Anda di halaman 1dari 2

EVALUASI PEMBELAJARAN (KOGNITIF, AFEKTIF, PSIKOMOTOR) DI SD

Siti Alatimah Akbariyah (1507411)


Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
sitialatimah@gmail.com

Perubahan kurikulum yang terjadi hingga saat ini tentunya memilki konsekuensi
terhadap perubahan berbagai aspek pembelajaran. Bukan hanya pada implementasi atau
proses pembelajaran, akan tetapi juga pada penetapan kriteria keberhasilan. Penetapan
kriteria keberhasilan tersebut yang dikenal dengan istilah evaluasi pembelajaran.
Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui
keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dengan suatu tolok
ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan. Dalam proses belajar mengajar
membutuhkan evaluasi pembelajaran dengan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
dengan tujuan untuk melihat pencapaian apa yang sudah dimiliki oleh peserta didik.
Pada aspek kognitif, kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui,
dan memecahkan masalah menjadi domain dalam evaluasi pembelajaran. Ada enam
aspek dalam ranah kognitif yang bejenjang dari tingkat yang terendah. Pertama ialah
menghafal (knowledge) ialah kemampuan untuk mengingat-ingat kembali atau
mengenali kembali akan suatu hal tertentu. Contoh hasil dari menghafal ialah menghafal
kosa kata, menerjemahkan dan menuliskannya dengan benar. Kedua ialah
pemahaman(comprension) atau kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat, contohnya, ketika guru meminta anak
untuk menguraikan materi mengenai proses fotosintesis ia akan menjelaskannya secara
lancar dan jelas. Ketiga ialah penerapan (application) adalah kemampuan siswa untuk
menerapkan atau menggunakan ide-ide, tata cara ataupun metode, prinsip-prinsip, dan
sebagainya, salah satu contohnya ialah peserta didik mampu memikirkan tentang
penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari misal,
anak terbiasa menjalankan sholat tepat pada waktunya dengan baik dan benar baik di
lingkungan rumah, sekolah maupun masyarakat. Keempat adalah analisis (analysis)
yaitu kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut
bagian-bagiannya dan memahami hubungan tiap bagian yang satu dengan lainnya.
Kelima ialah sintesis (syntesis) yang merupakan kebalikan dari analisis. Sintesis
merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis
hingga menjadi suatu pola yang berstruktur dan membentuk pola baru. Salah satu
contoh, peseta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya menjaga lingkungan
berdasarkan fenomena yang ada. Keenam atau yang paling tinggi ialah penilaian atau
penghargaan/ evaluasi, jenjang yang paling tinggi dalam ranah kogntif dalam taksonomi
Bloom. Kemampuan seseorang untuk memebuat pertimbangan terhadap suatu kondisi,
nilai, atau ide, misalkan seorang siswa dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan
mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan atau kriteria yang ada.
Contoh hasil belajar kognitif pada jenjang ini, peserta didik mampu menimbang-
nimbang tentang manfaat yang dari kedisiplinan dan dapat menunjukkan mudharat atau
akibat negatif yang akan menimpa apabila seseorang bersifat malas atau tidak disiplin
sehingga sampai pada kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan itu merupakan perintah
dari Allah SWT yang wajib dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. peni
Evaluasi pada ranah afektif ialah penilaian yang berkaitan dengan sikap dan nilai
yang mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Pada
ranah afektif terdapat lima jenjang penilaian. Pertama, penerimaan (receiving) dan
memperhatikan (attending), contoh hasil belajar pada aspek ini ialah peserta didik
menyadari bahwa disiplin itu harus ditegakkan dan sikap malah harus disingkirkan jauh-
jauh. Kedua adalah menaggapi (responding) ialah adanya partisipasi aktif. Contoh hasil
belajarnya ialah tumbuhnya keinginan dalam peserta didik untuk mempelajari lebih
jauh, menggali lebih dalam lagi ajaran-ajaran islam tentang kedisiplinan. Ketiga adalah
menilai/menghargai (valuing) artinya memberikan nilai atau penghargaan terhadap
suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan, dirasa akan
membawa kerugian atau penyesalan. Kaitannya dengan proses pembelajaran, peserta
didik tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah
berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena yaitu baik atau buruknya
nilai/fenomena tersebut. Keempat mengorganisasikan dan kelima karakterisasi. Teknik
penilaian hasil belajar afeksi terdiri atas dua yakni teknik testing, yaitu penilaian yang
menggunakan tes sebagai alat ukurnya, dan teknik non-testing, yakni teknik yang tidak
menggunakan teks sebagai alat ukurnya.
Ranah penilaian ketiga adalah psikomotorik. Dalam penilaian hasil belajar
psikomotor atau keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian
dapat dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu ketika peserta didik melakukan
praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes atau menguji peserta
didik. Penilaian dapat dilakukan dengan teknik observasi atau pengamatan secara
langsung. Objek penilaian seperti tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan penggunaan media
atau alat-alat ketika belajar. Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk
mengukur penampilan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta
didik.
Menurut Drs. Zainal Arifin: 2012, Hasil belajar dapat timbul dalam berbagai
jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu
diantaranya adalah kebiasaan, keterampilan, akumulasi persepsi, asosiasi dan hafalan,
pemahaman dan konsep, sikap, nilai, moral dan agama. Dalam melakukan evaluasi
pembelajaran, guru tentunya memerlukan berbagai informasi, seperti hasil penilaian
proses, hasil belajar peserta didik, hasil observasi dan wawancara, hasil angket, dan
sebagainya. Hasil-hasil ini kemudian dianalisis. Proses analisis dapat dimulai dari
menilai hasil-hasil pengukuran, menetapkan tingkat keberhasilan, menentukan kriteria
keberhasilan, menentukan berhasil tidaknya aspek-aspek yang dinilai, memberikan
makna, penjelasan dan mebuat kesimpulan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Subdit Kelembagaan Direktorat


Pendidikan Tinggi Islam, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama RI

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis


Kompetensi. Jakarta: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai