Anda di halaman 1dari 9

112

Model Pembelajaran
Post-Method Pedagogy Mahasiswa
Perguruan Tinggi Seni Pada Mata Kuliah
Bahasa Inggris

Yupi Sundari dan Irma Rachminingsih


Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung
Jalan BuahBatu No. 212 Bandung

ABSTRACT

The research is aimed at improving students’ motivation and achievement toward English subject
at STSI Bandung that has been perceived as a difficult and unpleasant subject. The research was
conducted at STSI Bandung during English lecture at Karawitan and Fine Art department by using
Research and Development Method. The implementation of post-method pedagogy considers three
main factors, namely learning environment, student and lecturer. The success of English teaching is
influenced by some components, which are student, lecturer, course content and student-lecturer’s
rapport. The research resulted in a learning model based on post-method pedagogy that puts lecturer as
a course-content developer and a class administrator who takes students’ characteristics and background
into account. In the end of learning activities, the lecturer evaluates the learning outcome and reflects
what he or she has done to plan and do the next teaching-learning process.

Keywords: post-method pedagogy, English subject, learning model, art students

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan meningkatkan motivasi dan pencapaian studi mahasiswa


terhadap mata kuliah bahasa Inggris di STSI Bandung yang selama ini sering dipandang
sebagai pelajaran yang sulit dan kurang menyenangkan. Penelitian dilakukan di STSI
Bandung pada perkuliahan bahasa Inggris di Jurusan Karawitan dan Seni Rupa dengan
menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development
Method. Penerapan post-method pedagogy memperhatikan tiga komponen utama, yaitu
lingkungan belajar, siswa dan pengajar. Keberhasilan pengajaran bahasa Inggris
dipengaruhi komponen siswa, pengajar, materi ajar dan hubungan antara siswa dan
pengajar. Dari penelitian ini didapatkan model pembelajaran post-method pedagogy
yang menempatkan pengajar sebagai penyusun materi ajar dan pengelola kelas yang
mempertimbangkan karakteristik dan latar belakang pembelajar. Pada akhir kegiatan
pembelajaran, pengajar melakukan evaluasi hasil belajar dan merefleksikan apa yang
telah dilakukan untuk merencanakan dan melakukan proses belajar mengajar selanjutnya.

Kata kunci: Post-method pedagogy, Mata kuliah Bahasa Inggris, Model pembelajaran,
Mahasiswa seni.
Panggung Vol. 25 No. 2, Juni 2015 113

