Anda di halaman 1dari 43

521 / Linguistik

LAPORAN AKHIR
PENELITIAN DOSEN PEMULA

PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS KEARIFAN LOKAL

TIM PENGUSUL

Dewi Murni, M. Hum (Ketua) NIDN 1016067901


Riau Wati, M. Hum (Anggota) NIDN 1024027202

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


Maret, 2013

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa


memberikan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan hasil penelitian berjudul
Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Kearifan Lokal Penulis berharap semoga
semua aktifitas yang dilakukan senantiasa dapat ridho-Nya. Shalawat dan salam tidak
lupa penulis ucapkan pada Baginda Nabi Muhammad Saw, keluarga dan para sahabat
beliau, serta semua para umat-Nya yang selalu melakukan kebaikan dimuka bumi
hingga hari ini.
Penulis menyadari untuk menghasilkan tulisan yang baik tidak mudah, kerana
banyak menyita waktu. Berkat keuletan dan kegigihan penulis, sehingga penulisan
proposal ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan hasil penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan metode pengajaran bahasa Inggris yang dapat
dimasukan sebagai muatan lokal dalam kurikulum pendidikan.
Dalam penulisan ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, oleh
karena itu penulis mengharapkan masukan dalam bentuk kritikan dan saran yang
sangat berari untuk membangun tulisan proposal ini, sehingga menghasilkan bentuk
hasil penelitian yang baik.

Tanjungpinang, Oktober 2013

ii

DAFTAR ISI

Isi

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

RINGKASAN .................................................................................................

iv

I.

PENDAHULUAN ...............................................................................

1.1. Latar Belakang ..............................................................................

1.2. Perumusan Masalah ......................................................................

1.3. Tujuan Penelitian ..........................................................................

1.4. Luaran ...........................................................................................

II.

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................

III.

METODE PENELITIAN .................................................................

IV.

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN ...........................................

11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

12

LAMPIRAN ....................................................................................................

13

iii

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan suatu model pembelajaran Bahasa Inggris
yang berbasis kearifan lokal di sekolah dasar. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menciptakan model konseptual tentang
pembelajaran Bahasa Inggris berbasis kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan
populasi sekolah dasar yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Timur Provinsi Kepulauan
Riau dan pemilihan sampel dilakukan dengan tehnik multi-stage sampling. Data
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, analisis dokumen dan dilengkapi dengan
wawancara. Data yang dihasilkan merupakan model konseptual pembelajaran Bahasa
Inggris yang berisi tentang standar kompetensi Bahasa Inggris sekolah dasar,
kompetensi dasar, tema/materi yang harus diajarkan untuk mencapai kompetensi,
pendekatan, metode/strategi, dan assessmen yang digunakan untuk menilai kompetensi
siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Model konseptual ini akan menjadi dasar
pengembangkan modul dan perangkat pembelajaran Bahasa Inggris sekolah dasar.
Kata kunci: model pembelajaran bahasa Inggris, kompetensi

iv

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Bahasa Inggris merupakan mesin penggerak arus globalisasi yang sangat
tidak terbendung. Arus tersebut mempersingkat jarak dan menjembatani berbagai
bentuk pemisah antar negara-negara di dunia dengan menciptakan keharmonisan
global dalam pelbagai hal seperti IPTEKs, politik, sosial budaya, dan ekonomi.
Dalam hal IPTEKs misalnya, setiap orang boleh mengakses ilmu cukup dari rumah
saja dengan memanfaatkan perangkat dunia maya. Nyaris, semua orang tidak
ketinggalan informasi. Demikian pun informasi lowongan di dunia kerja, baik dari
dalam negeri maupun luar negeri, tidak perlu harus mencari amplop untuk
mengirim berkas lamaran. Ingin menikmati hiburan membuat umur panjang seperti
filem-filem, lagu-lagu, dan lain-lain yang serupa, tidak perlu harus ke loket penjual
tiket. Banyak contoh-contoh lain lagi yang serupa.

Lalu, mempersiapkan

kemampuan mengerjakan TOEFL untuk studi lanjut ke luar negeri dapat dilakukan
lewat fasilitas yang sama sebelum ikut tes. Itu semua dapat dilakukan hanya dengan
menguasai Bahasa Inggris.
Arus global juga menginspirasi banyak hal untuk meningkatkan kesejahteraan
dunia. Negara-negara tergolong miskin atau underdveloping countries dan negaranegara tergolong sedang berkembang atau developing countries, menjadi lebih
maju, tentu karena terinspirasi arus global dalam bentuk kerjasama interdependent.
Bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang banyak digunakan oleh siapapun
dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti. Bahasa Inggris tidak hanya

diterapkan dalam bidang formal namun juga pada kegiatan-kegiatan informal


lainnya. Di negara-negara berkembang, bahasa Inggris merupakan satu-satunya
bahasa yang digunakan untuk keperluan negara dan rakyat. Tidak ada bahasa lain
sebagai medium pergaulan, medium peningkatan taraf hidup, dan medium
pembentuk diri. Bagi sebagian negara, bahasa Inggris merupakan warisan dari
leluhur. Namun, bagi negara-negara lain, bahasa Inggris merupakan bahasa yang
dibawa oleh koloni penjajah seperti Inggris. Dengan kata lain, bahasa Inggris
merupakan bahasa kedua.
Sebagai penduduk yang mendiami daerah yang memiliki tujuan wisata
historis, anak-anak muda di Kepulauan Riau dituntut memiliki kompetensi
berbahasa Inggris. Hal ini disebabkan karena sebagai daerah tujuan wisata, setiap
orang diharapkan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang asing
mengenai segala sesuatu tentang Kepulauan Riau, sehingga mereka tidak
kehilangan peluang untuk memperoleh memperoleh pekerjaan di dunia pariwisata,
instansi layanan publik dan instansi pemerintah yang berhubungan dengan
pariwisata. Agar mampu memberikan informasi tersebut diperlukan kemampuan
berbahasa Inggris dan pengetahuan budaya Melayu Kepulauan Riau, yang
sebaiknya dilakukan sedini mungkin yaitu sejak sekolah dasar.
Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah provinsi Kepulauan Riau
seharusnya menerapkan kebijakan untuk memasukkan bahasa Inggris sebagai
muatan lokal. Kebijakan pemerintah ini diharapkan akan sesuai
pemerolehan bahasa asing bahwa kompetensi

dengan teori

berbahasa asing (Inggris) akan

sangat efektif bila dilakukan sedini mungkin. Namun dalam kenyataannya, dampak
dari kebijakan pemerintah tersebut belum seperti yang diharapkan yaitu pencapaian

