Anda di halaman 1dari 25

1. Jelaskan pengertian tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi.

Apa kaitannya dari


pengertian-pengertian tersebut dan apa manfaatnya dalam pembelajaran matematika
di sekolah.
- Tes adalah prosedur yang sistematis, obyektif dan standart yang berupa serentetan
pertanyaan atau latihan yang harus dijawab oleh testee untuk menghasilkan suatu
nilai yang mencerminkan tingkah laku atau prestasi testee.
- Pengukuran adalah pemberian angka kepada sesuatu atau karakteristik tertentu
pada objek atau kegiatan atas dasar ketentuan yang berlaku dan telah ditetapkan
serta proses penetapan angka dengan secara sisematik untuk menyatakan keadaan
individu atau objek
- Asesmen(penilaian) merupakan suatu strategi dalam pemecahan masalah
pembelajaran melalui berbagai cara dan penganalisisan informasi untuk
pengambilan keputusan (tindakan) berkaitan dengan semua aspek pembelajaran.
- Evaluasi merupakan proses yang sistematik untuk mengukur dan memberi nilai
(kuantitatif (matematika), kualitatif (non-matematika), atau pun keduanya)
terhadap sesuatu atau tampilan (karakter-karakter) dengan tujuan (patokan) yang
telah ditetapkan.
- Hubungan tes, pegukuran, asesmen, dan evaluasi.
Tes adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur. Tes merupakan alat utama
yang digunakan untuk melalui proses pengukuran penilaian dan evaluasi.
Pengukuran dan penilaian juga merupakan dua proses yang bekesinambungan.
Pengukuran dilaksanakan terlebih dahulu yang menghasilkan skor dan dari hasil
pengukuran kita dapat melaksanakan penilaian. Antara penilaian dan evaluasi
sebenarnya memiliki persamaan yaitu  keduanya mempunyai pengertian menilai
atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang digunakan untuk
mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat
kualitatif. Pada hakikatnya keduanya merupakan suatu proses membuat keputusan
tentang nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup
dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya
terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar.
Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang lingkup
evaluasi lebih luas, mencangkup semua komponen dalam suatu sistem dan dapat
dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi dan
penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes
merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi
pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar
peserta didik, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif.
Keputusan penilaian tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat
pula didasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
Salah satu manfaat dari tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi dalam
pembelajaran matematika di kelas, diantaranya digunakan sebagai tolak ukur
pemahaman siswa, alat untuk meningkatkan kualitas kemampuan siswa,
pembelajaran di kelas, dan lebih luas lagi untuk meningkatkan kualitas sekolah.
2. Jelaskan acuan penilaian dan ketuntasan belajar. Kapan siswa dikatakan tuntas dan
kapan siswa dikatakan belum tuntas. Berikan contohnya dalam pembelajaran
matematika.
 Terdapat dua pendekatan yang berlaku dalam penilaian hasil belajar, yaitu
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
o Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah penilaian yang dilakukan dengan
mengacu pada norma kelompok atau nilai-nilai yang diperoleh siswa
dibandingkan dengan nilai-nilai siswa lain dalam kelompok tersebut.
Dalam penerapan sistem PAN terdapat dua cara di dalam menentukan
batas kelulusan yakni, menetapkan terlebih dahulu jumlah yang
diluluskan, misalnya 75% dari seluruh peserta tes, kemudian skor tiap
siswa disusun dan diranking sehingga akan diketemukan skor terendah.
Cara kedua dengan menggunakan data statistik yang terdapat dalam kurva
normal dengan menggunakan nilai rata-rata dan simpangan baku, sehingga
akan diketemukan luas daerah kurva normal atau jumlah anak yang
diluluskan.
o Penilaian Acuan Patokan (PAP) adalah model pendekatan penilaian yang
mengacu kepada suatu kriteria pencapaian tujuan (TKP) yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dalam penerapan sistem PAP tingkat kemampuan atau kelulusan
seseorang ditentukan oleh tercapai tidaknya kriteria. Misalnya seseorang
dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan / kompetensi bilamana ia
telah menjawab dengan benar 75% dari butir soal dalam pokok bahasan
/kompetensi tersebut. Jawaban yang benar 75% atau lebih dinyatakan
lulus, sedang jawaban yang kurang dari 75% dinyatakan belum berhasil
dan harus mengulang kembali.
 Ketuntasan yaitu suatu sistem yang mempersyaratkan kepada semua peserta
didik untuk dapat menguasai Standar Kompetensi (SK) yang terdiri dari
beberapa komponen Kompetensi Dasar (KD) sebagai tujuan pembelajaran
secara tuntas.
 Berdasar pada Kurikulum 2013, untuk mengetahui apakah siswa sudah atau belum
tuntas menguasai suatu kompetensi dapat melihat posisi nilai yang diperoleh
berdasarkan tabel konversi nilai berikut.

Apabila siswa memperoleh nilai antara 66 sd. 70, siswa tersbut ada pada posisi
predikat B- untuk kategori pengetahuan atau keterampilan (KI-3 & KI-4). Artinya,
siswa tersebut sudah mencapai ketuntasan dalam menguasai kompetensi tersebut.
Namun untuk KI-1 dan KI-2 siswa baru dinyatakan lulus apabila telah mencapai
nilai antara 71-75 (skala 100) atau memiliki nilai 3.00 untuk skala 4 atau telah
berada pada posisi B.
3. Jelaskan asesmen otentik, unjuk kinerja, proyek, produk, serta berikan contoh
masing-masing asesmen tersebut dalam pembelajaran matematika.
- Asesmen otentik adalah asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber,
pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran.
Contoh: Pada saat belajar mengenai bangun ruang, siswa mempelajari, menealaah
bentuk bangun ruang yang sudah disiapkan guru sebelumnya, bersikusi dengan
teman kelompok, mencatatnya kemudian diambil kesimpulan, lalu menceritakan
hasil yang sudah diperolehnya. Selain guru menilai hasil yang diperoleh siswa,
selama proses pembelajaran pun guru melakukan penilaian
- Asesmen Unjuk Kinerja adalah alat evaluasi berupa tes perbuatan untuk
menyelesaikan tugas dalam konteks kehidupan nyata, dimana penilaian tersebut
meminta siswa untuk menunjukkan kemampuannya secara langsung kepada guru
baik dari sisi pengetahuan maupun keterampilan, bukan dengan memilih jawaban
dari pilihan yang tersedia.
- Contoh: penilaian ketika siswa melakukan kegiatan melalui media belajar yang
sudah disiapkan, misal menilai proses kerja siswa ketika mencari luas bangun
datar menggunakan kertas.
- Asesmen proyek adalah penilaian terhadap suatu penugasan yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penugasan tersebut meliputi:
perencanaan, pengumpulan data, analisis data, penyajian data, hingga pelaporan.
Contoh: siswa mencari dan memperolah cara luas bangun datar dengan lebih dari
2 cara
- Asesmen produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk. Dalam matematika, produk yang dapat dibuat misalnya bangun datar
persegi, persegipanjang, segitiga, dan bangun datar lainnya dari bahan kertas atau
kayu atau bahan lainnya; benda-benda ruang seperti kubus, balok, prisma, dan
sebagainya dari bahan kertas atau kayu atau bahan lainnya. Atau membuat benda-
benda ruang yang ada dan dikenal di lingkungan sekitar siswa seperti membuat
dos untuk tempat kue (berbentuk balok atau kubus), dadu, dan sebagainya. Produk
juga dapat berupa hasil kerja siswa misalnya gambar, grafik, diagram, membuat
denah berskala, dan sebagainya.
Contoh: siswa mencari luas bangun datar melalui barangnya yang unik atau cara
yang sebelumnya belum pernah ditemukan/diketahui