PENDAHULUAN presentasinya pada TESOL Convention


Penelitian ini didorong oleh dua faktor 2001 di St. Luois, Missouri seperti dikutip
utama. Pertama, kesadaran akan penting- dari Suherdi, 2004). Kompleksitas per-
nya peranan bahasa Inggris sebagai bahasa masalahan kelas pada dasawarsa terakhir
perantara dalam berbagai aktivitas inter- ini dan kelemahan metode-metode
nasional. Kedua, pengamatan peneliti pengajaran bahasa Inggris terdahulu telah
terhadap pengajaran bahasa Inggris di mendorong pengembangan pedagogi
Indonesia yang belum menunjukkan hasil pasca-metode atau post-method pedagogy
yang menggembirakan. (Kumaradivelu, 2001), yang pada dasarnya
Dari beberapa penelitian yang dilaku- berupa perangkat prinsip yang digunakan
kan, terungkap bahwa penyebab kurang untuk menyelenggarakan pembelajaran
berhasilnya pengajaran bahasa Inggris, yang lebih adil dan diharapkan lebih efektif
diantaranya adalah model pembelajaran dalam mengembangkan perilaku para
yang masih bersifat teacher-centered learning pelajar (Suherdi, 2004).
dan tidak menciptakan suasana aktif, Permasalahan serupa dalam mata
kreatif dan menyenangkan di perguruan kuliah bahasa Inggris dihadapi oleh
tinggi mengakibatkan mahasiswa cende- mahasiswa di STSI Bandung sebagai salah
rung kurang termotivasi, kurang percaya satu perguruan tinggi seni di Indonesia.
diri, dan cenderung bergantung pada orang Berdasarkan penelitian tim peneliti tahun
lain (Dirgayasa, dkk., 2007); dan bahwa 2009 dan pengamatan selama PBM
penguasaan kompetensi bahasa asing berlangsung, motivasi dan pencapaian
sangat dipengaruhi oleh motivasi belajar studi mahasiswa masih rendah. Kelas besar
dan sikap positif siswa (Ehrman, 1996; dengan kemampuan mahasiswa yang
Gardner 1985, Gardner dan Lambert, 1959, bervariatif dan bobot mata kuliah praktek
1972; Noels, et. al., 2000; Ramage, 1990; yang lebih besar dibandingkan teori, telah
Tachibana, Matsukawa, dan Zhong, 1996 menjadi tantangan tersendiri untuk
seperti dikutip dari Suherdi, 2004), serta menemukan pendekatan mengajar bahasa
rasa berdaya diri yang tinggi (Deci dan Inggris yang tepat. Oleh karena itu, maka
Ryan, 1992; Pajares, 1996; Pajares dan pendekatan pembelajaran yang sesuai
Miller, 1994, seperti dikutip dari Suherdi, dengan karakteristik mahasiswa STSI
2004). Dengan demikian, pembelajaran Bandung diperlukan.
harus dirancang dengan mempertimbang- Berdasarkan hal tersebut di atas,
kan karakteristik kelas tempat dosen penelitian ini mencoba merancang model
mengajar untuk mencapai hasil pem- pembelajaran bahasa Inggris yang ber-
belajaran yang diinginkan. orientasi pada pedagogi pasca-metode
Berkaitan dengan metode pengajaran, untuk meningkatkan motivasi belajar
perkembangan terkini dalam pengajaran mahasiswa dan kualitas proses belajar
bahasa Inggris menunjukkan bahwa mengajar mata kuliah bahasa Inggris di
pengembangan model, metode, atau Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung.
pendekatan ‘monolitik’ dianggap tidak
memadai bagi pelayanan yang adil bagi METODE
semua pelajar dalam satu kelas Metode penelitian yang digunakan
(Kumaradivelu, 1994, 2001; Prabhu, 1990; dalam penelitian ini adalah metode
Shrum dan Glisan, 2000; Rodgers, dalam penelitian pengembangan atau sering
Sundari & Rachminingsih: Model Pembelajaran Post-Method Pedagogy 114

