Anda di halaman 1dari 12

UTS PERSPEKTIF SOSIO KULTURAL DALAM PENDIDIKAN

PENERAPAN SCAFFOLDING PADA ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT


(ZDP) BAGI PESERTA DIDIK KELAS VII DI SMP NEGERI 2 SINGARAJA
DALAM MENULIS TEKS PROSEDUR BERBAHASA INGGRIS

OLEH

Kadek Chici Evia Sherly (2264806041)

I Wayan Widyastana (2264806042)

Putu Ngurah Dandy Kharismawan (2264806043)

Putu Kusumawati (2264806044)

Putu Dian Artisandi (2264806045)

PENDIDIKAN PROFESI GURU PRAJABATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Daftar isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Scaffolding pada the zone of proximal development


2.2.Pengertian pembelajaran bahasa Inggris
2.3.Penerapan Scaffolding pada the zone of proximal development pada peserta didik
kelas VII dalam menulis teks prosedur berbahasa inggris

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembelajaran bahasa inggris merupakan mata pelajaran wajib dipelajari oleh


peserta didik. Pembelajaran bahasa inggris merupakan proses yang dinamis dan terus
berkembang yang mana peserta didik dapat mengasah keterampilan berbahasa dalam
bahasa inggris untuk berkomunikasi secara efektif. Kemampuan berkomunikasi tersebut
meliputi kecakapan membaca (reading), berbicara (speaking), menulis (writing) dan
mendengarkan (listening). Keempat kecakapan tersebut membantu peserta didik dalam
mengembangkan kompetensi komunikasi (communicative competence). Tujuan utama
pembelajaran Bahasa Inggris adalah memungkinkan peserta didik untuk berkomunikasi
dengan efektif dalam situasi komunikatif yang beragam, baik dalam percakapan
sehari-hari, lingkungan, pendidikan, atau dalam konteks sosial.

Bahasa inggris dikenal sebagai bahasa internasional yang hampir semua bidang
memerlukan skill bahasa inggris. Bahasa inggris di sekolah dikenal sebagai pembelajaran
yang memerlukan bantuan kamus untuk belajar agar bisa memahami kalimat yang
dimaksud. Dalam mata pelajaran bahasa inggris, interaksi memegang peranan penting
dalam mentransformasikan materi menjadi kompetensi untuk mencapai tujuan
pembelajaran bahasa inggris. Dalam hal ini, guru mempunyai peran penting dalam
membantu siswa untuk mendalami pembelajaran bahasa inggris berbasis kompetensi
komunikatif.

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran masih tetap memegang peran penting
karena dalam hal ini guru belum bisa digantikan oleh teknologi. Pembelajaran masih
memerlukan unsur-unsur manusiawi seperti sikap, perasaan, motivasi dan kebiasaan yang
diharapkan dapat membentuk karakter peserta didik menjadi lebih baik. Pembelajaran
bahasa inggris mendorong pengembangan kesadaran budaya sehingga peserta didik
memahami perbedaan budaya, norma-norma sosial dan etika komunikas yang berbeda
dalam berbagai konteks lintas budaya. Dalam hal ini, pendidik perlu menyusun teknik
pembelajaran yang bervariasi dan menarik minat belajar peserta didik. Tantangan bagi
guru bahasa inggris yaitu merencanakan pembelajaran dan menumbuhkan inovasi agar
peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Seorang pendidik memerlukan pemahaman mengenai Zone of Proximal
Development (ZDP). ZPD mengacu pada jarak antara apa yang dapat dilakukan peserta
didik secara mandiri dan apa yang dapat mereka capai dengan bantuan atau dukungan
dari orang lain yang lebih kompeten, seperti guru, teman sebaya, atau anggota keluarga.
ZPD menekankan pentingnya interaksi sosial dan dukungan dalam pembelajaran. Ketika
peserta didik berada dalam ZPD mereka, peserta didik dapat mengatasi tantangan yang
lebih kompleks atau menyelesaikan tugas yang lebih sulit dengan bantuan orang lain yang
lebih berpengalaman. Proses ini memungkinkan individu untuk memperluas pemahaman
dan keterampilan mereka melalui bimbingan dan dorongan yang disesuaikan dengan
tingkat keahlian peserta didik. Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih bahan yang
tepat bagi peserta didik untuk memulai pembelajaran di dalam kelas.