4. Jelaskan asesmen portofolio, asesmen afektif dan karakter, serta berikan contoh
masing-masing asesmen tersebut dalam pembelajaran matematika.
- Asesmen portofolio adalah asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya
peserta didik (bisa berasal dari asesmen autentik) yang disusun secara sistematik,
sehingga menunjukkan dan membuktikan upaya, hasil, proses, dan kemajuan
(progress) belajar yang dilakukan peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
Contoh: guru memberikan tugas membuat sebuah permainan sederhana mengenai
pelajaran matematika sesuai dengan kemampuan & kreativitas masing-masing

- Asesmen afektif adalah penilaian terhadap reaksi seseorang atau peserta didik
tentang suatu objek sikap(sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru
atau pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap berkaitan dengan
nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.)
Contoh: penilaian reaksi ketika siswa diberi tugas dan dikerjakan berkemlompok.
Guru menilai dari kinerjanya, sikapnya, kontribusinya, komunikasi, penyampaian
ide, dsb

5. Jelaskan pengertian dan macam-macam validitas serta cara pengukurannya. Berikan


contohnya dalam pembelajaran matematika.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar 1986). Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen.
Jenis Validitas:
Ada dua kenyataan pokok yang memperlihatkan taraf validitas suatu ujian, yaitu yang
dipertimbangkan secara rasional dan yang dilihat melalui prosedur empiric
1. Jenis pertama adalah analisis secara rasional yang dapat dilakukan terhadap topik
dan bidang yang diujikan, yaitu isi ujian tersebut. Validitas yang diperolah
melalui analisis seperti ini disebut validitas isi (contens validity).
2. Jenis kedua ialah kenyataan validitas yang bersifat empirik dan statistik. Jenis ini
diperoleh dengan memperhatikan hubungan yang ada antara alat (ujian) yang
sedang dipelajari dengan pengukuran atau kenyataan-kenyataan yang lain.
a. Validitas isi
Yang dimaksud validitas isi dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi
yang akan diukur.
Misalnya untuk siswa kelas I SMA akan diberikan tes Matematika, maka
item-itemnya harus diambil dari materi pelajaran kelas I, apabila kita sisipkan
item-item yang diambil dari materi pelajaran kelas III maka tes tersebut sudah
tidak valid lagi
b. Validitas Konsep atau Konstruk (concept/contruct validity)
Validitas Konstruk menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk
sementara atau hypotetical construct. Konstruk secara definitif merupakan
suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan
pengaruhnya melalui satu atau dua indra kita.
Misalnya kepribadian seseorang. Kepribadian terdiri dari berbagai komponen,
dengan tes kepribadian kita ingin mengetahui aspek-aspek manakah yang
sebenarnya kita ukur. Dengan teknik statistik yang disebut analisis faktor
dapat diselidiki berbagai komponen kepribadian tersebut, sehingga tes itu
dapat disusun berdasarkan komponen itu, tes yang demikian ini bisa dikatakan
memiliki validitas konstruk.
c. Validitas pengukuran Setara (congruent validity)
Jenis validitas ini ditetapkan dengan cara mengkorelasikan antara skor tes
yang sedang disusun/dikembangkan dengan skor dari tes yang setara/sejenis.
Pada validitas pengukuran setara yang dijadikan tolok ukurnya adalah skor-
skor tes yang sejenis yang sudah baku. Misalnya, dengan mengkorelasikan
hasil tes intelegensi yang baru, yang akan divalidasi dengan skor tes
inteligensi yang sudah baku.
d. Validitas Ramalan (predictive validity)
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas ramalan
apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.
Misalnya tes masuk Perguruan Tinggi adalah sebuah tes yang diperkirakan
mampu meramalkan keberhasilan peserta tes dalam mengikuti kuliah di masa
yang akan datang. Calon yang tersaring berdasarkan hasil tes diharapkan
mencerminkan tinggi-rendahnya kemampuan mengetahui kuliah
Sebagai alat pembanding validitas prediksi adalah nilai-nilai yang diperoleh
setelah peserta tes mengikuti pelajaran di Perguruan Tinggi. Jika ternyata
siapa yang memiliki nilai tes lebih tinggi gagal dalam ujian semester I
dibandingkan dengan yang dahulu nilai tesnya lebih rendah maka tes masuk
yang dimaksud tidak memiliki validitas prediksi.
Tes terstandar adalah tes yang telah dicobakan berkali-kali sehingga dapat
dijamin kebaikannya. Cara menentukan validitas soal yang menggunakan tes
terstandar sebagai kriterium dilakukan dengan mengalikan koefisien validitas
yang diperoleh dengan koefisien validitas tes terstandar tersebut.
Rumus product moment dengan simpangan:
∑ xy
r xy = 2 2
√( ∑ x ) ( ∑ y )
Misalkan Anda akan menghitung validitas tes prestasi belajar matematika.
Sebagai kriterium diambil rata-rata ulangan yang akan dicari validitasnya (X)