disebut sebagai Research and Development (Moleong, 2007) untuk mendapatkan


method (R&D). Penelitian ini dilakukan informasi yang diperlukan dengan mem-
untuk menghasilkan sebuah produk yang beri kebebasan kepada partisipan untuk
akan digunakan dalam dunia pendidikan menjawab pertanyaan yang diajukan.
melalui proses yang ilmiah yang diakhiri Wawancara dilakukan kepada wakil-wakil
dengan tahapan validasi. Prosedur peneli- responden dari setiap kelompok yang
tian pengembangan berbentuk siklus agar diambil secara acak.
produk pendidikan yang dihasilkan benar-
benar bermanfaat dan sesuai dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
kebutuhan. Perbaikan-perbaikan produk Parameter Post Method Pedagogy
pendidikan dilakukan di dalam tahapan- Post-method pedagogy memiliki tiga
tahapan penelitian pengembangan sehing- parameter, yaitu kekhasan (particularity),
ga dapat dihasilkan produk yang paling kepraktisan (practicality), dan ketermung-
tidak mendekati ideal. Metode penelitian kinan (possibility). Kekhasan mengacu pada
ini bersifat longitudinal (multi-years) dan kepekaan guru terhadap situasi dan
digunakan untuk menghasilkan produk konteks terkait siswa, tempat, dan waktu
tertentu, dan menguji keefektifan produk pembelajaran berlangsung, untuk
tersebut (Sugiyono, 2011:407). Metode ini menentukan pendekatan pembelajaran
digunakan karena pada akhir penelitian yang efektif. Kepraktisan mengacu pada
akan menghasilkan sebuah produk berupa hubungan antara teori dengan praktik.
sebuah model pembelajaran bahasa Inggris Ketermungkinan mengacu pada identitas
dengan pendekatan post-method pedagogy. individu guru dan siswa, serta kebutuhan
Teknik pengumpulan data dilakukan mengembangkan metode yang sesuai
dengan cara observasi, kuesioner, analisis dengan latar belakang sosial dan budaya
dokumen, dan wawancara. Observasi yang mereka. Dengan demikian, penerapan post-
dilakukan adalah observasi partisipatif. method pedagogy perlu memperhatikan tiga
Selama penelitian, peneliti terlibat dengan komponen utama, yaitu 1) lingkungan
kegiatan mahasiswa selama PBM berlangs- belajar, 2) siswa, 3) pengajar.
ung. Peneliti melakukan pengamatan, Berdasarkan tiga parameter tersebut,
memantau dan mencatat apa yang terjadi maka perancangan model pembelajaran
di dalam kelas selama PBM berlangsung. post-method pedagogy pada mata kuliah
Kuesioner dibagikan kepada partisipan Bahasa Inggris di STSI Bandung diawali
untuk mendapatkan data empiris terkait dengan:
gaya belajar siswa. Analisis dokumen a. Mengidentifikasi Karakteristik STSI
dilakukan terhadap hasil observasi dan Bandung
kuesioner. Wawancara dilakukan secara b. Mengidentifikasi Karakteristik Maha-
formal dan informal terhadap mahasiswa siswa STSI Bandung
yang diambil secara acak dari kedua c. Menentukan Peran Dosen Dalam
kelompok kelas. Wawancara informal Kegiatan Belajar Mengajar dengan
dilakukan setiap kali selesai pertemuan pendekatan post-method pedagogy
pembelajaran sementara wawancara formal
dilakukan secara intensif pada bulan Karakteristik STSI Bandung
tertentu yang dipilih. Jenis wawancara Sebagai perguruan tinggi seni, STSI
yang digunakan adalah semi structured Bandung memiliki kurikulum khusus yang
Sundari & Rachminingsih: Model Pembelajaran Post-Method Pedagogy 115