1.2.Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan scaffolding pada The Zone of Proximal Development pada


peserta didik kelas VIII pada mata pelajaran bahasa inggris?

1.3.Tujuan

Dapat mengetahui penerapan scaffolding pada The Zone of Proximal Development


pada peserta didik kelas VIII pada mata pelajaran bahasa inggris
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Scaffolding pada Zona of Proximal Development (ZPD)

Scaffolding adalah salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
keterampilan siswa. Scaffolding adalah pendekatan atau metode pembelajaran yang
dirancang untuk membantu siswa dalam memahami materi atau menyelesaikan tugas
yang mungkin sulit bagi mereka secara mandiri. Pendekatan ini melibatkan pemberian
dukungan dan bimbingan bertahap kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang ditetapkan. Scaffolding merupakan sebuah proses bantuan yang diberikan guru
kepada peserta didik untuk memecahkan masalah, melaksanakan tugas, atau mencapai
tujuan pembelajaran dan kemudian guru menarik bantuan itu sehingga anak kemudian
mampu mengendalikan sendiri tugasnya dan berkonsentrasi pada keterampilan yang
lebih sulit yang sedang ia capai (Bruner, 1978, 1983; Wood, Bruner, dan Ross, 1976).

Scaffolding merupakan teori yang dikembangkan oleh Vigotsky berdasarkan


pada konsep tentang Zone of Proximal Development (ZPD) yang mengatakan bahwa
peserta didik memiliki 2 tingkat/level perkembangan kemampuan, yaitu tingkat
kemampuan aktual (yang dimiliki anak) dan tingkat kemampuan potensial (yang bisa
dikuasai oleh siswa) (Priyatni, dkk., 2008). Untuk mencapai tingkat kemampuan
potensial itu, siswa memerlukan tangga atau jembatan untuk mencapainya. Dengan
demikian, Scaffolding dapat dijadikan sebagai jembatan yang digunakan sebagai
jembatan untuk menghubungkan apa yang sudah diketahui oleh peserta didik dengan
sesuatu yang baru yang akan dikuasai/diketahui peserta didik.

2.2.Pengertian pembelajaran bahasa inggris

Pembelajaran merupakan suatu pembelajaran yang dapat mengarahkan peserta didik


untuk mampu menguasai keterampilan - keterampilan dalam Bahasa Inggris. Dalam
kata lain, keterampilan Bahasa Inggris disini mencakup Speaking (berbicara),
Listening (mendengarkan), Reading (membaca) dan Writing (Menulis). Menurut
Brown (1994: 89) menyampaikan bahwa pembelajaran sebagai terjemahan dari kata
“Instructional”yang didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
sumber belajar di suatu lingkungan tersebut. Sebagai tambahan oleh Gagne dan
Briggs dikutip dalam Brown menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan upaya
seseorang yang memiliki tujuan untuk membantu orang belajar. Hal ini dimaksudkan
bahwa pembelajaran sebagai langkah seseorang yang sudah ahli atau menguasai topik
tersebut guna membantu orang lain untuk menjadi bisa. Definisi lain disebutkan oleh
Uno (2007:54) yang menyatakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses hubungan
timbal balik antara peserta didik dengan pendidik/instruktur dan atau memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar guna meraih tujuan belajar tertentu.Sehingga
pernyataan tersebut berkaitan dengan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik atau sesuai dengan prinsip utamanya adalah adanya proses keterlibatan potensi
peserta didik dan kebermaknaannya bagi diri dan kehidupannya saat ini dan akan
mendatang. Berdasarkan pemaparan dari para Ahli, tersebut 5 asumsi yang
mendukung pembelajaran antara lain: 1). pembelajaran mesti direncanakan agar
memperlancar belajar peserta didik. 2). baik fase pendek maupun fase jangka panjang
dimasukkan dalam rancangan pembelajaran. 3). perencanaan pembelajaran hendaknya
tidak asal-asalan dan tidak semata-mata menyediakan lingkungan asuh saja. 4). Usaha
pembelajaran mesti dirancang dengan rancangan sistem. 5). pembelajaran harus
dikembangkan berdasarkan pengetahuan tentang bagaimana orang itu belajar.
Berkaitan dengan pembelajaran Bahasa Inggris yang secara umum diajarkan sebagai
Bahasa Asing. Dalam konteks tersebut terdapat perbedaan antara Bahasa Asing dan
Bahasa Kedua. Bahasa Asing merupakan suatu Bahasa yang tidak digunakan oleh
negara tersebut.Sementara Bahasa Kedua merupakan bahasa yang bukan bahasa
utama namun bahasa tersebut sudah menjadi salah satu bahasa yang digunakan secara
umum di negara tersebut. Seiring perkembangan zaman, pembelajaran Bahasa Inggris
sudah menjadi mata pelajaran wajib.Dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris
mencakup beberapa kegiatan yakni kegiatan pembuka yang diawali dengan ice
breaking guna mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai kosakata, speaking
dan keterampilan listening peserta didik.Kegiatan pembelajaran selanjutnya
penyampaian materi pembelajaran dengan memanfaatkan media yang menarik dan
dapat melibatkan keterampilan yang ada dalam Bahasa Inggris. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut guru dapat melihat, mengamati dan mengukur potensi siswa
dalam mengikuti pembelajaran bahasa inggris.
2.3.Penerapan scaffolding pada Zone of Proximal Development pada peserta didik
kelas VIII pada mata pelajaran Bahasa Inggris