kompetensi berbahasa Inggris dan pemahaman tentang budaya Melayu Kepulauan


Riau masih belum tampak. Dengan demikian, pentingnya menjaga kearifan lokal
dan juga budaya setempat dalam pengajaran bahasa asing tidak boleh diabaikan.
Para pengajar bidang ilmu tertentu yang hendak mengajar dengan medium bahasa
Inggris, perlu mengetahui bagaimana mengajar bahasa Inggris sebagai bahasa asing
yang efektif. Mereka telah memiliki cukup pengalaman mengajar bidang ilmunya
dalam bahasa Indonesia.
Asumsi yang menguat adalah adanya beberapa faktor yang menyebabkan
tidak tercapainya hal tersebut, yaitu pertama, kurikulum yang dikembangkan (1)
tidak sesuai dengan konteks Melayu (KTSP), (2) sampai sekarang belum pernah
diuji ahli dan uji empiris sehingga belum jelas tingkat efisiensi dan efektivitasnya,
(3) belum adanya peninjauan ulang, (4) tidak dilengkapi dengan deskripsi yang
jelas terutama standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diharapkan serta
tehnik assesmen yang cocok untuk pembelajaran bahasa Inggris; kedua, belum
adanya buku teks pembelajaran bahasa Inggris yang memasukkan unsur budaya
Melayu Kepulauan Riau sehingga lebih mudah dimengerti karena sesuai dengan
latar belakang budaya dan pengetahuan siswa; ketiga, kompetensi pedagogik guru
yang masih sangat rendah terutama kompetensi mengajarkan bahasa Inggris untuk
anak-anak yang disebut dengan Teaching English for Young Learners (Bahasa
Inggris

untuk

anak-anak),

serta

kurangnya

kemampuan

guru

dalam

mengembangkan materi dan media pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak


serta pengembangan bentuk dan tehnik asesmennya.

1.2

Perumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang pentingnya penelitian pembelajaran Bahasa

Inggris Berbasis Kearifan Lokal, permasalahan dalam penelitian ini dapat


dirumuskan sebagai berikut:
1.

Bagaimana pengembangan buku panduan yang digunakan siswa dalam


penerapan bahasa Inggris terhadap budaya lokal di Sekolah Dasar khususnya
di wilayah Kepulauan Riau?

2.

Bagaimana kerangka

konseptual

yang dikembangkan dalam proses

pembelajaran bahasa Inggris terhadap budaya lokal?


3.

Apa faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan bahasa Inggris di


tingkat Sekolah Dasar di wilayah Kepulauan Riau?

1.3

Tujuan Penelitian
Dengan

mempertimbangkan

permasalahan-permasalahan

yang

telah

dirumuskan di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Mendeskripsikan pengembangan buku panduan yang digunakan siswa dalam


penerapan bahasa Inggris terhadap budaya lokal pola di Sekolah Dasar
khususnya di wilayah Kepulauan Riau.

2.

Mendeskripsikan kerangka konseptual yang dikembangkan dalam proses


pembelajaran bahasa Inggris terhadap budaya lokal.

3.

Mendeskripsikan faktor-faktor yang menjadi kendala dalam penerapan bahasa


Inggris di tingkat Sekolah Dasar di wilayah Kepulauan.

1.4

Target Luaran
Adapun target luaran wajib yang akan dicapai pada penelitian ini adalah :
a. Publikasi ilmiah dalam jurnal terakreditasi
b. Seminar nasional
Sedangkan luaran tambahan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Desain kurikulum yang memuat muatan lokal
b. Buku ajar

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Teaching English for Young Learners (TEYL) atau dalam bahasa Indonesia,
pembelajaran Bahasa Inggris bagi anak-anak, merupakan ilmu yang

relatif baru

berkembang karena baru menjadi sebuah bidang ilmu pada dua warsa terakhir ini. Bisa
dikatakan bahwa TEYL merupakan anak dari TEFL (Teahing English as a Foreign
Language), yaitu pembelajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang sudah
berkembang sejak awal tahun 60-an dan menjadi sebuah bidang ilmu tersendiri sejak
gencarnya konsep globalisasi didengungkan pada tahun delapan puluhan. Lahirnya
TEYL dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran
bahasa asing akan lebih efektif apabila dimulai sejak usia sebelum akil baliq (sebelum
usia belasan) karena di usia anak-anak, pebelajar bukan hanya sekadar belajar bahasa
(learning), tetapi memiliki kemampuan untuk mem-peroleh bahasa mendekati penutur
aslinya (acqui-sition) (Krashen, 1985; Oxford, 1990; Strevens, 1977). Penelitian lain
yang mendukung adalah adanya temuan bahwa pebelajar usia anak-anak memiliki
strategi pembelajaran yang berbeda dari pebelajar usia dewasa (Fillmore, dkk., 1979).
Trend TEYL saat ini bisa dikatakan mendunia terutama di negara-negara, yang
Bahasa Inggris memiliki status sebagai bahasa asing. Jepang misalnya, melakukan
pembaharuan dengan cara merekrut penutur asli Bahasa Inggris yang sudah
berpengalaman mengajar anak-anak untuk mendampingi guru-guru Bahasa Inggris
sekolah dasar di Jepang. Sementara itu, di Indonesia, usaha semacam itu belum
kelihatan. Bahasa Inggris untuk anak-anak sampai saat ini masih diajarkan dengan cara
yang tidak jauh berbeda dengan cara mengajar pebelajar SMP dan SMA. Pembelajaran

di kelas didominasi dengan penjelasan guru yang mengacu pada buku teks (yang
merupakan satu-satunya sumber belajar). Menurut teori TEYL, penggunaan buku teks
sebagai satu-satunya sumber belajar di kelas tidak akan memberi kesempatan kepada
siswa untuk belajar Bahasa Inggris yang digunakan dalam kehidupan nyata.
Dalam pembelajaran bahasa yang komunikatif, ada perubahan paradigma
dalam pembelajaran bahasa, dimana guru, buku teks, dan metode mengajar tidak
lagi ditempatkan sebagai faktor-faktor utama untuk sukses dalam belajar bahasa.
Dalam Prinsip Pembelajaran bahasa disebutkan: Successful mastery of the second
language will be due to a large extent to a learners own personal investment of
time, effort, and attention to the second language in the form of an individualized
battery of strategies for comprehending and producing the language (Brown,
2001:60).
Dengan demikian sukses dalam belajar bahasa sangat ditentukan oleh strategi
belajar pembelajar bahasa dalam memahami dan memproduksi bahasa. Sementara
itu Spratt (2005) memberikan definisi strategi belajar sebagai berikut: Learning
strategies are the ways chosen by learners to learn language. They include ways to
help students identify what they need to learn, process new language and work with
other people to learn. Using the right strategy at the right time can help them learn
the language better, and help to make them more autonomous.
Menurut Richard dan Schmidt (2002) secara umum strategi belajar bisa
diartikan sebagai the ways in which learners attempt to work out the meanings and
uses of words, grammatical rules, and other aspects of the language they are
learning.