didasarkan pada kompetensi sarjana seni mahasiswa STSI Bandung dilatarbelakangi


dengan rumpun mata kuliah: Mata kuliah oleh faktor-faktor berikut ini: 1) Mahasiswa
Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata STSI Bandung merupakan lulusan SMA,
kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Mata SMK, dan MAN dari dalam dan luar kota
kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata Bandung yang memiliki kompetensi bahasa
kuliah Berkehidupan Bersama (MBB). Un- Inggris beragam. Mayoritas kompetensi
tuk mencapai kompetensi sarjana seni, ter- bahasa Inggris mahasiswa yang berasal dari
dapat tiga kategori Tugas Akhir mahasiswa, SMK lebih rendah dibanding dengan
yaitu karya tulis, penciptaan, dan penyajian mahasiswa yang berasal dari SMA; 2)
karya seni. Sejak tahun 2005 sampai Adanya rehat selama dua atau tiga tahun
sekarang, STSI Bandung meng-gunakan sebelum melanjutkan pendidikan menye-
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). babkan kebuntuan dalam mengikuti PBM
Mata kuliah bahasa Inggris untuk jenjang bahasa Inggris terlebih bila selama waktu
S-1 di STSI Bandung diselenggara-kan tersebut, bahasa Inggris tidak pernah
selama 2 semester (Bahasa Inggris I dan II). disentuh; 3) Rendahnya minat mayoritas
mahasiswa ditambah dengan tidak adanya
Karakteristik Mahasiswa STSI Bandung motivasi untuk menguasai bahasa Inggris
Informasi mengenai karakteristik memunculkan sikap apatis terhadap mata
mahasiswa STSI Bandung diperoleh mela- kuliah bahasa Inggris; 4) Ketiadaan duku-
lui: hasil penelitian-penelitian ter-dahulu, ngan dari lingkungan pertemanan. Ren-
observasi, kuesioner, dan wawancara. dahnya minat dan motivasi serta sikap
Berdasarkan hasil penelitian “Analisis apatis mahasiswa membuat mereka lebih
Pencapaian Studi Mata Kuliah Bahasa suka berteman dengan teman yang “sego-
Inggris (Studi Kasus Mahasiswa STSI longan”. Perasaan malu dan rendah diri
Bandung)’ oleh Yupi dan Irma (2009), menyebabkan keengganan membuka diri
rendahnya pencapaian studi bahasa Inggris pada teman-teman yang memiliki kompe-
tensi bahasa Inggris mahasiswa yang lebih
baik; 5) Ketiadaan dukungan dari lingkung-
an orang tua. Rendahnya pendidikan dan
kondisi ekonomi orang tua menyebabkan
tidak adanya dukungan untuk menguasai
bahasa Inggris dengan lebih baik.
Selanjutnya, berdasarkan hasil peneli-
tian studi kasus di STSI Bandung oleh
Neneng Yanti, dkk. (2011), mahasiswa STSI
Bandung pada umumnya memiliki karak-
teristik: a) cenderung lebih menyukai
kuliah praktek daripada teori; b) meng-
alami kesulitan dalam membagi waktu
antara belajar, menyelesaikan tugas dan
latihan praktek karena padatnya aktivitas
Bagan 1 di luar kelas dengan jadwal latihan ber-
Tiga parameter post-method pedagogy kesenian; c) rendahnya motivasi mengikuti
perkuliahan mata kuliah teori; d) memiliki
Panggung Vol. 25 No. 2, Juni 2015 116

tingkat ego yang tinggi sebagai implikasi tidak terlalu mendominasi sehingga
kreativitas dalam berkesenian; e) cenderung membosankan, namun juga
cenderung lebih suka bereksplorasi dan memberikan ruang bagi siswa untuk
bereksperimen. memilih dan memiliki otonomi dalam
Selanjutnya hasil observasi terhadap pembelajaran. Sebaliknya, dengan pen-
dua kelas (A dan B) yang memperbanding- dekatan SCL, pengajar tidak membiarkan
kan pendekatan teacher-centered learning dan siswa kebingungan atau kelas berada dalam
student-centered learning menunjukkan hasil kekacauan untuk waktu yang lama;
yang berbeda. Suasana kelas A yang meng- pengajar harus tahu kapan harus turun
gunakan pendekatan teacher-centered tangan memberikan arahan dan arahan
learning tampak lebih teratur karena seperti apa yang memungkinkan siswa
sepenuhnya berada di bawah kendali mencapai pemahaman dengan caranya
pengajar. Namun bila pengajar tidak sendiri.
pandai menarik perhatian siswa, misalnya Dari hasil kuesioner yang disebarkan
dengan cerita atau gurauan yang relevan kepada mahasiswa dapat disimpulkan
dengan materi, perhatian siswa mudah bahwa mayoritas mahasiswa berasal dari
teralihkan. Mahasiswa harus selalu Bandung, mulai belajar bahasa Inggris sejak
disibukkan dengan materi yang diberikan, SD dan berasal dari SMA. Dari data
karena jika tidak, cenderung mencari tersebut, dapat diasumsikan bahwa
kesibukan sendiri, misalnya membuat mayoritas mahasiswa sudah memiliki dasar
coretan atau bersenandung. bahasa Inggris yang cukup untuk
Adapun, suasana kelas B dengan menerima materi bahasa Inggris tingkat
pendekatan student-centered learning lebih yang lebih tinggi. Namun kenyataannya,
riuh karena siswa dituntut berpartisipasi sebagian besar mahasiswa tidak menguasai
secara aktif dan bekerja berkelompok. pengetahuan dasar dalam bahasa Inggris,
Namun, bila tidak dipantau atau dituntun seperti jenis kata dan tenses. Bahkan, ada
dengan baik, diskusi kelompok tidak mahasiswa yang tidak mengetahui arti dan
memakai bahasa Inggris, melainkan Bahasa cara pengucapan beberapa kosa kata yang
Indonesia dan Sunda. Tanpa tuntunan lazim digunakan dalam pelajaran bahasa
secara detil, siswa diharapkan dapat Inggris di tingkat Sekolah Dasar, misalnya
menemukan sendiri bagaimana pengeta- tell dan student (dibaca st^dent).
huan dibangun, tetapi seringkali siswa Meskipun mayoritas mahasiswa me-
mengalami kebingungan untuk waktu nunjukkan minat positif terhadap bahasa
yang lama. Inggris, mayoritas mahasiswa juga meng-
Dari hasil observasi ini, dapat anggap sulit dan memerlukan waktu lama
disimpulkan bahwa pendekatan teacher untuk menguasai bahasa Inggris. Adapun
centered learning (TCL) dan student centered terkait gaya belajar, secara persentase tidak
learning (SCL) tidak seharusnya diper- ada perbedaan signifikan antara gaya
bandingkan, dimana pendekatan yang satu belajar visual, auditori maupun kinestetik.
dianggap lebih unggul dari lainnya, Berdasarkan hasil wawancara terkait
melainkan menjadi dua pendekatan yang konsep belajar bahasa Inggris di Perguruan
dapat dikombinasikan dan saling mengisi Tinggi yang ideal yang dilakukan kepada
dalam pembelajaran. Dengan pendekatan 50 partisipan dari kelas-kelas observasi
TCL, dalam memberikan ceramah, pengajar (A&B) diperoleh data sebagai berikut: ma-
Sundari & Rachminingsih: Model Pembelajaran Post-Method Pedagogy 117