Scaffolding dapat memberikan dampak yang baik pada ZPD peserta didik di
dalam pengimplementasiannya ini ini. Silalahi (2019) menunjukkan bahwa dengan
menawarkan bantuan atau dukungan yang tepat, guru atau fasilitator dapat membantu
peserta didik dalam mengembangkan ZPD mereka dengan memberikan tantangan dan
bantuan yang sesuai. Melalui penerapan scaffolding ini, peserta didik akan terbantu
dalam mengatasi masalah belajar mereka serta dapat membantu dalam
mengembangkan pemahaman secara lebih dalam tentang topik tertentu. Pendekatan
scaffolding telah dibuktikan dalam berbagai penelitian untuk mendongkrak
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan memahami konsep (Hammond &
Gibbons, 2005).

Menurut (Schwieter, 2010), teknik scaffolding ini dapat memberikan dorongan


dan dukungan yang tepat untuk peserta didik agar mereka mampu memperluas ZPD
mereka. Namun, hal yang perlu digaris bawahi disini adalah bahwa efek scaffolding
terhadap ZPD masing-masing peserta didik tergantung pada kualitas dan kecukupan
dukungan yang diberikan oleh guru atau fasilitator mereka dalam proses pembelajaran
itu sendiri. Verenikina (2008) menjelaskan jika dukungan yang didapatkan peserta
didik tidak sesuai atau tidak cukup, maka mereka mungkin tidak dapat mencapai ZPD
yang diharapkan sehingga bisa muncul rasa frustrasi dan kehilangan motivasi untuk
belajar dalam diri mereka. Maka dari itu, penerapan scaffolding harus disesuaikan
dengan ZPD peserta didik agar dapat memberikan hasil yang efektif dan optimal
(Silalahi, 2019).

Berdasarkan implementasinya di SMP Negeri 2 Singaraja, penggunaan


scaffolding dalam menulis teks prosedur dalam mata pelajaran bahasa Inggris dapat
memberikan dampak positif terhadap kemampuan menulis peserta didik. Hal ini
dikarenakan setiap peserta didik memiliki ZPD yang bervariasi, oleh karena itu,
scaffolding dapat digunakan untuk mengakomodasi variabilitas kemampuan peserta
didik. Dalam konteks ini, scaffolding mengarah pada strategi pembelajaran yang
pertama-tama memberikan dukungan atau bantuan kepada individu yang mengalami
kesulitan dalam membuat teks prosedur, dan kemudian secara bertahap
menghilangkan dukungan tersebut saat peserta didik tumbuh lebih terampil dalam
membuat teks prosedur.

Selama proses pembelajaran menulis teks prosedur berbahasa inggris, adapun


beberapa penerapan scaffolding yang diberikan kepada peserta didik sebagai berikut.