Richard dan Schmidt, 2002 menyebutkan bahwa secara umum gaya belajar ini bisa
dibagi menjadi 4 kategori:
a.

Strategi kognitif (cognitive strategies), misalnya dengan menganalisa bahasa


target (dalam hal ini bahsa Inggris), membandingkan hal yang baru dnegan
apa yang sudah diketahui baik dalam bahasa pertama maupun bahasa kedua,
dan mengorganisasi informasi.

b.

strategi metakognitif (metacognitive strategies), misalnya memperhatikan


cara belajar dirinya, membuat rencana ynag tersusun rapi, memonitor
perkembangan diri.

c.

Strategi social (social strategies), misalnya mencari teman yang juga penutur
asli dari bahasa yang sedang dipelajari (bahasa Inggris) atau bekerja
kelompok di kelas.

d.

Strategi pengelolaan sumberdaya (resource management strategies), misalnya


merancang waktu regular untuk belajar dan menentukan tempat untuk belajar.
Laurie (2010) mengatakan bahwa penggunaan bahasa ibu oleh para pebelajar

seringkali menjadi kendala bagi para guru dalam menerapkan bahasa kedua seperti
bahasa Inngris. Di samping itu, pembelajaran bahasa Inggris bagi para pemula yang
dikenal dengan istilah YLL (young language learners) dapat terpenuhi jika para
guru dapat menyeimbangkan ilmu bahasa bahasa disertai dengan desain kurikulum
yang terencana dengan baik. Selain itu penggabungan metode TL (teaching
language) dan juga L1 (language first) dapat digunakan dalam mencapai target
pembelajaran bahasa asing (English as foreign language).
Penelitian yang lakukan oleh Horst (2010) berasumsi bahwa L2 (second
language) dan L1 (first language) dapat tercapai dengan memahami pendekatan

lintas linguistik (ilmu bahasa). Ciri-ciri linguistik juga memainkan peranan penting
guna pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pemerolehan bahasa bagi
pemula khususnya anak-anak berada pada masa emas karena kemampuan anak
pada fase ini lebih berkembang dengan cara berfikir konsep operasional konkret.
Krashen (1981) menyebutkan bahwa strategi pembelajaran bahasa kedua atau
asing kepada pebelajar pemula harus diarahkan kepada pencapaian kompetensi dan
rasa percaya diri (confidence). Lebih jauh, ahli pendidikan ini mengatakan bahwa
target pembelajaran adalah acquisition bukan semata-mata belajar bahasa. Krashen
(1982) mendefinisi-kan acquisition sebagai pemerolehan bahasa dengan usaha sendiri.
Dengan kata lain, pebelajar (khusus-nya yang tingkat pemula) mendapat kesan
yang menyenangkan dalam belajar sehingga menumbuhkan keinginan belajar terus
menerus dalam berbagai konteks (tidak hanya di dalam kelas saja) dan tidak selalu
harus dalam pengawasan guru. Dengan kata lain pembelajaran yang diberikan di
sekolah semestinya mampu memberikan dorongan kepada siswa untuk bisa
melanjutkan dan mengembangkan proses belajarnya di luar kelas dengan
menggunakan Bahasa Inggris yang dipelajarinya dalam kehidupan nyata.
Kompetensi berbahasa Inggris pada tingkat awal ini sangat penting dan strategis
karena merupakan dasar pembelajaran untuk pembelajaran Bahasa Inggris di
tingkat lebih lanjut dan kesalahan yang mungkin terjadi karena penyimpangan
proses pembelajaran akan terbawa seumur hidup dan mempengaruhi pembelajaran
Bahasa Inggris siswa selanjutnya.
Senada dengan Luarie, Neris (2010) juga mengungkapkan bahwa pebelajar
muda yang berada di tingkat pemula seperti Sekolah Dasar merupakan masa yang
amat tepat untuk menerapkan

pembelajaran bahasa asing

yang akan dapat

memperoleh pencapaian yang maksimal jika terdapat penerapan metode


pemerolehan kosakata. Dalam hal ini, metode ELL (english language learners)
dapat diaplikasikan dengan pemerolehan kosakata bagi anak (vocabulary
aqcuisition).
Memahami demikian pentingnya pembelajaran Bahasa Inggris untuk anakanak di Kepulauan Riau dan menyadari ketidaktersediaannya model pembelajaran
yang bisa digunakan guru sebagai panduan dalam proses pembelajaran, maka
penelitian yang bermaksud mengembangkan model pembelajaran konseptual yang
berbasis budaya Melayu Kepulauan Riau ini sangat mendesak untuk dilakukan.
Diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat yang siginifikan tidak hanya
kepada guru tetapi juga kepada pihak pengambil keputusan agar pembelajaran
Bahasa Inggris bisa berlangsung dengan benar dan professional.

10

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan kearifan lokal yang
dapat dijadikan sebagai strategi belajar dalam bahasa Inggris bagi siswa di Sekolah
Dasar khususnya di wilayah Kepulauan Riau. Strategi ini juga dapat digabungkan
dengan stratgei belajar lainnya sehingga tercipta tujuan pembelajaran yang berjalan
dengan baik.

Berdasarkan uraian sebelumnya, dilakukannya penelitian ini akan mempunyai


sejumlah manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Secara teoretis, hasil penelitian yang berupa deskripsi pembelajaran bahasa
Inggris berbasis kearifan lokal akan bermanfaat bagi penerapan belajar siswa
di Sekolah Dasar.
2. Mengungkapkan seberapa besar pengaruh penerapan pembelajaran tersebut
pada pendidikan di Sekolah Dasar.
3. Dapat memberikan kontribusi yang cukup berarti guna meningkatkan mutu
pendidikan dan mendorong perkembangan di bidang pendidikan.
4. Secara praktis, bagi yang berkompeten dalam bidang pengajaran bahasa
Inggris, temuan-temuan ini nantinya dapat digunakan sebagai ilmu bantu
dalam pembelajaran bahasa Inggris secara efektif.

