Apabila siswa memperoleh nilai antara 66 sd. 70, siswa tersbut ada pada posisi
predikat B- untuk kategori pengetahuan atau keterampilan (KI-3 & KI-4). Artinya,
siswa tersebut sudah mencapai ketuntasan dalam menguasai kompetensi tersebut.
Namun untuk KI-1 dan KI-2 siswa baru dinyatakan lulus apabila telah mencapai
nilai antara 71-75 (skala 100) atau memiliki nilai 3.00 untuk skala 4 atau telah
berada pada posisi B.
3. Jelaskan asesmen otentik, unjuk kinerja, proyek, produk, serta berikan contoh
masing-masing asesmen tersebut dalam pembelajaran matematika.
- Asesmen otentik adalah asesmen yang dilakukan menggunakan beragam sumber,
pada saat/setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, dan menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembelajaran.
Contoh: Pada saat belajar mengenai bangun ruang, siswa mempelajari, menealaah
bentuk bangun ruang yang sudah disiapkan guru sebelumnya, bersikusi dengan
teman kelompok, mencatatnya kemudian diambil kesimpulan, lalu menceritakan
hasil yang sudah diperolehnya. Selain guru menilai hasil yang diperoleh siswa,
selama proses pembelajaran pun guru melakukan penilaian
- Asesmen Unjuk Kinerja adalah alat evaluasi berupa tes perbuatan untuk
menyelesaikan tugas dalam konteks kehidupan nyata, dimana penilaian tersebut
meminta siswa untuk menunjukkan kemampuannya secara langsung kepada guru
baik dari sisi pengetahuan maupun keterampilan, bukan dengan memilih jawaban
dari pilihan yang tersedia.
- Contoh: penilaian ketika siswa melakukan kegiatan melalui media belajar yang
sudah disiapkan, misal menilai proses kerja siswa ketika mencari luas bangun
datar menggunakan kertas.
- Asesmen proyek adalah penilaian terhadap suatu penugasan yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penugasan tersebut meliputi:
perencanaan, pengumpulan data, analisis data, penyajian data, hingga pelaporan.
Contoh: siswa mencari dan memperolah cara luas bangun datar dengan lebih dari
2 cara
- Asesmen produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk. Dalam matematika, produk yang dapat dibuat misalnya bangun datar
persegi, persegipanjang, segitiga, dan bangun datar lainnya dari bahan kertas atau
kayu atau bahan lainnya; benda-benda ruang seperti kubus, balok, prisma, dan
sebagainya dari bahan kertas atau kayu atau bahan lainnya. Atau membuat benda-
benda ruang yang ada dan dikenal di lingkungan sekitar siswa seperti membuat
dos untuk tempat kue (berbentuk balok atau kubus), dadu, dan sebagainya. Produk
juga dapat berupa hasil kerja siswa misalnya gambar, grafik, diagram, membuat
denah berskala, dan sebagainya.
Contoh: siswa mencari luas bangun datar melalui barangnya yang unik atau cara
yang sebelumnya belum pernah ditemukan/diketahui
4. Jelaskan asesmen portofolio, asesmen afektif dan karakter, serta berikan contoh
masing-masing asesmen tersebut dalam pembelajaran matematika.
- Asesmen portofolio adalah asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya
peserta didik (bisa berasal dari asesmen autentik) yang disusun secara sistematik,
sehingga menunjukkan dan membuktikan upaya, hasil, proses, dan kemajuan
(progress) belajar yang dilakukan peserta didik dalam jangka waktu tertentu.
Contoh: guru memberikan tugas membuat sebuah permainan sederhana mengenai
pelajaran matematika sesuai dengan kemampuan & kreativitas masing-masing
- Asesmen afektif adalah penilaian terhadap reaksi seseorang atau peserta didik
tentang suatu objek sikap(sikap terhadap materi pelajaran, sikap terhadap guru
atau pengajar, sikap terhadap proses pembelajaran, dan sikap berkaitan dengan
nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.)
Contoh: penilaian reaksi ketika siswa diberi tugas dan dikerjakan berkemlompok.