1) Guru bisa menentukan tema yang relevan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.
Jika topik relevan dengan minat dan kebutuhan mereka, peserta didik akan lebih
tertarik, semangat, dan termotivasi untuk menghasilkan teks prosedur.
2) Dengan memberikan contoh-contoh teks prosedur yang tepat seperti sesuai dengan
ketentuan unsur kebahasaan dan ciri-ciri teks prosedur yang baik dan benar, maka ini
akan bisa membantu peserta didik untuk memahami teks prosedur dengan lebih
mudah. Contoh-contoh ini dapat berupa teks prosedur yang sederhana, kata-kata yang
sederhana, serta gambar-gambar pelengkap yang relevan dengan topik yang akan
ditulis oleh peserta didik.
3) Membantu peserta didik membuat outline atau kerangka tulisan sebelum menulis teks
prosedur berdasarkan apa yang telah dijelaskan dan dipelajari sebelumnya. Dengan
adanya outline tersebut, peserta didik akan lebih mudah dalam membuat struktur dan
urutan langkah-langkah dalam teks prosedur.
4) Salah satu yang paling penting dalam kegiatan menulis adalah memilih kata. Disini,
guru dapat membantu peserta didik untuk memilih kata-kata yang tepat dan
memastikan kesesuaian antara kata-kata dan tujuan dari langkah-langkah dalam teks
prosedur agar sesuai dengan grammar.
5) Mendampingi peserta didik dalam proses penyusunan teks prosedur.
6) Guru harus memberikan umpan balik (feedback) kepada peserta didik selama proses
penulisan berlangsung. Feedback ini dapat berupa ungkapan kata (verbal) atau pun
gesture (non-verbal). Umpan balik ini berfungsi untuk membantu peserta didik dalam
meningkatkan motivasi serta kemampuan mereka menulis teks prosedur. Jika peserta
didik melakukan sesuatu yang benar, hendaknya guru memberikan apresiasi dan jika
peserta didik keliru, maka guru wajib untuk membimbing mereka serta memperbaiki
kesalahan dan kekurangan dalam teks prosedur.
7) Memberikan waktu yang cukup untuk revisi dan pengeditan. Peserta didik dapat
memperbaiki dan memperjelas teks prosedur mereka melalui proses revisi dan
pengeditan, yang dapat membantu meningkatkan kualitas tulisan mereka.
Berdasarkan pemaparan diatas, scaffolding memungkinkan peserta didik untuk
lebih cepat belajar dan menguasai teknik menulis teks prosedur dalam bahasa Inggris
serta memungkinkan untuk meningkatkan keterampilan menulis mereka. Teknik
scaffolding ini juga akan membantu dalam peningkatan keterampilan menulis teks
prosedur mereka di ZPD, yang memungkinkan mereka untuk mencapai tujuan
pembelajaran mereka secara lebih efektif dan efisien. Hal ini dapat membantu
mengarahkan peserta didik dengan membantu mereka menentukan kata yang benar,
menyusun langkah-langkah, dan membentuk frasa sederhana. Sehingga dengan
mendapat dukungan dan feedback dari guru atau fasilitator secara bertahap, peserta
didik dapat mengembangkan keterampilan menulisnya secara bertahap hingga mampu
membuat teks procedure sendiri.

Dengan penerapan scaffolding yang tepat, peserta didik dapat lebih mudah
memahami dan menguasai teknik menulis teks prosedur bahasa Inggris, sehingga
kemampuan menulis mereka dapat berkembang dengan baik. Hal ini akan membantu
meningkatkan kemampuan menulis teks prosedur mereka di dalam ZPD, sehingga
mereka dapat mencapai tujuan belajar mereka dengan lebih efektif dan efisien.
Dengan diberikannya bantuan dalam menentukan kata-kata yang tepat, mengorganisir
informasi, dan menyusun kalimat yang mudah dipahami, hal ini dapat membantu
mengarahkan peserta didik. Artinya dengan secara bertahap diberikan bantuan dan
umpan balik dari guru atau fasilitator, peserta didik dapat meningkatkan kemampuan
menulis mereka secara bertahap hingga pada akhirnya mereka dapat membuat teks
prosedur sendiri. Maka dari itu, scaffolding membuka peluang lebih besar untuk dapat
membantu peserta didik menjadi lebih percaya diri dalam menulis teks prosedur dan
meningkatkan motivasi mereka untuk belajar.
BAB III
PENUTUP

Scaffolding adalah salah satu teknik yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
keterampilan siswa. Scaffolding adalah pendekatan atau metode pembelajaran yang
dirancang untuk membantu siswa dalam memahami materi atau menyelesaikan tugas yang
mungkin sulit bagi mereka secara mandiri.