dan rata-rata nilai harian (Y)


∑ xy
r xy = 2 2
√ (∑ x )(∑ y )
2,60
r xy = = 0,746
√ (3,5)( 3,47)

Dari hasil koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total yang
diperoleh menunjukan bahwa tes prestasi belajar matematika valid dengan
interpretasi tinggi.

6. Jelaskan pengertian reliabilitas dan cara pengujiannya. Berikan contohnya dalam


pembelajaran matematika.
Reliabilitas adalah keakuratan dan ketepatan dari suatu alat ukur dalam suatu
prosedur pengukuran. Berdasarkan bahasa, reliabilitas berasal dari kata reliability
yang terdiri dari kata rely dan ability, artinya sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya
Jenis-Jenis Reliabitias
1. Reliabilitas Konsistensi Tanggapan
Reliabilitas ini adalah reliabilitas yang mempermasalahkan konsistensi tanggapan
responden, apakah tanggapan responden terhadap tes tersebut sudah baik atau
konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan untuk
melakukan pengukuran terhadap objek ukur kemudian dilakukan pengukuran
kembali terhadap objek yang sama, apakah hasilnya masih tetap sama dengan
pengukuran sebelumnya.
Untuk mengetahui apakah suatu tes atau instrument tersebut sudah mantap atau
konsisten, maka tes atau instrumen tersebut harus diuji kepada objek ukur yang sama
secara berulang-ulang yang bisa diukur dengan tiga pilihan metode
a. Metode Test-Retest (Tes Ulang)
Metode test-retest adalah metode yang menunjukkan konsistensi hasil
sebuah tes dari waktu ke waktu. Pengujian test-retest dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen yang sama dua kali pada responden yang
sama, namun dilakukan dalam waktu yang berbeda.
b. Metode Tes Ekuivalensi atau Tes Paralel
Merupakan metode yang dilakukan dengan menggunakan dua tes yang
dibuat setara kemudian diberikan kepada responden dalam waktu yang
bersamaan
c. Metode Belah Dua (Split-Half Method)
Dalam menggunakan metode ini penguji hanya menggunakan sebuah tes
yang dicobakan satu kali namun melalui dua tahap, yaitu membelah butir
soal terlebih dahulu kemudian menghitung reliabitias
2. Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item
Reliabilitas konsistensi gabungan item berkaitan dengan konsistensi antara item-
item suatu tes. Dengan kata lain bahwa terhadap objek ukur yang sama, apakah
hasil ukur yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur item yang lain.
Koefisien reliabilitas konsistensi gabungan item dapat dihitung dengan
menggunakan:
 Rumus koefisien Alpha atau Alpha Cronbach
 Rumus Kuder-Richardson, yang dikenal dengan nama KR – 20 dan KR – 21
 Rumus reliabilitas Hoyt, yang menggunakan analisis varian
Berikut contoh perhitungan menggunakan rumus Rumus Kuder-Richardson 20
(KR-20)