Guru menilai dari kinerjanya, sikapnya, kontribusinya, komunikasi, penyampaian
ide, dsb
Dari hasil koefisien korelasi antara skor butir soal dengan skor total yang
diperoleh menunjukan bahwa tes prestasi belajar matematika valid dengan
interpretasi tinggi.
sebagai berikut:
( 48 )2
2 2 246− 246−230,4 15,6
s = ∑ X −∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ¿ = 10 = = =1,56
10 10
10
s 2−∑ pq
r 11 =[ ][ k
k −1
.
s2 ]
6 1,56−0,94
r 11 =[ ][
6−1
.
1,56 ]
r 11= (1,2) . (0,3984) = 0,478
Array ini sekaligus menunjukkan adanya kelompok atas (JA) dan kelompok
bawah (JB) dengan pemiliknya sebagai berikut:
Selanjutnya dilihat tabel analisa lagi butir-butir soal sehingga diketahui hasilnya :
Kemudian diinterpretasikan terhadap D menjadi:
Tabel di bawah ini menunjukkan 10 peserta tes dalam merespon 12 soal pilihan
ganda dengan skor maksimum 1 jika menjawab benar dan skor 0 jika menjawab
salah.
Tabel Penskoran 12 Soal Pilihan Ganda
Nomor Soal Total
No Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 10
2 B 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 9
3 C 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 9
4 D 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 8
5 E 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 8
6 F 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 7
7 G 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
8 H 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
9 I 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 4
10 J 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 3
∑X 10 8 8 5 6 6 5 4 4 6 3 2
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
Peserta
Nomor Soal Total
No Peserta
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tes
Indeks
0, 0, 0, 0, 0, 0,
Kesukara 1 0,8 0,6 0,5 0,4 0,2
8 5 6 4 6 3
n
P:
∑x
Sm N
10
P1 : :1,00 (soal terlalu mudah)
1.10
8
P2 : : 0,80 (soal mudah)
1.10
8
P3 : : 0,80 (soal mudah)
1.10
5
P4 : :0,50 (soal sedang)
1.10
6
P5 : : 0,60 (soal sedang)
1.10
6
P6 : :0,60 (soal sedang)
1.10
5
P7 : :0,50 (soal sedang)
1.10
4
P8 : :0,40 (soal sedang)
1.10
4
P9 : :0,40 (soal sedang)
1.10
6
P10 : :0,60 (soal sedang)
1.10
3
P11 : :0,30 (soal sukar)
1.10
2
P12 : :0,20 (soal sukar)
1.10
Rumus Ketiga:
P:
∑B
N
10
P1 : :1,00 (soal terlalu mudah)
10
8
P2 : : 0,80 (soal mudah)
10
8
P3 : : 0,80 (soal mudah)
10
5
P4 : :0,50 (soal sedang)
10
6
P5 : : 0,60 (soal sedang)
10
6
P6 : :0,60 (soal sedang)
10
5
P7 : :0,50 (soal sedang)
10
4
P8 : :0,40 (soal sedang)
10
4
P9 : :0,40 (soal sedang)
10
6
P10 : :0,60 (soal sedang)
10
3
P11 : :0,30 (soal sukar)
10
2
P12 : :0,20 (soal sukar)
10
Hasil perhitungan tabel tersebut menunjukkan bahwa indeks kesukaran butir soal
nomor 1 adalah 1,00 atau seratus persen peserta tes menjawab dengan benar soal
nomor 1. Maksudnya soal nomor 1 adalah soal yang paling mudah dibandingkan
dengan soal-soal yang lainnya. Selanjutnya mencari indeks kesukaran butir soal
pada data kelompok kecil, perhatikan tabel di bawah ini:
Setelah itu kita cari dari masing-masing butir soal indeks kesukarannya, untuk contoh
data pada kelompok kecil yang ada di tabel atas:
Indeks kesukaran untuk butir soal nomor 1
JB A +JB B 5+5
IK : : : 1 (soal terlalu mudah)
JS A +JS B 5+5
Untuk butir soal ini tampak bahwa semua siswa kelompok atas dan kelompok
bawah bisa menjawabnya dengan benar.
Indeks kesukaran untuk butir soal nomor 7
JB A +JB B 4 +1
IK : : :0,50 (soal sedang)
JS A +JS B 5+5
Indeks kesukaran untuk butir soal nomor 12
JB A +JB B 1+1
IK : : : 0,20 (soal sukar)
JS A +JS B 5+5
Untuk butir soal ini tampak bahwa dari 10 siswa yang mengikuti tes hanya
dua orang yang dapat menjawab dengan benar.
Catatan:
1. Untuk kelompok kecil
Pada tabel di atas, tes diikuti oleh 10 subyek untuk 12 butir soal yang
disajikan. Pada tabel tersebut skor total untuk setiap siswa telah diurutkan
dari skor tertinggi ke skor terendah. Karena tersiri dari 10 subyek, maka data
ini termasuk ke dalam kelompok kecil. Oleh karena itu, untuk menentukan
kelompok atas dan kelompok bawah masing masing 50% dari populasi yaitu
5 suyek untuk kelompok atas dan 5 subyek untuk kelompok bawah.
2. Untuk kelompok besar
Misal kita memberi tes sebanyak 30 butir tipe obyektif dan diujicobakan
terhadap suatu kelas yang terdiri dari 32 siswa. Karena lebih dari 30 maka
kelompok data ini termasuk pada kelompok besar. Oleh karena itu, untuk
perhitungan cukup diambil 27% untuk kelompok atas dan 27% untuk
kelompok bawah.
Masing-masing indeks kesukaran pada tiap butir soal dihitung sebagai berikut:
P:
∑x
Sm N
36
P1 : : 0,72 (soal mudah)
5.10
28
P2 : : 0,56 (soal sedang)
5.10
14
P3 : : 0,28 (soal sukar)
5.10
24
P4 : :0,80 (soal mudah)
3.10
20
P5 : :0,67 (soal sedang)
3.10
9. Jelaskan pengertian efektivitas option tes bentuk objektif serta cara pengukurannya.
Berikan contohnya dalam pembelajaran matematika.
1. Derajat Kesukaran
Sejalan dengan asumsi Galton mengenai kemampuan tertentu (karakteristik),
dalam hal ini kemampuan matematika, dari sekelompok siswa yang dipilih secara
random (acak) akan berdistribusi normal, maka hasil evaluasi dari suatu perangkat
tes yang baik akan menghasilkan skor atau nilai yang membentuk distribusi
normal. Hal ini mempunyai implikasi bahwa soal yang baik akan menghasilkan
skor yang berdistribusi normal pula.
2. Efektifitas Option
Option adalah kemungkinan jawaban yang disediakan pada butir soal (tes) tipe
obyektif bentuk pilihan ganda atau memasangkan untuk dipilih oleh peserta tes,
sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Suatu option disebut efektif jika
memenuhi fungsinya atau tujuan disajikannya option tersebut tercapai. Hal ini
berarti bahwa setiap option yang disajikan masing-masing mempunyai
kemungkinan yang sama untuk dipilih, jika testi menjawab soal itu dengan
menerka-nerka (spekulasi). Option yang merupakan jawaban yang benar disebut
option kunci, sedangkan option lainnya disebut option pengecoh. Agar suatu
option yang disajikan efektif harus diusahakan homogen (serupa), baik dari segi
isi (materi), notasi, maupun panjangpendeknya kalimat pada option tersebut.
Berdasarkan distribusi pilihan pada setiap optin untuk siswa kelompok atas dan
kelompok bawah, dapat ditentukan option yang berfungsi efektif atau tidak.
Kriteria option yang berfungsi efektif adalah:
1. Untuk option kunci
a. Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada jumlah
pemilih kelompok bawah.
b. Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 0,25 tetapi
tidak lebih dari 0,75 dari seluruh siswa kelompok atas dan kelompok
bawah.
2. Untuk option pengecoh
a. Jumlah pemilih kelompok atas lebih sedikit daripada jumlah pemilih
kelompok bawah
b. Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minimal sebanyak
0,25 dari seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah kelompok atas dan
kelompok bawah.
c. Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit.