Bagan 2.
Model pembelajaran post-method pedagogy

yoritas responden menginginkan proses 2) Pengambil keputusan


pembelajaran dilakukan dalam suasana Dalam hal ini dosen harus mampu meng-
nyaman dan menyenangkan; penjelasan kolaborasikan pengetahuan yang dimili-
diberikan dengan sejelas-jelasnya; banyak kinya terkait pedagogi dan psikologi dalam
praktek mendengar, menonton, dan ber- menghadapi situasi nyata di kelas dan
bicara. menentukan teknik atau pendekatan yang
paling sesuai untuk diterapkan.
Peran Dosen Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar Dengan Pendekatan Post- 3) Navigator
Method Pedagogy Dosen menentukan arah pencapaian pem-
Setelah mempertimbangkan karakte- belajaran menuju kompetensi komunikatif.
ristik setting dan mahasiswa STSI Bandung,
maka dosen dalam kegiatan belajar 4) Fasilitator
mengajar dengan pendekatan post-method Dosen memfasilitasi mahasiswa untuk
pedagogy harus mampu berperan sebagai: dapat menggali kemampuannya dalam
berbahasa Inggris.
1) Motivator
Mengingat motivasi merupakan salah satu 5) Peneliti
faktor penentu kesuksesan belajar, dosen Dalam hal ini dosen memantau dan men-
harus mampu membangkitkan motivasi catat apa yang terjadi di dalam kelas selama
dan memperbesar keyakinan mahasiswa proses belajar mengajar. Selanjutnya
untuk mampu menguasai bahasa Inggris. mengevaluasi dan merefleksikan apa yang
Dosen dapat mencari cara membangkitkan telah dilakukan untuk merencanakan dan
motivasi mahasiswa dengan menerapkan melakukan proses belajar mengajar
teori NLP (Neuro-Linguistic Programming). selanjutnya.
Panggung Vol. 25 No. 2, Juni 2015 118

Tabel 1: Tahapan Penerapan Model


Penyusunan Bahan Ajar Pengelolaan Kelas

Keterangan: Pada akhir kegiatan pembelajaran, pengajar melakukan evaluasi hasil


belajar dan merefleksikan apa yang telah dilakukan untuk
merencanakan dan melakukan proses belajar mengajar selanjutnya.