Diberikan pertanyaan kepada 10 responden dengan 6 item soal. Jika dijawab


benar (ya) bernilai 1 dan jika dijawab salah (tidak) bernilai 0. Diberikan data

sebagai berikut:

Langkah 1: Hitung Varians dari tes, dan jumlah perkalian p dan q


Varians dari tes:

( 48 )2
2 2 246− 246−230,4 15,6
s = ∑ X −∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ = 10 = = =1,56
10 10
10

Langkah 2: Hitung rumus KR-20

s 2−∑ pq
r 11 =[ ][ k
k −1
.
s2 ]
6 1,56−0,94
r 11 =[ ][
6−1
.
1,56 ]
r 11= (1,2) . (0,3984) = 0,478

7. Jelaskan pengertian daya pembeda dan cara pengukurannya. Berikan contohnya


dalam pembelajaran matematika.
Daya pembeda adalah kemampuan antara butir soal dapat membedakan antara peserta
didik yang menguasai materi yang diujikan dan peserta didik yang belum menguasai
materi yang diujikan
Cara pengukurannya :
Membedakan menjadi kelompok kecil (kurang dari 100) dan kelompok besar (100 ke
atas).
a. Kelompok kecil (kurang 100)
Seluruh kelompok tes terbagi 2 sama besar, separuh kelompok atas dan separuh
kelompok bawah sebagai berikut:
b. Kelompok besar (100 ke atas)
Untuk memudahkan analisis cukup diambil kedua kutub atas dan bawahnya saja,
masing-masing 27% sebagai JA dan JB nya.

Contoh perhitungan sebagai berikut:

Tabel Analisa 10 butir soal, 10 siswa

Berdasarkan nama-nama siswa dapat diperoleh skor sebagai berikut:


A = 9, B = 5, C = 4, D = 5, E = 6, F = 8, G = 10, H = 7, I = 3, J = 8
Dari angka-angka yang belum teratur lalu disusun menjadi array (urutan
penyebaran), dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah.

Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan kelompok
bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut:

Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi butir-butir soal sehingga diketahui hasilnya :
Kemudian diinterpretasikan terhadap D menjadi:

8. Jelaskan pengertian indeks kesukaran dan cara pengukurannya. Berikan contohnya


dalam pembelajaran matematika.
Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal.
Cara Mengukur Indeks Kesukaran :
a. Soal Bentuk Pilihan Ganda (PG)

Tabel di bawah ini menunjukkan 10 peserta tes dalam merespon 12 soal pilihan
ganda dengan skor maksimum 1 jika menjawab benar dan skor 0 jika menjawab
salah.
Tabel Penskoran 12 Soal Pilihan Ganda
Nomor Soal Total
No Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
2 B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
3 C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9
4 D 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8
5 E 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 8
6 F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
7 G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
8 H 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
9 I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
10 J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
∑X 10 8 8 5 6 6 5 4 4 6 3 2
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Peserta
Nomor Soal Total
No Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tes
Indeks
0, 0, 0, 0, 0, 0,
Kesukara 1 0,8 0,6 0,5 0,4 0,2
8 5 6 4 6 3
n

Masing-masing butir soal dihitung indeks kesukarannya:


Rumus Pertama:
B
P:
JS
10
P1 : :1,00 (soal terlalu mudah)
10
8
P2 : : 0,80 (soal mudah)
10
8
P3 : : 0,80 (soal mudah)
10
5
P4 : :0,50 (soal sedang)
10
6
P5 : : 0,60 (soal sedang)
10
6
P6 : :0,60 (soal sedang)
10
5
P7 : :0,50 (soal sedang)
10
4
P8 : :0,40 (soal sedang)
10
4
P9 : :0,40 (soal sedang)
10
6
P10 : :0,60 (soal sedang)
10
3
P11 : :0,30 (soal sukar)
10
2
P12 : :0,20 (soal sukar)
10
Rumus Kedua:

P:
∑x
Sm N
10
P1 : :1,00 (soal terlalu mudah)
1.10
8
P2 : : 0,80 (soal mudah)
1.10
8
P3 : : 0,80 (soal mudah)
1.10
5
P4 : :0,50 (soal sedang)
1.10
6
P5 : : 0,60 (soal sedang)
1.10
6
P6 : :0,60 (soal sedang)
1.10
5
P7 : :0,50 (soal sedang)
1.10
4
P8 : :0,40 (soal sedang)
1.10
4
P9 : :0,40 (soal sedang)
1.10
6
P10 : :0,60 (soal sedang)
1.10
3
P11 : :0,30 (soal sukar)
1.10
2
P12 : :0,20 (soal sukar)
1.10

Rumus Ketiga:

P:
∑B
N
10
P1 : :1,00 (soal terlalu mudah)
10
8
P2 : : 0,80 (soal mudah)
10
8
P3 : : 0,80 (soal mudah)
10
5
P4 : :0,50 (soal sedang)
10
6
P5 : : 0,60 (soal sedang)
10
6
P6 : :0,60 (soal sedang)
10
5
P7 : :0,50 (soal sedang)
10
4
P8 : :0,40 (soal sedang)
10
4
P9 : :0,40 (soal sedang)
10
6
P10 : :0,60 (soal sedang)
10
3
P11 : :0,30 (soal sukar)
10
2
P12 : :0,20 (soal sukar)
10
Hasil perhitungan tabel tersebut menunjukkan bahwa indeks kesukaran butir soal
nomor 1 adalah 1,00 atau seratus persen peserta tes menjawab dengan benar soal
nomor 1. Maksudnya soal nomor 1 adalah soal yang paling mudah dibandingkan
dengan soal-soal yang lainnya. Selanjutnya mencari indeks kesukaran butir soal
pada data kelompok kecil, perhatikan tabel di bawah ini:

Nomor Soal Total


Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kel. A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
Atas B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9
D 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8
E 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 8
Nomor Soal Total
Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kel. F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
Bawa G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
h
H 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
JB A 5 5 5 4 5 2 4 4 3 4 2 1
JBB 5 3 3 1 1 4 1 0 1 2 1 1

Setelah itu kita cari dari masing-masing butir soal indeks kesukarannya, untuk contoh
data pada kelompok kecil yang ada di tabel atas:
 Indeks kesukaran untuk butir soal nomor 1
JB A +JB B 5+5
IK : : : 1 (soal terlalu mudah)
JS A +JS B 5+5
Untuk butir soal ini tampak bahwa semua siswa kelompok atas dan kelompok
bawah bisa menjawabnya dengan benar.
 Indeks kesukaran untuk butir soal nomor 7
JB A +JB B 4 +1
IK : : :0,50 (soal sedang)
JS A +JS B 5+5
 Indeks kesukaran untuk butir soal nomor 12
JB A +JB B 1+1
IK : : : 0,20 (soal sukar)
JS A +JS B 5+5
Untuk butir soal ini tampak bahwa dari 10 siswa yang mengikuti tes hanya
dua orang yang dapat menjawab dengan benar.

Catatan:
1. Untuk kelompok kecil
Pada tabel di atas, tes diikuti oleh 10 subyek untuk 12 butir soal yang
disajikan. Pada tabel tersebut skor total untuk setiap siswa telah diurutkan
dari skor tertinggi ke skor terendah. Karena tersiri dari 10 subyek, maka data
ini termasuk ke dalam kelompok kecil. Oleh karena itu, untuk menentukan
kelompok atas dan kelompok bawah masing masing 50% dari populasi yaitu
5 suyek untuk kelompok atas dan 5 subyek untuk kelompok bawah.
2. Untuk kelompok besar
Misal kita memberi tes sebanyak 30 butir tipe obyektif dan diujicobakan
terhadap suatu kelas yang terdiri dari 32 siswa. Karena lebih dari 30 maka
kelompok data ini termasuk pada kelompok besar. Oleh karena itu, untuk
perhitungan cukup diambil 27% untuk kelompok atas dan 27% untuk
kelompok bawah.