11

BAB 1V
METODE PENELITIAN

1.1. Jenis dan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Populasinya terdiri dari
sekolah dasar yang ada di Provinsi Kepulauan Riau dan tehnik pemilihan sampel
dilakukan dengan konsep multi-stage sampling technique dengan memperhitungkan
sekolah yang ada di Kecamatan Tanjungpinang Timur. Secara keseluruhan, karena
keterbatasan waktu dan tenaga, sampel yang dilibatkan adalah 6 sekolah, yaitu sekolah
yang berada di Kecamatan Tajungpinang Timur.

1.2. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama satu tahun dari bulan Maret-Oktober 2013 di
Kecamatan Tanjungpinang Timur Provinsi Kepulauan Riau dengan pertimbangan;
Pertama, karena luasnya wilayah objek penelitian, maka pengambilan sekolah sebagai
objek penelitian dilakukan pada wilayah Tanjungpinang Timur yang berjumlah enam
buah sekolah.

1.3. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan, sedangkan sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2002:72).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perangkat sekolah/instansi pendidikan

12

yang berkenaan. Mengingat jumlah populasi relatif besar dan tidak memungkinkan
untuk diteliti secara keseluruhan (sensus), maka dilakukan tehnik sampling.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
multistage sampling (Sugiarto dkk, 2003) dalam Arifin. Berdasarkan metode tersebut,
maka penelitian ini menggunakan dua tahap, yaitu : Tahap Pertama, adalah memilih
cabang berdasarkan lokasi atau wilayah yang dijadikan sampel

Pada tahap ini,

pemilihan cabang berdasarkan lokasi sebagai sampel dilakukan dengan memilih enam
lokasi sekolah yang ada di wilayah Tanjungpinang Timur. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa, ke enam lokasi ini memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk
yang relatif besar.
Selanjutnya, pada tahap kedua adalah menentukan sampel tenaga pengajar/guru
dari masing-masing sekolah berdasarkan lokasi yang telah dipilih sebagai sekolah
sampel. Setiap sampel diambil sedemikian hingga satuan elementer atau unit populasi.
Dengan pendekatan ini, maka sampel acak diharapkan menjamin penelitian dapat
dievaluasi objektif karena terpilihnya satuan elementer sampel secara objektivitas,
terhindar dari subjektivitas peneliti. Alasan memilih para tenaga pengajar adalah adalah
karena mereka yang secara langsung melaksanakan pengajaran bagi siswa. Untuk itu
efektivitas suatu keberhasilan pengajaran sangat tergantung dari kemauan, usaha, dan
kemampuan mereka dalam melaksanakan pengajaran tersebut.

1.4. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan metode atau tehnik
wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan tujuan
untuk mendapatkan data awal serta informasi awal dalam hubungannya dengan

13

subjek maupun objek penelitian. Pelaksanaan wawancara ini dilakukan secara


terstruktur dengan jawaban yang bersifat terbuka kepada pihak sekolah.
Penggunaan tehnik dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan data sekunder
yang akan digunakan untuk memperoleh analogi yang berguna dalam perumusan
teori, dan landasan dalam menganalisis data primer, serta memperkuat dugaan
dalam pembahasan masalah.

14

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. D. 2001. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language


pedagogy.N.Y: Longman.
Fillmore, C.J., Kempler, D., and Wang, W.S-Y. (Eds.) (1979). Individual
Differences in Language Ability and Language Behaviour. New York:
Academic Press
Horst, Marlise. 2010. First and Second Language Knowledge in the Language
Classroom. International Journal of Bilingualism. Vol 14. No. 3. 313-349.
Concordia University Montreal
Krashen, S. (1981). Second Language Acquisition and second language learning.
Oxford: Pergamon.
Krashen, S. (1982). Principles and practices in second language acquisition.
London: Pergamon.
Krashen, S. (1985).The input hypothesis: Issues and implications. New York:
Longman
Neris Lugo, J Mirza. 2010. Facilitating Vocabulary Acquisition of Young English
Language Learners. Vol. 41.314-327. The Florida State University
Oxford, R. 1990. Learning Strategies: What Every Teacher should know. New
York: Newbury/ Harper and Row
Richards, J. C., dan Schmidt, R. 2002. Longman Dictionary of Language Teaching
and Applied Linguistics. London: Longman Pearson Education.
Spratt, M., et. al. 2005. Teaching Knowledge Test. Cambride: CUP.

15

Strevens, P. 1977. New Orientations in the Teaching of English. Oxford: Oxford


University Press.

16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Justifikasi anggaran penelitian


1. Honor
Honor

Honor/Jam (Rp)

Ketua
Anggota
Pembantu lapangan
SUB TOTAL (RP)

2,000
1,500
10,000

Waktu
(jam/minggu)
120 Jam
120 Jam
27
Jam

Minggu
6
6
1

Honor per Tahun (Rp)


Th I
T..
Th n
1,440,000
1,080,000
270,000
2,790,000

2. Peralatan Penunjang
Honor per Tahun (Rp)

hari

Harga
Satuan
(Rp)
50,000

18

eks

30,000

540,000

14

hari

300,000

4,200,000

25

eks

Justifikasi
Pemakaian

Kuantitas

Sewa Kamera

Survei Lapangan

14

Lembar kuesioner
Sewa Mobil

Pengambilan
sample
Survei Lapangan

Suvenir (Book)

Panduan Belajar

Material

Th I

T..

Th n

700,000

750,000
30,000

Pengolahan Data
1
Sampel
SUB TOTAL (RP)

Analisis Data

Paket

1,000,000

1,000,000
7,190,000

3. Bahan Habis Pakai

Pembuatan
Laporan
Cartridge Canon Back Printer

Kotak

Harga
Satuan
(Rp)
150,000

Buah

200,000

200,000

Cartridge

Buah

250,000

250,000

Material

Justifikasi
Pemakaian

Kertas A4

Canon Printer

Kuantitas

Honor per Tahun (Rp)


Th I

T..

150,000

Color

17

Th n

ATK

Bahan Peneltian

25

Paket

75,000

1,875,000

Disket

Penyimpan data

10

Kepin
g

10,000

100,000

SUB TOTAL (Rp)

2,570,000

5. Lain-lain
Kegiatan
Laporan Proposal
Laporan Kemajuan
Laporan Akhir
Publikasi
Seminar

Justifikasi
Pemakaian
Pengajuan
penelitian
Pemantauan
penelitian
Hasil penelitian
Jurnal
dokumentasi
Publikasi

Eks

Harga
Satuan
(Rp)
30,000

Eks

30,000

150,000

Eks

30,000

150,000

dan 1

Paket

500,000

500,000

Paket

500,000

500,000

Kuantitas

Honor per Tahun (Rp)


Th I

T..