Perancangan Model Komponen:


Perancangan model pembelajaran  Learner’s analysis; student’s social and
dengan pendekatan post-method pedagogy professional life:
dilakukan dengan: Analisa pembelajar; Kehidupan
1. Mengidentifikasi hubungan antara sosial dan profesional siswa
konteks, pengajar dan siswa  Kehidupan sosial yaitu latar bela-

2. Mengidentifikasi konteks terkait kang budaya dan lingkungan sosial


kehidupan sosial dan profesional siswa siswa; kehidupan sehari-hari siswa
3. Mengidentifikasi kebutuhan siswa  Kehidupan profesional yaitu bidang

terkait konteks studi/profesi yang dipilih siswa


4. Mengidentifikasi kemampuan ber-  Course content: Materi ajar
bahasa Inggris siswa  Teacher: Pengajar
5. Mengidentifikasi kesalahan umum  ClassManagement: Pengelolaan kelas
yang sering atau berulang-ulang dila-  Student’s motivation and participation in
kukan siswa terkait bahasa Inggris class: Motivasi dan partisipasi siswa
6. Mengadopsi, mengadaptasi, memilih, di kelas
mengembangkan dan membuat isi  Evaluation: Evaluasi
bahan ajar (course content) bahasa
Inggris yang sesuai dengan gaya belajar SIMPULAN
dan kebutuhan siswa Pada dasarnya, di era post-method
7. Mengidentifikasi karakter siswa terkait pedagogy ini, timbul kesadaran bahwa tidak
motivasi dan partisipasi ada satu pun metode pengajaran bahasa
8. Mengidentifikasi hubungan antara pe- yang merupakan metode terbaik. Metode-
ngajar dengan siswa yang berpengaruh metode pembelajaran tertentu dapat
terhadap keberhasilan pengajaran dimanfaatkan secara maksimal sesuai
Sundari & Rachminingsih: Model Pembelajaran Post-Method Pedagogy 119

dengan kondisi kelas tertentu, sehingga Brown, H.D.