b. Soal bentuk Uraian


Tabel selanjutnya menunjukkan 10 peserta tes dalam merespon 5 soal uraian yang
memiliki skor maksimum bervariasi yaitu no 1-3 skor maksimumnya 5 dan no 4-5
skor maksimumnya 3. Soal nomor 1 soal paling mudah dengan indeks kesukaran
sebesar 0,72 dibandingkan dengan soal no 2 dan 3 dengan kesamaan skor
maksimum.
Tabel Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uraian
Nomor Soal
No Peserta
1 2 3 4 5
1 A 5 4 1 3 3
2 B 5 4 1 3 3
3 C 5 4 1 5 3
4 D 4 3 2 1 2
5 E 4 3 1 3 2
6 F 3 3 2 2 2
7 G 3 3 2 2 2
8 H 3 2 1 2 1
9 I 2 1 1 2 1
10 J 2 1 2 1 1
∑X 36 28 14 24 20
Jumlah Peserta
10 10 10 10 10
Tes
Indeks
0,72 0,56 0,28 0,80 0,67
Kesukaran

Masing-masing indeks kesukaran pada tiap butir soal dihitung sebagai berikut:
P:
∑x
Sm N
36
P1 : : 0,72 (soal mudah)
5.10
28
P2 : : 0,56 (soal sedang)
5.10
14
P3 : : 0,28 (soal sukar)
5.10
24
P4 : :0,80 (soal mudah)
3.10
20
P5 : :0,67 (soal sedang)
3.10

9. Jelaskan pengertian efektivitas option tes bentuk objektif serta cara pengukurannya.
Berikan contohnya dalam pembelajaran matematika.
1. Derajat Kesukaran
Sejalan dengan asumsi Galton mengenai kemampuan tertentu (karakteristik),
dalam hal ini kemampuan matematika, dari sekelompok siswa yang dipilih secara
random (acak) akan berdistribusi normal, maka hasil evaluasi dari suatu perangkat
tes yang baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi
normal. Hal ini mempunyai implikasi bahwa soal yang baik akan menghasilkan
skor yang berdistribusi normal pula.

2. Efektifitas Option
Option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir soal (tes) tipe
obyektif bentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih oleh peserta tes,
sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Suatu option disebut efektif jika
memenuhi fungsinya atau tujuan disajikannya option tersebut tercapai. Hal ini
berarti bahwa setiap option yang disajikan masing-masing mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dipilih, jika testi menjawab soal itu dengan
menerka-nerka (spekulasi). Option yang merupakan jawaban yang benar disebut
option kunci, sedangkan option lainnya disebut option pengecoh. Agar suatu
option yang disajikan efektif harus diusahakan homogen (serupa), baik dari segi
isi (materi), notasi, maupun panjangpendeknya kalimat pada option tersebut.
Berdasarkan distribusi pilihan pada setiap optin untuk siswa kelompok atas dan
kelompok bawah, dapat ditentukan option yang berfungsi efektif atau tidak.
Kriteria option yang berfungsi efektif adalah:
1. Untuk option kunci
a. Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada jumlah
pemilih kelompok bawah.
b. Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 0,25 tetapi
tidak lebih dari 0,75 dari seluruh siswa kelompok atas dan kelompok
bawah.
2. Untuk option pengecoh
a. Jumlah pemilih kelompok atas lebih sedikit daripada jumlah pemilih
kelompok bawah
b. Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minimal sebanyak
0,25 dari seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah kelompok atas dan
kelompok bawah.
c. Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit.

Option disebut efektif jika omit ini jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah
siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah.