Th n

150,000

SUB TOTAL (Rp)

1,450,000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SETIAP TAHUN (Rp)

14,000,000

TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN SELURUH TAHUN (Rp)

14,000,000

18

Lampiran 2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas

No Nama/NIDN

Instansi
Asal

Bidang
Ilmu

1.

Dewi Murni, M. UMRAH


Hum /1016067901

Linguistik

2.

Riau Wati,
M. UMRAH
Hum /1024027202

Linguistik

Alokasi
waktu
Uraian
(jam/minggu) Tugas
120
jam/6 survei
minggu
lapangan
Pembuatan
proposal,
pengambilan
sampel dan
laporan hasil
120
jam/6 survei
minggu
lapangan
Pembuatan
proposal,
analisis
sampel dan
laporan hasil

19

Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota


A.

Identitas Diri Ketua

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama lengkap (dengan gelar)


Jenis Kelamin
Jabatan Fungsional
NIP/NIK/Identitas lainnya
NIDN
Tempat dan Tanggal Lahir
e-mail
Nomor Telepon/HP
Alamat Kantor

10
11

Nomor Telepon/Faks
Lulusan
yang
Dihasilkan

Dewi Murni, M.Hum


Perempuan
Asisten Ahli
751070046
1016067910
Midai, 16 Juni 1979
salimahzulfa@yahoo.com
081270011980
Kampus UMRAH Senggarang
Politeknik Senggarang km 24
Tanjungpinang
0771-7001550/7038999
Telah S.1 = 10 orang

Jl.
Kota

1. Linguistik
2. Bahasa Inggris
12

Mata Kuliah yan Diampu

B.

Riwayat Pendidikan

Nama PT
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-lulus
Judul Skripsi/Tesis

Nama Pembimbing

S-1
UNDIP
SASTRA
INGGRIS
2002-2004
Analisis
Kesalahan
Grammatikal
pada Majalah
Hello
Prof.
Dr.
Kusrahayu

S-2
UGM
LINGUISTIK

S-3

2005-2007
Perubahan
Bahasa Melayu
Riau Penyengat

Prof.
Dr.
Soepomo
Poedjosoedarmo

20

C.

Pengalaman penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan

No

Tahun

Judul Penelitian

1.

2008

2.

2012

Kebudayaan Maritim Suku UMRAH


Laut
Penggunaan
Bahasa
oleh UMRAH
Masyarakat Multilingual di
Senggarang

D.

Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

Jumlah
(Juta Rp)
5.000.000,-

Sumber*

5.000.000,-

Pendanaan
No

Tahun

Judul Penelitian

1.

2012

Tipologi Frase Nominal

Sumber*
UMRAH

Jumlah
(Juta Rp)
5.000.000,-

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula

Tanjungpinang,

Maret 2013

Pengusul,

( Dewi Murni, M.Hum )

21

A.

Identitas Diri Anggota

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama lengkap (dengan gelar)


Jenis Kelamin
Jabatan Fungsional
NIP/NIK/Identitas lainnya
NIDN
Tempat dan Tanggal Lahir
e-mail
Nomor Telepon/HP
Alamat Kantor

10
11

Nomor Telepon/Faks
Lulusan
yang
Dihasilkan

Riau Wati, M.Hum


Perempuan
Asisten Ahli
751070058
1024027202
Tanjungpinang, 24 Februari 1972
bahtera_betha@hotmail.com
085264076106
Kampus UMRAH Senggarang
Politeknik Senggarang km 24
Tanjungpinang
0771-7001550/7038999
Telah S.1 = 10 orang

Jl.
Kota

1. Fonologi
2. Morfologi
12

Mata Kuliah yan Diampu

B.

Riwayat Pendidikan

Nama PT
Bidang Ilmu
Tahun Masuk-lulus
Judul Skripsi/Tesis

Nama Pembimbing

S-1
Univ.
Bung
Hatta
Linguistik
1991-1995
Analisis
intrinsik novel
Bekisar Merah
Drs.
Syamsuddin
Udin, M.Pd

S-2
UGM

S-3

Linguistik
1996-1999
Analisis
Folklor teori
Vladimir
propp
Prof.Dr.
Farouk HT

22

C.

Pengalaman penelitian dalam 5 Tahun Terakhir


Pendanaan

No

Tahun

Judul Penelitian

1.

2009

2.

2010

3.

2012

Analisis
Hikayat
Silsilah UMRAH
Melayu Teori Vlademir Pro
Kekuasan
Lelaki
Dimata
UMRAH
Perempuan Teori Feminisme
Analisis Penokohan Makyong UMRAH
Teori Vlademir Propp

D.

Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

Jumlah
(Juta Rp)
5.000.000,-

Sumber*

5.000.000,5.000.000,-

Pendanaan
No

Tahun

Judul Penelitian

1.
2.
3

2012

Pemahaman Karya Satra

Jumlah
(Juta Rp)

Sumber*
UMRAH
UMRAH

5.000.000,5.000.000,3.000.000,-

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Pemula

Tanjungpinang,

Maret 2013

Pengusul,

( Riau Wati, M. Hum )

23

BAB V
PEMBAHASAN

Ada beberapa hal yang harus dititikberatkan oleh pemerintah dalam upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ketiga hal tersebut adalah kurikulum,
metode pengajaran dan sumber kepustakaan (bahan-bahan sebagai acuan untuk
mengajar). Kurikulum mempunyai arti dan tujuan yang luas. Kurikulum
mencerminkan bagaimana dan sampai sejauh mana pengembangan system
pendidikan serta bagaimana pengabdiannya terhadap masyarakat yang terus
berubah akibat kemajuan ilmu penegtahuan dan teknologi yang ditunjang pula oleh
system komunikasi modern.
Namun aspek relevansi dan kebutuhan masyarakat juga harus ada di dalam
masyarakat, dalam arti kata menyelaraskan isi kurikulum dengan kebutuhan
pembangunan. akan tetapi, penerapan kurikulum juga harus berhati-hati karena
cenderung menghasilkan lulusan yang praktis semata. Suatu kurikulum yang baik
hanya akan terwujud apabila ditunjang oleh bentuk pengajaran yang baik pula,
yaitu yang tidak bersifat satu arah atau otoriter.
Salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah maupun
instansi pendidikan khususnya di Kepulauan Riau adalah berkaitan dengan metode
pengajaran melalui strategi belajar. Metode pengajaran di sini adalah bagaimana
strategi belajar yang tepat dalam memahami bahasa Inggris terutama di tingkat
Sekolah Dasar. Adapun strategi maupun metode mengajar yang diterapkan oleh
para pendidik dewasa ini adalah dengan mengandalkan pola-pola yang sudah ada
seperti instruksi sederhana dengan tindakan dalam konteks kelas dan juga

