5) masukan berdasarkan Cunningsworth. 1995 Choosing Your Course Book
pengalaman guru dalam merancang pembelajaran bahasa Oxford : Heineman
Inggris. Isi materinya pun dirancang pula dengan Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman
memperhatikan (1) standar kompetensi untuk kelas rendah Pengembangan Buku Pelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan.
dan (2) standar kompetensi kelas tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Mutu
Keempat, organisasi materi yang disajikan dalam Buku Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Pusat Perbukuan.
pengembangan model materi ajar mulok bahasa Inggris di
Bengkulu didasarkan pada strategi pembelajaran bahasa Departmen Pendidikan Nasional . 2006. Standar
Inggris dengan tahapan, yakni: Building Knowledge of the Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa
Inggris untuk Kelas IV, V, dan VI SD/MI Kurikulum 2006. Jakarta:
Field, Modelling of Text, Joint Construction of Text dan Departmen Pendidikan Nasional.
Independent Construction of Text. Organisasi materi ini
pun mencakup pula empat kompetensi, yakni: listening Dubin, Fraida and Olshtain Elite. 1997. Developing
Programs and Materials for Language Learning. New York.
competence, speaking competence, reading competence,
Cambridge University Press.
dan writing competence.
Kelima, materi ajar mulok bahasa Inggris yang Halliday, M..K, dan J.R. Martin 1993. Writing Science:
berwawasan sosiokultural yang dikembangkan harus Literary and Discursive Power. London: The Palmer Press.
memperhatikan kegiatan sehari-hari di lingkungan Halliday, M.A.K, 1994. Introduction to Functional
keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta memasukkan Grammar. London: Arnold.
unsur-unsur sosiokultural setempat (adat-istiadat,
Hammond, J. et al. 1992. English for Social Purposes: A
kebiasaan). Meskipun dalam organisasi materi disebutkan
handbook for teachers of adult literacy. Australia: National
bahwa buku ini disusun berdasarkan beberapa Centre for English Language Teaching and Research, Macquary
keterampilan atau skills yakni; listening (menyimak), University.
speaking (bicara), reading (membaca) dan writing
10
Risnawati dkk; Pengembangan Materi Ajar

Hymes, Dell. 1972. “On Communicative Competence”.


In J.B. Pride and J. Holmes (eds): Sosiolinguistics. Thomas. J. 1995. Meaning in Interaction: An
Harmondsworth: Penguin. Introduction to Pragmatics. Addison Wesley Longman: London.

Jacob, H.H., Ed. (1989). Interdisciplinary Curriculum: Wood, Patricia. 1988. "Action Research: A Field
Design and Implementation. Alexandria, V.A.: ASCD Perspective". Journal of Education for Teaching, Vol. 14 (2):
135-150
Johnson, Keith. 1982. Communicative Syllabus, Design
and Methodology. Oxford: Pergamon. Zornada, I. dan S. Bojanic. 1988. Strategies Used in
Competent Language Learners. Adelaide, Australia: Language &
Khashen, Stephen D. 1988. Secoud Language Acquisition Multicultural
and Second Language Learning. New York: Prentice Hall.

Littlewood, W. 1994. Foreign and Second Language


Learning: Language Acquisition Research and Its Aplications for
The Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

Mey, Jacob L. 1993. Pragmatics: An Introduction.


Oxford UK & Cambridge USA: Blackwell.

Moleong, Lexy J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung: PT Remaja Rodakarya.

Nababan, Wri Utari Subyakto. 1993. Metodologi


Pengajaran Bahasa. Jakarta: PT Gramedia.

Nunan, David. 1991. Design Task for Communicative


Classroom. New York: Cambridge Languange Teaching Library.

Parera, J.D. 1996. Pedoman Kegiatan Belajar Mengajar


Bahasa: Landas pikir landas teori. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.

Pattern, T. 1988. Systemic Text Generation as Problem


Solving. Cambridge: Cambridge University Press.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan


Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta:
Kanisius

Robinson-Stuart, Gail and Nocon, Honorine. 1996.


Second Culture Acquistion: Ethnography in the foreign language
classroom. Modern Language Journal 80: 431-449.

Savignon, Sandra. 1983. Communicative Competence:


Theory and Classroom Practice. Massachusetts: Addison Wesley
Publishing.

Sumadi. 2000. Panduan Penelitian, Pemilihan,


Penggunaan, dan Penyusunan: Buku Pelajaran Bahasa
Indonesia di SD. Jakarta: Grasindo.

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran


Bahasa 1 dan 2. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 1998. Pengajaran Pemerolehan


Bahasa . Jakarta: Dirjen Dikti.

Templeton, S. 1988. Teaching the Integrated languange


Art. Boston: Houghton Mifflin Company.
11

Anda mungkin juga menyukai