2007 An Interactive Approach to Language
satu metode tunggal bukan lagi faktor Pedagogy: 3 rd edition. Pearson
kunci kesuksesan atau kegagalan pem- Education ESL.
belajaran bahasa. Pendekatan post-method
Crider, J.
pedagogy ini memungkinkan dosen 2006 On Teaching Writing: A Handbook, 3rd
mengembangkan kreatifitasnya berdasar- printing. USA: Christian Light
kan karakteristik kelas yang diajar untuk Publications, Inc.
mencapai kompetensi yang telah ditentu- DePorter, B & M. Hernacki
kan pada kurikulum yang digunakan. 1992 Quantum Learning: Unleashing the
Keberhasilan pengajaran bahasa Ing- Genius In You. New York: Dell
Publishing.
gris terutama dipengaruhi komponen:
siswa, pengajar, materi ajar, hubungan DePorter, B & M. Hernacki
antara siswa dan pengajar. Dari penelitian 2013 Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman & Menyenangkan.
ini didapatkan model pembelajaran post- Bandung: Kaifa.
method pedagogy yang menempatkan peng-
ajar sebagai penyusun materi ajar dan pe- Didi Suherdi
2004 Efektivitas Model Pembelajaran
ngelola kelas yang mempertimbangkan Berorientasi Kompetensi Berbasis
karakteristik dan latar belakang pembelajar. Interaksi Afeksionat (MAKBIA)
Materi ajar dirancang dengan mempertim- Dalam Meningkatkan Mutu Hasil
Belajar Bahasa Indonesia: Sebuah
bangkan kehidupan sosial dan profesional Studi Eksperimental Kuasi dalam
siswa sehingga memungkinkan siswa ter- Pembelajaran Bahasa Indonesia di
papar dengan dunia nyata. Dengan demi- SLTP KORPRI Unit Universitas
Pendidikan Indonesia. Disertasi.
kian diharapkan pembelajaran terasa lebih Program Pasca Sarjana Universitas
bermakna dan berdampak terhadap kehi- Pendidikan Indonesia.
dupan siswa di luar kelas. Sedangkan da-
Johnson, J.
lam mengelola kelasnya, dosen bisa ber- 2004 A philosophy of second language
peran sebagai motivator, pengambil kepu- acquisition. New Haven: Yale
tusan, navigator, fasilitator dan peneliti. University Press.
Pada akhir kegiatan pembelajaran, pengajar Kumaravadivelu, B.
melakukan evaluasi hasil belajar dan 2006 Understanding language teaching: From
merefleksikan apa yang telah dilakukan method to postmethod. New Jersey:
Lawrence Erlbaum Associates,
untuk merencanakan dan melakukan Publishers.
proses belajar mengajar selanjutnya.
Rusman
Daftar Pustaka 2012 Model-model Pembelajaran: Mengem-
Alemi, M dan P. Daftarifard bangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
2010 “Pedagogical Innovations in Language Rajawali Pers.
Teaching Methodologies”. Journal of
Language Teaching and Research, Vol. 1, Siusana Kweldju
No. 6, pp. 765-770, November. Finland: 2002 Pengajaran Bahasa Inggris Berbasis
Academy Publisher. Leksikon: Sebuah Alternatif yang
Tepat untuk Pengajaran Bahasa
Baharuddin Inggris di Indonesia. Pidato
2007 Psikologi Kependidikan. Jogjakarta: Ar- Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang
Ruzz Media. Kosa Kata. Disampaikan pada Sidang
Panggung Vol. 25 No. 2, Juni 2015 120
terbuka Senat Universitas Negeri Kumaravadivelu, B.
Malang, 3 Oktober 2002. 2003 A postmethod perspective on English
language teaching, World Englishes,
Snow, A. M & L. Kamhi-Stein 22(4), 539-550.
2006 Developing a New Course for Adult
Learners. Maryland USA: TESOL, Inc. M.A. Ridho
2012 Pengaruh Lingkungan terhadap Motivasi
Sri Utari N. Subyakto Belajar dan Dampaknya terhadap Prestasi
1988 Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Belajar Siswa Kompetensi Keahlian
Departemen Pendidikan dan Audio Video SMK Muh. Kutowinangun
Kebudayaan, Dirjen Dikti P2LPTK. Kebumen. http://eprints.uny.ac.id/
9632/1/Jur nalMuhA kbar Ridh o_
Totok Pdy 05502241022_Dr_Putu_Sudira.pdf
2013 Buku Saku NLP. Yogyakarta: Pohon
Cahaya. N. S. Prabhu
1990 There is no best method—why? TESOL
Sumber lain: Quarterly, 24(2), 161-176.
B. N. Ningrum
2013 Pengaruh Lingkungan Belajar & Moti- Partono & Tri Minarni
vasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata 2006 Pengaruh Disiplin & Lingkungan Belajar
Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI di terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran
MAN Keboan Tahun Pelajaran 2012-2-13. Ekonomi. http://journal.unnes.ac.id/
nju/index.php/DP/article/download/
Kumaravadivelu, B. 474/434 (accessed 5/5/2014)
1994 The postmethod condition: Emerging stra-
tegies for second/foreign language teaching. Rogers, T.
TESOL Quarterly, 28(1), 27–48. 2000 Methodology in The New Milennium.
English teaching Forum Online,
Kumaravadivelu, B. 28(2). http://exchanges.state.gov/
2001 Toward a postmethod pedagogy. TESOL englishteaching/forum/archives.html
Quarterly, 35(4), 537-560. (accessed 21/11/2012).

Anda mungkin juga menyukai