24

memperagakan instruksi-instruksi tersebut. Namun, terdapat juga strategi yang


dapat diandalkan untuk para pendidik khususnya yang ada di Kepulauan Riau yakni
dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kearifan local dalam proses pembelajaran
di sekolah. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kearifan local ke dalam
pembelajaran diharapkan juga dapat memperkokoh rasa nasionalisme di tengahtengah derasnya arus globalisasi.
Sekolah dasar merupakan lembaga formal yang menjadi peletak dasar
pendidikan untuk jenjang sekolah di atasnya. Pendidikan di Sekolah Dasar
merupakan bagian dari system pendidikan nasional yang memiliki peranan yang
amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan di
Sekolah Dasar diharapkan akan menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas
(Suharjo, 2006: 1). Dengan demikian, maka dapat dikatakan bahwa manusia yang
berkualitas tidak hanya terbatas pada tataran kognitif, tetapi juga afektif dan
psikomotor.
Sehubungan dengan itu, penanaman nilai nasionalisme di era globalisasi
sekarang ini terkait dengan satu lembaga formal seperti Sekolah Dasar. Mengingat
pembelajaran menggunakan nilai nasionalisme merupakan pembelajaran yang
bersifat abstrak, maka pendidik atau guru harus mampu mengemas bahasa Inggris
dengan metode yang tepat agar pesan yang terkandung di dalamnya dapat sampai
kepada siswa sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Dalam upaya mempelajari
bahasa Inggris bagi siswa, guru dapat memanfaatkan nilai-nilai kearifan local
sebagai sumber pelajaran. Penggunaan sumber belajar ini diharapkan akan berperan
serta dalam meningkatkan rasa nasionalisme perserta didik.

25

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di beberapa Sekolah


Dasar di Kecamatan Tanjungpinang Timur Provinsi Kepulauan Riau, maka terdapat
beberapa factor yang menjadi kendala dalam proses belajar dalam memahami
Bahasa Inggris bagi siswa seperti:
1. Terbatasnya buku-buku sumber sebagai teks bacaan.
2. Terbatasnya jam mengajar bagi tenaga pengajar.
3. Tidak adanya kegiatan penunjang seperti mengikuti kursus bahasa Inggris
bagi siswa.
4. Tenaga pengajar bukan berasal dari jurusan bahasa Inggris.

KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal atau budaya lokal berasal dari dua kata yaitu kearifan (wisdom)
dan lokal (local). Secara umum, maka local wisdom dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal tersebut
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi
geografis dalam arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang
patut secara terus menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal
tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
Dalam masyarakat kita, kearifan-kearifan lokal dapat ditemui dalam
nyanyian, pepatah, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam
perilaku sehari-hari. Kearifan local biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan
hidup masyarakat yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan local
akan tercermin dalam nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok masyarakat tertentu.

26

Nilai-nilai itu menjadi pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan
menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan
perilaku sehari-hari. (Ridwan, 2007).
Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat istiadat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis. Sehingga, jika berbicara mengenai kearifan lokal maka tidak bisa lepas
dari budaya dan nilai-nilai yang melingkupinya. Budaya dapat dipandang sebagai
latar yang bersifat normatif bagi kelompok tertentu yang melahirkan gaya hidup
yang

berbeda

dengan

lainnya.

Budaya

juga

merupakan

latar

yang

mengejawantahkan perilaku dan karya manusia yang memberikan sumbangan bagi


gaya hidup yang mempunyai ciri khas yang menyatu dan melekat pada kehidupan
bersama. (Rohidi, 2000).
Keberadaan kearifan memiliki banyak fungsi. Seperti yang dituliskan Sartini
(2006), bahwa fungsi kearifan lokal adalah sebagai berikut:
1.

Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.

2.

Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia.

3.

Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

4.

Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.

5.

Bermakna sosial misalnya upacara integrasi komunal/kerabat.

6.

Bermakna sosial, misalnya pada upacara daur pertanian.

7.

Bermakna etika dan moral.

8.

Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron


client.

27

Sutarno (2008: 7-8) mengatakan bahwa penerapan budaya lokal dalam


pembelajaran di tingkat Sekolah dasar dapat dikategorikan ke dalam empat hal
yaitu:
1.

Belajar tentang budaya, yaitu menempatkan budaya sebagai bidang ilmu.


Budaya dipelajari dalam program studi khusus, tentang budaya dan untuk
budaya. Dalam hal ini, budaya tidak terintegrasi dengan bidang ilmu.

2.

Belajar dengan budaya, terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa
sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. Belajar
dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam untuk perwujudan budaya.
Dengan demikian budaya dan perwujudannya merupakan menjadi media
pembelajaran dalam proses belajar, menjadi konteks dalam contoh-contoh
tentang konsep atau prinsip dalam suatu mata pelajaran, serta menjadi konteks
penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu mata pelajaran.

3.

Belajar melalui budaya, merupakan strategi yang memberikan kesempatan


siswa untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang
diciptakannya dalam suatu mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya.

4.

Belajar berbudaya, merupakan bentuk mengejawantahkan budaya itu dalam


perilaku nyata siswa sehari-hari.
Sementara itu Sutarno (2008: 7-10) menuliskan ada tiga macam model

pembelajaran berbasis budaya, yaitu:


1.

Model pembelajaran berbasis budaya melalui permainan tradisional dan lagulagu daerah.

2.

Model Pembelajaran berbasis budaya melaui cerita rakyat.

3.

Model pembelajaran berbasis budaya melalui penggunaan alat-alat taradisional.

28

Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar


Penerapan nilai-nilai kearifan lokal dapat diaktualisasikan ke dalam mata
pelajaran yang ada di Sekolah Dasar, salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa
Inggris. Hal ini juga terkait dengan penanaman semangat nasionalisme kepada
siswa. Dengan diintegrasikannya nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di
Sekolah Dasar diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang kearifan
lokalnya sendiri, sehingga menimbulkan kecintaan terhadap budayanya.
Proses penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di sekolah
dasar bisa dilakukan untuk semua bidang studi, tak terkecuali bahasa Inggris.
Dalam menerapkan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembelajaran di Sekolah Dasar
tentunya harus menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak Sekolah Dasar,
disesuaikan dengan materi/mata pelajaran yang disampaikan, dan metode
pembelajaran yang disampaikan.
Pembelajaran berbasis nilai-nilai kearifan lokal mengajarkan siswa untuk
selalu dekat dengan situasi konkrit yang mereka hadapi sehari-hari. Dengan kata
lain, model pembelajaran ini mengajak kita semua untuk selalu dekat dan menjaga
keadaan sekitar yang bersifat nilai yang berada di dalam masyarakat tersebut.
Model pembelajaran ini dapat diidentifikasi dengan beberapa hal sebagai berikut:
1.