3. Obyektifitas
Sebuah tes hendaknya bersifat obyektif. Hal ini maksudnya adalah hasil tes
tersebut harus selalu sama, meskipun diperiksa oleh orang yang berlainan. Tentu
saja, agar harapan tersebut terpenuhi tes yang kita buat harus mempunyai jawaban
yang jelas, tidak kabur, jawabannya tertentu, dan tidak terlalu memberikan
jawaban yang beranekaragam.
4. Praktikabilitas
Tes yang baik harus bersifat praktis, dalam arti mudah dilaksanakan dan efisien
dari segi biaya dan tenaga. Dalam penyusunan tes hendaknya biaya yang
diperlukan tidak terlampau tinggi, namun masih memenuhi persyaratan sebuah tes
yang baik. Sebuah tes juga disebut praktis bila pemeriksaannya mudah dan dapat
dianalisis dalam waktu relatif singkat

10. Buatlah 3 buah soal HOTS bentuk uraian dari KD KI-3 dan 3 buah soal HOTS bentuk
uraian dari KD KI-4. Formatnya: (a) KD KI-3 / KD KI-4, (b) IPK, (c) Butir soal, (d)
Kunci jawaban lengkap, (e) Penskoran.

a. KD KI-3
3.2 Menjelaskan dan melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan
memanfaatkan berbagai sifat operasi
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung bilangan bulat dan
pecahan

b. Indikator Pencapaian Kompetensi


3.2.1 Menjelaskan operasi hitung bilangan bulat (penjumlahan dan pengurangan)
3.2.2 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dengan memanfaatkan berbagai sifat
operasi (penjumlahan dan pengurangan)
4.2.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung bilangan bulat
(penjumlahan dan pengurangan)

c. Butir Soal
1. Suhu di Jakarta pada thermometer menunjukkan suhu 34℃ (diatas 0℃). Pada saat
itu suhu di Jepang ternyata 37℃ di bawah suhu Jakarta. Berapa derajat suhu di
Jepang?
2. Seekor ikan berada pada kedalaman 600 m di bawah permukaan laut. Ikan itu
berenang sejauh 125 m menuju permukaan laut. Posisi ikan itu sekarang berada di
… permukaan laut.
3. Seekor ikan berenang pada kedalaman 15 meter di bawah permukaan laut, dan di
bawah ikan tersebut terdapat kapal selam pada kedalaman 32 meter di bawah
permukaan laut. Berapakan jarak antara ikan dengan kapal selam tersebut ?

d. Kunci Jawaban
1. Suhu di Jakarta = 34 ℃
Suhu di Jepang = 37 ℃.
Persamaan matematikanya yaitu
34℃.-37℃. = -3℃.
Jadi suhu di Jepang adalah -3℃.
2. Misalkan permukaan laut bernilai 0 seperti pada koordinat cartesius.
Sehingga,
600 m dibawah permukaan laut = -600 m
125 m menuju permukaan laut = 125 m
Persamaan matematikanya yaitu
-600 m + 125 m = -475 m
Jadi posisi ikan itu sekarang berada di 475 m di bawah permukaan laut
3. Misalkan permukaan laut bernilai 0 seperti pada koordinat cartesius.
Sehingga,
15 m di bawah permukaan laut = -15 m
32 m di bawah permukaan laut = -32 m
Maka jarak antara kapal dan ikan adalah (selisih)
-32 m – (-15m) = -17m
Jadi, jarak antara kapal dan ikan adalah 17 m di bawah permukaan laut

e. Penskoran
No Kategori Skor Maksimum Skor Alasan

1. Apakah terdapat 25
uraian tentang
prosedur
penyelesaian yang
dikerjakan?
2. Apakah langkah 20
penyelesaian dibuat
dengan tepat dan
sesuai dengan
konsep?
3. Apakah Bahasa yang 15
digunakan untuk
menginterpretasikan
lugas, sederhana,
runtut, dan sesuai
dengan kaidah EYD?
4. Apakah 20
penyeleseaian yang
dikerjakan sesuai
dengan konsep yang
telah dipelajari?
5. Apakah dibuat 20
kesimpulan?
Jumlah 100

Skor Perolehan
Nilai Perolehan = x 100
Total skor Maksimal

Anda mungkin juga menyukai