Berdasarkan pemaparan di atas, penggunaan teknik scaffolding dapat memberikan


dampak positif pada ZPD peserta didik jika dilakukan dengan tepat dan cukup. Oleh karena
itu, guru atau fasilitator perlu memahami dengan baik teknik ini dan menyediakan dukungan
yang sesuai untuk memastikan peserta didik mencapai kemajuan dalam pembelajaran.
Dengan kata lain, penerapan scaffolding harus dilakukan dengan hati-hati dan disesuaikan
dengan kebutuhan peserta didik. Terlalu banyak bantuan atau terlalu sedikit bantuan dapat
menghambat perkembangan peserta didik dan mengurangi motivasi mereka untuk belajar
(Bliss, Askew, & Macrae, 1996). Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami dengan
baik ZPD dan cara terbaik untuk memberikan bantuan yang tepat agar peserta didik dapat
mencapai potensi belajar maksimal mereka.

Scaffolding dapat dikatakan sebagai salah satu teknik pengajaran yang unik dan
menantang untuk diterapkan dalam kelas. Meskipun terkesan cukup sulit untuk diterapkan di
dalam kelas, namun scaffolding dapat memberikan hasil yang positif. Hal ini dikarenakan
scaffolding tidak hanya sekedar memberikan bantuan kepada peserta didik, nanum juga
memunculkan motivasi peserta didik di dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Hal inilah
yang menjadi tantangan untuk guru di dalam menerapkan teknik scaffolding di dalam proses
pembelajaran di kelas.

Dalam pembelajaran menulis teks prosedur, scaffolding dapat digunakan dengan cara
memberikan bimbingan atau panduan yang tepat pada setiap langkah dalam penulisan teks,
seperti merencanakan, mengorganisir, menulis, dan merevisi. Dengan begitu peserta didik
akan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang konsep dan struktur teks prosedur, serta
dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menyusun teks prosedur yang jelas dan
sistematis. Selain itu, penggunaan scaffolding juga dapat membantu peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan metakognitif mereka, seperti kemampuan untuk memonitor
dan merefleksikan kemajuan mereka dalam pembelajaran menulis teks prosedur. Dalam
kesimpulannya, pendekatan scaffolding adalah teknik pendekatan pembelajaran yang efektif
dalam pembelajaran menulis teks prosedur, karena dapat membantu peserta didik dalam
memahami dan memperhatikan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyusun teks
prosedur yang baik dan benar.

Berdasarkan pembahasan yang telah disimpulkan, ditunjukan bahwa kemampuan


menulis Teks prosedur peserta didik cukup meningkat dengan diterapkannya teknik
scaffolding yang disesuaikan dengan ZPD mereka. Oleh karenanya, penerapan scaffolding
dapat digali potensinya di dalam mengembangkan keterampilan berbahasa Inggris lainnya
seperti mendengarkan, membaca, ataupun berbicara. Untuk ruang lingkup yang lebih luas,
penerapan teknik scaffolding dapat di eksplorasi dengan mencobanya pada mata pelajaran
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bruner, J. (1978). The Role of Dialogue in Language Acquisition. Dalam A.Sinclair,


R. Jarvella, dan W. Levelt (Penyunting), The Child’s Conception of Language
(hlm. 241- 256). New York: Springer-Verlag.

Bruner, J. (1983). Child’s Talk: Learning to Use Language. Oxford: Oxford


University Press

Hammond, J., & Gibbons, P. (2005). What is scaffolding. Teachers’ voices, 8, 8-16.

Priyatni, Endah Tri, dkk. (2008). Peningkatan Kompetensi Menulis Paragraf dengan
teknik Scaffolding. Malang: Universitas Negeri Malang.

Schwieter, J.W. 2010. Developing Second Language Writing through Scaffolding in


the ZPD: A Magazine Project for an Authentic Audience. Languages and
Literatures Faculty Publications. Paper 7. (Accessed on April 10, 2015. http://
scholars.wlu.ca/ lang_faculty/7.

Silalahi, R.M. (2019). Understanding Vygotsky’s Zone of Proximal Development For


Learning. Polyglot, 15(2). Available at:
https://doi.org/dx.doi.org/10.19166/pji.v15i2.1544.

Verenikina, I. (2008). Scaffolding and learning: Its role in nurturing new learners.

Wood, D., Bruner, J. S., dan Ross G. (1976). The Role of Tutoring in ProblemSolving.
Journal Child Psychology and Psychiatry, 17 (2), 89-100.

Wijaya,K.I.Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar.Available


at:https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/bahtera/article/download/598/522

Anda mungkin juga menyukai