Gagasan dan dasar hukum


Seorang pendidik tidak cukup hanya dengan berpengetahuan banyak dan
berwawasan luas, akan tetapi untuk merefleksikan transfer of knowledge juga
harus disertai dengan emotion skill yaitu bagaimana seorang pendidik harus
bisa masuk ke dalam dunia dimana anak didik tersebut berada. Dalam masalah
ini ada satu hal yang harus diingat yaitu seorang anak didik yang datang ke

29

sebuah kelas atau sekolah tidaklah seperti gelas kosong, akan tetapi mereka
sudah membawa pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan dari tempat di mana ia
tinggal. Dengan kata lain bahwa lingkungan yang menjadi tempat tinggal
seorang anak didik yang satu akan berbeda dengan lingkungan anak didik yang
lainnya. Dengan begitu sudah barang tentu bahwa status sosial dan ekonomi
mereka pun pasti berbeda. Begitu juga dalam lokal masyarakat, di dalam
sebuah lokal masyarakat yang satu pasti akan berbeda dengan lokal masyarakat
yang lain. Pendidikan bebasis kearifan lokal sebenarnya adalah bentuk refleksi
dan realisasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19/ 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, yaitu pasal 17 ayat 1 yang menjelaskan bahwa
kurikulum tingkat satuan pendidikan SD- SMA, atau bentuk lain yang
sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah,
sosial budaya, dan peserta didik.
2.

Tujuan dan manfaat dari pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal
Tujuan dari pendidikan berbasis kearifan lokal ialah sesuai dengan nasional
yang telah termaktub dalam undang- undang nasional yaitu Undang- undang
(UU) No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3,
menyebutkan

bahwa

pendidikan

nasional

berfungsi

mengembangkan

kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat


dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

30

Sedangkan manfaat dari pendidikan yang berbasis kepada kearifan lokal antara lain
ialah:
a.

Melahirkan generasi- generasi yang kompeten dan bermartabat

b.

Merefleksikan nilai- nilai budaya

c.

Berperan serta dalam membentuk karakter bangsa

d.

Ikut berkontribusi demi terciptanya identitas bangsa

e.

Ikut andil dalam melestarikan budaya bangsa

3.

Arti penting sebuah nilai


Maksud dari nilai tersebut adalah sebuah integritas yang akan menjadi identitas
dalam suatu bangsa. Dengan nilai tersebut maka suatu bangsa akan menjadi
maju dan bermartabat. Begitu juga yang terjadi di dunia pendidikan. Seorang
pengajar, tidak akan pernah bisa lepas dari sebuah kata sederhana yang disebut
nilai. Karena dengan nilai tersebut maka seorang pengajar akan memiliki
sebuah integritas yang pada akhirnya akan menjadi sebuah identitas, dan
dengan identitas tersebut maka seorang pengajar akan memiliki sebuah
kekhasan yang akan membedakan dengan para pengajar yang lain. Di sinilah
biasanya terdapat suatu kecenderungan yang biasa terjadi di kalangan para
pengajar adalah, mereka sering berlomba- lomba dengan metode pengajaran
yang dimiliki dan sudah dipelajarinya. Mereka tidak sadar bahwa sebuah
integritas tidak bisa disederhanakan hanya dengan sebuah kata metode. Dengan
kata lain bisa dikatakan sebagus apapun metode, jika tanpa disertai dengan
integritas yang ada di dalam diri pengajar tersebut maka metode tersebut tidak
akan menjadi efektif.

31

Cara yang bisa dilakukan oleh seorang pepelaku pendidikan, baik itu pengajar
ataupun peserta didik adalah dengan menggali berbagi potensi nilai yang ada
dalam sebuah lokal masyarakat tersebut. Dari situlah maka seorang pelaku
pendidikan tersebut akan bisa melakukan perubahan pada dunia pendidikan
yang dijalani dan ditekuninya.
4.

Pengenalan identitas lingkungan melalui media pembelajaran


Metode

yang

bisa

digunakan

untuk

pengenalan

lingkungan

dalam

pembelajaran yang berbasis pada kearifan lokal sebenarnya sangatlah variatif.


Untuk siswa SMP- SMA, bagi guru bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan
bahasa Jawa, dapat menugaskan para siswa untuk membuat karangan tentang
potensi wisata kota. Bagi guru seni rupa, anda bisa mengajarkan bagaimana
cara menggambar rumah serotongan, limasan dan joglo khas Jawa. Bagi guru
matematika, dapat mengenalkan bentuk-bentuk geometris kepada para siswa
melalui bentuk atap rumah adat. Metoda lain yang dapat dipraktekkan adalah
lewat kegiatan bercerita atau mendongeng, dengan menyertakan gambar, foto,
boneka, iringan musik, miniatur rumah adat, atau barang bawaan guru yang
menarik. Cara semacam ini sangat efektif untuk mendidik siswa di tingkat
Kelompok Bermain, Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.

Faktor-faktor yang menjadi kendala penerapan kearifan lokal


Terdapat beberapa factor yang menjadi kendala dan harus dipertimbangkan
dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Inggris berbasis budaya local
khususnya di wilayah kepulauan Riau adalah:

32

1.

Fasilitas

2.

Kurikulum (acuan ilmu pengetahuan)

3.

Tenaga pengajar

4.

Pelayanan

5.

Evaluasi

Kerangka Konseptual dalam Penerapan kearifan local


Kerangka konseptual yang dapat dipakai oleh tenaga pengajar di tingkat
sekolah dengan memasukkan unsur kebudayaan local ke dalam proses
pembelajaran bahasa Inggris seperti:
1.

2.

Mengkaji masalah-masalah yang berkembang dalam suatu komunitas.


a.

Mengkaji masalah-masalah terbatu

b.

Memberikan suatu pencerahan dan memilih masalah utama

c.

Memilih sumber-sumber pembelajaran untuk dikembangkan

Membangun kelompok dan pengembangan potensi kelompok


a.

Memilih teori-teori/pendekatan-pendekatan yang tepat

b.

Mengkaji model sumber pembelajaran/pusat pembelajaran

c.

Mengembangkan

kelompok

penelitian

yang

berkaitan

dengan

pembelajaran
d.