Option disebut efektif jika omit ini jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah
siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah.
3. Obyektifitas
Sebuah tes hendaknya bersifat obyektif. Hal ini maksudnya adalah hasil tes
tersebut harus selalu sama, meskipun diperiksa oleh orang yang berlainan. Tentu
saja, agar harapan tersebut terpenuhi tes yang kita buat harus mempunyai jawaban
yang jelas, tidak kabur, jawabannya tertentu, dan tidak terlalu memberikan
jawaban yang beranekaragam.
4. Praktikabilitas
Tes yang baik harus bersifat praktis, dalam arti mudah dilaksanakan dan efisien
dari segi biaya dan tenaga. Dalam penyusunan tes hendaknya biaya yang
diperlukan tidak terlampau tinggi, namun masih memenuhi persyaratan sebuah tes
yang baik. Sebuah tes juga disebut praktis bila pemeriksaannya mudah dan dapat
dianalisis dalam waktu relatif singkat
10. Buatlah 3 buah soal HOTS bentuk uraian dari KD KI-3 dan 3 buah soal HOTS bentuk
uraian dari KD KI-4. Formatnya: (a) KD KI-3 / KD KI-4, (b) IPK, (c) Butir soal, (d)
Kunci jawaban lengkap, (e) Penskoran.
a. KD KI-3
3.2 Menjelaskan dan melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dengan
memanfaatkan berbagai sifat operasi
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung bilangan bulat dan
pecahan
c. Butir Soal
1. Suhu di Jakarta pada thermometer menunjukkan suhu 34℃ (diatas 0℃). Pada saat
itu suhu di Jepang ternyata 37℃ di bawah suhu Jakarta. Berapa derajat suhu di
Jepang?
2. Seekor ikan berada pada kedalaman 600 m di bawah permukaan laut. Ikan itu
berenang sejauh 125 m menuju permukaan laut. Posisi ikan itu sekarang berada di
… permukaan laut.
3. Seekor ikan berenang pada kedalaman 15 meter di bawah permukaan laut, dan di
bawah ikan tersebut terdapat kapal selam pada kedalaman 32 meter di bawah
permukaan laut. Berapakan jarak antara ikan dengan kapal selam tersebut ?
d. Kunci Jawaban
1. Suhu di Jakarta = 34 ℃
Suhu di Jepang = 37 ℃.
Persamaan matematikanya yaitu
34℃.-37℃. = -3℃.
Jadi suhu di Jepang adalah -3℃.
2. Misalkan permukaan laut bernilai 0 seperti pada koordinat cartesius.
Sehingga,
600 m dibawah permukaan laut = -600 m
125 m menuju permukaan laut = 125 m
Persamaan matematikanya yaitu
-600 m + 125 m = -475 m
Jadi posisi ikan itu sekarang berada di 475 m di bawah permukaan laut
3. Misalkan permukaan laut bernilai 0 seperti pada koordinat cartesius.
Sehingga,
15 m di bawah permukaan laut = -15 m
32 m di bawah permukaan laut = -32 m
Maka jarak antara kapal dan ikan adalah (selisih)
-32 m – (-15m) = -17m
Jadi, jarak antara kapal dan ikan adalah 17 m di bawah permukaan laut
e. Penskoran
No Kategori Skor Maksimum Skor Alasan
1. Apakah terdapat 25
uraian tentang
prosedur
penyelesaian yang
dikerjakan?
2. Apakah langkah 20
penyelesaian dibuat
dengan tepat dan
sesuai dengan
konsep?
3. Apakah Bahasa yang 15
digunakan untuk
menginterpretasikan
lugas, sederhana,
runtut, dan sesuai
dengan kaidah EYD?
4. Apakah 20
penyeleseaian yang
dikerjakan sesuai
dengan konsep yang
telah dipelajari?
5. Apakah dibuat 20
kesimpulan?
Jumlah 100
Skor Perolehan
Nilai Perolehan = x 100
Total skor Maksimal