Menguji sumber-sumber pembelajaran tersebut

e.

Berpartisipasi

dalam

proses

perencanaan

pengembangan

model

pembelajaran.
3.

Paritisipasi dalam pengembangan perencanaan

33

a.

Membangun

kegiatan

untuk

pengembangan

model

dari

sumber

pembelajaran/menentukan indikator kesuksesan


b.
4.

Mengadakan try out model pembelajaran

Mengevaluasi dan menyimpulkan


a.

Mengevaluasi penampilan kelompok kerja

b.

Menyimpulkan implementasi temuan-temuan dalam pengembangan


sumber pembelajaran

Adapun contoh implementasi langkah-langkah pembelajaran penerapan


budaya local dalam mata pelajaran bahasa Inggris dalah sebagai berikut:

1.

Kegiatan Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi:
a.

Guru memperlihatkan gambar besar yang dapat mengilustrasikan cerita


rakyat yang dibahas.

b.
2.

Guru bertanya kepada siswa kegiatan apa saja yang ada dalam gambar.

Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, siswa diminta memperagakan instruksiinstruksi yang diberikan oleh guru (sebagai permulaan, guru dapat memberi
contoh dalam memperagakan instruksi yang diberikan).
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, siswa diminta memperagakan instruksiinstruksi yang diberikan oleh guru secara berkelompok (guru dapat memotivasi
siswa agar kompak dengan kelompoknya).

34

Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru bertanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui

dan guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan serta penyimpulan.


3.

Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru dapat menunjuk siswa

secara acak untuk

memperagakan instruksi yang diberikan.

35

BAB VI
RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Pendidikan di sekolah seyogyanya harus diberikan secara bermutu, sehingga


semua warga yang menempuh pendidikan ini dapat diandalkan untuk berprestasi
atau di dalam studi lebih lanjut. Oleh karena itu, segala daya dikerahkan untuk
menyusun kurikulum, mencari serta membina metode mengajar dan sistem
tuntunan yang searasi, demikian pula untuk menyediakan alat peraga dan peralatan
yang membantu peserta didik belajar sendiri dan berusaha sendiri.
Selain itu, hal yang juga perlu dipertimbangkan adalah tenaga-tenaga
pendidik yang benar-benar mampu dan berdedikasi. Tenaga-tenaga ini bukan saja
mahir dalam mengalihkan pengetahuan dan ketrampilan, tetapi juga terampil dan
merangsang ingin tahu dan keberanian berprakarsa dan berusaha pada peserta didik.
Hasil guna tenaga-tenaga pendidik ditingkatkan dengan memebrikan mereka
keahlian untuk mengikutsertakan peserta didik dan kelompok peserta didik dalam
membina peserta didik lainnya.
Dengan demikian, pendidikan dasar terjadi dalam unsur-unsur yang memiliki
daya bina. Dengan kata lain, pendidikan berpangkal tolak dari kenyataan hidup dan
mengarah ke kenyataan hidup. Akan tetapi, tantangan dikaji dan dihadapi untuk
diatasi sendiri dengan memanfaatkan potensi dalam diri peserta didik dan potensi
dalam lingkungan sebaik mungkin.

36

BAB VII
KESIMPULAN
Kesimpulan

Dengan membangun pendidikan di sekolah melalui penerapan kearifan local


dapat mengandung nilai-nilai yang relevan dan berguna bagi pendidikan. Adapun
metode yang ada dalam pendidikan berbasis kearifan local adalah berpotensi besar
dalam menciptakan bangsa Indonesia yang berkarakter. Oleh karena itu, pendidikan
berbasis kearifan local dapat dilakukan dengan merevitasilasi budaya local.
Oleh karena itu, hal seperti ini harus menjadi perhatian dan tindaklanjut dari
pemerintah, pembangunan pendidikan merupakan prioritas utama dalam rangka
pembangunan nasional. Pemerintah pusat dan daerah memiliki peranan yang
penting untuk tercapainya pemerataan pendidikan di seluruh pelosok negeri. Dalam
otonomi pendidikan yang optimal akan tercipta suatu masyarakat belajar (learning
society) dengan pengembangan infrastruktur social yang berangkat dari unsur
kekeluargaan di tengah masyarakat. Dalam hal ini, dikembalikan lagi kepada
kearifan local dan budaya yang dimiliki masyarakat setempat, dengan potensi dan
motivasi menuju masyarakat yang edukatif.
Demi terciptanya suatu proses pembelajaran dan pendidikan kepribadian
terhadap peserta didik di lembaga pendidikan khususnya di sekolah, pemerintah
setempat diharapkan dapat menyediakan akses-akses pendidikan yang dapat
membantu terciptanya proses belajar mengajar dengan baik.

37

Keterbatasan Penelitian
Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh peneliti selama menyelesaikan
penelitian ini adalah:
1. Kurangnya data-data yang dapat menjadi penunjang dalam penelitian
mengenai pembelajaran bahasa Inggris yang berbasis kearifan lokal.
2. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini juga dirasa belum
mencapai target yang maksimal.
3. Keterbatasan waktu bagi peneliti dalam mendapatkan data dan
menyelesaikan hasil akhir penelitian juga turut menjadi pemicu akan
terciptanya tujuan akhir yang sempurna.
Saran Penelitian Selanjutnya
Dengan adanya penelitian ini yang berjudul Pembelajaran Bahasa Inggris
Berbasis Kearifan Lokal, maka diharapkan akan menjadi pemacu bagi penelitian
selanjutnya yang juga mempunyai tujuan yang sama. Sehingga penelitian ini dapat
dijadikan

bahan

tambahan

akan

penelitian

lain

yang

dapat

membawa

kesempurnaan.

38

LAMPIRAN
4.1. Anggaran Biaya
No

Jenis Pengeluaran

1
2
3
4
5

Gaji dan Upah (20%)


Peralatan Penunjang (50%)
Bahan Habis Pakai (20%)
Perjalanan ( %)
Lain-lain (10%)
Jumlah

Biaya
yang
Diusulkan (Rp)
3.000.000,1.400.000,2.916.000,2.000.000,959.000,10.500.000,-

4.2. Jadwal Penelitian


No

Jenis kegiatan

1
2

Persiapan penelitian (pembuatan proposal)


Pelaksanaan penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan dan analisis data
Pengambilan sampel lapangan
Analisis Sampel lapangan
Penulisan Laporan kemajuan
Perbaikan Laporan
Penulisan Laporan Akhir
Seminar dan Publikasi

3
4
5
6
7

Tahun I
1 2 3

5 6

39

Anda mungkin juga menyukai